"Auh." Lenguh Alaia ketika dia baru saja terbangun dari tidurnya, nafasnya terasa sedikit sesak karna sebuah lengan yang cukup besar terlihat melingkar di atas perutnya, membuat Alaia harus menahan rasa sakit karna lengan itu terasa cukup berat untuk ukuran gadis bertinggi badan 155 cm dan berat badan hanya 50 kg, sangat mungil bukan? Cukup untuk menjelaskan seberapa berat hidup yang dia jalani selama ini.
Alaia Erigta Devannya, anak pertama dari pasangan Rama dan juga Venny, dia punya adik yang bernama Kania Virly Ananya. Kania dua tahun lebih muda darinya, namun gadis itu beruntung karna bisa menempuh bangku kuliah karna Alaia yang membiayainya tapi ternyata kebaikannya malah di balas dengan pengkhianatan yang sebenarnya tidak pernah Alaia harapkan akan di lakukan oleh Kania, adik yang amat sangat dia cintai. Sebelum ini Alaia bekerja di salah satu perusahaan sebagai staf marketing, sudah empat tahun sejak dia bekerja di sana, namun sebuah tragedi harus membuatnya di pecat di perusahaan itu dan niatnya dia ingin kembali ke kampung dan membuka usaha dengan sisa tabungannya tapi ternyata semuanya harus pupus saat dia melihat Kania dengan bercumbu dan bercinta dengan kekasihnya. Dia dan Alvano berasal dari satu kampung yang sama, sudah satu tahun sejak pria itu berhenti bekerja dan Alaia yang selalu membiayainya. Kuliah di Sastra Inggris merupakan salah satu impian Alaia, dia ingin menjadi salah satu orang yang bisa menguasai Bahasa Inggris dan juga menjadi tour guide tapi keadaan memaksanya harus bekerja dan melupakan cita citanya.
Dan disinilah dia sekarang, bersama dengan pria asing yang tampan, kehilangan keperawanannya dan membiarkan dirinya merasa bodoh karna kata kata Alvano tadi malam malah membuatnya melalui malam panas yang bahkan tidak pernah dia bayangkan sebelumnya.
"Sakit banget." Gumam Alaia ketika dia berusaha untuk bangkit dari posisinya dan merasakan sakit yang lumayan parah di bagian bawah tubuhnya. Rasa panas dan perih menguasai Alaia, gadis itu bahkan tak kuasa untuk tak meringis setiap kali dia bergerak karna rasa itu semakin terasa setiap kali dia menggerakkan tubuhnya.
"Aku harus pergi sebelum dia bangun." Ujar Alaia, sebenarnya dia ingin menghabiskan lebih banyak waktu lagi di sini untuk menghilangkan rasa sakit di kepalanya tapi dia tidak bisa karna dia takut pria ini kembali salah paham dengan mengatakan dirinya sebagai gadis bayaran yang tidak tahu malu.
Alaia perlahan melangkahkan kakinya menjauh dari ruangan itu, dia kemudian melirik ke arah tasnya dan juga bajunya yang sudah tidak beraturan, gadis itu memungut pakaiannya yang berserakan di lantai kemudian segera memakainya. Setelah memakai semua pakaiannya, Alaia akhirnya mengeluarkan dua lembar uang seratus ribuan dan meletakkannya di atas meja dan menimpanya dengan jam tangan milik Ken.
"Semoga aja cukup ya, aku juga nggak punya banyak uang." Ujar Alaia, dia merasa bersalah karna sudah membuat pria ini kewalahan dan dia akhirnya berinisiatif meninggalkan uang untuk bayaran malam panas mereka tadi malam.
Setelah memastikan jika semuanya benar benar beres dan tidak ada satu pun barangnya yang tertinggal di sini, Alaia akhirnya memutuskan untuk segera keluar dari kamar itu. Dia memaksa kakinya untuk melangkah, sesekali dia bahkan harus meringis karna rasa sakit yang dia rasakan. Jika dia tahu akan sesakit ini mungkin Alaia akan mempersiapkan diri terlebih dahulu, jika di lihat dari rasa sakitnya Alaia yakin punyanya sudah koyak! Dan ini benar benar menyiksanya.
