"Auh." Lenguh Alaia ketika dia baru saja terbangun dari tidurnya, nafasnya terasa sedikit sesak karna sebuah lengan yang cukup besar terlihat melingkar di atas perutnya, membuat Alaia harus menahan rasa sakit karna lengan itu terasa cukup berat untuk ukuran gadis bertinggi badan 155 cm dan berat badan hanya 50 kg, sangat mungil bukan? Cukup untuk menjelaskan seberapa berat hidup yang dia jalani selama ini.
Alaia Erigta Devannya, anak pertama dari pasangan Rama dan juga Venny, dia punya adik yang bernama Kania Virly Ananya. Kania dua tahun lebih muda darinya, namun gadis itu beruntung karna bisa menempuh bangku kuliah karna Alaia yang membiayainya tapi ternyata kebaikannya malah di balas dengan pengkhianatan yang sebenarnya tidak pernah Alaia harapkan akan di lakukan oleh Kania, adik yang amat sangat dia cintai. Sebelum ini Alaia bekerja di salah satu perusahaan sebagai staf marketing, sudah empat tahun sejak dia bekerja di sana, namun sebuah tragedi harus membuatnya di pecat di perusahaan itu dan niatnya dia ingin kembali ke kampung dan membuka usaha dengan sisa tabungannya tapi ternyata semuanya harus pupus saat dia melihat Kania dengan bercumbu dan bercinta dengan kekasihnya. Dia dan Alvano berasal dari satu kampung yang sama, sudah satu tahun sejak pria itu berhenti bekerja dan Alaia yang selalu membiayainya. Kuliah di Sastra Inggris merupakan salah satu impian Alaia, dia ingin menjadi salah satu orang yang bisa menguasai Bahasa Inggris dan juga menjadi tour guide tapi keadaan memaksanya harus bekerja dan melupakan cita citanya.
Dan disinilah dia sekarang, bersama dengan pria asing yang tampan, kehilangan keperawanannya dan membiarkan dirinya merasa bodoh karna kata kata Alvano tadi malam malah membuatnya melalui malam panas yang bahkan tidak pernah dia bayangkan sebelumnya.
"Sakit banget." Gumam Alaia ketika dia berusaha untuk bangkit dari posisinya dan merasakan sakit yang lumayan parah di bagian bawah tubuhnya. Rasa panas dan perih menguasai Alaia, gadis itu bahkan tak kuasa untuk tak meringis setiap kali dia bergerak karna rasa itu semakin terasa setiap kali dia menggerakkan tubuhnya.
"Aku harus pergi sebelum dia bangun." Ujar Alaia, sebenarnya dia ingin menghabiskan lebih banyak waktu lagi di sini untuk menghilangkan rasa sakit di kepalanya tapi dia tidak bisa karna dia takut pria ini kembali salah paham dengan mengatakan dirinya sebagai gadis bayaran yang tidak tahu malu.
Alaia perlahan melangkahkan kakinya menjauh dari ruangan itu, dia kemudian melirik ke arah tasnya dan juga bajunya yang sudah tidak beraturan, gadis itu memungut pakaiannya yang berserakan di lantai kemudian segera memakainya. Setelah memakai semua pakaiannya, Alaia akhirnya mengeluarkan dua lembar uang seratus ribuan dan meletakkannya di atas meja dan menimpanya dengan jam tangan milik Ken.
"Semoga aja cukup ya, aku juga nggak punya banyak uang." Ujar Alaia, dia merasa bersalah karna sudah membuat pria ini kewalahan dan dia akhirnya berinisiatif meninggalkan uang untuk bayaran malam panas mereka tadi malam.
Setelah memastikan jika semuanya benar benar beres dan tidak ada satu pun barangnya yang tertinggal di sini, Alaia akhirnya memutuskan untuk segera keluar dari kamar itu. Dia memaksa kakinya untuk melangkah, sesekali dia bahkan harus meringis karna rasa sakit yang dia rasakan. Jika dia tahu akan sesakit ini mungkin Alaia akan mempersiapkan diri terlebih dahulu, jika di lihat dari rasa sakitnya Alaia yakin punyanya sudah koyak! Dan ini benar benar menyiksanya.
