Semua keluarga sangat bahagia dengan adanya pernikahan ini, banyak sanak saudara yang juga hadir untuk menyaksikan pernikahan anak perempuan pertama dari pasangan Fauzan dan Amira. Riyani Saraswati, seorang gadis mungil yang cantik dan juga pintar. Riyani bekerja di sebuah perusahaan ternama sebagai General Manager, akan melangsungkan pernikahan dengan kekasih Rian Andriyano, putra dari pasangan Budi dan Dara.
Riyani begitu cantik dengan balutan kebaya putihnya yang sederhana ditambah dengan riasan natural semakin memancarkan pesona kecantikannya, kini Riyani sudah duduk di samping Rian untuk melangsungkan ijab qobul.
"Kamu begitu cantik sayang, rasanya aku tidak rela kamu diliat semua orang" ucap Rian sambil melirik.
Riyani tersenyum manis ke arah Rian dengan malu malu.
"Bagaimana, saudara Rian apakah sudah siap?" ucap penghulu.
"InsyaAllah siap pak" kata Rian.
"Baik, sekarang jabat tangan saya ya. Mari kita mulai ijab qobulnya" kata penghulu.
Rian pun mengangguk sembari menikmati tangan penghulu.
"Saya nikahkan dan kawinkan engkau, saudara Rian Andriyano dengan Riyani Saraswati binti Fauzan dengan mas kawinkan seperangkat alat sholat dan Logam Mulia dibayar tunai" ucap penghulu.
"Saya terima nikah dan kawinnya Riyani Saraswati binti Fauzan dengan mas kawin itu dibayar tunai" ucap Rian.
"Bagaimana saksinya, sah?"
SAHHH,
Alhamdulillah, kini Riyani dan Rian telah resmi menjadi pasangan suami istri. Riyani menangis haru kemudian mengecup tangan Rian dengan khidmat.
Pesta resepsi pun kini telah usai, dan para tamu juga sudah mulai pulang. Hanya masih ada beberapa tetangga dan saudara yang masih setia duduk di depan.
"Mau mandi dulu mas?" tanya kepada Rian.
Aku memutuskan memanggil suamiku demgan sebutan mas karena menurutku akan kurang sopan jika aku memanggil suamiku langsung dengan nama.
"Iya sayang, mas mau mandi" kata mas Rian.
"Tunggu sebentar ya sayang" bisik mas Rian yang membuat pipiku jadi merona.
15 menit kemudian mas Rian masuk ke kamar muncul segar karena habis mandi, dia menghampiriku yang sedang duduk di depan meja rias.
"Sayang" ucap mas Rian sambil memeluku dari belakang.
"Iya mas" jawabku sambil menunduk karena malu.
Kemudian raihlah daguku sehingga mata kami bertatapan, "Kamu cantik sekali sayang" Ucap mas Rian. Akhirnya terjadilah malam panas yang indah kami berdua.
Mataku mengerjab berkali-kali ketika sinar matahari masuk melalui celah jendela kamarku, aku merasa seperti ada yang menindih perutku. Stelah aku berbalik ternyata ada mas Rian disampingku, aku tersenyum ketika mengingat tentang kejadian semalam.
"Selamat pagi sayang" ucap mas Rian sambil mengecup pipiku.
"Pagi mas" jawabku malu.
"Kenapa malu malu sayang" ucap mas Rian tersenyum.
"Mas Rian" jawabku sambil menunduk.
"Lihat mas sayang, jangan menunduk hei. mas ingin melihat wajahmu" goda mas Rian.
"Sudah ah mas, aku mau mandi" kataku.
Tiba tiba aku ditahan "hei mau mandi?" goda mas Rian sambil menaik turunkan alisnya.
Aku langsung berlari ke kamar mandi lalu mengunci pintu, kudengar suara kekehan dari mas Rian.
Selepas kami mandi dan sarapan, kami duduk diteras rumah sambil berbincang santai sambil menikmati udara. Tiba tibaku karena melihat ada telepon dari kantorku, aku langsung mengangkatnya karena takut ada sesuatu yang penting.
"Halo" ucapku.
"...."
"Iya maaf tapi aku masih cuti" ucapku.
