Share

Bab 5. Sandiwara yang di mulai

Author: Shint28
last update Last Updated: 2024-02-13 13:04:14

Semua orang menoleh, menatap pria yang tengah berdiri di ambang pintu masuk rumah mereka. Pria yang mengenakan tuxedo berwarna coklat itu, terlihat begitu tampan dan percaya diri.

Dengan cepat, Liana berdiri dan melangkah menghampiri si pria. “Sayang, kamu datang!“ serunya, berusaha untuk memainkan peran dengan baik.

Pavel mengangguk singkat. “Sesuai yang sudah disepakati.”

“Ya, terima kasih karena sudah menepati kesepakatan kita.”

“Hm.”

Pavel menanggapi dengan dingin, membuat Liana meliriknya dan menghembuskan nafas malas.

“Beraktinglah dengan baik, Pavel!” Liana memperingatkan si pria, tidak ingin jika rencananya gagal karena sikap Pavel tidak seperti seseorang yang sedang berbicara dengan pacarnya.

“Tidak usah menggurui. Aku akan melakukannya dengan caraku sendiri, aku tau kapan aktingku dibutuhkan dan tidak.”

Suara pelan dari si pria memang terdengar lembut di telinga, namun nada suara dan kata-katanya sedikit ketus dan menohok bagi Liana.

Liana terdiam sejenak, merasa kesal tapi mencoba untuk mengenyahkannya dengan cepat. Ia ingat kalau dirinya masih membutuhkan bantuan dari si pria. “Ya, kamu atur sajalah!”

“Ya.”

Lagi-lagi, respon yang seperti itu ditambah dengan raut wajah datar, sungguh sangat menyebalkan sekali bagi Liana. Namun, karena harus tetap menjalankan rencana, Liana lebih memilih untuk melingkarkan tangannya di lengan Pavel dari pada menggunakan tangan itu untuk memukul si pria menyebalkan.

“Sekarang, ayo kita masuk!” ajak Liana, membawa pria itu untuk menghadapi keluarganya yang sedari tadi terus menatap ke arah mereka.

Keluarga Liana, tampak terkejut saat melihat siapa pria yang datang. Dalam keterkejutan mereka ada isyarat tak terucapkan dari tatapan mata yang saling dipertukarkan, seolah-olah mereka memiliki rahasia yang hanya dimengerti oleh mereka saja.

Ketika Kakeknya Liana mengangguk dan menyunggingkan senyum tipis kepada orang tua Liana, raut wajah mereka langsung berubah, seolah mereka percaya bahwa semuanya akan baik-baik saja. Ketiganya memilih diam, sedang menunggu Liana ataupun si pria mengucapkan sesuatu terlebih dulu pada mereka.

Sejenak, Liana menatap semua orang yang ada di sana, sebelum ia memperlihatkan senyum palsunya dan berucap, “Mah, Pah, Kek, kenalkan ini Pavel Romanov, pacar Liana.”

Ketiganya tersenyum penuh makna, lalu menganggukan kepala sebagai pengganti salam perkenalan mereka untuk Pavel.

“Lalu Pavel, kenalkan ini Max Parker Papahku. Ini Diana Parker, Mamahku dan yang itu Alexander Parker, Kakekku.” Liana memperkenalkan keluarganya sembari dengan sopan menunjuk ke arah Papah, Mamah dan Kakeknya secara urut.

“Selamat malam Om, Tante, Kakek. Senang bisa bertemu kembali dengan kalian.” Pavel menyapa keluarga Liana dengan ramah, bersama senyum manis berdimple yang mengembang menghiasi wajah rupawannya. “Maaf karena saya sedikit terlambat. Ada sesuatu yang harus saya urus dulu tadi.”

“Tidak apa-apa, Pavel, kami mengerti dan memakluminya. Walau kami sempat sedikit kaget karena melihatmu yang datang sebagai pacar Liana.” Diana Parker menyambut Pavel dengan ramah. Ia bahkan tersenyum lebar hingga memperlihatkan semua giginya.

Sementara itu, Liana tengah terpikat pada senyuman manis dari pacar pura-puranya. Debaran jantungnya berpacu cepat, jiwa dan pikirannya serasa melayang bersama senyuman manis nan menawan milik Pavel. Dia seketika lupa akan wajah datar dan cara berbicara ketus dari si pria yang sempat membuatnya kesal.

Wanita itu juga tidak menyadari bahwa perkataan Mamahnya terdengar sedikit aneh.

“Ternyata dia bisa tersenyum juga! Mana senyumannya semanis itu. Gula berkilo-kilo pun masih kalah manis dari senyumannya. Dan wajahnya jadi terlihat seperti pria yang lembut dan penuh kasih.” Tanpa sadar, Liana terus memandang kagum pada pria yang masih berdiri di sampingnya.