Alaia keluar dari kamar itu perlahan, dia terlihat berhati hati dalam membuka pintu kamar itu dan menutupnya dengan perlahan pula. Berharap jika apa yang dia lakukan tidak membangunkan pria yang saat itu sedang terlelap. Alaia sangat fokus dengan jalannya, tanpa dia sadari jika sejak tadi malam ada seorang pria yang terus saja mengambil foto dia dan juga Ken dengan sengaja.
Sementara itu jam sudah menunjukkan pukul sebelas ketika Ken baru saja bangun dari tidurnya, pria itu meringis pelan karna merasakan tubuhnya yang terasa sangat lelah. Dengan kesadaran yang masih belum terkumpul sepenuhnya, Ken akhirnya memaksa dirinya untuk bangkit dari posisinya. Dia jelas ingat bagaimana dia menghabiskan malamnya dengan wanita lain dan jujur dia sangat menyesalinya mengingat dia yang sudah menjaga dirinya hanya untuk Anna.
Kennandra Adyatma Raharja, pria berumur dua puluh sembilan tahun ini adalah seorang penguasa yang berasal dari RJ Company, dia merupakan anak pertama dari dua bersaudara. Kecerdasannya sejak kecil membuatnya di percayai untuk menjadi pewaris dari keluarga RJ sementara kakaknya malah memilih untuk menjadi pengacara. Sudah tujuh tahun sejak dia menggeluti dunia bisnis dan selama itu juga dia akhirnya membuktikan dirinya pada dunia jika dia layak di kenal sebagai Macam Asia dalam dunia bisnis. Di tinggal meninggal sejak kecil oleh kedua orang tuanya di sebuah kecelakaan membuat Ken harus tinggal bersama denagn kakeknya yang sudah sangat berumur dan selama itu pula dia terus meminta Ken untuk menikah dan memberikan dia cicit karna dia juga tidak bisa meminta cicit dari Aksa Gennandra Rahajar, kakaknya yang juga sama gila kerjannya. Puncaknya, tadi malam dia memberikan obat perangsang dan meminta Ken untuk meniduri siapa pun karna dia sama sekali tidak peduli dengan siapa yang mengandung anaknya, selagi itu wanita dan bisa mengandung, kakek Ken tidak akan keberatan sama sekali.
"Arghhh!" Pekik Ken yang merasa kesal karna dia sudah kehilangan kendalinya dan meniduri wanita yang sama sekali tidak dia kenal, dia merasa jijik pada dirinya sendiri karna merasa jika dia tadi malam sudah meniduri pelacur yang mungkin membawa banyak penyakit. Ken benar benar merutuki kebodohannya dia sudah mengabaikan permintaan Anna dan malah menghilangkan keperjakaannya dengan pelacur.
Setelah puas melampiaskan rasa kesalnya, Ken akhirnya memutuskan untuk segera pergi dari tempat itu. Dia melirik ke seluruh penjuru ruangan, ruangan itu sudah bersih tidak ada sama sekali bekas dari wanita yang tadi malam dia tiduri.
"Apa peduliku? Toh dia pasti sudah meminta bayarannya kepada kakek." Ujar Ken, dia mengabaikan perasaan gelisahnya kemudian segera bangkit dari posisinya untuk memakai bajunya yang tadi malam entah dia buang kemana itu.
Ken menyibakkan selimut di atas kasur untuk mencari dimana letak jam tangannya dan matanya sedikit terkejut saat melihat ada bercak darah yang lumayan banyak di atas sprei yang berwarna abu muda itu. Ken mengerutkan alisnya, meskipun dia tidak pernah melakukan ini sebelumnya tapi Ken juga tidak bodoh, dia pernah membaca jika wanita itu punya selaput dara yang jika pertama kali melakukan hubungan akan mengeluarkan darah.
"Apa dia perawan? Pintar sekali kakek mencarikan wanita." Gumam Ken sambil menyeringai, setidaknya fakta ini membuat Ken merasa sedikit lega karna dia tidak menghilangkan perjakanya dengan pelacur melainkan dengan seorang perawan.
Belum habis keterkejutan Ken dengan fakta jika wanita yang dia tiduri tadi malam adalah perawan, dia tidak sengaja melihat meja nakas di samping tempat tidur dan melihat ada dua lembar uang seratus ribuan di bawah jam tangan yang dia cari. Ken tanpa sadar tersenyum, wanita ini sedikit imut menurutnya karna dia meninggalkan uang yang tidak seberapa itu untuk Ken.
