Bagi Yasmine, waktu 5 hari tidak ada bedanya dengan hukuman mati. Andai saja dia mampu memastikan perasaannya lebih awal, waktu 5 hari ini tidak akan mengubah apa pun.Akan tetapi, Hanafi sudah akan meninggalkan Kota Sulvan dalam 5 hari. Pada saat itu, Yasmine tidak dapat secara langsung menjalin hubungan dengan pria itu, bahkan lebih sulit untuk melihatnya pergi begitu saja. Apa yang dapat Yasmine lakukan dalam waktu 5 hari? Bagaimana dia bisa mengatasi ini?Yasmine merasa bingung dan terjebak dalam dilema. Setelah berpikir lama dan masih tak berdaya, dia akhirnya datang secara diam-diam ke ruang konseling dengan memakai masker.Terapis psikologinya adalah seorang wanita muda. Begitu melihat penampilan Yasmine, dia sontak tersenyum karena tahu apa yang dipikirkannya. Pandangannya tidak bertahan lama di wajah Yasmine. Segera setelah itu, si terapis menuangkan segelas teh dan duduk di sofa yang lain.Wanita itu berkata, "Nona Yasmine, jangan khawatir. Ini adalah tempat yang privasinya t
Carlos dan Yasmine sama-sama menderita. Gempita pun menghela napas. Meskipun tidak berhak, dia tetap seharusnya mencoba membujuk Carlos ketika pulang nanti.Di lantai atas ruang konseling, si terapis psikologi dan asistennya berdiri di jendela untuk menyaksikan kepergian Yasmine. Asistennya bertanya dengan heran, "Apakah masalahnya belum terpecahkan?""Sudah, tapi nggak sepenuhnya," jawab si terapis psikologi. Kemudian, dia menambahkan sambil tersenyum lembut, "Masih ada satu kemungkinan yang nggak kusampaikan padanya."Asistennya kembali bertanya, "Kemungkinan apa?"Terapis psikologi itu menjawab sambil tersenyum, "Tuan Hanafi dan Tuan Carlos mungkin adalah orang yang sama."Asistennya begitu terkejut hingga menutup mulutnya, lalu bertanya, "Separah itu?"Si terapis psikologi berkata dengan senyuman yang makin lembut, "Iya, separah itu. Tapi, itu memang sesuatu yang mungkin dilakukan oleh Tuan Carlos."Asistennya bertanya, "Jadi, dia adalah Tuan Carlos kita kenal?"Yasmine memang memb
Yasmine masih berdiri di tempat yang sama. Dia melihat Carlos yang turun dari mobil dengan mengenakan mantel hitam. Pria itu berjalan dengan sangat percaya diri, seolah-olah mampu membelah udara. Suhu di sekitarnya juga turun mendadak hingga di bawah titik beku. Itu membuat orang lain merasa kedinginan.Carlos mengangkat tangannya, lalu berkata dengan nada dingin, "Dobrak pintunya!"Keempat pengawalnya segera maju dengan ganas dan menghancurkan pintu besi tersebut. Wajah satpam yang menjaga pintu tampak sangat pucat karena ketakutan. Dia buru-buru berlari masuk untuk melaporkan hal ini. Sementara itu, Carlos yang angkuh berjalan masuk dengan langkah besar, seolah-olah pulang ke rumahnya sendiri."Siapa suruh kamu menghalangiku? Siapa suruh?" maki Edgar seraya menendang pintu besi beberapa kali. Setelah itu, dia menyusul Carlos dan berkata sambil tersenyum gembira, "Memang harus kamu yang datang, baru bisa kasih mereka pelajaran."Yasmine tampak mengernyit dan kebingungan. Kenapa Edgar
Ketika Carlos sedang tidak memperhatikan, pemuda itu diam-diam mendekatinya.Melihat ini, Yasmine sontak terbelalak dan jantungnya berdetak kencang. Dia segera menerjang ke arah Carlos sembari berteriak, "Awas, pisau!"Pemuda itu langsung menyerang. Lantaran sudah mendapatkan peringatan dari Yasmine, Carlos sontak menyingkir dan menendang pemuda itu hingga tersungkur. Kemudian, dia segera membawa Yasmine ke dalam pelukannya."Kenapa kamu kemari?" Carlos melindungi Yasmine seraya memperingatkan, "Di sini bahaya. Kamu keluar dulu."Yasmine sudah lama tidak sedekat ini dengan Carlos, tetapi dia sama sekali tidak merasa asing. Kedekatan seperti ini membuat Yasmine gemetaran. Dia mendorong Carlos dengan perasaan tidak karuan. Ketika hendak menjauh, terlihat seorang pria paruh baya yang berlutut. Ekspresi pria itu sangat mengerikan. Dia mengambil pisau dan hendak menikam Carlos.Tanpa ragu-ragu, Yasmine maju dan menggenggam pisau tersebut. Rasa sakit itu mengakibatkan darah mengalir dari tel