"...."
"Ya sudah, lewat lewat email saja nanti biar saya cek dulu" jawabku sambil mematikan telepon.
"Ada apa sayang?" tanya mas Rian.
"Tidak apa apa mas, hanya ada sedikit kendala saja dikantor. barusan sekertarisku menelepon" jawabku
"Memangnya ada apa, kamu masih cuti kok masih diributi masalah pekerjaan terus? tanya mas Rian.
"Tak apa mas, Kemana-mana ya" ucapku tersenyum.
Tak terasa ternyata hampir dua jam aku mengecek pekerjaanku, setelah urusanku selesai aku bertemu suamiku diteras yang masih berhubungan dengan papah dan juga saudaraku, "sayang?" tanya mas Rian.
"Sudah mas" kujawab.
"Ri, apa kalian akan pindah ke rumahnya Rian?" tanya papa.
"I-iya pah, rencananya kami memang mau pindah kesana" jawabku ragu
"Oh, iya nggak apa apa Ri. Papah hanya tanya saja kok, kamu harus selalu ikut kemanapun suamimu pergi dan yang paling penting kamu harus nurut apa kata suamimu ya jangan pernah membantahnya karena surgamu sekarang ada pada suami." ucap papah menasehatiku.
"iya pa"
Tak terasa kini sudah satu minggu setelah pernikahanku, sekarang saatnya aku dan mas Rian pindah ke tempat suamiku sesuai rencana kami. Aku hanya membawa beberapa barang yang menurutku penting saja, karena kupikir jarak antara rumahku dan rumah suamiku tidak terlalu jauh jadi jika ada sesuatu yang dibutuhkan aku bisa pulang dulu ke rumah untuk mengambilnya. Kami pun berpamitan dengan kedua orang tuaku serta saudaraku yang lain. Akhirnya kami pun sampai dirumah Mas Rian.
Tok tok
"Assalamu'alaikum"
"W*'alaikumsalam, eh kalian sudah sampai toh" ucap bu Dara.
" Iya bu, kami sengaja nggak ngabarin dulu. Mau buat surprise" ucap mas Rian sambil tersenyum.
"Ayo ayo masuk Yan, nduk sini sini" ditarik tangan untuk masuk ke dalam ruang tamu.
"Gimana kabar mamah papahmu nduk, sehat semua?" tanya ibu mertua
"Alhamdulillah sehat semua bu, ibu sendiri bagaimana?" jawabku
"Alhamdulillah ibu juga sehat nduk, Yan kamu dan istrimu sudah makan belum? itu tadi ibu masak banyak. Sana pada makan dulu" kata ibu mertua.
"Kami sudah makan kok bu barusan" jawabku sambil tersenyum
"Oh, ya Silvi dimana bu kok nggak kelihatan dari tadi?"
"Oh Silvi, biasa tadi pergi pamit katanya mau mengerjakan tugas" jawab ibu mertua.
"Assalamu'alaikum"
"W*'alaikumsalam" jawab kami dari dalam.
Ternyata adikiparku, Silvi baru saja pulang dengan dandanan yang menurutku. Ah kurang sopan untuk dilihat kaum adam.
"Baru pulang Sil?" tanya mas Rian.
"Iya mas. Eh ada mba Riani juga" kata Silvi.
"Iya, kami sudah pindah kesini mulai hari ini" jawabku tersenyum kikuk.
"Oh" kata Silvi.
"Aku masuk dulu ya mbak, mas, bu. capek sekali" kata Silvi
"Iya" jawab ibu mertua
"Kalian juga istirahatlah, pasti capek kan" kata ibu mertua.
Akhirnya aku dan mas Rian pun masuk ke kamar kami, dan mulai kubereskan pakaian pakaian serta barangku ke lemari. Setelah itu aku pun menyusul suamiku yang sudah tidur di kasur dengan pulas. Aku tersenyum sambil membocorkan wajah suamiku yang tampan, aku tak menyangka ternyata kami sudah resmi menjadi pasangan suamiku yang sah. Tak lama pun akhirnya aku pulas menyusul mas Rian ke alam mimpi.