"Mungkin dia tahu jika aku perjaka, makanya dia memberikan aku uang." Gumam Ken, dia mengedikkan bahunya acuh dia pikir itu juga bukan apa apa pastinya di bandingkan dengan bayaran yang kakeknya berikan. Ken mengambil jam tangannya, tak lupa dia juga mengambil uang yang ada di bawah jam tangan itu kemudian dia pun segera melangkahkan kakinya keluar dari kamar ini dengan harapan agar dia bisa segera melupakan kejadian tadi malam dan menganggap jika tak ada apa apa yang terjadi diantara mereka tadi malam.
Alaia melangkahkan kakinya perlahan menyusuri jalanan yang cukup ramai pagi itu, dia menghubungi Rey dan juga Naina untuk menjemputnya tapi tidak peduli seberapa lama dia menelponnya mereka sama sekali tidak menjawab panggilan Alaia."Huh." Alaia menghembuskan nafasnya pelan, dia sangat lelah jadi dia menghentikan langkah kakinya di salah satu kursi taman dan memilih untuk menunggu ojek yang sudah dia pesan secara online. Alaia menyandarkan kepalanya di sandaran kursi, dia benar benar merasa sakit seluruh tubuhnya terasa remuk karna permianan panasnya dengan pria asing itu tadi malam.Alaia melirik jam di tangannya perlahan, jam sudah menunjukkan pukul sebelas pagi dan semua orang terlihat sangat sibuk, kecuali Alaia tentunya."Aku harus cari kerja baru, pokoknya aku nggak akan balik ke kampung." Gumam Alaia, perlahan dia kembali melihat chat chat panjang yang di kirim oleh Alvano yang memintanya untuk bertahan, sementara Kania adiknya itu bahkan tak berniat untuk mengirimkan pesan pa
"Sh*t!" Rutuk Ken, di dalam foto itu jelas terlihat dirinya dan juga seorang wanita yang di yakini oleh Ken jika itu adalah wanita yang sama dengan wanita yang tidur bersamanya tadi malam. Rasa bersalah yang tadinya menggelayut di hati Ken tiba tiba saja hilang, dia menyeringai dan kini dia tahu kenapa wanita itu mau naik ke atas ranjangnya bahkan setelah dia tahu jika dia bukanlah orang yang Ken maksud, hanya satu alasan yang bisa membuatnya melakukan ini, karna dia memang sejak awal sudah merencanakan semuanya dan dia pasti sengaja membuat mereka tertangkap kamera agar Ken bisa memberikannya uang yang banyak."Siapa dia, Ken? Apa dia gadis yang kamu tiduri tadi malam?" Tanya Addion ketika melihat foto Ken yang sedang memeluk seorang wanita di tengah remang."Cari tahu siapa yang membuat berita itu dan hancurkan dia, aku tidak ingin dia ada di industri ini lagi!" Titah Ken kepada Rere, sekretarisnya itu terlihat sedikit sedih karna dia sudah lama menggoda Ken dan pada akhirnya yang m
"Hoaaam."Terdengar suara lenguhan dari arah Alaia, gadis itu terlihat baru saja bangun dari tidurnya tanpa tahu tentang apa yang saat ini sedang menunggunya."Bangun, Ya." Ucap Naina, gadis itu menepuk pelan pipi sahabatnya yang terlihat masih enggan untuk terbuka itu. Awalnya Naina sudah berada di tempatnya bekerja, tapi karna wajah Alaia sudah tersebar di seluruh Indonesia Raya ini jadi dia bergegas pulang untuk menanyakan keadaan sahabatnya yang ternyata masih tertidur lelap itu."Apa? Kenapa? Aku masih ngantuk banget." Ujar Alaia, matanya setengah terbuka tapi tangannya terlihat mulai meraba raba untuk mencari dimana keberadaan bantal guling yang akan membuat tidurnya lebih lelap itu."Ya, kamu harus bangun. Muka kamu sekarang ada dimana mana!" Ujar Naina, dia sudah gemas dengan sahabatnya yang seperti enggan untuk membuka matanya bahkan jika Naina sudah mengomel sejak tadi."Apanya? Mukaku cuma satu dan sekarang aku ngantuk banget, Na." Ujar Alaia, dia hendak memejamkan matanya l