Hari kelima, Yasmine bangun pagi-pagi sekali. Lebih tepatnya, dia tidak tidur semalaman. Kabarnya, Hanafi akan naik pesawat pukul 18.00.Yasmine sedang duduk di balkon menyaksikan matahari terbit hingga matahari terbenam dengan tatapan kosong."Yasmine masih di rumah?" tanya Carlos yang sudah menelepon 9 kali.Edgar berdiri di taman bawah sambil diam-diam melihat ke arah balkon. Dia mendengus, lalu menjawab, "Dia nggak ke mana-mana sejak pagi sampai sekarang. Makanan yang diantar ke kamarnya juga nggak dimakan.""Masa kalian biarkan saja kalau dia tidak makan?" timpal Carlos dengan kesal.Edgar menyahut, "Selain dirimu, siapa yang berani memaksa dia untuk makan?""Seharusnya jangan pesan penerbangan jam 6 sore!" Carlos bertanya dengan marah, "Apa undangannya sudah dikirim?"Begitu Carlos selesai bicara, Madhav berlari sambil membawa sebuah undangan pernikahan kepada Edgar.Edgar meraih undangan tersebut, lalu menghela napas lega. Dia berkata, "Akhirnya undangannya sudah datang."Kemudi
Yasmine bingung. Lantas, undangan yang diberikan oleh Edgar didapatkan dari mana?Edgar menggosok hidungnya karena merasa bersalah. Dia menengadah dan mendapati pengantin wanita juga menghampiri mereka. Situasi ini seketika membuat kepalanya pusing.Edgar memberikan undangan ini agar Yasmine berhenti berharap kepada Raymond, lalu segera pergi ke bandara mencari Carlos. Bukan untuk membuat keributan, apalagi untuk menggagalkan acara pertunangan."Berhubung Raymond nggak mau kamu hadir di pertunangannya, lebih baik kita pulang saja," ucap Edgar sambil menarik lengan Yasmine.Yasmine merasa tingkah laku Edgar sangat mencurigakan hari ini. Namun, sekarang bukan saatnya untuk menginterogasi Edgar. Dia berkata dengan malu, "Selamat atas pertunanganmu. Aku nggak akan mengganggu acaramu lagi. Aku pamit dulu.""Kalau sudah datang, kenapa harus pergi?" Raymond menghalangi Yasmine sembari menambahkan, "Kamu datang untuk menggagalkan pertunanganku atau membawaku kabur?"Mendengar ini, Edgar sontak
Lantaran tidak diundang, Yasmine berniat untuk pergi. Akan tetapi, dia malah diseret ke meja oleh Raymond.Saat ini, Edgar baru menyadari sesuatu. Dia bertanya, "Yasmine, pria lain yang kamu cintai bukan Raymond? Kalau bukan dia, lalu siapa?"Yasmine hanya diam dan menunduk untuk melihat jam di ponselnya. Sekarang sudah hampir pukul 18.00, pesawat Hanafi akan segera lepas landas.Edgar makin cemas karena tidak mendapat jawaban. Carlos sudah berusaha keras agar membuat Raymond menikah dengan wanita lain. Alhasil, Carlos malah menyingkirkan saingan cinta yang salah.Sementara itu, Yasmine memperhatikan waktu lagi dan masih duduk di tempatnya.Sekujur tubuh Edgar seketika merinding. Dia membujuk dengan ragu, "Nggak masalah kalau kamu mau meninggalkan acara ini. Kamu masih sempat pergi ke bandara sekarang."Yasmine merasa sangat sedih. Suaranya sangat pelan sehingga hampir tidak terdengar. "Aku nggak akan pergi," ucapnya."Kamu yakin? Coba pikirkan lagi!" Edgar mengentakkan kakinya karena
"Tuan Muda Carlos ...," panggil Yogi sembari menyusul dengan khawatir.Saat ini, pelayan Keluarga Handoyo berlari masuk ke bandara dengan tergesa-gesa. Dia terluka karena sempat mengalami kecelakaan di perjalanan, tetapi tidak pergi ke rumah sakit dan malah bersikeras datang untuk mengantarkan surat Yasmine. Untung saja, dia tidak terlambat."Tuan Muda Hanafi!" Pelayan berteriak sembari berlari ke arah Carlos. Namun, teriakannya tidak bisa menghentikan langkah Carlos. Carlos sudah keluar dari bandara dan langsung naik mobil.Pelayan terus mengejar sambil menahan rasa sakit. Ketika hendak menuju ke mobil Carlos, dia malah diadang oleh Yogi.Yogi bertanya dengan ekspresi dingin, "Apa yang kamu lakukan?""Pak, aku pelayan Keluarga Handoyo. Nona Yasmine memintaku mengantar surat untuk Tuan Muda Hanafi. Ini suratnya," sahut pelayan yang buru-buru mengeluarkan surat. Ketika melihat surat itu terkena noda darah, dia buru-buru menyekanya, tetapi tidak bisa dibersihkan.Raut wajah Yogi sangat m