Tok tok
Ku dengar suara pintu kamarku diketuk, setelah dibuka ternyata ibu mertuaku. Dan ternyata hari juga sudah petang.
"Ri, tolong kamu masakin ayam ya untuk makan malam nanti. Ibu mau ke warung dulu ada yang kelupaan belum dibeli." kata ibu mertua
"Oh, iya bu" jawabku
Aku langsung menuju dapur untuk memasak, tiba tiba saja "mbak, buatin minum dong aku haus." ucap Silvi.
bersambung....
Dahiku berkerut mendengar suara Silvi dengan nada memerintah tanpa embel embel kata tolong, seolah aku bukanlah kakak iparnya yang harus dihormati melainkan pembantu dirumahnya."O-oh, oke sebentar ya Sil." jawabkuAku pun membuat minum untuk Silvi, dan mengantarkannya. Kulihat dia duduk didepan tv sambil memainkan hp dan kakinya diatas mrja. "Astaga mengapa kelakuannya begitu sekarang." batinku"Ini Sil, minumannya" ucapku"Hm" jawab Silvi.Tiba tiba ibu mertuaku masuk ke ruang tamu, "Ibu dari mana saja" tanya Silvi."Oh, ibu habis dari tempat Bu Idah barusan. Ada urusan" jawab ibu mertua sambil meliriku.Alisku mengkerut kembali, "Bukannya tadi ibu mau ke warung ya karena ada yang belum kebeli? Apa ibu hanya alasan saja atau perasaanku saja?" batinku.Kulihat Mas Rian datang ke ruang tamu terlihat sangat segar, rupanya dia habis mandi. Dia menghampiriku dan mengecup pipi kananku, "Sayang, mas lapar. Kita makan yuk! ayo bu" ajak mas Rian.Aku tersenyum sambil mengikuti langkah mas Ri
Deg,Jantungku rasanya berdetak sedikit lebih cepat mendengar penuturan Tia, "S-seminggu yang lalu?" tanyaku."Iya Ri" jawab Tia lagi."Dan kalian nggak bilang sama gue Ya, Vin?" tanyaku lagi dengan suara agak serakJujur aku merasa agak kecewa dengan mereka, karena mereka adalah sahabat terbaiku. Yah Kevin dan Tia adalah sahabatku sejak SMP bahkan aku dan Kevin kami sempat berpacaran waktu SMA, namun setelah lulus Kevin pergi keluar negri karena Oma'nya di Amerika sakit sehingga keluarga Kevin pun akhirnya pindah kesana sejak saat itu."Maafin gue Ri, gue yang salah karena udah ngelarang Tia buat kasih tau lo. Tadinya gue mau kasih surprise buat loe kalo gue udah balik indo tapi pas gue ke rumah loe justru gue yang terkejut karena pas hari itu loe nikah sama orang lain." ucap Kevin panjang lebar.Deg"A-aku"Belum sempat aku bicara sudah disela Kevin lagi, "Kenapa loe nggak bilang Ri, kalo loe mau nikah?" tanya Kevin dengan sendu bahkan nada bicaranya juga sedikit bergetar.Aku menun
Sesampainya di bandara, aku berlari sekencang mungkin mencari Kevin kesana kemari berharap pesawat Kevin belum take off, tapi nyatanya aku tak menemukan Kevin. Aku pun berlari menuju pusat informasi untuk bertanya namun harapanku untuk bertemu dengan Kevin pupus. Pesawat yang ditumpangi oleh Kevin sudah take off sejak 10 menit yang lalu. Aku pun terduduk lemas dilantai, "Kenapa Vin, kenapa kamu tinggalin aku gitu aja tanpa pamit." gumamku sambil menangis.Aku pun pulang ke rumah dengan tak bersemangat, "Sayang, kamu kenapa?" tanya mamah padaku namun aku hanya diam dan terus berjalan menuju kamarku. Ku buka Handphonku berharap ada pesan dari Kevin sebelum dia pergi. Namun nihil, kuhela napasku dengan panjang kemudian aku mulai menangis terisak.Entah berapa lama aku menangis sampai akhirnya aku pun tertidur karena lelah terlalu lama menangis, tak terasa hari sudah sore dan terdengar ketukan pintu kamarku.Tok tok tok"Ri, sayang. Bangun nak sudah sore." terdengar suara mamahku."Mamah