Pavel yang merasakan seperti sedang ditatap oleh seseorang, melirik tajam ke arah si wanita dan berbisik tegas, “Apa aku sangat tampan hingga kamu terus menatapku begitu?”

Liana tersentak, mengalihkan pandangannya ke arah lain dan berusaha untuk menyembunyikan rasa terkejutnya. “Tidak! Aku tidak sedang melihatmu. Aku hanya sedang memikirkan sesuatu.”

Bibir Pavel berdecak pelan. “Iya memikirkan sesuatu sambil menatapku, Kan?”

“Idih, percaya diri sekali Anda!” Liana melepaskan lingkaran tangannya di lengan Pavel dan menatap pria itu dengan tatapan mencibir. Dia tidak takut, hanya merasa malu jika harus mengakui yang sebenarnya. Apalagi, dia sudah sampai ketahuan oleh si pria itu sendiri.

“Terima kasih! Aku memang cukup percaya diri. Selain itu, aku juga cukup percaya bahwa kamu memang sedang memandangku tadi.”

Liana melipat tangannya ke depan dada dan berucap, “Itu hanya perasaanmu saja, Tuan yang cukup percaya diri! Karena aku tidak memandangmu sama sekali.”

“Kamu mungkin pandai dalam membohongi orang tuamu, tapi tidak saat berbohong padaku, Liana.” Dengan nada yang santai, Pavel menyindir Liana. Dia hanya ingin membuat wanita itu kesal saja, tidak lebih.

Liana memicingkan mata pada si pria. “Memangnya siapa yang mau membohongi pria sepertimu?”

“Ya kamu lah, siapa lagi yang memiliki hobi berbohong kalau bukan kamu.”

Rasa kesal tersirat jelas dalam sorot mata Liana, yang kini tengah menatap Pavel dengan tajam. “Bisa-bisanya aku sempat terpesona kepada pria sepertinya! Harusnya aku ingat kalau diantara semua pria yang kukenal, dia adalah pria yang paling menyebalkan. Sangat disayangkan karena senyum semanis itu dimiliki oleh pria semenyebalkan Pavel.”

“Kalau bukan karena aku butuh bantuannya sudah ku buang dia jauh-jauh dariku. Malas sekali melihat raut wajah datar dan cara berbicaranya yang selalu membuatku kesal. Sudah begitu, terkadang masih bisa berbicara manis, lalu kembali lagi ke setelan awal, sudah seperti bunglon yang suka berubah-ubah. Padahal kalau tersenyum seperti tadi, dia akan terlihat seperti manusia pada umumnya.” Liana terus menggerutu, meluapkan segala kekesalannya tentang Pavel dengan bibir yang bergerak-gerak tanpa suara.

“Teruskan saja mengeluh tentangku! Sudah bagus aku mau membantumu.” Walau Liana tidak mengeluarkan suara sedikit pun, tapi Pavel bisa menebak apa yang sedang digerutukan oleh wanita itu. Dia bisa melihat dengan jelas dalam raut wajah Liana, kalau wanita itu sedang mengeluh tentangnya.

“Siapa juga yang sedang mengeluh tentangmu. Sok tau banget sih!” kesal Liana. Walau kenyataannya memang begitu, tapi tetap saja ucapan Pavel itu membuatnya kesal.

Dengan raut datar, Pavel berucap, “Elakanmu ini bisa menjadi salah satu bukti bahwa kamu memang hobi berbohong.”

“Siapa yang kamu bilang hobi berbohong? Seperti kamu tau saja apa yang ku gerutukan tadi!”

“Raut wajahmu itu sudah cukup untuk menjelaskan segalanya dan sangat mudah untuk ditebak olehku.”

“Memangnya kamu pakar ekspresi sampai bisa menebak sesuatu hanya dari raut wajah?” seloroh Liana, yang mulai merasa kesal.

“Tidak perlu menjadi pakar ekspresi jika orang yang perlu ditebak hanyalah kamu.”

Liana berdecak kesal. “Menyebalkan!”

“Kamu baru menghadapiku sebentar sudah mengeluh terus-terusan, bagaimana kalau lama? Sudah melambaikan tangan sepertinya.”

“Karena kamu memang menyebalkan, tau tidak sih? Lagipula, siapa yang mau menghadapimu dalam waktu lama? Kalau aku sih malas, sebentar saja sudah cukup bagiku.” Sebentar saja sudah membuatnya kesal berkali-kali, apalagi kalau lama, bisa naik darah setiap hari dia. Tidak, tidak, dia tidak mau! Membayangkannya saja sudah cukup mengerikan baginya.

“Ya itu terserah padamu, tapi kita akan lihat nanti.” Pavel berucap dengan kedua sudut bibir yang samar- samar terangkat.