Alaia keluar dari kamar itu perlahan, dia terlihat berhati hati dalam membuka pintu kamar itu dan menutupnya dengan perlahan pula. Berharap jika apa yang dia lakukan tidak membangunkan pria yang saat itu sedang terlelap. Alaia sangat fokus dengan jalannya, tanpa dia sadari jika sejak tadi malam ada seorang pria yang terus saja mengambil foto dia dan juga Ken dengan sengaja.
Sementara itu jam sudah menunjukkan pukul sebelas ketika Ken baru saja bangun dari tidurnya, pria itu meringis pelan karna merasakan tubuhnya yang terasa sangat lelah. Dengan kesadaran yang masih belum terkumpul sepenuhnya, Ken akhirnya memaksa dirinya untuk bangkit dari posisinya. Dia jelas ingat bagaimana dia menghabiskan malamnya dengan wanita lain dan jujur dia sangat menyesalinya mengingat dia yang sudah menjaga dirinya hanya untuk Anna.
Kennandra Adyatma Raharja, pria berumur dua puluh sembilan tahun ini adalah seorang penguasa yang berasal dari RJ Company, dia merupakan anak pertama dari dua bersaudara. Kecerdasannya sejak kecil membuatnya di percayai untuk menjadi pewaris dari keluarga RJ sementara kakaknya malah memilih untuk menjadi pengacara. Sudah tujuh tahun sejak dia menggeluti dunia bisnis dan selama itu juga dia akhirnya membuktikan dirinya pada dunia jika dia layak di kenal sebagai Macam Asia dalam dunia bisnis. Di tinggal meninggal sejak kecil oleh kedua orang tuanya di sebuah kecelakaan membuat Ken harus tinggal bersama denagn kakeknya yang sudah sangat berumur dan selama itu pula dia terus meminta Ken untuk menikah dan memberikan dia cicit karna dia juga tidak bisa meminta cicit dari Aksa Gennandra Rahajar, kakaknya yang juga sama gila kerjannya. Puncaknya, tadi malam dia memberikan obat perangsang dan meminta Ken untuk meniduri siapa pun karna dia sama sekali tidak peduli dengan siapa yang mengandung anaknya, selagi itu wanita dan bisa mengandung, kakek Ken tidak akan keberatan sama sekali.
"Arghhh!" Pekik Ken yang merasa kesal karna dia sudah kehilangan kendalinya dan meniduri wanita yang sama sekali tidak dia kenal, dia merasa jijik pada dirinya sendiri karna merasa jika dia tadi malam sudah meniduri pelacur yang mungkin membawa banyak penyakit. Ken benar benar merutuki kebodohannya dia sudah mengabaikan permintaan Anna dan malah menghilangkan keperjakaannya dengan pelacur.
Setelah puas melampiaskan rasa kesalnya, Ken akhirnya memutuskan untuk segera pergi dari tempat itu. Dia melirik ke seluruh penjuru ruangan, ruangan itu sudah bersih tidak ada sama sekali bekas dari wanita yang tadi malam dia tiduri.
"Apa peduliku? Toh dia pasti sudah meminta bayarannya kepada kakek." Ujar Ken, dia mengabaikan perasaan gelisahnya kemudian segera bangkit dari posisinya untuk memakai bajunya yang tadi malam entah dia buang kemana itu.
Ken menyibakkan selimut di atas kasur untuk mencari dimana letak jam tangannya dan matanya sedikit terkejut saat melihat ada bercak darah yang lumayan banyak di atas sprei yang berwarna abu muda itu. Ken mengerutkan alisnya, meskipun dia tidak pernah melakukan ini sebelumnya tapi Ken juga tidak bodoh, dia pernah membaca jika wanita itu punya selaput dara yang jika pertama kali melakukan hubungan akan mengeluarkan darah.
