Lantaran ditatap tajam oleh Carlos, Edgar tidak berani melanjutkan kata-katanya.Di taman, Raymond memelototi Yasmine dengan tatapan yang penuh emosi, seolah-olah ingin melubangi tubuh wanita itu dengan tatapannya.Pria itu menegur, "Yasmine, aku benar-benar sudah meremehkanmu. Walaupun lumayan menyukai Hanafi, kamu masih belum bisa memastikan perasaanmu dan belum memilihnya. Kalian ini masih belum jadian. Kemarin malam, dia mengambil kesempatan dalam kesempitan, jadi sudah pasti kamu yang dirugikan.""Kalaupun nggak membencinya, kamu juga nggak seharusnya menghentikanku untuk memukulnya! Ini menyangkut masalah citra dan harga diri wanita, mengerti?" tanya Raymond.Yasmine merasa pusing mendengarnya. Dia duduk di bangku batu sambil memegangi kepala, lalu berujar dengan pelan, "Kemarin malam, aku yang berinisiatif.""Apa?" seru Raymond yang sekujur tubuhnya membeku.Yasmine menghela napas sembari melanjutkan, "Jadi, mulai sekarang tolong jangan ikut campur dalam urusanku dan Tuan Hanafi
Bagi Yasmine, waktu 5 hari tidak ada bedanya dengan hukuman mati. Andai saja dia mampu memastikan perasaannya lebih awal, waktu 5 hari ini tidak akan mengubah apa pun.Akan tetapi, Hanafi sudah akan meninggalkan Kota Sulvan dalam 5 hari. Pada saat itu, Yasmine tidak dapat secara langsung menjalin hubungan dengan pria itu, bahkan lebih sulit untuk melihatnya pergi begitu saja. Apa yang dapat Yasmine lakukan dalam waktu 5 hari? Bagaimana dia bisa mengatasi ini?Yasmine merasa bingung dan terjebak dalam dilema. Setelah berpikir lama dan masih tak berdaya, dia akhirnya datang secara diam-diam ke ruang konseling dengan memakai masker.Terapis psikologinya adalah seorang wanita muda. Begitu melihat penampilan Yasmine, dia sontak tersenyum karena tahu apa yang dipikirkannya. Pandangannya tidak bertahan lama di wajah Yasmine. Segera setelah itu, si terapis menuangkan segelas teh dan duduk di sofa yang lain.Wanita itu berkata, "Nona Yasmine, jangan khawatir. Ini adalah tempat yang privasinya t
Carlos dan Yasmine sama-sama menderita. Gempita pun menghela napas. Meskipun tidak berhak, dia tetap seharusnya mencoba membujuk Carlos ketika pulang nanti.Di lantai atas ruang konseling, si terapis psikologi dan asistennya berdiri di jendela untuk menyaksikan kepergian Yasmine. Asistennya bertanya dengan heran, "Apakah masalahnya belum terpecahkan?""Sudah, tapi nggak sepenuhnya," jawab si terapis psikologi. Kemudian, dia menambahkan sambil tersenyum lembut, "Masih ada satu kemungkinan yang nggak kusampaikan padanya."Asistennya kembali bertanya, "Kemungkinan apa?"Terapis psikologi itu menjawab sambil tersenyum, "Tuan Hanafi dan Tuan Carlos mungkin adalah orang yang sama."Asistennya begitu terkejut hingga menutup mulutnya, lalu bertanya, "Separah itu?"Si terapis psikologi berkata dengan senyuman yang makin lembut, "Iya, separah itu. Tapi, itu memang sesuatu yang mungkin dilakukan oleh Tuan Carlos."Asistennya bertanya, "Jadi, dia adalah Tuan Carlos kita kenal?"Yasmine memang memb
