"Hoaaam."Terdengar suara lenguhan dari arah Alaia, gadis itu terlihat baru saja bangun dari tidurnya tanpa tahu tentang apa yang saat ini sedang menunggunya.
"Bangun, Ya." Ucap Naina, gadis itu menepuk pelan pipi sahabatnya yang terlihat masih enggan untuk terbuka itu. Awalnya Naina sudah berada di tempatnya bekerja, tapi karna wajah Alaia sudah tersebar di seluruh Indonesia Raya ini jadi dia bergegas pulang untuk menanyakan keadaan sahabatnya yang ternyata masih tertidur lelap itu."Apa? Kenapa? Aku masih ngantuk banget." Ujar Alaia, matanya setengah terbuka tapi tangannya terlihat mulai meraba raba untuk mencari dimana keberadaan bantal guling yang akan membuat tidurnya lebih lelap itu.
"Ya, kamu harus bangun. Muka kamu sekarang ada dimana mana!" Ujar Naina, dia sudah gemas dengan sahabatnya yang seperti enggan untuk membuka matanya bahkan jika Naina sudah mengomel sejak tadi.
"Apanya? Mukaku cuma satu dan sekarang aku ngantuk banget, Na." Ujar Alaia, dia hendak memejamkan matanya lagi sebelum benda pipih persegi panjang itu berada tepat di depan matanya.
"Kamu viral! Kamu tertangkap kamera sedang tidur dengan pewaris RJ Company! Sama pak Kennandra!" Ucap Naina pada akhirnya, kali ini kata kata gadis itu tak hanya angin belaka. Namun kata kata yang baru saja di ucapkan oleh Naina berhasil membuat Alaia langsung membuka matanya yang tadi masih terasa sangat lengket.
"Apa? Nggak mungkin orang semalam aku tidur sama..." Alaia menggantung kalimatnya. Benar, wajahnya dan wajah pria asing itu jelas terpampang di media social bahkan namanya ada di pencarian teratas saat ini.
"Ini beneran aku, Na?" Tanya Alaia terkejut. Habislah sudah, aibnya saat ini sudah tersebar di seluruh negeri ini. Apa yang akan dia katakan kepada ibu dan juga ayahnya? Mereka pasti sangat kecewa bahkan mungkin Alvano akan menertawakannya saat ini.
"Iya! Apa yang kamu lakukan, Ya? Kamu berurusan sama pak Ken!"Ujar Naina yang tak habis pikir, berani beraninya sahabatnya ini berurusan dengan iblis yang terkenal sangat kejam dan juga dingin seperti Kennandra.
"Tunggu, pak Ken? Kalau begitu dia yang udah pecat aku gitu aja itu?" Tanya Alaia dengan mata yang sudah membulat sempurna.
"Bener! Sekarang kamu tahu kan seberapa besarnya masalah ini, belum lagi fansnya! Kamu harus segera pergi sekarang, Ya!" Ujar Naina, dia tiba tiba saja mengkhawatirkan tentang keadaan Alaia yang saat ini mungkin sedang di buru oleh wartawan dan juga fans dari Kennandra. Pria itu memang bukan artis, tapi dia memiliki banyak fans dan terkenal dengan julukan pria dingin yang polos dan sekarang Alaia menghancurkan imagenya, sudah bisa di pastikan jika pria itu tak akan bersikap baik kepadanya.
"Mampus, Na! Aku harus kemana?" Gumam Alaia dengan bingung, bahkan rasa kantuk yang sedari tadi menggelantung di pelupuk matanya pun perlahan menghilang begitu saja.
"Aku juga nggak tahu, kalau pulang pun pasti sudah banyak wartawan." Gumam Naina yang tak kalah bingungnya.
"Di sini aja, lagian selain Rey sama aku nggak ada yang tahu kamu ada dimana, kalau udah reda baru kita pikirin lagi." Ujar Naina setelah beberapa saat mereka sempat kebingungan.
"Beneran, Na? Nanti kalo wartawan tahu pasti repot. Ini pak Kennandra gimana sih? Kok nggak di take down, mukaku ada dimana mana sekarang." Ujar Alaia, kali ini dia benar benar menyesali hal gila yang sudah dia lakukan tadi malam.