Setelah Naina kembali ke kantor, Alaia benar benar terlihat kalut. Puluhan panggilan dari kedua orang tua serta kenalannya membuatnya benar benar kewalahan bahkan dia sampai takut untuk sekedar menjawab panggilan itu. Diantara banyaknya panggilan yang ada di ponselnya, salah satunya ada panggilan dan juga pesan dari Alvano.“Jadi ini alasan kamu mau putus? Karna kamu udah di pake sama orang kaya? Cuih! Ternyata nggak salah aku putusin buat main gila sama Kania, kamu juga ternyata kotor mana mainnya sama orang kaya, kebelet kaya ya?”Alaia menghembuskan nafasnya saat membaca pesan singkat dari mantan kekasihnya itu, dia benar benar sudah muak dengan mantan kekasih yang benar benar tidak ada gunanya itu. Dia bahkan bingung kenapa dia bisa jatuh cinta kepada sesosok pria yang mempunyai mulut julid sepertinya.“Nggak usah di balas, Alaia. Sabar, sabar, sabar.” Alaia menghembuskan nafasnya pelan, menaik turunkan tangannya dengan mulut yang berkomat kamit mengumandangkan kata sabar.“Lagian
“Menikah denganku!” Dua kalimat itu berhasil membuat kedua mata Alaia langsung melotot, bagaimana bisa?“Apa?!” Tanyanya dengan terkejut, pria dingin dengan bahunya yang lebar itu terlihat menatapnya dengan tatapan yang jijik seolah ini adalah apa yang sebenarnya Alaia inginkan.“Tidak usah berpura pura tidak mendengarnya, aku tahu ini yang kau mau kan? Menjadi istriku lalu memanfaatkanku untuk mendapatkan sejumlah uang, iya kan? Watak gadis sepertimu ini benar benar sudah banyak di pasaran, cuma kamu beruntung saja karna malam itu aku terkena obat.” Ujar Kennandra panjang lebar, matanya masih menatap lurus ke arah gadis yang sedang berdiri dengan kedua tangan saling bertaut itu.“Pak, maaf sepertinya anda salah mengira. Saya bukan wanita seperti itu, lagi pula siapa yang mau menikah di usia seperti ini? Saya masih belum mau, saya tidak mau menikah cuma jangan lupa untuk menarik turun berita berita itu, saya di rugikan!” Ujar Alaia yang sudah mulai geram, tubuh mungilnya bergetar mera
Setelah kepergian Kenandra, Alaia akhirnya di boyong ke sebuah kamar yang ada di ruangan itu. Gadis itu tidak bisa menolak, dia hanya mengikuti apa yang di katakan oleh pria yang bertanggung jawab atasnya itu tanpa bisa bertanya akan hal lainnya. "Ini kamar anda nona, sebaiknya anda istirahat lebih awal karna besok pagi anda harus bangun lebih pagi dan juga pasti akan sangat lelah karna pesta pernikahan."Jelas pria itu saat mereka sampai di kamar yang di klaim sebagai kamar Alaia itu. Alaia menganggukkan kepalanya, matanya menatap ke sekeliling kamar dan warna abu bercampur hitam mendominasi kamar ini. "Lalu bagaimana dengan teman teman saya? Mereka pasti sangat khawatir tentang hilangnya saya."Tanya Alaia, dia sedikit mengkhawatirkan Naina yang mungkin sedang kewalahan mencarinya. "Kami sudah mengurusnya. Temanmu yang bernama Naina dan juga Rey itu akan di undang besok pagi."Jelas pria itu. Alaia menghembuskan nafasnya, setidsknya dia bisa sedikit lebih tenang karna teman temannya
