Setelah kasus Ava selesai, akhirnya Nenek Esmee bisa kembali ke Busan dengan tenang. Sang nenek cukup puas mendengar hasil yang didapat dari persidangan.Keesokan harinya, Ava kembali bekerja dan tidak ikut dengan Rick yang mengantar Nenek Esmee ke bandara. Malam harinya, seperti biasa Rick akan masuk ke kamar saat larut malam, tetapi Ava belum tidur.Karena sempat diberhentikan sementara, Ava jadi memiliki banyak pekerjaan yang harus diselesaikan."Sudah pukul 22.00, kenapa belum tidur?" tanya Rick saat mendapati Ava masih duduk berkutat di depan laptop."Pekerjaanku menumpuk," jawab Ava, cuek."Kerjakan besok lagi, jangan tidur terlalu larut!" Rick langsung menggendong Ava dari kursi.Ava reflek berpegangan pada leher Rick. "Tapi pekerjaanku belum selesai, tuan Kevan memintaku menyelesaikan laporan secepatnya," gerutu Ava, kesal."Kamu selalu selalu sopan menyebutnya 'tuan'. Sedangkan aku sebagai suamimu hanya dipanggil nama!" Rick menegaskan ucapannya.Ava mengernyitkan alis. Kenap
"Aku tidak cari masalah," jawab Ava, cuek.Baru saja Ava membuka pintu dan masuk ke kamar, Rick menarik tangan Ava agar berhadap-hadapan."Apa kamu sebegitu tak ingin pergi denganku?" tanya Rick dengan suara berat."Kamu bukannya banyak asisten?" Ava mengernyitkan alis."Ava, kamu istriku. Bisa jangan keras kepala tidak?" Rick menegaskan ucapannya."Bukan istri sungguhan 'kan? Pernikahan palsu dan untuk sementara," celetuk Ava, kesal.Air wajah Rick berubah suram, dia memegang dagu Ava sedikit kuat."Coba kamu ingat-ingat kapan aku pernah bilang kita menikah untuk sementara? Kapan aku bilang pernikahan kita palsu? Apa surat nikah itu palsu?" Rick tersenyum tipis.Ava terdiam, dia mengingat saat Rick mengajaknya menikah. Seberapa keras dia mengingat, Rick memang tidak pernah mengatakannya. Saat itu Rick hanya bilang, 'Kita akan menikah dan saling menguntungkan'.Rick tiba-tiba menggendong sang istri."Rick, turunkan aku!" Ava meronta-ronta minta dilepaskan."Sepertinya harus melakukan
Rick tahu betul siapa Robin. Cucu dari Olivia Neymar, yang tak lain musuh besar Nenek Esmee. Tak terkecuali kelakuan bejat Robin pada adik Rick!Kebetulan pidato Rick berakhir, dan sesi tanya jawab berlangsung. Pembawa acara tiba-tiba menghampiri Ava dan menyodorkan mic."Nona, Dokter Rick mengajak Anda bergabung untuk menjawab pertanyaan seputar penelitian obat yang baru saja dibahas." Pembawa acara berkata dengan sopan.Ava celingukan, dia tidak fokus karena Robin mengajak berbincang. Dia sedikit gugup, tidak tahu pertanyaan apa yang dilontarkan Rick. Apa Rick sengaja?!Beruntung sang pembawa acara berbisik mengulang pertanyaan Rick. "Apa pendapat Anda tentang Carbamazepine untuk saraf?"Sialan! Ava mana tahu tentang hal itu? Rick benar-benar sengaja! Seketika dia menatap Rick penuh amarah.Hanya saja, wajah Rick begitu dingin saat membalas tatapan Ava. Sungguh Ava merasa Rick sudah mempermalukan di depan publik! Dia menggigit bibir dengan erat, sangat gugup.Robin tiba-tiba meraih
Keesokan harinya.Ava terbangun saat matahari merangkak naik, dia kesiangan! Seharusnya hari ini dia menemani Rick ke laboratorium, tetapi sepertinya pria itu sudah pergi sejak pagi.Ketika dia meraih ponsel akan menghubungi Rick, ternyata Rick mengirim pesan beberapa jam lalu.[Nyonya Rick, makan siang sudah dipesan, ada di atas meja. Jangan pergi ke sembarang tempat! Tunggu aku dengan patuh, ya?]Ava tersenyum manis saat membaca teks dari sang suami. Beberapa detik kemudian, matanya terbelalak mengingat kejadian semalam.Mereka melakukannya kan? Ah, dia baru sadar bahkan tubuhnya sekarang hanya tertutup selimut. Entah mengapa wajahnya tiba-tiba memerah mengingat pergumulan yang penuh kenikmatan.Rick kembali ke hotel saat malam hari. Ava baru saja berendam air hangat, dia keluar dari kamar mengenakan handuk kimono putih.Perutnya seketika berirama saat mencium ayam goreng yang dibawa Rick. Makanan favorit Ava yang wajib ada setiap hari. Sejak makan siang tadi dia tak lagi memakan
