Rain kemudian menuju dapur dan menenangkan diri disana, Yani yang tau betul suasana hatinya mencoba menuangkan air putih dalam gelas mewah yang ada dirak piring.
"Ini nyonya, minumlah"
"Terima kasih ibu"
"Tuan memang seperti itu semenjak mendiang istri tuan meninggal"
"Dia kenapa?"
"Dulu tuan tidak begitu, tapi sepertinya tuan jadi sangat cemburu jika ada yang dekat dengan anak-anaknya"
"Tapi dulu dia tidak begitu ibu, yang ku kenal Abe sangat manis"
"Entahlah, dia sangat takut ada perempuan lain yang bisa dekat dengan anak-anaknya, seakan tuan tak ingin posisi ibu kandung anak-anaknya terganti oleh siapapun"
"Ow begitu, bisa jadi sih. Tadi dia sangat marah saat aku berusaha dekat dengan Gia"
"Ya begitulah tuan" Yani kemudian menarik nafas panjang
"Tak apa ibu, semua akan segera berakhir, aku akan membuatnya bersedia menerimaku sebagai ibu anak-anaknya kini"
"Apa nyonya yakin?"
"Kita lihat saja" Jawab Rain sambil tersenyum
"Kalau tuan marah, cobalah menangis. Itu senjata Mama Isa kalau tuan sudah mulai marah-marah padanya"
"Ow kak Isa suka begitu?"
"Hihihi... iya coba saja, siapa tau kan namanya juga usaha"
Rain menjawab dengan senyum penuh keyakinan, dalam hatinya dia semakin yakin sebenarnya Abe tak semenakutkan yang dia tampakkan.
"Rain..." Terdengar teriakan Abe menghampiri mereka
"Iya, jangan teriak-teriak putrimu sedang tidur" Jawab Rain sambil menempelkan telunjukkan kehidung
"Mana kedengaran, kamar itu kan kedap suara"
Yani kemudian meninggalkan Rain dan Abe didapur menuju kamarnya.
"Kapan kau ambil barangmu dikosan"
"Besok saja ya, tak apa kan?"
"Terserah, kalau jadi biarku minta supir dan yani menemanimu"
"Iya besok saja"
"Nanti sore aku harus ke Surabaya karena besok pagi aku harus menghadiri rapat"
"Mau ku siapkan bajumu?" Tanya Rain
"Semua ada dirumah Surabaya kok, aku berangkat jam 4 sore ini"
"Iya, hati-hati ya"
"Nanti Isa kesini untuk nyusul Gia"
"Oh Isa kesini, sama anak-anak"
"Kenapa, kau mau coba dekati anak-anakku lagi?"
"Aku hanya bertanya, apa salah?"
"Jangan kau dekati anak-anakku, kau ingat" Ujar Abe sambil setengah melotot
Rain yang ingat saran Ibu Yani kemudian memasang wajah nangis,
"Kenapa kau jadi galak sih, aku kan cuma nanya"
"Aaaaah sudah lah, kenapa kau ini" Abe nampak tak suka melihat ekspresi wajah Rain, dia kemudian kembali kemeja ruang tengah dan kembali bekerja.
Rain nampak senang, ternyata saran Yani bisa sekali dia terapkan. Dengan wajah senang diapun menuju kamarnya. Gia terlihat masih tidur pulas dengan selimut berwarna pink yang membuatnya semakin nyaman tidur dikamar itu.
"Mami..." Gia memanggil Rain dengan mata yang masih tertutup
"Iya sayang, ayo bobo lagi"
"Aku mau diusap-usap"
"Sini mami usap-usap tapi bobo ya"
Rain kemudian mengusap-usap punggung Gia yang membuat putri mungil itu kembali tertidur nyenyak.
===
Dilantai bawah
"Selamat siang pengantin baru" Terdengar Isa baru tiba dengan wajah sumringah
"Ah pengacau datang" Jawab Abe sambil bangit dari tempat duduknya
"Mana nyonya barumu, akhirnya ada wanita yang memaksamu menikah"
"Sudahlah jangan goda aku terus, kau datang cuma buatku makin kesal saja"
"Eh jangan galak-galak kau sama istri barumu ya, inget kau punya anak perempuan. Jangan sampai anak-anakmu yang dapat karma ya"
"Ih siapa yang galak?"