Setelah akad nikah Alaia di boyong ke tengah lautan manusia yang terlihat sudah menunggu kedatangan keduanya. Wartawan serta awak media terlihat sudah menunggu keduanya sejak tadi, karna akad nikah di lakukan secara tertutup, jadi mereka hanya bisa menunggu di luar dan sekarang setelah mereka datang ke ballroom akhirnya semua awak media serta tamu undangan akhirnya di persihlahkan masuk. "Ini terasa agak sesak."Gumam Alaia pelan, gaunnya terlihat sangat menyesakkan hingga membuat dia sulit untuk bergerak. Gaun putih dengan model sederhana namun di lengkapi dengan berlian terlihat sangat pas di tubuh Alaia, dalam jarak satu hari dia juga tidak tahu dimana mereka bisa mendapatkan gaun yang sangat pas bahkan tanpa mengukur tubuhnya.Bisikan bisikan dari beberapa tamu terdengar di telinga Alaia, beberapa dari mereka ada yang mengagumi Alaia tapi tidak sedikit pula yang menghakimi Alaia yang menikah karna sesuatu yang memalukan bahkan tak sedikit yang berpikir sama dengan Kenandra yaitu A
Jam hampir menunjukkan pukul dini hari ketika Alaia dan Kenandra baru saja sampai ke sebuah hotel yang di pesankan oleh kakeknya untuk menghabiskan malam pertama mereka setelah pernikahan. Awalnya Kenandra menolak dengan keras hadiah dari kakeknya ini, tapi karna pria itu memaksa bahkan mengancam jadi mau tidak mau dia pun akhirnya menyetujuinya.Alaia berdiri dengan canggung diambang pintu, aroma bunga mawar tercium sangat harum. Suasana gelap dan remang membuatnya merasa sedikit aneh. Apalagi dia tidak sendirian di sini melainkan berdua dengan Kenandra."Masuk."Titah Kenandra kepada Alaia yang sejak tadi hanya berdiri diambang pintu."Jangan berpikir yang tidak tidak karna malam itu tidak akan pernah terulang lagi."Ujar Kenandra dengan dingin, dia menghidupkan lampu yang semula mati kemudian duduk di sofa dan mengisyaratkan kepada Alaia untuk melakukan hal yang sama.Melihat kode dari Kenandra, Alaia pun menurut. Dia kemudian langsung duduk di hadapan pria itu dengan kedua tangan ya
Ke esokan harinya, seperti yang sudah di rencanakan oleh Addison Kenandra dan Alaia akhirnya benar benar berangkat ke Bali dengan keterpaksaan tentunya. Keduanya terlihat saling merangkul saat hendak masuk ke dalam pesawat, berpamitan pada Addison yang terlihat enggan meninggalkan tempat dimana dia berdiri sebelumnya."Dadah! Jangan lupa senang senang, ingat bawain kakek cicit!" Ujar Addison dengan nada pelan."Iya kek, tenang saja." Balas Kenandra dengan senyuman palsunya yang sangat lebar.Sebelum mereka menikah bahkan setelah keduanya menikah Addison selalu meminta cucu kepada Kenandra dan juga Alaia. Kali ini Kenandra mulai berpikir, apakah dia benar harus memberikannya atau hanya sekedar menghindari tapi jika dia tidak kunjung memberikannya maka kakeknya pasti akan terus mendesak bahkan mungkin akan mengirim mereka kemana pun agar mereka bisa memiliki anak dan sayangnya Kenandra sama sekali tidak bisa menolak tentang hal itu."Sepertinya kakek benar benar ingin memiliki cicit da
Jam sudah menunjukkan pukul lima ketika Alaia baru saja selesai dengan pekerjaannya. Wajahnya terlihat sangat kusut, bekerja menjadi kepala tim bukanlah hal yang mudah, apalagia dia masuk dengan cara yang tidak adil, membuat bawahannya diam diam mengutuk ke arahnya. "Mau masuk nggak? Lama banget."Ujar Kenandra, sekarang mau tidak mau dia harus berangkat dan pulang dengan Alaia karna jika tidak kakeknya pasti akan mengamuk, belum lagi dia memang tidak ingin membuat orang lain menggiring opini buruk tentang rumah tangganya. Alaia menghembuskan nafasnya pelan, baru saja dia perpikir jika pulang kerja pikirannya akan tenang tetapi barusan sumber kesengsaraannya baru saja memanggil dan memaksanya untuk masuk ke dalam mobil hanya untuk kepentingan pribadinya. "Lelet banget, heran."Sindir Kenandra, Alaia hanya bisa diam. Selagi dia masih bisa menahan amarahnya, dia harus menahannya karna dia marah pun hanyan akan merugikan dirinya sendiri. "Maaf tuan."Balas Alaia, dia pun langsung masuk
