Share

Bab 215

Matteo tidak menunjukkan ekspresi apa pun saat melihat Carlos mengusir Qaila. Dia tidak terlihat sedih ataupun enggan, yang ada hanyalah perasaan lega yang tidak berani diperlihatkan.

Melihat ini, Carlos merasa sangat menyesal. Mengapa dia tidak pernah menyadari keanehan Matteo, sampai-sampai membiarkan Qaila menyiksanya begitu lama?

Carlos berkata dengan serius, "Matteo, tidak perlu takut lagi. Dia tidak akan bisa menindasmu lagi."

Matteo mengangguk. Setelah ragu-ragu sejenak, dia bertanya dengan takut, "Papa, aku boleh bertemu Kakak Intel nggak?"

Lantaran khawatir masalah barusan akan mengubah keputusan Carlos, Matteo menambahkan dengan lirih, "Papa sudah berjanji padaku tadi."

Setiap kali membahas Yasmine, mata Matteo selalu berbinar-binar. Carlos mengangguk dan menjawab, "Kamu harus menjawab pertanyaanku dengan jujur dulu."

"Oke," sahut Matteo.

"Beberapa malam lalu, apa Qaila membawamu ke rumah kaca untuk membuat layang-layang?" tanya Carlos.

Sorot mata Matteo seketika menjadi sura
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status