"Kalau kau sampai buat menangis awas aja kau yang akan menjewermu"
"Sudah jangan begitu, bagaimana kalau Rain liat. Kau ini"
"Selamat Siang Mama Isa" Sapa Yani sambil membawakan secangkir teh mint kesukaan Isa
"Yani disini, mmmm... baguslah. Jangan biarkan Abe teriak-teriak pada istri barunya ya. Kalau Abe aneh-aneh hubungi aku Yani"
"Baik mama"
"Kenapa kalian jadi seperti menghadapi penjahat saja" Ujar Abe sambil melotot
"Hahaha... Kita semua tau kau akan seperti apa pada istrimu, biar nanti Rain ku tatar biar dia ngak kabur" Isa menggoda kakaknya
"Haduuuh, sudah lah aku mau pulang ke Surabaya saja, makin lama kalian makin menyebalkan saja" Abe kemudian memberekan kertas kerja yang tertata rapi di atas meja dan beranjak pergi.
"Kenapa buru-buru Abe sayang" Goda Isa lagi
"Supir mana supir... kita pergi sekarang" Panggil Abe sambil berlalu
"Eh kak Isa sudah datang" Sapa Rain sambil menuruni tangga"Ah nyonya turun juga"
"Abe mana?" Tanya Rain sambil menoleh kearah Yani
"Dia sudah pulang ke Surabaya" Jawab Isa
"Kok ngak pamit"
"Hahahah... Abe kesal aku goda dari tadi, jadi dia langsung main pergi aja"
"Oh,,,,"
"Tenang nanti juga dia telepon bilang minta maaf Rain aku tadi buru-buru, sibuk, banyak kerjaan, ngak ada waktu." Isa mencoba menirukan kata-kata Abe
"Kakak paham betul nampaknya"
"Dia sejak di dalam kandungan sudah hidup denganku, bagaimana aku tak mengenalnya"
"Ah iya kaliankan anak kembar ya kan?"
"Mmmm,,, pokoknya apapun tentang Abe tanyakan saja padaku"
Krriiiing.... Ponsel Rain berbunyi
"Nah kan dia telepon" Isa mencoba meyakinkan Rain akan ucapannya
"Halo Abe ada apa?"
"Hai maaf aku tadi buru-buru, sibuk, banyak kerjaan jadi ngak ada waktu pamit" Jawab Abe dari balik telepon
"Oh iya tadi Kak Isa sudah bilang kok, hati-hati dijalan ya"
Abe langsung menutup sambungan teleponnya, Rain yang mendengar perkataan Abe pun tertawa geli.
"Kok bisa persis gitu ngomongnya" Ujar Rain pada Isa
"Setiap dia tiba-tiba menghilang selalu dan pasti dia mengucapkan kata-kata itu, sepertinya dia kurang pandai mencari alasan"
Merekapun menertawakan tingkah Abe siang itu.
===
Tak terasa sore menjelang dan Gia pun terbangun dari tidurnya. Dia pun turun kelantai satu dan menghampiri Rain.
"Mami..."
"Eh anak cantik sudah bangun" Sambut Rain
"Mama Isa disini"
"Iya sayang, kata papi Gia pulang ke Batu ya sama mama"
"Aku mau disini saja sama mami. Mami itu sayang-sayang Gia, usap-usap Gia, Pijit-pijit kaki Gia. Mami sayannng sekali sama GIa" Ujar Gia manja
"Mmmm, nanti kalau papi marah bagaimana?"