"Nggak apa apa, semoga aja aman." Gumam Naina, sebenarnya dia juga merasa takut. Tapi untungnya tak banyak yang tahu tentang kedekatan Naina dan Alaia, jadi semoga saja semuanya aman terkendali.
"Makasih banget ya, Na." Ujar Alaia. Dia kalut, bahkan sejak tadi ponselnya tak berhenti bergetar dia yakin saat ini seluruh keluarga dan juga kenalannya sedang kebingunan dengan apa yang baru saja terjadi padanya.
"Iya, kalau gitu gue balik ke kantor dulu ya! Takut ada yang curiga." Ujar Naina, setelah memastikan jika Alaia baik baik saja dia pun segera meninggalkan gadis itu sendirian di dalam kamarnya.
Jam sudah menunjukkan pukul tiga sore dan sudah beberapa jam berlalu sejak Kenandra memerintahkan kepada orang kepercayaannya untuk mencari dimana keberadaan gadis licik yang sudah menjebaknya itu.
Drrt drrt drrt
Sebuah panggilan dari nomor yang cukup Ken kenal terlihat muncul di layar ponsel yang semula hitam, kemudian dengan sigap Ken pun langsung mengangkat panggilan dari orang yang sudah dia tunggu tunggu itu.
"Bagaimana? Sudah kamu temukan?" Tanya Ken tanpa basa basi, tangannya yang tadi sibuk berkutat dengan berkas berkas yang ada di atas meja pun ikut terangkat untuk memijat pelipisnya yang terasa sedikit nyeri.
"Sudah, pak." Jawab seseorang di seberang sana.
"Bawa dia kesini, aku ingin segera bertemu dengan jalang yang sudah berani beraninya bermain denganku itu. Siapkan pesta pernikahan juga, terlihat rapi tapi tidak terlalu mewah karna aku akan menikahinya besok pagi sesuai dengan apa yang kakek inginkan." Ujar Kenandra, pria itu terlihat sudah sangat bertekad untuk membuat hidup Alaia menjadi neraka saat ini.
"Baik, pak! Saat ini kami sudaha ada di depan kos temannya yang kemungkinan dia sudah ada di sana sejak tadi pagi." Ujar seseorang di seberang sana.
"Bagus, seret dia kembali. Jika dia melawan hajar saja, ingat untuk tidak menghabisi nyawanya." Ujar Ken, setelah mengatakan itu dia pun langsung mematikan panggilan itu dan kembali melanjutkan pekerjaannya yang tertunda.
"Sialan! Aku benar benar kesulitan fokus." Gumam Ken, pikirannya bercabang sekarang. Di satu sisi dia terlalu malas menanggapi media tapi di sisi lain, dia juga takut jika Anna melihat semua berita ini.
Pria itu menatap layar ponselnya lama, terlihat siluet gadis yang tengah mengenakkan gaun penari ballet yang sedang tersenyum dengan ceria. Foto yang dia ambil lima tahun yang lalu dan sudah menjadi walpapernya sejak saat itu.
"Anna kamu dimana? Kamu masih nepatin janji kita kan?" Gumam Ken dengan nada pelan.
Cintanya sudah habis dan dia sudah menghabiskannya untuk Anna, gadis yang sangat dia cintai.
Ken menghembuskan nafasnya pelan, dia tidak tahu apa yang membuat Anna meninggalkannya setelah dia berpamitan untuk melanjutkan pendidikannya sebagai ballerina tapi yang jelas apapun alasannya Ken akan tetap mencintai gadis itu sampai kapan pun.
"Dan semuanya sekarang benar benar hancur karna jalang itu, aku benar benar akan menyiksanya. Setelah ini jangan harap kamu bisa tidur dengan tenang, gadis sialan." Ujar Ken, tangannya terkepal apalagi saat melihat dering ponselnya yang tak berhenti sejak dia terlibat skandal dengan gadis itu.