Tak terasa sudah 3 bulan lamanya aku menikah dengan mas Rian, selama itu pula aku sudah mulai terbiasa dengan sikap ibu mertua dan juga adik iparku. Mereka tak segan segan menyuruhku untuk mengerjakan semuanya bahkan kadang juga sambil memakiku.Entahlah, entah apa yang salah pada diriku sehingga mereka bersikap seperti itu, padahal tanpa mereka suruh aku pun akan melakukan tugasku dan aku juga tetap bekerja dikantor. Usai sholat subuh aku bergegas menuju kamar mandi untuk mengecek karena sudab satu minggu aku telat datang bulan, dengan gugup dan perasaan tak karuan aku melihat hasil tespeck ternyata menunjukan dua garis merah. Ya Allah aku menangis terharu karena kini di dalam rahimku telah tumbuh makhluk bernyawa, malaikat kecilku buah hatiku dan mas Rian.Segera aku keluar dari kamar mandi dan menghampiri mas Rian yang masih tertidur pulas, "Mas bangun mas, lihat ini mas. Aku hamil mas." ucapku sambil menangis terharu."Hah, apa sayang? itu apa?" tanya mas Rian bingung sambil men
Kevin bangkit dan beralih menatapku seraya berkata, " Ras, kalo ada apa apa kamu bisa langsung hubungi aku. Aku siap bantu." Aku hanya mengangguk sebagai respon."A-aku pulang dulu." ucapku sambil melangkah mendekati pintu, ingin segera aku pergi dari sana karena merasa canggung dengan situasi ini. Namun tiba tiba aku mendadak terhenti. "Apa kamu bahagia bersamanya Ras,- ucapan Kevin terhenti sebentar. Jika kamu tak bahagia atau dia menyakitimu aku bersedia menggantikannya Ras." katanya dengan tulus.Aku melanjutkan kembali langkahku yang terhenti tanpa menoleh ke belakang, aku tak ingin memberikan harapan lebih pada Kevin. Dia orang baik, aku yakin dia akan mendapatkan pengganti yang lebih baik dariku.Aku pulang ke rumah dengan lesu, "Sayang, kamu baru pulang?" tanya mas Rian ketika aku baru memasuki kamar."Iya mas." jawabku singkat."Kenapa, capek hm? lekaslah mandi terus istirahat dulu." tanya mas Rian sambil mengelus rambut panjangkuAku mengangguk dan bangkit menuju kamar mandi
Mohon maaf bila banyak typo 🙏Beberapa bulan berlalu,Kini usia kehamilan Riyani sudah memasuki bulan ke delapan, dan mas Rian pun bekerja di perusahaan kecil sebagai karyawan biasa. Meski kian hari perut Riri kian membesar namun tak membuat wanita hamil bertubuh mungil itu untuk bermalas-malas. Seperti biasanya dia mengerjakan semua pekerjaan rumah dengan rajin, tanpa menampilkan tampilan.Jangan cinta bagaimana sikap bu Dara dan juga Silvi, karena jawabannya masih sama. Bahkan mereka tak iba melihatku mengerjakan semuanya dengan perut besar, tak jarang pula uang yang diberikan oleh mas Rian kepadaku juga diminta kembali oleh ibu mertuaku dengan alasan biar ibu saja yang menyimpannya. Ibu Dara akan memberikan uang kepadaku hanya ketika stok bahan makanan di dapur auda habis , itu pun dengan jumlah yang sangat terbatas seperti saat ini. Aku diberi uang seratus lima puluh ribu untuk membeli ayam, tahu, tempe, sayuran, ikan dan juga.Akhirnya aku putuskan untuk belanja di pasar tradisi
Pukul tujuh pagi, mas Rian baru tiba di ruangan rawatku dengan pakaian rapi seperti mau bekerja hingga membuat keningku berkerut. "Mas, kamu dari mana saja aku menunggumu dari semalam. Ini putri kita mas." tanya sambil menyodorkan bayi.Namun mas Rian hanya diam saja tak meresponku dan melirik bayi kami, "Kenapa diam saja mas, kamu nggak mau melihat anak kita?" bertanyaTiba tiba saja ibu Dara datang bersama Silvi, sambil meembuat tudingan yang sangat menyakitkan hati.