Ke esokan harinya, seperti yang sudah di janjikan oleh Kenandra dia akhirnya benar benar membawa Alaia untuk bekerja di tempat dia bekerja. Tanpa basa basi, dia langsung membawa Alaia ke divisi yang akan di emban oleh gadis itu tentunya di iringi dengan tatapan tak suka hampir dari seluruh karyawan yang ada di sana."Mulai hari ini Nona Alaia yang akan menjadi ketua tim marketing di sini." Ujar sekretaris Kenandra, sementara pria itu terlihat hanya berdiri dengan tatapan tak peduli kepada Alaia."Salam kenal semuanya, semoga kita bisa bekerja sama dengan baik." Ujar Alaia dengan ramah kepada seluruh karyawan yang ada di ruangan itu. Ada sekitar lima orang di sana dengan tiga wanita dan dua pria. Mereka terlihat tersenyum ramah kepada Alaia dan tentunya itu bukanlah senyuman ikhlas dari pejuang jabatan yang akhirnya harus menyerah dengan jabatan mereka hanya karna seorang istri penguasa yang datang bekerja di sini."Salam kenal juga, buk." Balas mereka bersamaan di iringi dengan senyum
Setelah mereka menyelesaikan sarapan yang lumayan canggung pagi itu, Alaia akhirnya mengikuti langkah kaki Kenandra dengan perlahan sesuai dengan apa yang di perintahkan oleh pria itu sebelumnya, dia menghentikan langkahnya saat pria itu masuk ke sebuah ruangan yang dia rasa itu adalah kamar Kenandra, tempat dimana dia dan pria itu akan menghabiskan hari hari mereka bersama."Ini kamarku, pakaianmu letakkan saja di lemari yang ada di bagian pojok sana. Aku tidur di ranjang dan kau di lantai, tapi kalau kakek nanya bilang aja kita seranjang. Ingat, jaga batasanmu. Kita hanya suami istri di atas kertas." Ujar Kenandra, kembali mengingatkan Alaia jika hubungan mereka tak lebih dari sebatas kontrak yang mereka tanda tangani."Dan ya, ingat kau juga di larang ikut campur dengan urusanku." Ujar Kenandra sekali lagi."Jangan menggodaku juga, malam panas itu adalah kesalahan fatal bagiku dan aku tidak akan mengulanginya lagi, tidak akan pernah." Ucap Kenandra dengan nada dingin seperti biasa
Ke esokan harinya Alaia terlihat bangun karna suara bising yang di buat oleh Kenandra pria itu terlihat sedang sibuk memberantakannkan kamar hotel yang mereka tempati. Membuat kelopak bunga mawar yang ada di atas ranjang berserakan di lantai."Apa yang anda lakukan, tuan?" Tanya Alaia dengan bingung, dia masih sangat kantuk tapi sepertinya Kenandra tak berniat untuk membiarkannya tidur sedikit lebih lama lagi."Nggak usah ikut campur, diem aja." Ujar Kenandra dengan kesal, entahlah melihat wajah Alaia saja sudah membuatnya sangat muak jadi dia sebenarnya sangat enggan jika harus berada di ruangan yang sama dengan gadis ini.Mendengar jawaban ketus dari Kenandra, Alaia hanya bisa diam dan patuh. Dia sama sekali tidak bisa membantah, baginya Kenandra adalah orang yang sangat menakutkan dan sekarang dia akan menghabiskan sisa hidupnya dengan pria ini."Iya, tuan." Balas Alaia dengan patuh setelah beberapa saat dia hanya diam dan tak bisa menjawab."Buruan mandi siap siap, habis ini kita