Setelah Naina kembali ke kantor, Alaia benar benar terlihat kalut. Puluhan panggilan dari kedua orang tua serta kenalannya membuatnya benar benar kewalahan bahkan dia sampai takut untuk sekedar menjawab panggilan itu. Diantara banyaknya panggilan yang ada di ponselnya, salah satunya ada panggilan dan juga pesan dari Alvano.“Jadi ini alasan kamu mau putus? Karna kamu udah di pake sama orang kaya? Cuih! Ternyata nggak salah aku putusin buat main gila sama Kania, kamu juga ternyata kotor mana mainnya sama orang kaya, kebelet kaya ya?”Alaia menghembuskan nafasnya saat membaca pesan singkat dari mantan kekasihnya itu, dia benar benar sudah muak dengan mantan kekasih yang benar benar tidak ada gunanya itu. Dia bahkan bingung kenapa dia bisa jatuh cinta kepada sesosok pria yang mempunyai mulut julid sepertinya.“Nggak usah di balas, Alaia. Sabar, sabar, sabar.” Alaia menghembuskan nafasnya pelan, menaik turunkan tangannya dengan mulut yang berkomat kamit mengumandangkan kata sabar.“Lagian
“Menikah denganku!” Dua kalimat itu berhasil membuat kedua mata Alaia langsung melotot, bagaimana bisa?“Apa?!” Tanyanya dengan terkejut, pria dingin dengan bahunya yang lebar itu terlihat menatapnya dengan tatapan yang jijik seolah ini adalah apa yang sebenarnya Alaia inginkan.“Tidak usah berpura pura tidak mendengarnya, aku tahu ini yang kau mau kan? Menjadi istriku lalu memanfaatkanku untuk mendapatkan sejumlah uang, iya kan? Watak gadis sepertimu ini benar benar sudah banyak di pasaran, cuma kamu beruntung saja karna malam itu aku terkena obat.” Ujar Kennandra panjang lebar, matanya masih menatap lurus ke arah gadis yang sedang berdiri dengan kedua tangan saling bertaut itu.“Pak, maaf sepertinya anda salah mengira. Saya bukan wanita seperti itu, lagi pula siapa yang mau menikah di usia seperti ini? Saya masih belum mau, saya tidak mau menikah cuma jangan lupa untuk menarik turun berita berita itu, saya di rugikan!” Ujar Alaia yang sudah mulai geram, tubuh mungilnya bergetar mera
Setelah kepergian Kenandra, Alaia akhirnya di boyong ke sebuah kamar yang ada di ruangan itu. Gadis itu tidak bisa menolak, dia hanya mengikuti apa yang di katakan oleh pria yang bertanggung jawab atasnya itu tanpa bisa bertanya akan hal lainnya. "Ini kamar anda nona, sebaiknya anda istirahat lebih awal karna besok pagi anda harus bangun lebih pagi dan juga pasti akan sangat lelah karna pesta pernikahan."Jelas pria itu saat mereka sampai di kamar yang di klaim sebagai kamar Alaia itu. Alaia menganggukkan kepalanya, matanya menatap ke sekeliling kamar dan warna abu bercampur hitam mendominasi kamar ini. "Lalu bagaimana dengan teman teman saya? Mereka pasti sangat khawatir tentang hilangnya saya."Tanya Alaia, dia sedikit mengkhawatirkan Naina yang mungkin sedang kewalahan mencarinya. "Kami sudah mengurusnya. Temanmu yang bernama Naina dan juga Rey itu akan di undang besok pagi."Jelas pria itu. Alaia menghembuskan nafasnya, setidsknya dia bisa sedikit lebih tenang karna teman temannya