Hari Minggu,Semua persiapan acara syukuran dan aqiqah putri Riri sudah hampir selesai, acara akan di mulai nanti sore setelah ashar. Riri juga sudah mencoba memberi kabar pada Rian perihal acara ini, perkara dia mau datang atau pun tidak itu urusannya yang penting Riri sudah mengabarinya.Semua orang di rumah papah Fauzan sibuk semua membantu mempersiapkan acara ini, mereka mengundang anak anak yatim untuk memeriahkannya. Juga beberapa kerabat dan tetangga sekitar. Tia dan Kevin juga turut hadir dalam acara tersebut.Dari sebelum, sampai acara selesai ternyata Rian dan keluarganya sama sekali tak memperlihatkan batang hidungnya hingga membuat para tamu bertanya tanya sama halnya dengan kedua sahabat Riri.Di halaman belakang rumah, Riri, Tia dan juga Kevin saling mengobrol melepas rindu karena sudah lama mereka tidak kumpul bersama."Oh ya Ri, tadi siapa nama anak lo?" tanya Tia maklum karena tadi dia datang agak terlambat."Kayla Alexander Ya." jawabku"Ko nggak ada nama keluarga su
Esok menjelang, semua rencana yang telah Riri susun untuk menyembunyikan anak mereka berubah total. Pagi pagi sekali semua keluarga Riri dan orang tua Kevin sudah datang ke rumah sakit, bahkan George. Ayah kandung dari Kevin pun langsung meluncur dari kuar negri begitu dikabari jika cucunya sudah lahir dan selamat, ya kemarin setelah Riri melakukan operasi George memang sudah dikabari tapi karena ada sesuatu mendesak belum sempat ia pulang ia mendapat kabar jika cucunya tidak selamat. Ia begitu syok namun yang membuatnya kembali syok yaitu ketika Kevin kembali mengabarinya jika sang anak sebenarnya masih hidup.Tidak hanya George, tapi Maria dan juga seluruh keluarga Riri juga syok mendengar kabar itu. Awalnya Riri masih bersikeras untuk menyembunyikan fakta ini untuk sementara, tapi Kevin berhasil meyakinkan dirinya jika keamanan sang anak akan semakin terjamin jika keluarganya diberitahu sehingga semakin banyak orang yang bisa membantu menjaganya. Dan bagaimanapun juga sikecil butuh
Kevin mengurai pelukan sang istri, ia menatap wajah teduh Riri yang masih dihiasi oleh air mata. Kemudian mengecup pelan kedua kelopak mata sang istri, dan mendekapnya kembali dengan sayang."Aku minta maaf ya, terima kasih karena kamu telah memikirkan keselamatan anak kita. Maaf karena aku sudah gagal dalam menjaga kalian."Riri membalas pelukan Kevin dengan erat, hatinya merasa teduh. Ia bersyukur karena sekarang laki laki ini telah mengerti akan posisi Riri yang memang mengharuskan melakukan itu semua."Tolong ingat satu hal Ras, kalau aku sampai kapanpun gak akan pernah bisa berpaling dari kamu. Kamu dan anak anak kita begitu berharga bagiku, aku akan berusaha menjaga kalian dengan baik meski nyawaku sebagai taruhannya aku rela."Riri merasa terharu setelah mendengar ucapan suaminya, ia tak menyangka jika sang suami akan berbicara seperti itu. Lagi ia merasa sangat bersyukur bisa bersama dengan Kevin, orang yang begitu mencintai dan menyayangi dirinya serta anak anaknya."Sudah, a