"Kalau papi marah Gia nangis"
"Pinter...." Isa menimpali
"Wah jadi Gia nangis diajarin mama" Rain mulai mengerti
"Iya lah, jangan mau disakitin sama papi sendiri nak, kalau sampai papi marah-marah kita nangis bareng-bareng, ya kan" Ujar Isa meyakinkan ponakannya itu
"Hadeeh, ternyata oh ternyata" Rain menggelengkan kepalanya
"Jadi Gia mau bobo disini saja?" Tanya Isa lagi
"Iya aku mau bobo sama mami, enak kalau bobo sama mami aku bobonya cepet"
"Biasalah kalau baru bikin nyaman ya kan" Isa mencubit manja pipi Gia
Yani kemudian mempersilahkan mereka semua untuk makan, hari ini menu yang disiapkannya adalah ayam bumbu saus kesukaan Gia. Isa dan Rain pun mulai menyantap makan siang sambil terus bercanda gurau tentang kelakuan Abe selama ini.
Sore itu Isa juga bercerita sedikit tentang Lidya, mendiang Istri Abe. Baginya Wanita itu adalah cinta pertama bagi kakaknya, tak ada yang dapat membuat Abe buta akan cinta selain Lidya. Namun sayang, selama pernikahan mereka Istri Abe ini terbilang sangat ringkih, mudah sakit.Pernah suatu ketika hanya karena kehujanan Lidya bisa sampai mimisan dan yang paling parah karena selimut lupa dicuci, tubuhnya bentol-bentol berhari-hari."Tapi ya begitulah, hidup ini adil Rain. Saat Lidya sangat lemah Abe lah yang menutupi semua kekurangan istrinya itu" Cerita Isa pada Rain."Aku rasa Abe memang pria yang baik, hanya saja dia masih enggan untuk melupakan mendiang istrinya itu""Karenanya kau harus sabar ya""Semoga, aku tak tau apa yang akan terjadi besok" Tutup Rain dengan wajah sedih.Isa yang melihat wajah sedih Rain tau betul bahwa gadis muda itu tak benar-benar berani menghadapi Abe yang tampaknya galak namun sebenarnya sangat pengertian. Saat
Setelah makan malam Gia nampak tak enak badan, dia kemudian meminta pengasuhnya mengantarkannya kekamar tidur."Ibu Yuyun aku pusing" Ujar Gia saat berjalan menuju kamar"Ibu pijat ya nak" Kata Yuyun sambil membaringkan Gia ketempat tidur dan mulai memijat punggung gadis kecil itu"uoooooookkk" Gia muntah banyak sekali"Gia...." Teriak Yuyun yang membuat Abe menghampiri"Gia kenapa?" Abe menghampiri putrinya"Pusing papi...pusing""Papi panggil Dokter ya"Gia mulai menangis, Lia pun menghampiri adiknya dengan wajah sangat cemas."Halo dokter, putriku sakit. Tolong segera kemari" Telepon Abe pada dokter pribadinyaTak lama kemudian dokter datang dan memeriksa Gia."Putriku kenapa dokter?" Abe penasaran"Ini masalah psikologi pak, sebaiknya jangan bertengkar didepan putri bapak""Ah iya, tadi sore ada pertengkaran memang""Anak seusian Gia memang sangat sensitif, bapak harus benar-benar m
Setelah kejadian kemarin yang cukup menegangkan, hari ini terasa lebih menyenangkan. Abe bangun tidur dengan senyum yang mengembang begitu pun anak-anak. Setelah menyelesaikan sarapan bersama dengan roti bakar dan susu murni mereka telah siap memulai hari ini dengan setumpuk aktifitas masing-masing.Tak lama setelah siap, anak-anakpun naik mobil dan diantar supir menuju sekolah. Sedangkan Abe memilih berangkat kekantor dengan menyetir sendiri mobilnya."Aku berangkat ya" Pamit Abe pada Rain."Iya, hati-hati dijalan ya""Jangan lupa makan siang, aku pulang agak telat"Merasa jenuh terus berada didalam rumah, Rain mulai berjalan-jalan diteras belakang rumah. Nampak banyak sekali tanaman yang kurang terawat, dia kemudian mulai membersihkan beberapa tanaman. Tak berapa lama kemudian ponselnya berbunyi, Rain bergegas menjawab panggilan telepon itu."Halo...""Rain, ini Abe""Ada apa?""Kertas kerjaku ketinggalan dimeja kerjak