Setelah akad nikah Alaia di boyong ke tengah lautan manusia yang terlihat sudah menunggu kedatangan keduanya. Wartawan serta awak media terlihat sudah menunggu keduanya sejak tadi, karna akad nikah di lakukan secara tertutup, jadi mereka hanya bisa menunggu di luar dan sekarang setelah mereka datang ke ballroom akhirnya semua awak media serta tamu undangan akhirnya di persihlahkan masuk. "Ini terasa agak sesak."Gumam Alaia pelan, gaunnya terlihat sangat menyesakkan hingga membuat dia sulit untuk bergerak. Gaun putih dengan model sederhana namun di lengkapi dengan berlian terlihat sangat pas di tubuh Alaia, dalam jarak satu hari dia juga tidak tahu dimana mereka bisa mendapatkan gaun yang sangat pas bahkan tanpa mengukur tubuhnya.Bisikan bisikan dari beberapa tamu terdengar di telinga Alaia, beberapa dari mereka ada yang mengagumi Alaia tapi tidak sedikit pula yang menghakimi Alaia yang menikah karna sesuatu yang memalukan bahkan tak sedikit yang berpikir sama dengan Kenandra yaitu A
Jam hampir menunjukkan pukul dini hari ketika Alaia dan Kenandra baru saja sampai ke sebuah hotel yang di pesankan oleh kakeknya untuk menghabiskan malam pertama mereka setelah pernikahan. Awalnya Kenandra menolak dengan keras hadiah dari kakeknya ini, tapi karna pria itu memaksa bahkan mengancam jadi mau tidak mau dia pun akhirnya menyetujuinya.Alaia berdiri dengan canggung diambang pintu, aroma bunga mawar tercium sangat harum. Suasana gelap dan remang membuatnya merasa sedikit aneh. Apalagi dia tidak sendirian di sini melainkan berdua dengan Kenandra."Masuk."Titah Kenandra kepada Alaia yang sejak tadi hanya berdiri diambang pintu."Jangan berpikir yang tidak tidak karna malam itu tidak akan pernah terulang lagi."Ujar Kenandra dengan dingin, dia menghidupkan lampu yang semula mati kemudian duduk di sofa dan mengisyaratkan kepada Alaia untuk melakukan hal yang sama.Melihat kode dari Kenandra, Alaia pun menurut. Dia kemudian langsung duduk di hadapan pria itu dengan kedua tangan ya
Ke esokan harinya Alaia terlihat bangun karna suara bising yang di buat oleh Kenandra pria itu terlihat sedang sibuk memberantakannkan kamar hotel yang mereka tempati. Membuat kelopak bunga mawar yang ada di atas ranjang berserakan di lantai."Apa yang anda lakukan, tuan?" Tanya Alaia dengan bingung, dia masih sangat kantuk tapi sepertinya Kenandra tak berniat untuk membiarkannya tidur sedikit lebih lama lagi."Nggak usah ikut campur, diem aja." Ujar Kenandra dengan kesal, entahlah melihat wajah Alaia saja sudah membuatnya sangat muak jadi dia sebenarnya sangat enggan jika harus berada di ruangan yang sama dengan gadis ini.Mendengar jawaban ketus dari Kenandra, Alaia hanya bisa diam dan patuh. Dia sama sekali tidak bisa membantah, baginya Kenandra adalah orang yang sangat menakutkan dan sekarang dia akan menghabiskan sisa hidupnya dengan pria ini."Iya, tuan." Balas Alaia dengan patuh setelah beberapa saat dia hanya diam dan tak bisa menjawab."Buruan mandi siap siap, habis ini kita
Setelah mereka menyelesaikan sarapan yang lumayan canggung pagi itu, Alaia akhirnya mengikuti langkah kaki Kenandra dengan perlahan sesuai dengan apa yang di perintahkan oleh pria itu sebelumnya, dia menghentikan langkahnya saat pria itu masuk ke sebuah ruangan yang dia rasa itu adalah kamar Kenandra, tempat dimana dia dan pria itu akan menghabiskan hari hari mereka bersama."Ini kamarku, pakaianmu letakkan saja di lemari yang ada di bagian pojok sana. Aku tidur di ranjang dan kau di lantai, tapi kalau kakek nanya bilang aja kita seranjang. Ingat, jaga batasanmu. Kita hanya suami istri di atas kertas." Ujar Kenandra, kembali mengingatkan Alaia jika hubungan mereka tak lebih dari sebatas kontrak yang mereka tanda tangani."Dan ya, ingat kau juga di larang ikut campur dengan urusanku." Ujar Kenandra sekali lagi."Jangan menggodaku juga, malam panas itu adalah kesalahan fatal bagiku dan aku tidak akan mengulanginya lagi, tidak akan pernah." Ucap Kenandra dengan nada dingin seperti biasa