CeklekSuster mendorong kursi roda Riri ke dalam ruang rawatnya, Kevin tengah menatap sang istri dengan tatapan datarnya. Namun ia tetap membantu memindahkan istrinya itu ke ranjangnya kembali, suster pergi dari sana dengan membawa kursi roda yang telah kosong."Kamu habis dari mana?" tanya Kevin khawatir."Aku cuma habis cari angin karena tadi gak bisa tidur lagi, kebetulan ada suster yang bertugas ngecek infus aku makanya sekalian aku minta cari angin." jawab Riri yang tak mau melihat ke arah Kevin, sebab ia habis menangis tadi karena bertemu dengan anaknya."Cari angin? Malam malam begini? Terus kenapa kamu gak bangunin aku aja Ras?""Emangnya kenapa? Aku gak mau bangunin kamu sebab kamu terlihat begitu kelelahan, tidurmu nyenyak banget aku jadi gak tega.""Sayang, lihat aku! Kamu habis nangis?" tanya Kevin yang memaksa Riri untuk melihat ke arahnya."Aku cuma lagi keinget semuanya saja kok." kilah Riri."Maafin aku Ras." Kevin mengira jika Riri tengah teringat dengan anak mereka
"Jadi selama ini kalian berdua bersekongkol untuk membohongiku?" tanya Riri, ia menatap nanar ke arah Kevin dan Tasya yang tampak menyesali perbuatannya."Maafkan aku sayang, aku tak bermaksud ingin menyakitimu, aku hanya ingin melindungimu." ujar Kevin sedangkan Tasya hanya menunduk."Kenapa Vin, bahkan anak kita sudah tiada. Kembalikan anakku!!!" ucap Riri dengan mata memerah."Kau sudah membunuh anakku, Vin. Aku membencimu, benci sekaliaku tak ingin bersamamu lagi." Riri menumpahkan segala emosi yang ada dalam jiwanya, ia melihat raut penyesalan dalam wajah kedua orang didepannya itu. Dia menangis sesenggukan disana, ia merasa dibodohi oleh suaminya sendiri. Ia ingin suaminya juga merasakan bagaimana rasanya menjadi dirinya."Sayanggggg...." Kevin berusaha menggapai Riri yang masih saja terus menangis. Sementara Tasya dan dokter Lucas sudah terlebihbdahulu oergi dari ruangan itu mereka ingin memberikan waktu bagi keduanya menyelesaikan masalah mereka."Pergilah, aku ingin sendiri.
Riri termenung seorang diri dibrangkar tempat tidurnya, entah apa yang membuat pikirannya begitu kacau. Usai kejadian yang baru saja terjadi diruangannya, tentang Jihan yang berusaha untuk melenyapkannya dan juga kedatangan Tasya yang menolong dirinya. Ia berpikir untuk apa Tasya menolong dirinya? Bukankah jika Tasya memang ingin merebut Kevin darinya seharusnya dia membiarkan Jihan melakukan hal tersebut kepadanya, tapi mengapa ini kebalikannya?"Apa yang sebenarnya dia rencanakan?" gumam Riri.Ceklek"Sayang?" ucap Kevin."Sedang memikirkan apa?" tanya Kevin lagi."Tak ada, bagaimana keadaan kekasihmu?" tanya Riri membuat kening Kevin berkerut."Dia bukan keka......"CeklekBelum sempat Kevin meneruskan ucapannya, pintu ruangan tersebut kembali dibuka oleh seseorang. Satu pemandangan yang sangat tidak Riri duga, ia melihat seorang dokter lelaki yang masih muda tengah mendorong kursi roda dimana Tasya duduk diatasnya."Dia?" tanya Riri bingung."Dia siapa, kok bisa sama Tasya?" tanya
DughBrukAww"Tasya." teriak Riri yang melihat Tasya terjatuh karena tendangan dari Jihan. Dia ingin menolong Tasya namun ia tidak bisa dengan cepat langsung turun dari ranjang sebab ia masih belum pulih benar.Ya orang yang telah menolong Riri dari niat jahat Jihan adalah Tasya, orqng yang dianggap sebagai rivalnya oleh Riri. Sedangkan Jihan mencoba lari dari ruangan tersebut tapi kakinya berhasil dicekal oleh Tasya menggunakan tongkatnya hingga membuatnya ikut terjerembab.Bruk"Sial!" Jihan kembali menendang Tasya membuat perempuan itu kembali tersungkur. Kemudian ia bangkit dan keluar dari sana meskipun dengan terseok seok.BrukJihan yang berpapasan dengan Kevin tak sengaja menabrak bahu lelaki itu ketika Kevin hendak masuk ke dalam ruangan sang istri, namun karena penutup hoodie itu dan posisinya Jihan menunduk sehingga membuat Kevin sedikit tak mengenali Jihan."Gimana sih jalannya." gerutu Kevin."Astaga! Ras, Tasya....Kamu kenapa?" pekik Kevin.Ia menghampiri sang istri terl