“Terserah kamu saja!” Liana sudah memanyunkan bibirnya, merasa sangat kesal tapi malas untuk mendebatnya lagi. Dia tau kalau di debat lagi, pasti dia yang akan semakin dibuat kesal, sedangkan pria itu akan berwajah datar seperti biasa.

“Apa yang sedang kalian bisik-bisikan itu anak-anak? Apa kalian lupa kalau kami masih ada di sini?” tanya Alexander Parker, menatap cucunya dan pria di samping sang cucu secara bergantian. Dia hanya bermaksud untuk meledek keduanya, karena mereka terkesan berada di dunia mereka sendiri dan tidak memperdulikan sekitar.

“Mereka mungkin sedang kasmaran-kasmarannya, Pah, biarkan saja,” timpal Max, ikut meledek dua sejoli yang masih saja berdiri.

“Apa Papah tidak melihat wajahku! Apa wajahku ini terlihat seperti seseorang yang sedang kasmaran? Jelas- jelas putrimu ini sedang sangat kesal, Papah!” Liana menggerutu dalam hatinya. Tentu saja dia tidak berani untuk mengatakannya secara langsung, bisa ketahuan sandiwaranya kalau dia mengatakan seperti itu.

“Benar juga apa katamu, Max.” Alexander membenarkan apa yang dikatakan putranya sembari tertawa ringan dan kemudian kembali menatap ke arah sang cucu. “Tapi, kenapa kamu terlihat kesal, Liana? Apa Pavel membuat kesalahan, atau kamu kesal karena ketahuan memandangi wajah Pavel?”

Liana membelalak, bagaimana Kakeknya bisa menebak dengan tepat begitu? Apa hari ini Kakeknya sedang berubah menjadi cenayang juga? Atau memang benar apa yang dikatakan si pria menyebalkan, kalau raut wajahnya mudah ditebak hingga orang lain bisa tau apa yang sedang dirasakannya. Namun, Papahnya tadi salah menebak, itu berarti yang diucapkan Pavel salah.

Melihat cucunya membelalak setelah mendengar tebakannya, membuat Alexander kembali tertawa ringan. “Jadi mana yang benar Liana? Kesal karena Pavel membuat kesalahan, atau kesal karena ketahuan memandanginya?”

Sebenarnya Alexander sudah memperhatikan keduanya sedari tadi, jadi dia tau kalau pada awalnya sang cucu terlihat memandangi si pria dengan penuh kekaguman. Walau dia tidak tau apa yang sebenarnya mereka bicarakan, tapi dia bisa menebak kalau sang cucu pasti ketahuan memandangi Pavel dan merasa tidak terima hingga menjadi kesal. Dan karena itulah dia ingin meledek cucunya.

“Apa sih, Kek? Tidak ada yang seperti Kakek tanyakan. Dan dari pada meledekku, bukankah akan lebih baik jika menghubungi pria yang kata Papah akan datang. Kelihatannya dia lupa, atau mungkin memang tidak mau datang.” Liana berusaha mengalihkan pembicaraan agar tidak diledek lagi oleh Kakek dan Papahnya.

“Untuk apa menghubunginya, itu sudah tidak diperlukan lagi.” Max melirik ke sebelah putrinya dan tersenyum penuh makna.

“Kenapa?” Liana sedikit heran karena Papahnya terkesan sudah tidak peduli dengan pria yang sangat ingin dinikahkan dengannya. Padahal sebelum-sebelumnya sang Papah tidak pernah absen untuk menyanjung pria itu didepannya, maupun menceritakan segala hal tentang pria itu kepadanya. Apa mungkin ini karena dia sudah membawa Pavel sebagai pacarnya dan sang Papah sudah cocok dengan Pavel? Semoga saja benar begitu, agar rencananya kedepan bisa berjalan dengan lancar.

Sang Papah terkekeh dan kemudian berkata, “Kamu akan tau nanti. Untuk sekarang lebih baik kita makan malam dulu. Pavel pasti sudah lapar.”

“Iya benar. Ayo makan malam dulu.” Diana ikut menambahi perkataan suaminya.

“Iya, ayo anak-anak. Makan malam dulu,” timpal Alexander.

“Iya, Kek.” Liana melirik kesal saat dia dan Pavel berucap berbarengan.

Namun, berbeda dengan ketiga orang tua yang ada di sana, mereka tersenyum dengan begitu lebar hanya karena kejadian itu.

***

Di ruang makan, terlihat meja telah dipenuhi dengan hidangan yang lezat dan menggoda, Papahnya Liana mempersilahkan semuanya untuk duduk, termasuk Pavel yang dimintanya untuk duduk di dekat sang putri.