Yasmine masih berdiri di tempat yang sama. Dia melihat Carlos yang turun dari mobil dengan mengenakan mantel hitam. Pria itu berjalan dengan sangat percaya diri, seolah-olah mampu membelah udara. Suhu di sekitarnya juga turun mendadak hingga di bawah titik beku. Itu membuat orang lain merasa kedinginan.Carlos mengangkat tangannya, lalu berkata dengan nada dingin, "Dobrak pintunya!"Keempat pengawalnya segera maju dengan ganas dan menghancurkan pintu besi tersebut. Wajah satpam yang menjaga pintu tampak sangat pucat karena ketakutan. Dia buru-buru berlari masuk untuk melaporkan hal ini. Sementara itu, Carlos yang angkuh berjalan masuk dengan langkah besar, seolah-olah pulang ke rumahnya sendiri."Siapa suruh kamu menghalangiku? Siapa suruh?" maki Edgar seraya menendang pintu besi beberapa kali. Setelah itu, dia menyusul Carlos dan berkata sambil tersenyum gembira, "Memang harus kamu yang datang, baru bisa kasih mereka pelajaran."Yasmine tampak mengernyit dan kebingungan. Kenapa Edgar
Ketika Carlos sedang tidak memperhatikan, pemuda itu diam-diam mendekatinya.Melihat ini, Yasmine sontak terbelalak dan jantungnya berdetak kencang. Dia segera menerjang ke arah Carlos sembari berteriak, "Awas, pisau!"Pemuda itu langsung menyerang. Lantaran sudah mendapatkan peringatan dari Yasmine, Carlos sontak menyingkir dan menendang pemuda itu hingga tersungkur. Kemudian, dia segera membawa Yasmine ke dalam pelukannya."Kenapa kamu kemari?" Carlos melindungi Yasmine seraya memperingatkan, "Di sini bahaya. Kamu keluar dulu."Yasmine sudah lama tidak sedekat ini dengan Carlos, tetapi dia sama sekali tidak merasa asing. Kedekatan seperti ini membuat Yasmine gemetaran. Dia mendorong Carlos dengan perasaan tidak karuan. Ketika hendak menjauh, terlihat seorang pria paruh baya yang berlutut. Ekspresi pria itu sangat mengerikan. Dia mengambil pisau dan hendak menikam Carlos.Tanpa ragu-ragu, Yasmine maju dan menggenggam pisau tersebut. Rasa sakit itu mengakibatkan darah mengalir dari tel
Hari kelima, Yasmine bangun pagi-pagi sekali. Lebih tepatnya, dia tidak tidur semalaman. Kabarnya, Hanafi akan naik pesawat pukul 18.00.Yasmine sedang duduk di balkon menyaksikan matahari terbit hingga matahari terbenam dengan tatapan kosong."Yasmine masih di rumah?" tanya Carlos yang sudah menelepon 9 kali.Edgar berdiri di taman bawah sambil diam-diam melihat ke arah balkon. Dia mendengus, lalu menjawab, "Dia nggak ke mana-mana sejak pagi sampai sekarang. Makanan yang diantar ke kamarnya juga nggak dimakan.""Masa kalian biarkan saja kalau dia tidak makan?" timpal Carlos dengan kesal.Edgar menyahut, "Selain dirimu, siapa yang berani memaksa dia untuk makan?""Seharusnya jangan pesan penerbangan jam 6 sore!" Carlos bertanya dengan marah, "Apa undangannya sudah dikirim?"Begitu Carlos selesai bicara, Madhav berlari sambil membawa sebuah undangan pernikahan kepada Edgar.Edgar meraih undangan tersebut, lalu menghela napas lega. Dia berkata, "Akhirnya undangannya sudah datang."Kemudi
Yasmine bingung. Lantas, undangan yang diberikan oleh Edgar didapatkan dari mana?Edgar menggosok hidungnya karena merasa bersalah. Dia menengadah dan mendapati pengantin wanita juga menghampiri mereka. Situasi ini seketika membuat kepalanya pusing.Edgar memberikan undangan ini agar Yasmine berhenti berharap kepada Raymond, lalu segera pergi ke bandara mencari Carlos. Bukan untuk membuat keributan, apalagi untuk menggagalkan acara pertunangan."Berhubung Raymond nggak mau kamu hadir di pertunangannya, lebih baik kita pulang saja," ucap Edgar sambil menarik lengan Yasmine.Yasmine merasa tingkah laku Edgar sangat mencurigakan hari ini. Namun, sekarang bukan saatnya untuk menginterogasi Edgar. Dia berkata dengan malu, "Selamat atas pertunanganmu. Aku nggak akan mengganggu acaramu lagi. Aku pamit dulu.""Kalau sudah datang, kenapa harus pergi?" Raymond menghalangi Yasmine sembari menambahkan, "Kamu datang untuk menggagalkan pertunanganku atau membawaku kabur?"Mendengar ini, Edgar sontak