Hari menjelang siang, Abe pun pamit kepada rekan-rekan kerjanya. Dia kemudian mengajak Rain menuju salah satu mall yang tak jauh dari kantornya sembari makan siang. Rain nampak sangat bersemangat berjalan disamping Suaminya itu."Mumpung Abe ngak galak" PikirnyaSetelah menuruni lift, Abe mulai melajukan mobilnya. Rain duduk disampingnya sambil mengingat-ingat jalan yang mereka lalui.Setiba di mall, Abe kemudian memarkirkan mobil tak jauh dari pintu masuk mall."Ayo turun""Asiiik""Seneng banget kayaknya""Iya lah, ah besok aku mau kekantormu lagi biar pulangnya ke mall lagi""Ih ya ngak tiap hari juga lah" Jawab Abe sambil melotot.Mereka pun memasuki mall, Rain melihat-lihat snack yang dipajang begitu menggiurkan sepanjang jalan masuk. Abe hanya mengikuti langkahnya dari belakang."Kamu mau makan apa?" Tanya Abe"Apa ya? aku belum pernah kesini""Nasi atau pizza" Abe memberikan pilihan"Na
Pagi ini semua bangun lebih pagi, Rain kemudian membantu asisten rumah tangga untk menyiapkan sarapan seluruh anggota keluarga.Roti bakar, selai coklat dan susu murni tertata rapi dimeja beberapa saat sebelum anak-anak turun untuk sarapan. Abe yang nampak sudah siap dengan pakaian kerjanya, mengecek kembali semua keperluan kerjanya hari ini dengan lebih santai.Setelah semua siap, sarapan pagipun segera dimulai"Hari ini mami Rain pulang ke Malang ya""Yaaa... Gia ditinggalin" Gia nampak kecewa"Nanti sabtu mami balik lagi kok sayang" Rain mencoba menjelaskan"Jangan lama-lama mami, Gia kangen mami" Jawab gadis kecil itu lagiRain hanya tersenyum dan melanjutkan sarapannya. Anak-anak yang lain tampak tak terpengaruh dengan pengumuman dari Abe dan hanya melanjutkan sarapan mereka.Setelah selesai sarapan mereka pun pergi dengan mobil masing-masing, Rain pun menuju mobil yang sudah disiapkan sopir."Aku berangkat ya" Pami
Setelah Una pulang, Rainpun mengirimkan pesan WA kepada Abe, dia berharap suaminya itu mau mengijinkan ibunya tingga bersamanya walau beberapa hari bagus lagi jika boleh berlama-lama dari pada rumah itu sepi."Abe, kau sibuk?" Pesan Rain pada Abe memulai pembicaraan.Membaca pesan Rain, Abe kemudian menelepon istrinya itu"Ada apa? aku malas ngetik""Abe aku sudah di Malang, Urusan kos sudah beres""Uang sewa kos bulan ini sudah kau bayarkan?""Iya sudah beres pokoknya""Ok terus ada apa?""Abe, bolehkan ibuku tinggal dirumah ini dengan ku?""Tentu saja, lakukan yang kau suka" Jawab Abe lagi"Boleh lama?""Tak apa, itu kan rumahmu sekarang. Lagi pula kan yang kau ajak ibumu. Jadi tak usah lah kau ijin dulu padaku""Aku takut kau marah""Hmmmmm.... semenakutkan itukah aku?""Iya... lupa kalau kau marah seremnya seperti apa?""Ahhh biasa aja, lagi pula kapan aku marah?""Ya