Suasana makan malam keluarga Liana dan Pavel berjalan dengan baik, ada beberapa obrolan ringan dan santai yang mereka selipkan. Seperti Pavel yang selalu memuji hidangan yang dia cicipi, juga orang tua Liana dan sang Kakek yang sepertinya begitu menyukai setiap pujian dan ucapan Pavel.

Saat melihat semua orang telah menyelesaikan makanan mereka, Max segera membuka percakapan. “Jadi Pavel, bagaimana kabar Mama dan adikmu? Apa Mama dan adikmu sudah tau kalau kamu dan Liana berpacaran?”

Related chapters

  • Pernikahan Pura-Pura dengan Tuan CEO yang Sempurna   Bab 6. Sudah saling kenal sebelumnya

    “Mama dan adikku baik, Om. Dan tentang berpacaran, sejauh ini belum sempat ku sampaikan kepada mereka.” Pavel melirik ke arah Liana sejenak, ingin memastikan bagaimana reaksi wanita itu.Diana tertawa kecil. "Jadi, masih dalam tahap rahasia, ya?”"Iya, masih tahap merahasiakan, Tante," jawab Pavel, dengan nada bercanda.“Lalu bagaimana kamu bisa mengenal Liana dan berpacaran dengannya? Apa kalian bertemu sesudah pertemuan keluarga kita saat itu, atau bagaimana? Karena yang om ingat saat itu kamu mengatakan kalau kamu belum memiliki pacar.” Max sudah menahan rasa penasarannya untuk bertanya tentang hal ini sedari tadi, dia ingin tau apa Pavel sengaja memacari anaknya setelah pertemuan mereka atau memang semua ini hanya ketidaksengajaan semata.“Saat Om bertanya, aku memang belum memiliki pacar. Karena kebetulan kami baru saling kenal selama satu bulan dan berpacaran baru selama satu minggu, yang artinya aku bertemu dengannya setelah pertemuan keluarga yang pertama kali.”“Jadi kamu sen

    Last Updated : 2024-02-13
  • Pernikahan Pura-Pura dengan Tuan CEO yang Sempurna   Bab 7. Pria pilihan orang tua

    Sorot mata Liana menunjukkan keterkejutan yang amat sangat, ada kekecewaan, kebingungan serta kekesalan juga di sana. Terkejut karena waktu yang disebutkan hanya satu minggu. Bingung, kecewa dan kesal karena orang tuanya masih saja memintanya untuk menikah, padahal dia sudah membawa seorang pacar ke hadapan mereka.Sementara itu, Pavel justru mengangguk menyetujui ucapan Papahnya Liana. “Baik, Om, saya setuju.”Pavel sangat yakin dengan keputusannya, dia sudah menduga kalau inilah yang akan terjadi. Dia tau kalau orang tua Liana tidak akan menyerah untuk meminta wanita itu menikah hanya karena Liana memperkenalkan seorang pacar kepada mereka. Itulah kenapa saat Liana mengajaknya untuk menjadi pacar pura-pura, dia sempat merasa ragu, apalagi yang dijadikan pacar pura-pura oleh wanita itu adalah dirinya.“Tunggu dulu, Pavel! Ini kenapa kamu malah iya- iya aja sih?” Liana semakin dibuat kesal karena persetujuan Pavel atas keinginan Papahnya. Dia meminta pria itu untuk berpura-pura menjad

    Last Updated : 2024-02-13
  • Pernikahan Pura-Pura dengan Tuan CEO yang Sempurna   Bab 8. Menyetujui pernikahan

    “Ya. Aku memang sedikit membohongimu dan aku sengaja melakukannya.“ Pavel menjawab dengan berbisik pula.Liana mengepalkan tangan dengan erat, sorot matanya mencerminkan kekecewaan dan kemarahan yang semakin merasuk dalam diri. Dia tak habis pikir, bagaimana bisa Pavel berucap dengan santai dan seperti tidak merasa bersalah sedikitpun, padahal pria itu telah membohonginya. Benar-benar membuatnya semakin naik darah!“Kendalikan wajahmu, Liana! Jika keluargamu melihat, mereka akan tau kalau kamu sedang marah dan mereka mungkin akan bertanya kepadamu tentang kenapa kamu marah. Lagipula kamu tidak perlu semarah itu, karena aku tidak sepenuhnya berbohong. Perlu diingat juga, bahwa kamu sendiri pun sedang berbohong kepada keluargamu sekarang.”Seketika raut wajah Liana berubah biasa saja. Walau masih merasa marah dan kecewa, tapi dia sadar kalau apa yang diucapkan Pavel ada benarnya. “Jadi apa yang kamu maksud dengan tidak sepenuhnya berbohong? Lalu apa alasanmu membohongiku, apa kamu piki

    Last Updated : 2024-02-13
  • Pernikahan Pura-Pura dengan Tuan CEO yang Sempurna   Bab 9. Alasan dibalik kesetujuan Pavel