"Apa dia perawan? Pintar sekali kakek mencarikan wanita." Gumam Ken sambil menyeringai, setidaknya fakta ini membuat Ken merasa sedikit lega karna dia tidak menghilangkan perjakanya dengan pelacur melainkan dengan seorang perawan.
Belum habis keterkejutan Ken dengan fakta jika wanita yang dia tiduri tadi malam adalah perawan, dia tidak sengaja melihat meja nakas di samping tempat tidur dan melihat ada dua lembar uang seratus ribuan di bawah jam tangan yang dia cari. Ken tanpa sadar tersenyum, wanita ini sedikit imut menurutnya karna dia meninggalkan uang yang tidak seberapa itu untuk Ken.
"Mungkin dia tahu jika aku perjaka, makanya dia memberikan aku uang." Gumam Ken, dia mengedikkan bahunya acuh dia pikir itu juga bukan apa apa pastinya di bandingkan dengan bayaran yang kakeknya berikan. Ken mengambil jam tangannya, tak lupa dia juga mengambil uang yang ada di bawah jam tangan itu kemudian dia pun segera melangkahkan kakinya keluar dari kamar ini dengan harapan agar dia bisa segera melupakan kejadian tadi malam dan menganggap jika tak ada apa apa yang terjadi diantara mereka tadi malam.
Alaia melangkahkan kakinya perlahan menyusuri jalanan yang cukup ramai pagi itu, dia menghubungi Rey dan juga Naina untuk menjemputnya tapi tidak peduli seberapa lama dia menelponnya mereka sama sekali tidak menjawab panggilan Alaia."Huh." Alaia menghembuskan nafasnya pelan, dia sangat lelah jadi dia menghentikan langkah kakinya di salah satu kursi taman dan memilih untuk menunggu ojek yang sudah dia pesan secara online. Alaia menyandarkan kepalanya di sandaran kursi, dia benar benar merasa sakit seluruh tubuhnya terasa remuk karna permianan panasnya dengan pria asing itu tadi malam.Alaia melirik jam di tangannya perlahan, jam sudah menunjukkan pukul sebelas pagi dan semua orang terlihat sangat sibuk, kecuali Alaia tentunya."Aku harus cari kerja baru, pokoknya aku nggak akan balik ke kampung." Gumam Alaia, perlahan dia kembali melihat chat chat panjang yang di kirim oleh Alvano yang memintanya untuk bertahan, sementara Kania adiknya itu bahkan tak berniat untuk mengirimkan pesan pa
"Sh*t!" Rutuk Ken, di dalam foto itu jelas terlihat dirinya dan juga seorang wanita yang di yakini oleh Ken jika itu adalah wanita yang sama dengan wanita yang tidur bersamanya tadi malam. Rasa bersalah yang tadinya menggelayut di hati Ken tiba tiba saja hilang, dia menyeringai dan kini dia tahu kenapa wanita itu mau naik ke atas ranjangnya bahkan setelah dia tahu jika dia bukanlah orang yang Ken maksud, hanya satu alasan yang bisa membuatnya melakukan ini, karna dia memang sejak awal sudah merencanakan semuanya dan dia pasti sengaja membuat mereka tertangkap kamera agar Ken bisa memberikannya uang yang banyak."Siapa dia, Ken? Apa dia gadis yang kamu tiduri tadi malam?" Tanya Addion ketika melihat foto Ken yang sedang memeluk seorang wanita di tengah remang."Cari tahu siapa yang membuat berita itu dan hancurkan dia, aku tidak ingin dia ada di industri ini lagi!" Titah Ken kepada Rere, sekretarisnya itu terlihat sedikit sedih karna dia sudah lama menggoda Ken dan pada akhirnya yang m