Kehadiran Ibu sungguh membuat hati Rain sangat senang, dia tau betul hanya ibunya tempatnya menceritaikan semua isi hatinya saat ini, Ibu pun mendengarkan cerita putrinya.Sambil berbaring dipangkuan ibunya, Rain terus bercerita,"Sebenarnya Abe punya putri yang sangat lucu bu, tapi ya karena masih sekolah di Surabaya jadinya aku ngak bisa bertemu dia setiap hari" Rain mulai bercerita"Tak apa nak, nanti kapan-kapan kita main kerumah Abe di Surabaya ya" Ibu menjawab sambil tersenyum"Oiya, ibu suka baju pemberian Abe?" Rain bangkit dari pembaringannya kemudian menatap wajah ibunya"Belum ibu coba, nanti lah" jawab ibu sambil membelai rambut putrinya itu"Abe beli dimall besar bu, aku ingin sekali ibu kesana, tempatnya sangat bagus" Rain bercerita begitu bersemangat"Iya, nanti ajak ibu liat-liat ya, pasti seru sekali" Ibu membalas sambil tersenyumRain bangkit lagi dari pangkuan ibunya, kemudian berjalan menuju da
Saat ibu mulai bercerita tentang sinetron kesukaannya itu, Abe menelpon "Halo..." Jawab Rain begitu menganggkat ponselnya "Rain, mama ngak apa-apa, cuma ada benturan dikepalanya. Kau tak usah cemas ya" "Alhamdulillah kalau mama baik-baik saja" "Iya aku dan anak-anak menginap di Jogja mungkin dua atau tiga hari ya" "Oooo... Iya tak apa, tunggu sampai mama cukup sehat saja" "Setelah itu sepertinya mama tinggal dengan aku saja dulu di Surabaya" "Iya tak apa, lebih baik begitu. Kasihan kalau mama tinggal terpisah dari Abe" "Terima kasih kau begitu pengertian" Jawaban Abe ini membuat jantung Rain berdegub sangat kencang. Wajah Rain kemudian memerah dan membuat ibu tersenyum simpul. "Baiklah kalau begitu, aku tutup telponnya ya" Ujar Rain salah tingkah "Oh iya, kau istirahat saja, ibu ada disitu kan?" "Iya ada, kenapa?" "Tidak, rumahku itu sepi sekali kalau malam, mangkanya mending kau tidur de
Setelah kejadian penuduhan terhadap Una, kini Rain semakin tau siapa Ibu Kara. Dia jadi lebih hati-hati pada asisten rumah tangganya itu. Tak banyak bicara dia kini pada Ibu Kara. Setiap wanita paruh baya itu mengajaknya berbicara dia kini memilih untuk banyak diam."Kenapa kau jadi seperti itu Rain?" Tanya ibunya"Kenapa bu?""Kau jadi tampak berbeda sekang.""Tidak ada yang terjadi, aku hanya berhati-hati pada asisten rumah tanggaku saja"====Hari ini Rain memberanikan diri untuk pergi kekampus, sudah banyak sekali ketertinggalannya distudinya ini. Setelah bersiap diapun kemudian berpamitan dengan Abe."Aku pegi kuliah dulu ya." Pamit Rain"Baiklah, hati-hati." Jawab Abe dingin.Rain membuka pintu dan pergi sambil melambaikan tangannya tanpa balasan dari suaminya.Saat sampai dikampur Rain sedikit heran, mengapa kampus tampak sepi berbeda dari hari-hari biasanya."Rain..." Seru seseorang dari belakang
Pagi ini udara di Malang sangat sejuk, embut turun dengan begitu indah membuat suasana menjadi sangat lembut. Rain bersiap untuk pergi kuliah karena minggu lalu tak datang satu haripun karena mengurusi suaminya dirumah sakit.Tak mau menghabiskan waktu, diapun segera turun untuk sarapan pagi. Ibu Kara nampak sudah menyiapkan sepotong roti dengan selai anggur kesukaannya beserta segelas susu yang selalu harus diminum anggota keluarga Abe setiap hari.Setelah Rain menyelesaikan sarapannya Unapun menghampiri."Hari ini kau akan berangkat kuliah juga?" Tanya Una"Iya aku sudah ketinggalan jauh sekali" Ujar Rain sambil menghela nafas panjang.Una kemudian membuka tas yang dibawanya, dia kemudian terkaget ketika melihat didalam tasnya itu ada sebuah benda yang tak dikenalnya."Hei itukan..." Teriak Rain kaget melihat sapu tangan Abe ada didalam tas sahabatnya itu."Rain aku tidak tau bagaimana benda ini ada disini" Ujar Una terkaget