    Sore ini, langit terlihat bagaikan kanvas raksasa dihiasi warna-warna hangat dan lembut. Sementara seorang wanita yang baru saja pulang dari kantornya, kini sudah berada di dalam apartemen seorang pria.Semalam, setelah Pavel pulang dari rumahnya, Liana segera menghubungi pria itu untuk mengajak bertemu. Namun, karena ingin membicarakan sesuatu yang penting tentang pernikahan, dia meminta izin untuk bertemu di apartemen si pria saja. Dan tadi, saat ia sampai di gedung apartemen Pavel, pria itu memberitahunya kalau akan pulang terlambat dan mengirimkan nomor sandi apartemen agar ia bisa masuk ke dalam lebih dulu.Entah karena pria itu tidak ingin dia menunggu di luar terlalu lama, atau karena alasan lainnya, dia tidak tau. Yang penting sekarang, dia sudah berada di dalam apartemen itu. Liana menatap sekeliling apartemen dengan seksama. Saat dia datang ke sini pertama kali, dia tidak sempat untuk melihat-lihat apartemen itu dengan benar dan sekarang dia bisa melihat semuanya dengan jela

    Last Updated : 2024-02-13
  • Pernikahan Pura-Pura dengan Tuan CEO yang Sempurna   Bab 10. Menawarkan pernikahan kontrak

    “Pernikahan kontrak?” Pavel mengulangi perkataan Liana dan menatap wanita itu dengan tajam. “Kamu ingin mengajakku untuk menikah kontrak denganmu?”“Iya, aku ingin mengajakmu untuk menikah kontrak atau kata lainnya adalah menikah pura-pura.” Liana mengeluarkan sebuah dokumen dari dalam tasnya dan memberikannya kepada Pavel.Pavel menerima dokumen tersebut dengan kening yang berkerut. “Apa ini?”“Kontrak pernikahan kita. Aku sudah menuliskan banyak pasal di sana, jika kamu tidak setuju dengan salah satu pasalnya, kamu bisa mengatakan padaku dan akan kita ubah sesuai dengan kesepakatan bersama,” jelas Liana.Dengan kening yang masih berkerut, Pavel segera membuka dokumen di tangannya dan membaca dengan serius pasal-pasal yang telah tertulis rapi di sana. Namun, baru membaca pasal 1, ia sudah dibuat menghela nafas. “Apa kamu serius dengan pasal nomor 1 ini?”“Pasal nomor 1?” Liana berpikir sejenak, berusaha mengingat apa yang ditulisnya pada pasal nomor 1. “Aaa, tentang batas waktu perni

    Last Updated : 2024-02-13
  • Pernikahan Pura-Pura dengan Tuan CEO yang Sempurna   Bab 11. Pria itu?

    Liana tertawa hambar. “Apa kamu sedang khawatir bahwa aku akan mencintaimu?” “Tidak, untuk apa aku khawatir? Aku mengatakannya karena kamu lebih dulu menyinggungnya, hanya itu saja,” jawab Pavel dengan nada santai, seolah tidak terpengaruh dengan nada sinis lawan bicaranya.“Kamu tenang saja, aku tidak akan jatuh cinta pada pria sepertimu. Lagipula aku sendiri yang telah menawarkan pernikahan kontrak ini, jadi aku tau dan sadar diri kalau aku tidak boleh menjatuhkan hatiku padamu,” balas Liana, masih dengan nada sinisnya.Kening Pavel sedikit mengerut, matanya memandang ke arah lain sembari berkata, “Baguslah kalau begitu, karena aku juga akan melakukan hal yang sama. Aku tidak akan melibatkan perasaanku dalam pernikahan kita.”“Iya iya, aku sudah bisa menebak tentang hal itu, Tuan Pavel Romanov! Aku tau kamu tidak menyukaiku dan tidak akan mungkin menyukaiku, oleh karena itulah aku mengajakmu menjalin pernikahan pura-pura. Dan pria yang suka berubah-ubah sepertimu, tidak mungkin bis

    Last Updated : 2024-03-13
  • Pernikahan Pura-Pura dengan Tuan CEO yang Sempurna   Bab 12. Wajah itu lagi

    Tangan Liana terasa gemetar, bersamaan dengan jantung yang berdegup kencang dan tak beraturan. Wajah itu, dia tak pernah menyangka akan melihat wajah itu lagi setelah bertahun-tahun lamanya. Liana sedikit mengintip, berniat untuk memastikan apa yang dilihatnya. Namun, sayang, dia hanya bisa melihat punggung pria yang semakin menghilang karena masuk ke dalam satu-satunya unit apartemen lain yang berada di lantai itu.Saat punggung si pria sudah tidak lagi terlihat, Liana segera keluar dan menutup pintu apartemen Pavel. Sementara tangannya yang lain sibuk mencari keberadaan ponsel di dalam tas meski masih dengan gemetaran.Liana berniat menghubungi sang sahabat untuk menanyakan tentang apa yang baru saja dilihatnya. Siapa tau sang sahabat tau sesuatu yang tidak diketahuinya. Sayangnya, belum sempat dia menelpon, sebuah panggilan lain sudah lebih dulu masuk ke ponselnya.“Hallo, Mah,” ucapnya, menjawab panggilan dari sang Mamah.“Dimana kamu, Nak?” Suara sang Mamah terdengar khawatir.