Ke esokan harinya, seperti yang sudah di janjikan oleh Kenandra dia akhirnya benar benar membawa Alaia untuk bekerja di tempat dia bekerja. Tanpa basa basi, dia langsung membawa Alaia ke divisi yang akan di emban oleh gadis itu tentunya di iringi dengan tatapan tak suka hampir dari seluruh karyawan yang ada di sana."Mulai hari ini Nona Alaia yang akan menjadi ketua tim marketing di sini." Ujar sekretaris Kenandra, sementara pria itu terlihat hanya berdiri dengan tatapan tak peduli kepada Alaia."Salam kenal semuanya, semoga kita bisa bekerja sama dengan baik." Ujar Alaia dengan ramah kepada seluruh karyawan yang ada di ruangan itu. Ada sekitar lima orang di sana dengan tiga wanita dan dua pria. Mereka terlihat tersenyum ramah kepada Alaia dan tentunya itu bukanlah senyuman ikhlas dari pejuang jabatan yang akhirnya harus menyerah dengan jabatan mereka hanya karna seorang istri penguasa yang datang bekerja di sini."Salam kenal juga, buk." Balas mereka bersamaan di iringi dengan senyum
Ke esokan harinya, seperti yang sudah di rencanakan oleh Addison Kenandra dan Alaia akhirnya benar benar berangkat ke Bali dengan keterpaksaan tentunya. Keduanya terlihat saling merangkul saat hendak masuk ke dalam pesawat, berpamitan pada Addison yang terlihat enggan meninggalkan tempat dimana dia berdiri sebelumnya."Dadah! Jangan lupa senang senang, ingat bawain kakek cicit!" Ujar Addison dengan nada pelan."Iya kek, tenang saja." Balas Kenandra dengan senyuman palsunya yang sangat lebar.Sebelum mereka menikah bahkan setelah keduanya menikah Addison selalu meminta cucu kepada Kenandra dan juga Alaia. Kali ini Kenandra mulai berpikir, apakah dia benar harus memberikannya atau hanya sekedar menghindari tapi jika dia tidak kunjung memberikannya maka kakeknya pasti akan terus mendesak bahkan mungkin akan mengirim mereka kemana pun agar mereka bisa memiliki anak dan sayangnya Kenandra sama sekali tidak bisa menolak tentang hal itu."Sepertinya kakek benar benar ingin memiliki cicit da
Jam sudah menunjukkan pukul lima ketika Alaia baru saja selesai dengan pekerjaannya. Wajahnya terlihat sangat kusut, bekerja menjadi kepala tim bukanlah hal yang mudah, apalagia dia masuk dengan cara yang tidak adil, membuat bawahannya diam diam mengutuk ke arahnya. "Mau masuk nggak? Lama banget."Ujar Kenandra, sekarang mau tidak mau dia harus berangkat dan pulang dengan Alaia karna jika tidak kakeknya pasti akan mengamuk, belum lagi dia memang tidak ingin membuat orang lain menggiring opini buruk tentang rumah tangganya. Alaia menghembuskan nafasnya pelan, baru saja dia perpikir jika pulang kerja pikirannya akan tenang tetapi barusan sumber kesengsaraannya baru saja memanggil dan memaksanya untuk masuk ke dalam mobil hanya untuk kepentingan pribadinya. "Lelet banget, heran."Sindir Kenandra, Alaia hanya bisa diam. Selagi dia masih bisa menahan amarahnya, dia harus menahannya karna dia marah pun hanyan akan merugikan dirinya sendiri. "Maaf tuan."Balas Alaia, dia pun langsung masuk