Hari ini Keluarga Abe memilih pulang ke Malang untuk masa penyembuhan Abe, Mereka merasa jika tinggal di Surabaya, Abe ngak akan bisa istirahat secara total karena dia akan selalu menginggat akan pekerjaannya yang tak pernah berkurang.Mobil pun disiapkan untuk keberangkatan mereka semua ke Malang, tak lupa mereka membawa sedikit perbekalan untuk cemilan selama diperjalanan.Setelah semua siap merekapun berangkat. Perjalanan hari ini tanpa hambatan, cukup 2 jam saja mereka sudah tiba dirumah Malang."Selamat datang" Sambut Ibu Rain saat mereka membuka pintu"Ibu apa kabar?" Rain menyapa dengan penuh kerinduan"Alhamdulillah baik. Ibu dan Ibu Kara sudah memasak untuk kalian semua, ayo segera disantap. Kalian pasti kelaparan.""Terima kasih, yuk kita makan" dan merekapun bergegas menuju ruang makan.Obrolan ringanpun bersautan terdengar selama makan siang itu, ayam goreng buatan ibu laris disantap anak-anak sedang Abe lebih memilih maka
Sorepun menjelang, Gia yang terlelap akhirnya terbangun. Begitu bangun dia segera meminta duduk disamping papinya."Gia peluk papi ya, biar papi cepat sembuh" Gia kemudian memeluk Abe dengan manja"Gia kangen papi ya?" Abe nemerima pelukan putri kecilnya itu dengan sangat mesra"Iya papi jangan sakit, Gia sediiiiiiih kalau papi ngak peluk Gia""Papi ngak lama kok sakitnya, setelah sembuh papi janji ngak akan sakit lagi biar bisa peluk Gia terus ya""Iya papi, tapi papi ya kakak Gio sekarang ngak mau bobo bareng Gia lagi""Kenapa begitu?" Tanya Abe"Katanya Gia kalau nangis kenceng, bikin pusing"Melihat tingkah Gia, Rainpun tak kuasa menahan gemes."Gia, boleh mami cubit pipinya?" Pinta Rain sambil mencubit Gia"Mami gemes ya sama aku, ya kan aku anak papi yang paling gemesin"Saat Rain sedang berbincang dengan Gia tiba-tiba Isa masuk keruangan itu dengan wajah tak senang."Gia sedang apa disini? Ayo
Sakitnya Abe hingga dirawat dirumah sakit, membuat Rain tak dapat mengikuti praktikum yang sudah dia jadwalkan minggu lalu. Hal ini membuat pihak kampus menghubunginya via sambungan telepon.Kriiinggg... Ponsel Rain berbunyi kencang"Halo.." Rain menjawab singkat"Selamat pagi, benar ini Rain Purnamawati?" Tanya penelepon dengan sopan"Benar itu saya, maaf ini dengan siapa ya?""Ini dari kampus kak, kakak minggu ini ada jadwal praktikum tapi tidak kakak hadiri""Oh iya, maaf saya lupa. Suami saya sakit. Jadi bagaimana ya?""Masih bisa dijadwalkan ulang kak, tapi baru semester depan""Mmmm... ya sudah tak apa biar semester depan saya ulang, saya tidak bisa meninggalkan suami saya saat ini.""Tak apa kak, saya hanya menyampaikan saja""Terima kasih infonya ya"Rain kemudian menutup sambungan telepon tadi dengan wajah sedih."Kamu kenapa?" Tanya Abe yang masih terbaring lemah ditempat tidur"Tadi