    Last Updated : 2024-03-14
  • Pernikahan Pura-Pura dengan Tuan CEO yang Sempurna   Bab 13. Cerita cinta masalalu

    Langkah kaki si pria seakan ingin menghampiri tempat di mana Liana dan Aluna duduk, tetapi langkah itu tiba-tiba terhenti bersamaan dengan ponsel yang diletakan di telinganya. Tak berapa lama, si pria berbalik dan bergegas pergi meninggalkan cafe. Sementara kedua wanita yang tadi ingin dihampiri si pria masih sibuk mengobrol dengan serius.“Lalu, hal lain apa yang ingin kamu katakan padaku?” tanya Aluna, menatap Liana penuh rasa penasaran.Liana meremas jari-jarinya sendiri. “Apa kamu tau bagaimana kabar Liam?”“Liam?” Kedua alis Aluna mengerut, matanya menatap penuh tanda tanya.“Iya, Liam. Apa kamu tau kabarnya?“Liam Anderson?” Aluna ingin memastikan kalau dia tidak salah mengira.“Iya, Liam Anderson. Liam yang pernah kita kenal dulu.”Aluna ternganga. Masih teringat betul bagaimana sang sahabat membenci dan menghindari pembicaraan apapun yang bersangkutan dengan Liam, bahkan Liana akan merasa tidak nyaman jika nama pria itu disebut. Namun, sekarang, sahabatnya sendirilah yang tiba

    Last Updated : 2024-03-17

Latest chapter

  • Pernikahan Pura-Pura dengan Tuan CEO yang Sempurna   Bab 13. Cerita cinta masalalu

    Langkah kaki si pria seakan ingin menghampiri tempat di mana Liana dan Aluna duduk, tetapi langkah itu tiba-tiba terhenti bersamaan dengan ponsel yang diletakan di telinganya. Tak berapa lama, si pria berbalik dan bergegas pergi meninggalkan cafe. Sementara kedua wanita yang tadi ingin dihampiri si pria masih sibuk mengobrol dengan serius.“Lalu, hal lain apa yang ingin kamu katakan padaku?” tanya Aluna, menatap Liana penuh rasa penasaran.Liana meremas jari-jarinya sendiri. “Apa kamu tau bagaimana kabar Liam?”“Liam?” Kedua alis Aluna mengerut, matanya menatap penuh tanda tanya.“Iya, Liam. Apa kamu tau kabarnya?“Liam Anderson?” Aluna ingin memastikan kalau dia tidak salah mengira.“Iya, Liam Anderson. Liam yang pernah kita kenal dulu.”Aluna ternganga. Masih teringat betul bagaimana sang sahabat membenci dan menghindari pembicaraan apapun yang bersangkutan dengan Liam, bahkan Liana akan merasa tidak nyaman jika nama pria itu disebut. Namun, sekarang, sahabatnya sendirilah yang tiba

  • Pernikahan Pura-Pura dengan Tuan CEO yang Sempurna   Bab 12. Wajah itu lagi

    Tangan Liana terasa gemetar, bersamaan dengan jantung yang berdegup kencang dan tak beraturan. Wajah itu, dia tak pernah menyangka akan melihat wajah itu lagi setelah bertahun-tahun lamanya. Liana sedikit mengintip, berniat untuk memastikan apa yang dilihatnya. Namun, sayang, dia hanya bisa melihat punggung pria yang semakin menghilang karena masuk ke dalam satu-satunya unit apartemen lain yang berada di lantai itu.Saat punggung si pria sudah tidak lagi terlihat, Liana segera keluar dan menutup pintu apartemen Pavel. Sementara tangannya yang lain sibuk mencari keberadaan ponsel di dalam tas meski masih dengan gemetaran.Liana berniat menghubungi sang sahabat untuk menanyakan tentang apa yang baru saja dilihatnya. Siapa tau sang sahabat tau sesuatu yang tidak diketahuinya. Sayangnya, belum sempat dia menelpon, sebuah panggilan lain sudah lebih dulu masuk ke ponselnya.“Hallo, Mah,” ucapnya, menjawab panggilan dari sang Mamah.“Dimana kamu, Nak?” Suara sang Mamah terdengar khawatir.