Ava memilih duduk di kursi penumpang, dan ketika dia membuka pintu, Natalia mengerjap terkejut. Tak berbeda dengan Ava yang sama-sama tersentak.Suasana di dalam mobil menjadi hening hingga mereka tiba di hotel tempat Natalia menginap. Sebelum Natalia turun, dia memajukan badan sebelum berkata dengan sopan."Rick, terima kasih sudah melayaniku dengan baik hari ini. Jika ada penugasan di kota-mu, layani aku dengan baik."Rick mengangguk sebelum menjawab, "Ya, hubungi saja. Aku tak keberatan."Tanpa sadar, tangan Ava mengepal erat. Pria ini, Apakah begitu rendah hati pada semua orang? Ralat, semua wanita! Terlebih lagi, ucapan wanita yang bernama Natalia itu terlalu mesra!Ava menahan amarah, dia benci perasaan seperti ini. Entah rasa apa yang tiba-tiba membuat dia ingin mencekik Rick dan Natalia.Sepanjang perjalanan, Ava menoleh ke samping jendela sambil bermuram durja. Hingga mereka tiba di hotel, Ava terus saja berjalan menunduk di belakang Rick.Dia bahkan tak sadar Rick berhenti m
Berita mutasi Ava bekerja bersama Rick langsung menyebar di Eternal Pharma. Memang sejak kejadian dia dengan Stella, perusahaan melarang karyawan bergosip, tetapi diam-diam tetap saja mereka membicarakan Ava.Mereka hanya bisa cemburu dan iri hati, tetapi tidak berani memperlihatkan secara langsung. Menurut kebanyakan orang, Ava dari awal sudah punya orang yang tidak bisa dijangkau.Berhubung hari ini Ava sudah dipindah tugaskan dan akan absen ke rumah sakit Hospital Liaison, dia langsung mengemasi barang-barang.Dia tahu menolak juga tidak akan berguna, jadi dengan pasrah Ava menerima kenyataan.Sarah mengantar Ava keluar gedung, tetapi ada rasa tak rela di hati Sarah melepas sang sahabat. Bahkan mata wanita itu berkaca-kaca saat taksi yang dipesan Ava sudah tiba."Ava, aku tak pernah menyangka ada hari di saat kamu meninggalkan aku," kata Sarah dengan suara yang bergetar.Ava memeluk Sarah dengan erat sebelum menyahut, menenangkan."Sarah sayang, kita tidak berpisah. Aku hanya pinda
"Selamat malam, Tuan Rick." Seorang wanita paruh baya yang memakai rok dan kemeja hitam langsung menyambut di pintu masuk.Rick mengangguk samar sebelum berkata, "Pilihkan gaun yang baik untuk dia.""Baik," jawab wanita paruh baya yang kemudian memanggil dua karyawan untuk menemani Ava.Ava mengedarkan pandangan ke seluruh ruangan dalam toko, berjejer etalase besar yang menampilkan berbagai model gaun di patung boneka. Di setiap sisi dinding tergantung baju yang berkilau dan mewah di bawah cahaya lampu terang.Dia melirik gaun secara asal, tetapi tiba-tiba matanya terbelalak dan sedikit gemetaran. Terlalu banyak jumlah nol yang tertera di banderol setiap baju. Jiwa miskin Ava kembali meronta-ronta, dia bahkan tidak bisa menghitung berapa digit nol yang berderet.Rick duduk di sofa beludru merah marun dengan santai sambil membaca majalah."Nona, suka model gaun apa?" Salah satu pramuniaga berseragam hitam bertanya dengan senyuman sopan.Ava masih berkeliling melihat satu persatu pakai
Robin menghela napas tak berdaya sebelum berkata, "Aku tak menyangka kamu meragukanku, Nona Ava."Ava tak enak hati, akhirnya dia meraih gelas dari Robin dan hanya menempelkan di bibir saja. Dia tidak ingin berspekulasi. Bagaimana jika dirinya mabuk?"Katakan terima kasihku pada Rick karena sudah mentraktir makan malam kita." Robin mengangkat gelas mengajak bersulang.Mengingat makan malam, dia jadi teringat hutang! Betapa besar hutangnya pada Rick~ Bukankah karena Robin sialan ini yang memilih makanan dengan harga mahal?Jika saja dia memilih tempat makan di pinggir jalan, mungkin Ava sekarang tidak akan begitu banyak hutang pada Rick!Seketika otak Ava mengingat kartu yang berada di tangan Rick. Tentu saja membuat Ava menggeram kesal."Sekarang Rick adalah seorang debt collector," desis Ava mengeratkan gigi. Sebenarnya dia tidak tahu, dia kesal pada Rick, Robin atau pada dirinya sendiri?Dia sekarang merasa semakin miskin karena tak memiliki uang, tetapi karena selalu bersama Rick j