Lantaran tidak diundang, Yasmine berniat untuk pergi. Akan tetapi, dia malah diseret ke meja oleh Raymond.Saat ini, Edgar baru menyadari sesuatu. Dia bertanya, "Yasmine, pria lain yang kamu cintai bukan Raymond? Kalau bukan dia, lalu siapa?"Yasmine hanya diam dan menunduk untuk melihat jam di ponselnya. Sekarang sudah hampir pukul 18.00, pesawat Hanafi akan segera lepas landas.Edgar makin cemas karena tidak mendapat jawaban. Carlos sudah berusaha keras agar membuat Raymond menikah dengan wanita lain. Alhasil, Carlos malah menyingkirkan saingan cinta yang salah.Sementara itu, Yasmine memperhatikan waktu lagi dan masih duduk di tempatnya.Sekujur tubuh Edgar seketika merinding. Dia membujuk dengan ragu, "Nggak masalah kalau kamu mau meninggalkan acara ini. Kamu masih sempat pergi ke bandara sekarang."Yasmine merasa sangat sedih. Suaranya sangat pelan sehingga hampir tidak terdengar. "Aku nggak akan pergi," ucapnya."Kamu yakin? Coba pikirkan lagi!" Edgar mengentakkan kakinya karena
“Kamu itu putri yang mau kurawat,” kata Laura sambil mengelus kepala Yasmine dan tersenyum penuh kasih sayang. Saat ini, wajahnya terlihat sangat cantik.Yasmine pun berseru terkejut, “Putri?”“Benar! Sejak kamu bersikap begitu bodoh dengan melindungiku di pesta itu, aku sudah memutuskan untuk merawatmu.” Laura berkata dengan penuh semangat, “Kelinci sebodoh kamu pasti akan ditindas di mana-mana tanpa aku. Jangan khawatir, kelak Ibu akan menjadi tumpuanmu yang kuat.”Putri .... Ibu ....Yasmine langsung mematung bagaikan disambar petir. Dia pernah mendengar ada penggemar ibu-ibu yang merawat idolanya bagaikan putrinya sendiri. Namun, itu hanya dilakukan secara online. Lagi pula, dia juga bukanlah seorang selebritas.Yasmine pun menepis tangan Laura, lalu buru-buru berdiri dan menaruh jarak di antara mereka sambil berkata, “Nona Laura, serius dikit.”“Aku serius kok! Aku akan menangani Simon sebagai hadiah untuk merayakan ikatan ibu dan anak ini!” jawab Laura dengan ekspresi serius.Yas
Yasmine pun merasa agak terkejut setelah mendengar ucapan Laura. Laura bukanlah orang yang suka ikut campur dalam masalah orang lain. Namun, kenapa Laura tiba-tiba berubah menjadi begitu antusias dan ingin mengajarinya menari?Begitu memikirkan dirinya harus belajar menari dari mantan pacarnya Carlos, Yasmine langsung tidak bersemangat dan menolak, “Nggak usah repot-repot. Aku ....”“Nggak repot kok! Aku nggak keberatan mengajarimu!” kata Laura sambil tiba-tiba menggenggam tangan Yasmine. Kemudian, dia mulai membimbing tubuh Yasmine untuk bergerak dengan anggun dan bertenaga. Seiring dengan langkah tarian mereka yang semakin lancar, mereka berdua pun mulai menari dengan indah.Madhav bertepuk tangan dan memuji, “Mantap banget!”Yasmine tidak pernah menari sebelumnya. Namun, dengan bimbingan Laura, dia pun merasakan kegembiraan yang belum pernah dia rasakan sebelumnya.“Seru, ‘kan?” tanya Laura.Yasmine mengangguk tanpa sadar dan menjawab, “Emm.”Laura pun tersenyum puas, lalu berkata,