  • Pernikahan Pura-Pura dengan Tuan CEO yang Sempurna   Bab 11. Pria itu?

    Liana tertawa hambar. “Apa kamu sedang khawatir bahwa aku akan mencintaimu?” “Tidak, untuk apa aku khawatir? Aku mengatakannya karena kamu lebih dulu menyinggungnya, hanya itu saja,” jawab Pavel dengan nada santai, seolah tidak terpengaruh dengan nada sinis lawan bicaranya.“Kamu tenang saja, aku tidak akan jatuh cinta pada pria sepertimu. Lagipula aku sendiri yang telah menawarkan pernikahan kontrak ini, jadi aku tau dan sadar diri kalau aku tidak boleh menjatuhkan hatiku padamu,” balas Liana, masih dengan nada sinisnya.Kening Pavel sedikit mengerut, matanya memandang ke arah lain sembari berkata, “Baguslah kalau begitu, karena aku juga akan melakukan hal yang sama. Aku tidak akan melibatkan perasaanku dalam pernikahan kita.”“Iya iya, aku sudah bisa menebak tentang hal itu, Tuan Pavel Romanov! Aku tau kamu tidak menyukaiku dan tidak akan mungkin menyukaiku, oleh karena itulah aku mengajakmu menjalin pernikahan pura-pura. Dan pria yang suka berubah-ubah sepertimu, tidak mungkin bis

  • Pernikahan Pura-Pura dengan Tuan CEO yang Sempurna   Bab 10. Menawarkan pernikahan kontrak

    “Pernikahan kontrak?” Pavel mengulangi perkataan Liana dan menatap wanita itu dengan tajam. “Kamu ingin mengajakku untuk menikah kontrak denganmu?”“Iya, aku ingin mengajakmu untuk menikah kontrak atau kata lainnya adalah menikah pura-pura.” Liana mengeluarkan sebuah dokumen dari dalam tasnya dan memberikannya kepada Pavel.Pavel menerima dokumen tersebut dengan kening yang berkerut. “Apa ini?”“Kontrak pernikahan kita. Aku sudah menuliskan banyak pasal di sana, jika kamu tidak setuju dengan salah satu pasalnya, kamu bisa mengatakan padaku dan akan kita ubah sesuai dengan kesepakatan bersama,” jelas Liana.Dengan kening yang masih berkerut, Pavel segera membuka dokumen di tangannya dan membaca dengan serius pasal-pasal yang telah tertulis rapi di sana. Namun, baru membaca pasal 1, ia sudah dibuat menghela nafas. “Apa kamu serius dengan pasal nomor 1 ini?”“Pasal nomor 1?” Liana berpikir sejenak, berusaha mengingat apa yang ditulisnya pada pasal nomor 1. “Aaa, tentang batas waktu perni

  • Pernikahan Pura-Pura dengan Tuan CEO yang Sempurna   Bab 9. Alasan dibalik kesetujuan Pavel

    Sore ini, langit terlihat bagaikan kanvas raksasa dihiasi warna-warna hangat dan lembut. Sementara seorang wanita yang baru saja pulang dari kantornya, kini sudah berada di dalam apartemen seorang pria.Semalam, setelah Pavel pulang dari rumahnya, Liana segera menghubungi pria itu untuk mengajak bertemu. Namun, karena ingin membicarakan sesuatu yang penting tentang pernikahan, dia meminta izin untuk bertemu di apartemen si pria saja. Dan tadi, saat ia sampai di gedung apartemen Pavel, pria itu memberitahunya kalau akan pulang terlambat dan mengirimkan nomor sandi apartemen agar ia bisa masuk ke dalam lebih dulu.Entah karena pria itu tidak ingin dia menunggu di luar terlalu lama, atau karena alasan lainnya, dia tidak tau. Yang penting sekarang, dia sudah berada di dalam apartemen itu. Liana menatap sekeliling apartemen dengan seksama. Saat dia datang ke sini pertama kali, dia tidak sempat untuk melihat-lihat apartemen itu dengan benar dan sekarang dia bisa melihat semuanya dengan jela

  • Pernikahan Pura-Pura dengan Tuan CEO yang Sempurna   Bab 8. Menyetujui pernikahan