Ke esokan harinya, seperti yang sudah di janjikan oleh Kenandra dia akhirnya benar benar membawa Alaia untuk bekerja di tempat dia bekerja. Tanpa basa basi, dia langsung membawa Alaia ke divisi yang akan di emban oleh gadis itu tentunya di iringi dengan tatapan tak suka hampir dari seluruh karyawan yang ada di sana."Mulai hari ini Nona Alaia yang akan menjadi ketua tim marketing di sini." Ujar sekretaris Kenandra, sementara pria itu terlihat hanya berdiri dengan tatapan tak peduli kepada Alaia."Salam kenal semuanya, semoga kita bisa bekerja sama dengan baik." Ujar Alaia dengan ramah kepada seluruh karyawan yang ada di ruangan itu. Ada sekitar lima orang di sana dengan tiga wanita dan dua pria. Mereka terlihat tersenyum ramah kepada Alaia dan tentunya itu bukanlah senyuman ikhlas dari pejuang jabatan yang akhirnya harus menyerah dengan jabatan mereka hanya karna seorang istri penguasa yang datang bekerja di sini."Salam kenal juga, buk." Balas mereka bersamaan di iringi dengan senyum
Setelah mereka menyelesaikan sarapan yang lumayan canggung pagi itu, Alaia akhirnya mengikuti langkah kaki Kenandra dengan perlahan sesuai dengan apa yang di perintahkan oleh pria itu sebelumnya, dia menghentikan langkahnya saat pria itu masuk ke sebuah ruangan yang dia rasa itu adalah kamar Kenandra, tempat dimana dia dan pria itu akan menghabiskan hari hari mereka bersama."Ini kamarku, pakaianmu letakkan saja di lemari yang ada di bagian pojok sana. Aku tidur di ranjang dan kau di lantai, tapi kalau kakek nanya bilang aja kita seranjang. Ingat, jaga batasanmu. Kita hanya suami istri di atas kertas." Ujar Kenandra, kembali mengingatkan Alaia jika hubungan mereka tak lebih dari sebatas kontrak yang mereka tanda tangani."Dan ya, ingat kau juga di larang ikut campur dengan urusanku." Ujar Kenandra sekali lagi."Jangan menggodaku juga, malam panas itu adalah kesalahan fatal bagiku dan aku tidak akan mengulanginya lagi, tidak akan pernah." Ucap Kenandra dengan nada dingin seperti biasa
Ke esokan harinya Alaia terlihat bangun karna suara bising yang di buat oleh Kenandra pria itu terlihat sedang sibuk memberantakannkan kamar hotel yang mereka tempati. Membuat kelopak bunga mawar yang ada di atas ranjang berserakan di lantai."Apa yang anda lakukan, tuan?" Tanya Alaia dengan bingung, dia masih sangat kantuk tapi sepertinya Kenandra tak berniat untuk membiarkannya tidur sedikit lebih lama lagi."Nggak usah ikut campur, diem aja." Ujar Kenandra dengan kesal, entahlah melihat wajah Alaia saja sudah membuatnya sangat muak jadi dia sebenarnya sangat enggan jika harus berada di ruangan yang sama dengan gadis ini.Mendengar jawaban ketus dari Kenandra, Alaia hanya bisa diam dan patuh. Dia sama sekali tidak bisa membantah, baginya Kenandra adalah orang yang sangat menakutkan dan sekarang dia akan menghabiskan sisa hidupnya dengan pria ini."Iya, tuan." Balas Alaia dengan patuh setelah beberapa saat dia hanya diam dan tak bisa menjawab."Buruan mandi siap siap, habis ini kita
Jam hampir menunjukkan pukul dini hari ketika Alaia dan Kenandra baru saja sampai ke sebuah hotel yang di pesankan oleh kakeknya untuk menghabiskan malam pertama mereka setelah pernikahan. Awalnya Kenandra menolak dengan keras hadiah dari kakeknya ini, tapi karna pria itu memaksa bahkan mengancam jadi mau tidak mau dia pun akhirnya menyetujuinya.Alaia berdiri dengan canggung diambang pintu, aroma bunga mawar tercium sangat harum. Suasana gelap dan remang membuatnya merasa sedikit aneh. Apalagi dia tidak sendirian di sini melainkan berdua dengan Kenandra."Masuk."Titah Kenandra kepada Alaia yang sejak tadi hanya berdiri diambang pintu."Jangan berpikir yang tidak tidak karna malam itu tidak akan pernah terulang lagi."Ujar Kenandra dengan dingin, dia menghidupkan lampu yang semula mati kemudian duduk di sofa dan mengisyaratkan kepada Alaia untuk melakukan hal yang sama.Melihat kode dari Kenandra, Alaia pun menurut. Dia kemudian langsung duduk di hadapan pria itu dengan kedua tangan ya