Yasmine berkata dengan tenang, tetapi ucapannya malah dipenuhi dengan penghinaan. Dia melanjutkan, “Dengan kemampuan Carlos, hanya masalah waktu hingga dia bangkit kembali. Sebaiknya, kamu manfaatkan saja kesempatan ini untuk berbangga selagi bisa. Bagaimanapun, waktumu yang tersisa sudah nggak banyak lagi.”Seusai berbicara, Yasmine langsung masuk ke dalam mobilnya. Dia memang hanya duduk diam dalam mobil, tetapi aura dan kepercayaan diri yang dipancarkannya malah mampu mendominasi Qaila yang berpakaian mewah. Saat ini, Qaila langsung terlihat bagaikan seorang idiot.“Yasmine! Kamu kira Carlos masih bisa bangkit lagi? Konyol banget! Asal kamu tahu, hal itu nggak akan terjadi! Pak Harry sudah mempersiapkan sebuah serangan telak. Beberapa hari lagi, Carlos dan Keluarga Handoyo akan segera musnah!” seru Qaila dengan marah.Apa Harry berencana untuk meluncurkan serangan baru? Yasmine memang sudah bisa menebaknya, tetapi dia tidak menyangka Harry akan melakukannya secepat ini. Apalagi, dia
“Tinggalkan Kota Sulvan sekarang juga!” perintah Simon dengan dingin. Ekspresinya terlihat sangat galak. Apabila orang biasa yang melihatnya saat ini, mereka pasti akan langsung ketakutan. Namun, Laura sudah terbiasa menghadapi Simon yang seperti ini. Dia menyahut dengan ekspresi datar, “Aku akan pergi ke mana pun aku mau. Kamu nggak bisa mengendalikanku.”Selesai berbicara, Laura hendak langsung berjalan keluar. Akan tetapi, Simon tiba-tiba meninju pintu di atas kepala Laura dengan kuat hingga pintu itu hancur dan tangannya berdarah. Aura yang sangat kuat dan mengerikan juga terpancar dari tubuhnya. Dia menekankan kata-katanya lagi, “Pergi sekarang juga!”“Kalau aku nggak mau?” tanya Laura dengan menantang sambil menatap Simon. Dia sama sekali tidak takut dan malah memprovokasi Simon dengan berkata, “Apa hebatnya menghancurkan pintu? Kalau berani, pukul aku!”“Laura, jangan kira aku tidak berani memukul wanita!” teriak Simon dengan marah. Kemudian, dia mengangkat tinjunya yang berlum
Saat menghadapi pengepungan beberapa pria galak ini, Laura sama sekali tidak kelihatan takut. Dia malah memaki dengan dingin, “Minggir! Jangan halangi jalanku!”“Wanita cantik bermulut pedas justru sangat seksi!” goda pria yang memimpin di paling depan itu. Dia berperawakan tinggi dan kekar. Ada tiga bekas luka panjang di wajahnya, sedangkan lengannya yang terbuka dipenuhi dengan berbagai macam luka. Sangat jelas bahwa dia pernah melewati kehidupan yang penuh pertumpahan darah sebelum datang ke Kota Sulvan.Pria itu terlihat kejam, nadanya saat berbicara juga sangat kasar. Dia melanjutkan, “Aku suka tipe wanita sepertimu. Permainan kita nanti pasti akan lebih seru. Kuberi kamu satu kesempatan lagi, kamu mau ikut aku pergi atau mau aku menyeretmu pergi?”“Minggir!” seru Laura dengan kesal.“Itu berarti kamu pilih aku menyeretmu pergi ya!” ujar pria itu sambil tertawa sombong. Kemudian, dia segera mengulurkan tangannya untuk mencengkeram Laura.Laura hendak menghindar, tetapi orang lainn
Baru saja Carlos selesai berbicara, tiba-tiba terdengar suara langkah kaki yang tergesa-gesa. Kemudian, Miranda berjalan menghampirinya dan bertanya dengan cemas, “Carlos, aku cuma pergi ke kamar mandi, kenapa kamu keluar dari kamar lagi? Waktu yang kamu habiskan setiap hari untuk pergi menjenguk Nyonya Lydia sudah sangat memengaruhi efek aromaterapi, tapi kamu malah sering keluar dari kamar lagi. Kalau begitu terus, aku nggak jamin bisa menyembuhkanmu.”“Aku tahu,” jawab Carlos dengan dingin. Ekspresinya seketika menjadi muram. Kemudian, dia pun berjalan kembali ke kamar.Miranda menatap punggung Carlos dengan kening berkerut. Dia tahu jelas bahwa Carlos pasti akan melakukan hal seperti ini lagi.Akhir-akhir ini, waktu yang dihabiskan Carlos di dalam kamar semakin tidak teratur. Waktu terpapar aromaterapi yang tidak cukup akan sangat berpengaruh pada efek hipnoterapi. Sementara itu, Yasmine juga sudah kembali dan mungkin bisa ikut campur dalam menyiapkan makanan Carlos. Berhubung wak