    “Ya. Aku memang sedikit membohongimu dan aku sengaja melakukannya.“ Pavel menjawab dengan berbisik pula.Liana mengepalkan tangan dengan erat, sorot matanya mencerminkan kekecewaan dan kemarahan yang semakin merasuk dalam diri. Dia tak habis pikir, bagaimana bisa Pavel berucap dengan santai dan seperti tidak merasa bersalah sedikitpun, padahal pria itu telah membohonginya. Benar-benar membuatnya semakin naik darah!“Kendalikan wajahmu, Liana! Jika keluargamu melihat, mereka akan tau kalau kamu sedang marah dan mereka mungkin akan bertanya kepadamu tentang kenapa kamu marah. Lagipula kamu tidak perlu semarah itu, karena aku tidak sepenuhnya berbohong. Perlu diingat juga, bahwa kamu sendiri pun sedang berbohong kepada keluargamu sekarang.”Seketika raut wajah Liana berubah biasa saja. Walau masih merasa marah dan kecewa, tapi dia sadar kalau apa yang diucapkan Pavel ada benarnya. “Jadi apa yang kamu maksud dengan tidak sepenuhnya berbohong? Lalu apa alasanmu membohongiku, apa kamu piki

  • Pernikahan Pura-Pura dengan Tuan CEO yang Sempurna   Bab 7. Pria pilihan orang tua

    Sorot mata Liana menunjukkan keterkejutan yang amat sangat, ada kekecewaan, kebingungan serta kekesalan juga di sana. Terkejut karena waktu yang disebutkan hanya satu minggu. Bingung, kecewa dan kesal karena orang tuanya masih saja memintanya untuk menikah, padahal dia sudah membawa seorang pacar ke hadapan mereka.Sementara itu, Pavel justru mengangguk menyetujui ucapan Papahnya Liana. “Baik, Om, saya setuju.”Pavel sangat yakin dengan keputusannya, dia sudah menduga kalau inilah yang akan terjadi. Dia tau kalau orang tua Liana tidak akan menyerah untuk meminta wanita itu menikah hanya karena Liana memperkenalkan seorang pacar kepada mereka. Itulah kenapa saat Liana mengajaknya untuk menjadi pacar pura-pura, dia sempat merasa ragu, apalagi yang dijadikan pacar pura-pura oleh wanita itu adalah dirinya.“Tunggu dulu, Pavel! Ini kenapa kamu malah iya- iya aja sih?” Liana semakin dibuat kesal karena persetujuan Pavel atas keinginan Papahnya. Dia meminta pria itu untuk berpura-pura menjad

  • Pernikahan Pura-Pura dengan Tuan CEO yang Sempurna   Bab 6. Sudah saling kenal sebelumnya

    “Mama dan adikku baik, Om. Dan tentang berpacaran, sejauh ini belum sempat ku sampaikan kepada mereka.” Pavel melirik ke arah Liana sejenak, ingin memastikan bagaimana reaksi wanita itu.Diana tertawa kecil. "Jadi, masih dalam tahap rahasia, ya?”"Iya, masih tahap merahasiakan, Tante," jawab Pavel, dengan nada bercanda.“Lalu bagaimana kamu bisa mengenal Liana dan berpacaran dengannya? Apa kalian bertemu sesudah pertemuan keluarga kita saat itu, atau bagaimana? Karena yang om ingat saat itu kamu mengatakan kalau kamu belum memiliki pacar.” Max sudah menahan rasa penasarannya untuk bertanya tentang hal ini sedari tadi, dia ingin tau apa Pavel sengaja memacari anaknya setelah pertemuan mereka atau memang semua ini hanya ketidaksengajaan semata.“Saat Om bertanya, aku memang belum memiliki pacar. Karena kebetulan kami baru saling kenal selama satu bulan dan berpacaran baru selama satu minggu, yang artinya aku bertemu dengannya setelah pertemuan keluarga yang pertama kali.”“Jadi kamu sen

  • Pernikahan Pura-Pura dengan Tuan CEO yang Sempurna   Bab 5. Sandiwara yang di mulai

    Semua orang menoleh, menatap pria yang tengah berdiri di ambang pintu masuk rumah mereka. Pria yang mengenakan tuxedo berwarna coklat itu, terlihat begitu tampan dan percaya diri.Dengan cepat, Liana berdiri dan melangkah menghampiri si pria. “Sayang, kamu datang!“ serunya, berusaha untuk memainkan peran dengan baik.Pavel mengangguk singkat. “Sesuai yang sudah disepakati.”“Ya, terima kasih karena sudah menepati kesepakatan kita.”“Hm.” Pavel menanggapi dengan dingin, membuat Liana meliriknya dan menghembuskan nafas malas.“Beraktinglah dengan baik, Pavel!” Liana memperingatkan si pria, tidak ingin jika rencananya gagal karena sikap Pavel tidak seperti seseorang yang sedang berbicara dengan pacarnya.“Tidak usah menggurui. Aku akan melakukannya dengan caraku sendiri, aku tau kapan aktingku dibutuhkan dan tidak.” Suara pelan dari si pria memang terdengar lembut di telinga, namun nada suara dan kata-katanya sedikit ketus dan menohok bagi Liana.Liana terdiam sejenak, merasa kesal tap

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status