Jam hampir menunjukkan pukul dini hari ketika Alaia dan Kenandra baru saja sampai ke sebuah hotel yang di pesankan oleh kakeknya untuk menghabiskan malam pertama mereka setelah pernikahan. Awalnya Kenandra menolak dengan keras hadiah dari kakeknya ini, tapi karna pria itu memaksa bahkan mengancam jadi mau tidak mau dia pun akhirnya menyetujuinya.Alaia berdiri dengan canggung diambang pintu, aroma bunga mawar tercium sangat harum. Suasana gelap dan remang membuatnya merasa sedikit aneh. Apalagi dia tidak sendirian di sini melainkan berdua dengan Kenandra."Masuk."Titah Kenandra kepada Alaia yang sejak tadi hanya berdiri diambang pintu."Jangan berpikir yang tidak tidak karna malam itu tidak akan pernah terulang lagi."Ujar Kenandra dengan dingin, dia menghidupkan lampu yang semula mati kemudian duduk di sofa dan mengisyaratkan kepada Alaia untuk melakukan hal yang sama.Melihat kode dari Kenandra, Alaia pun menurut. Dia kemudian langsung duduk di hadapan pria itu dengan kedua tangan ya
Setelah akad nikah Alaia di boyong ke tengah lautan manusia yang terlihat sudah menunggu kedatangan keduanya. Wartawan serta awak media terlihat sudah menunggu keduanya sejak tadi, karna akad nikah di lakukan secara tertutup, jadi mereka hanya bisa menunggu di luar dan sekarang setelah mereka datang ke ballroom akhirnya semua awak media serta tamu undangan akhirnya di persihlahkan masuk. "Ini terasa agak sesak."Gumam Alaia pelan, gaunnya terlihat sangat menyesakkan hingga membuat dia sulit untuk bergerak. Gaun putih dengan model sederhana namun di lengkapi dengan berlian terlihat sangat pas di tubuh Alaia, dalam jarak satu hari dia juga tidak tahu dimana mereka bisa mendapatkan gaun yang sangat pas bahkan tanpa mengukur tubuhnya.Bisikan bisikan dari beberapa tamu terdengar di telinga Alaia, beberapa dari mereka ada yang mengagumi Alaia tapi tidak sedikit pula yang menghakimi Alaia yang menikah karna sesuatu yang memalukan bahkan tak sedikit yang berpikir sama dengan Kenandra yaitu A
Setelah kepergian Kenandra, Alaia akhirnya di boyong ke sebuah kamar yang ada di ruangan itu. Gadis itu tidak bisa menolak, dia hanya mengikuti apa yang di katakan oleh pria yang bertanggung jawab atasnya itu tanpa bisa bertanya akan hal lainnya. "Ini kamar anda nona, sebaiknya anda istirahat lebih awal karna besok pagi anda harus bangun lebih pagi dan juga pasti akan sangat lelah karna pesta pernikahan."Jelas pria itu saat mereka sampai di kamar yang di klaim sebagai kamar Alaia itu. Alaia menganggukkan kepalanya, matanya menatap ke sekeliling kamar dan warna abu bercampur hitam mendominasi kamar ini. "Lalu bagaimana dengan teman teman saya? Mereka pasti sangat khawatir tentang hilangnya saya."Tanya Alaia, dia sedikit mengkhawatirkan Naina yang mungkin sedang kewalahan mencarinya. "Kami sudah mengurusnya. Temanmu yang bernama Naina dan juga Rey itu akan di undang besok pagi."Jelas pria itu. Alaia menghembuskan nafasnya, setidsknya dia bisa sedikit lebih tenang karna teman temannya
“Menikah denganku!” Dua kalimat itu berhasil membuat kedua mata Alaia langsung melotot, bagaimana bisa?“Apa?!” Tanyanya dengan terkejut, pria dingin dengan bahunya yang lebar itu terlihat menatapnya dengan tatapan yang jijik seolah ini adalah apa yang sebenarnya Alaia inginkan.“Tidak usah berpura pura tidak mendengarnya, aku tahu ini yang kau mau kan? Menjadi istriku lalu memanfaatkanku untuk mendapatkan sejumlah uang, iya kan? Watak gadis sepertimu ini benar benar sudah banyak di pasaran, cuma kamu beruntung saja karna malam itu aku terkena obat.” Ujar Kennandra panjang lebar, matanya masih menatap lurus ke arah gadis yang sedang berdiri dengan kedua tangan saling bertaut itu.“Pak, maaf sepertinya anda salah mengira. Saya bukan wanita seperti itu, lagi pula siapa yang mau menikah di usia seperti ini? Saya masih belum mau, saya tidak mau menikah cuma jangan lupa untuk menarik turun berita berita itu, saya di rugikan!” Ujar Alaia yang sudah mulai geram, tubuh mungilnya bergetar mera