Setelah akad nikah Alaia di boyong ke tengah lautan manusia yang terlihat sudah menunggu kedatangan keduanya. Wartawan serta awak media terlihat sudah menunggu keduanya sejak tadi, karna akad nikah di lakukan secara tertutup, jadi mereka hanya bisa menunggu di luar dan sekarang setelah mereka datang ke ballroom akhirnya semua awak media serta tamu undangan akhirnya di persihlahkan masuk. "Ini terasa agak sesak."Gumam Alaia pelan, gaunnya terlihat sangat menyesakkan hingga membuat dia sulit untuk bergerak. Gaun putih dengan model sederhana namun di lengkapi dengan berlian terlihat sangat pas di tubuh Alaia, dalam jarak satu hari dia juga tidak tahu dimana mereka bisa mendapatkan gaun yang sangat pas bahkan tanpa mengukur tubuhnya.Bisikan bisikan dari beberapa tamu terdengar di telinga Alaia, beberapa dari mereka ada yang mengagumi Alaia tapi tidak sedikit pula yang menghakimi Alaia yang menikah karna sesuatu yang memalukan bahkan tak sedikit yang berpikir sama dengan Kenandra yaitu A
Setelah kepergian Kenandra, Alaia akhirnya di boyong ke sebuah kamar yang ada di ruangan itu. Gadis itu tidak bisa menolak, dia hanya mengikuti apa yang di katakan oleh pria yang bertanggung jawab atasnya itu tanpa bisa bertanya akan hal lainnya. "Ini kamar anda nona, sebaiknya anda istirahat lebih awal karna besok pagi anda harus bangun lebih pagi dan juga pasti akan sangat lelah karna pesta pernikahan."Jelas pria itu saat mereka sampai di kamar yang di klaim sebagai kamar Alaia itu. Alaia menganggukkan kepalanya, matanya menatap ke sekeliling kamar dan warna abu bercampur hitam mendominasi kamar ini. "Lalu bagaimana dengan teman teman saya? Mereka pasti sangat khawatir tentang hilangnya saya."Tanya Alaia, dia sedikit mengkhawatirkan Naina yang mungkin sedang kewalahan mencarinya. "Kami sudah mengurusnya. Temanmu yang bernama Naina dan juga Rey itu akan di undang besok pagi."Jelas pria itu. Alaia menghembuskan nafasnya, setidsknya dia bisa sedikit lebih tenang karna teman temannya
“Menikah denganku!” Dua kalimat itu berhasil membuat kedua mata Alaia langsung melotot, bagaimana bisa?“Apa?!” Tanyanya dengan terkejut, pria dingin dengan bahunya yang lebar itu terlihat menatapnya dengan tatapan yang jijik seolah ini adalah apa yang sebenarnya Alaia inginkan.“Tidak usah berpura pura tidak mendengarnya, aku tahu ini yang kau mau kan? Menjadi istriku lalu memanfaatkanku untuk mendapatkan sejumlah uang, iya kan? Watak gadis sepertimu ini benar benar sudah banyak di pasaran, cuma kamu beruntung saja karna malam itu aku terkena obat.” Ujar Kennandra panjang lebar, matanya masih menatap lurus ke arah gadis yang sedang berdiri dengan kedua tangan saling bertaut itu.“Pak, maaf sepertinya anda salah mengira. Saya bukan wanita seperti itu, lagi pula siapa yang mau menikah di usia seperti ini? Saya masih belum mau, saya tidak mau menikah cuma jangan lupa untuk menarik turun berita berita itu, saya di rugikan!” Ujar Alaia yang sudah mulai geram, tubuh mungilnya bergetar mera