“Yaya! Yasmine! Cepat kembali!” seru Carlos dengan kesal karena libodonya masih belum tersalurkan. Setelah berinisiatif untuk merayunya, wanita itu malah tiba-tiba pergi. Apa-apaan ini?“Ckck, perjalananku kali ini benar-benar nggak sia-sia! Tak disangka, ada hari di mana kamu bisa dikendalikan sepenuhnya oleh seorang wanita,” ejek Laura sambil bersandar pada kusen pintu dengan santai.Carlos melirik Laura dengan dingin, lalu merapikan jaketnya yang berantakan. Setelah libidonya sirna, dia pun terlihat menjadi sangat dingin dan bertanya, “Buat apa kamu datang kemari?”Carlos sama sekali tidak tahu Laura akan datang ke Kota Sulvan. Sebenarnya, Laura membohongi Yasmine dengan mengatakan Carlos yang memintanya untuk datang.“Aku datang untuk membantumu menghadapi Simon,” jawab Laura sambil tersenyum.Carlos tidak begitu percaya pada ucapan Laura. Saat dia menelepon Laura untuk memintanya mengaturkan pesta sebelumnya, Laura juga hanya membantunya untuk memancing Simon keluar dan tidak mela
Yasmine pun langsung merasa sangat terancam dan tanpa sadar bertanya, “Buat apa kamu pergi ke Kota Sulvan?”“Ke mana pun aku menari, Simon pasti akan datang untuk mengacau. Kalau aku menari di Kota Sulvan, akan ada banyak kesempatan untuk membuat Keluarga Yanwar menyinggungnya. Pada saat itu, dia mungkin akan memusnahkan Keluarga Yanwar karena dendam pribadinya,” jawab Laura dengan percaya diri.Yasmine pun merasa agak terkejut setelah mendengar Laura hendak membantunya dan bertanya, “Kenapa kamu tiba-tiba mau membantuku?”“Aku bukan melakukannya demi kamu, tapi demi Carlos. Dia yang memohon padaku,” jawab Laura dengan tatapan penuh godaan.Setelah mendengar jawabannya, hati Yasmine langsung tenggelam. Ternyata Carlos mencari Laura lagi, tetapi tidak memberitahunya. Dengan meminta bantuan Laura, dia akan semakin berutang budi pada Laura.“Nona Laura, nggak usah ....” Sebelum Yasmine sempat menyelesaikan kata-katanya, Laura sudah langsung naik ke helikopter. Melihat Laura yang duduk san
Yasmine tidak memiliki pilihan lain selain mencoba mati-matian. Namun, Simon yang merasa sangat marah malah langsung berbalik untuk pergi. Yasmine pun termenung saat melihat punggungnya yang kian menjauh. Apa maksudnya ini? Apa dia setuju atau menolak?Yasmine benar-benar tidak bisa menebak pemikiran pria itu dan akhirnya berteriak, “Tuan Simon, aku akan menunggu jawabanmu!”...“Aku sudah menggunakan cara lembek, keras, dan bahkan provokasi, tapi masih nggak tahu apa Simon sebenarnya bersedia turun tangan atau nggak,” keluh Yasmine pada Carlos melalui telepon. Dia merasa sangat putus asa karena benar-benar sudah melakukan semua yang bisa dilakukannya.Simon benar-benar luar biasa sulit dihadapi dan sepertinya tidak ada seorang pun yang lebih sulit dihadapi daripada dia.Carlos menghibur, “Dia memang begitu. Di dunia ini, hanya ada beberapa orang yang bisa meyakinkannya untuk melakukan sesuatu. Jangan patah semangat, kamu sudah melakukan yang terbaik.”Mendengar ucapan Carlos yang sepe