"Ma, aku pulang!" Ujar Alaia, setelah satu tahun merantau di kota besar membuat Alaia harus berpisah dengan keluarga dan juga kekasih yang sudah bersamanya selama lima tahun. Gadis itu melangkahkan kakinya perlahan masuk ke dalam rumah, meletakkan tas yang ada di tangannya kemudian berjalan menuju ke kamarnya. Dia ingin istirahat sebentar sebelum kembali bersiap siap untuk memberikan kejutakan kepada kekasihnya dengan kepulangannya yang tiba tiba."Kok sepi sih? Apa mama sama papa lagi pergi ya?" Gumam Alaia, dia kembali melangkahkan kakinya masuk ke dalam kamar hingga sebuah suara dari kamar adiknya mengalihkan perhatiannya."Lanjutin, mas! Udah nggak tahan." Terdengar jelas suara Kania dari balik pintu yang tak tertutup rapat itu. Pelan pelan, Alaia melangkahkan kakinya mendekat ke arah kamar adiknya. Suara desahan dan juga lenguhan terdengar menyeruak dari kamar itu, membuat Alaia harus menahan nafasnya pasalnya adik semata wayangnya itu masih belum menikah dan ini tentu saja perbu
"Tiduri beberapa gadis malam ini, aku tidak peduli bagaimana latar belakangnya yang jelas aku ingin kau segera memberikan aku cucu!" Sebuah pesan terlihat masuk di ponsel seorang pria yang sedang duduk sofa. Pria itu menatap ke arah minuman yang baru dia tenggak setengah itu, kemudian melirik ke arah salah satu pria yang sepertinya sangat dia kenal. Dia, asisten kakeknya orang yang sudah memberikan obat terlarang ini kepadanya."Sh*t!" Pekik seorang pria ketika dia baru saja membaca pesan dari kakeknya. Pria itu meremas rambutnya kuat berharap jika hal itu bisa menghilangkan rasa sesak di bawah tubuhnya. Beberapa saat yang lalu dia ada janji dengan salah satu klien di bar ini dan dia setuju tanpa ada rasa curiga sedikit pun, sampai tiba tiba rasa panas dan gerah membayangi Ken, pria itu merasa tubuhnya sangat panas dan matanya tak bisa berhenti melihat wanita wanita yang sedang bergerilya di lantai dansa, rasanya dia ingin menggerayangi mereka satu persatu dan semua ini, tentu adalah
"Sh*t!" Rutuk Ken, di dalam foto itu jelas terlihat dirinya dan juga seorang wanita yang di yakini oleh Ken jika itu adalah wanita yang sama dengan wanita yang tidur bersamanya tadi malam. Rasa bersalah yang tadinya menggelayut di hati Ken tiba tiba saja hilang, dia menyeringai dan kini dia tahu kenapa wanita itu mau naik ke atas ranjangnya bahkan setelah dia tahu jika dia bukanlah orang yang Ken maksud, hanya satu alasan yang bisa membuatnya melakukan ini, karna dia memang sejak awal sudah merencanakan semuanya dan dia pasti sengaja membuat mereka tertangkap kamera agar Ken bisa memberikannya uang yang banyak."Siapa dia, Ken? Apa dia gadis yang kamu tiduri tadi malam?" Tanya Addion ketika melihat foto Ken yang sedang memeluk seorang wanita di tengah remang."Cari tahu siapa yang membuat berita itu dan hancurkan dia, aku tidak ingin dia ada di industri ini lagi!" Titah Ken kepada Rere, sekretarisnya itu terlihat sedikit sedih karna dia sudah lama menggoda Ken dan pada akhirnya yang m
Alaia melangkahkan kakinya perlahan menyusuri jalanan yang cukup ramai pagi itu, dia menghubungi Rey dan juga Naina untuk menjemputnya tapi tidak peduli seberapa lama dia menelponnya mereka sama sekali tidak menjawab panggilan Alaia."Huh." Alaia menghembuskan nafasnya pelan, dia sangat lelah jadi dia menghentikan langkah kakinya di salah satu kursi taman dan memilih untuk menunggu ojek yang sudah dia pesan secara online. Alaia menyandarkan kepalanya di sandaran kursi, dia benar benar merasa sakit seluruh tubuhnya terasa remuk karna permianan panasnya dengan pria asing itu tadi malam.Alaia melirik jam di tangannya perlahan, jam sudah menunjukkan pukul sebelas pagi dan semua orang terlihat sangat sibuk, kecuali Alaia tentunya."Aku harus cari kerja baru, pokoknya aku nggak akan balik ke kampung." Gumam Alaia, perlahan dia kembali melihat chat chat panjang yang di kirim oleh Alvano yang memintanya untuk bertahan, sementara Kania adiknya itu bahkan tak berniat untuk mengirimkan pesan pa