Mereka berbincang bincang didalam kamar inap Riri. Meskipun lebih dominan Pak Yuda dan Kevin saja yang berbicara, sedangkan Riri lebih banyak diamnya.Pak Yuda menyadari jika ada yang tak beres dari sikap anaknya, yang tidak seperti biasanya. Sebab ia tahu, Riri itu orangnya seperti apa. Biasanya ia pasti akan banyak tersenyum dna menimpali ucapan seseorang. Tetapi kini dihadapannya, anak itu malah memilih diam sambil melihat ke arah jendela.Sebuah satu set makanan dan juga obat yang telah terjadwalkan dari rumah sakit datang menghampiri ruangan Riri diantarkan oleh perawat yang berjaga, sesaat Riri hanya melirik makanan tersebut tanpa ingin menyentuhnya."Ini untuk jatah makanan atas nama Pasien Riani Saraswati ya Pak, beserta obatnya." ucap perawat tersebut."Ya terima kasih.""Makan dulu Ras, habis itu minum obatnya. Aku suapi." ujar Kevin.Kevin mulai menyendokkan makanan itu dan disodorkannya ke depan mulut sang istri, namun Riri hanya bergeming saja dan tak mau membuka mulutnya
Keesokan harinya Kevin terbangun dari tidurnya, beberapa hari ini ia tidur dengan posisi tidak benar membuat badannya terasa sakit semua. Ia menoleh ke arah ranjang tempat istrinya dirawat, namun ia kaget karena tak melihat sang istri berada disana.Ia segera mencarinya ke kamar mandi, tetapi tidak ada lantas ia keluar dari kamar inap tersebut berjalan melewati lorong. Ketika melewati taman, ia melihat siluet Riri tengah duduk dikursi roda dengan Pak Yuda disampingnya. Ia melihat Riri tengah menangis dipelukan sang ayah, Kevin memutuskan untuk memberikan ruang kepada sang istri supaya lebih tenang terlebih dahulu.Kevin tahu, pasti saat ini istrinya masih terpukul atas kejadian yang telah menimpa dirinya.FlashbackAdzan subuh telah berkumandang, namun agaknya Kevin enggan bangun kali ini. Riri yang tak bisa tidur kembali memutuskan untuk belajar duduk sendiri pelan pelan, ia sudah bertekad untuk bisa cepat pulih. Ia tak ingin seperti ini terus, ia harus melindungi keluarganya. Setela
"Kenapa kau terlihat terburu buru sekali, Ras?" tanya Kevin.Riri yang hendak melanjutkan langkahnya meninggalkan tempat suaminya berada, harus kembali berhenti lantaran tangannya dicekal oleh Kevin.Dia ingin segera berlalu dari sana sebenarnya namun karena ditahan oleh Kevin membuatnya tak bisa kemana mana, apalagi keringat dingin telah membasahi wajahnya sekarang karena perutnya kian terasa nyeri."Kau kenapa?" tanya Kevin yang menyadari ada yang tidak beres dengan diri istrinya. Namun Riri hanya bergeming saja, dan.....BrukkTubuh Riri ambruk tak sadarkan diri, membuat Kevin semakin khawatir dengan kondisi istrinya. Apalagi melihat wajah pucat sang istri, padahal baru kemarin Riri keluar dari rumah sakit namun sekarang justru terjadi hal seperti ini.Untung saja Kevin berada disamping Riri sehingga dengan sigap ia dapat menangkap tubuh sang istri yang ambruk. Tanpa pikir panjang langsung saja ia menggendong tubuh besar Riri yang melebar berkali lipat karena kehamilannya."Ras, Sa