"Raiiin..." Bisik Abe sambil meraih tangang istrinyaRain terbangun dan segera menghilangkan kantuknya"Ada apa?""Pasangkan pispot... aku mau buang air kecil""Pasang? Pispot itu yang mana?" Rain kebingungan"Biasanya ada dibawah tempat tidur"Rain membungkuk dan melihat sebuah benda berbahan stainless, setelah meraihnya Rain nampak kebingungan"Bagaimana memasangnya?""Aku mau pipis, buruan sedikit kenapa sih?" Abe mulai kesalRain yang kebingungan kemudian mencoba memasangkan pispot untuk Abe."Aku harus memegang....""Cepat kau mau aku mengotori kasur ku""Iya sabar"Rain hanya menutup matanya sambil menunggu suaminya itu selesai buang air kecil. Dia tak menyangka merawat orang sakit benar-benar butuh keberanian yang besar. Setelah Abe selesai, Rain kemudian nampak bingung melepas pispot tersebut."Apa yang kau lihat..." Abe nampak tak nyaman"Ah tidak.. baik... sebenta
Tiba didalam kamarnya perut Abe terasa sangat sakit, seperti ditendang dengan sangat kencang. Abe yang tak kuasa dengan rasa sakit itu kemudian berteriak dengan sangat keras."Aaaaah...." Abe tersungkur sambil memegangi perutnyaRain yang mendengar teriakan suaminya itu dari balik kamar segera menghampiri dengan sangat cemas."Abe.. ada apa?" Rain mencoba menbaringkan suaminya yang masih sangat kesakitan"Papi.... papi kenapa?" Lia menghampiri papinya sambil berusaha menghubungi dokter lewat ponselnya"Halo dokter, papiku sakit tolong kemari... cepatttt" Pekik Lia sambil terus memeluk papinya"Ada apa ini?" Mama menghampiri sambil terkaget"Sakit ma, perutku sakit sekali" Jawab Abe sambil terus memegangin perutnya."Beri Abe ruang, ayo bawakan air hangat untuk meredam sakitnya" Perintah mama pada Lia dan Rain."Baik ma, aku saja yang ambilkan" Ujar Rain sambil bergegas menuju dapur.Tak berapa lama kemudian Rain m
Tak terasa malampun tiba dan Rain kembali kekamarnya, sebelum sampai ditangga rumah ponselnya berdering. Buru-buru Rain menjawab panggilan telepon itu."Halo..." Rain menjawab dengan nada lirih"Hai Rain, besok ada kurir yang akan antarkan teko untuk menggantikan teko nenek yang kau pecahkan" Terdengar Abe berbicara sedikit terburu-buru""Baiklah, oh iya aku mau minta ijin. Temanku Una mau tinggal disini dengan ku, Apa boleh?""Terserah kau saja, aku sedang sibuk" Jawab Abe singkat."Oooh, baiklah salam ke......" Belum selesai Rain mengucapkan salam Abe sudah lebih dulu menutup teleponnya.Mendengar ijin Abe, Rain tersenyum lebar. Dia kemudian berjalan dengan setengah berlari menuju kamar tidurnya."Ibu, tadi Abe sudah mengijinkan Una tinggal disini" Rain sangat riang"Kau ini, apa kau tak pertimbangkan apa yang ibu bilang tadi""Ibu jangan begitu, Una sangat membutuhkan bantuan ku. Mengertilah""Baik, tapi jika s
Setelah kejadian pecahnya teko antik milik Nenek, Rain merasa sangat bersalah. Dia berusaha menenangkan diri namun dia benar-benar tak sanggup menutupi ketakutannya itu."Sudah Rain, nanti juga Abe pasti mau mengerti" Ujar Una berusaha untuk menenangkan Rain"Kau tak tau siapa Abe, dia pasti sangat marah akan apa yang ku perbuat ini""Tapi kan memang sudah pecah mau bagaimana lagi?"Tak lama kemudian ponsel Rain kembali berdering"Abe..." Rain terkaget, dia berusaha menenangkan diri kemudian mengangkat ponselnya"Iya Abe" Jawab Rain sambil mengangkat telepon"Sudah, jangan pakai apapun dirumah itu apa lagi jika barang itu punya keluargaku." Abe terdengar sangat marah"Iya, tadi aku tidak sengaja...""Nanti aku ganti pokoknya sampai aku datang pakai saja barang-barang yang sudah diluar tak perlu kau mencari-cari barang yang ada dilemari""Iya Abe... Maaf"Abe langsung mematikan sambungan teleponnya, Rain tau