"Auh." Lenguh Alaia ketika dia baru saja terbangun dari tidurnya, nafasnya terasa sedikit sesak karna sebuah lengan yang cukup besar terlihat melingkar di atas perutnya, membuat Alaia harus menahan rasa sakit karna lengan itu terasa cukup berat untuk ukuran gadis bertinggi badan 155 cm dan berat badan hanya 50 kg, sangat mungil bukan? Cukup untuk menjelaskan seberapa berat hidup yang dia jalani selama ini.Alaia Erigta Devannya, anak pertama dari pasangan Rama dan juga Venny, dia punya adik yang bernama Kania Virly Ananya. Kania dua tahun lebih muda darinya, namun gadis itu beruntung karna bisa menempuh bangku kuliah karna Alaia yang membiayainya tapi ternyata kebaikannya malah di balas dengan pengkhianatan yang sebenarnya tidak pernah Alaia harapkan akan di lakukan oleh Kania, adik yang amat sangat dia cintai. Sebelum ini Alaia bekerja di salah satu perusahaan sebagai staf marketing, sudah empat tahun sejak dia bekerja di sana, namun sebuah tragedi harus membuatnya di pecat di perusa
"Tiduri beberapa gadis malam ini, aku tidak peduli bagaimana latar belakangnya yang jelas aku ingin kau segera memberikan aku cucu!" Sebuah pesan terlihat masuk di ponsel seorang pria yang sedang duduk sofa. Pria itu menatap ke arah minuman yang baru dia tenggak setengah itu, kemudian melirik ke arah salah satu pria yang sepertinya sangat dia kenal. Dia, asisten kakeknya orang yang sudah memberikan obat terlarang ini kepadanya."Sh*t!" Pekik seorang pria ketika dia baru saja membaca pesan dari kakeknya. Pria itu meremas rambutnya kuat berharap jika hal itu bisa menghilangkan rasa sesak di bawah tubuhnya. Beberapa saat yang lalu dia ada janji dengan salah satu klien di bar ini dan dia setuju tanpa ada rasa curiga sedikit pun, sampai tiba tiba rasa panas dan gerah membayangi Ken, pria itu merasa tubuhnya sangat panas dan matanya tak bisa berhenti melihat wanita wanita yang sedang bergerilya di lantai dansa, rasanya dia ingin menggerayangi mereka satu persatu dan semua ini, tentu adalah
"Ma, aku pulang!" Ujar Alaia, setelah satu tahun merantau di kota besar membuat Alaia harus berpisah dengan keluarga dan juga kekasih yang sudah bersamanya selama lima tahun. Gadis itu melangkahkan kakinya perlahan masuk ke dalam rumah, meletakkan tas yang ada di tangannya kemudian berjalan menuju ke kamarnya. Dia ingin istirahat sebentar sebelum kembali bersiap siap untuk memberikan kejutakan kepada kekasihnya dengan kepulangannya yang tiba tiba."Kok sepi sih? Apa mama sama papa lagi pergi ya?" Gumam Alaia, dia kembali melangkahkan kakinya masuk ke dalam kamar hingga sebuah suara dari kamar adiknya mengalihkan perhatiannya."Lanjutin, mas! Udah nggak tahan." Terdengar jelas suara Kania dari balik pintu yang tak tertutup rapat itu. Pelan pelan, Alaia melangkahkan kakinya mendekat ke arah kamar adiknya. Suara desahan dan juga lenguhan terdengar menyeruak dari kamar itu, membuat Alaia harus menahan nafasnya pasalnya adik semata wayangnya itu masih belum menikah dan ini tentu saja perbu