Rick tahu betul siapa Robin. Cucu dari Olivia Neymar, yang tak lain musuh besar Nenek Esmee. Tak terkecuali kelakuan bejat Robin pada adik Rick!Kebetulan pidato Rick berakhir, dan sesi tanya jawab berlangsung. Pembawa acara tiba-tiba menghampiri Ava dan menyodorkan mic."Nona, Dokter Rick mengajak Anda bergabung untuk menjawab pertanyaan seputar penelitian obat yang baru saja dibahas." Pembawa acara berkata dengan sopan.Ava celingukan, dia tidak fokus karena Robin mengajak berbincang. Dia sedikit gugup, tidak tahu pertanyaan apa yang dilontarkan Rick. Apa Rick sengaja?!Beruntung sang pembawa acara berbisik mengulang pertanyaan Rick. "Apa pendapat Anda tentang Carbamazepine untuk saraf?"Sialan! Ava mana tahu tentang hal itu? Rick benar-benar sengaja! Seketika dia menatap Rick penuh amarah.Hanya saja, wajah Rick begitu dingin saat membalas tatapan Ava. Sungguh Ava merasa Rick sudah mempermalukan di depan publik! Dia menggigit bibir dengan erat, sangat gugup.Robin tiba-tiba meraih
Keesokan harinya.Ava terbangun saat matahari merangkak naik, dia kesiangan! Seharusnya hari ini dia menemani Rick ke laboratorium, tetapi sepertinya pria itu sudah pergi sejak pagi.Ketika dia meraih ponsel akan menghubungi Rick, ternyata Rick mengirim pesan beberapa jam lalu.[Nyonya Rick, makan siang sudah dipesan, ada di atas meja. Jangan pergi ke sembarang tempat! Tunggu aku dengan patuh, ya?]Ava tersenyum manis saat membaca teks dari sang suami. Beberapa detik kemudian, matanya terbelalak mengingat kejadian semalam.Mereka melakukannya kan? Ah, dia baru sadar bahkan tubuhnya sekarang hanya tertutup selimut. Entah mengapa wajahnya tiba-tiba memerah mengingat pergumulan yang penuh kenikmatan.Rick kembali ke hotel saat malam hari. Ava baru saja berendam air hangat, dia keluar dari kamar mengenakan handuk kimono putih.Perutnya seketika berirama saat mencium ayam goreng yang dibawa Rick. Makanan favorit Ava yang wajib ada setiap hari. Sejak makan siang tadi dia tak lagi memakan
Ava memilih duduk di kursi penumpang, dan ketika dia membuka pintu, Natalia mengerjap terkejut. Tak berbeda dengan Ava yang sama-sama tersentak.Suasana di dalam mobil menjadi hening hingga mereka tiba di hotel tempat Natalia menginap. Sebelum Natalia turun, dia memajukan badan sebelum berkata dengan sopan."Rick, terima kasih sudah melayaniku dengan baik hari ini. Jika ada penugasan di kota-mu, layani aku dengan baik."Rick mengangguk sebelum menjawab, "Ya, hubungi saja. Aku tak keberatan."Tanpa sadar, tangan Ava mengepal erat. Pria ini, Apakah begitu rendah hati pada semua orang? Ralat, semua wanita! Terlebih lagi, ucapan wanita yang bernama Natalia itu terlalu mesra!Ava menahan amarah, dia benci perasaan seperti ini. Entah rasa apa yang tiba-tiba membuat dia ingin mencekik Rick dan Natalia.Sepanjang perjalanan, Ava menoleh ke samping jendela sambil bermuram durja. Hingga mereka tiba di hotel, Ava terus saja berjalan menunduk di belakang Rick.Dia bahkan tak sadar Rick berhenti m
Berita mutasi Ava bekerja bersama Rick langsung menyebar di Eternal Pharma. Memang sejak kejadian dia dengan Stella, perusahaan melarang karyawan bergosip, tetapi diam-diam tetap saja mereka membicarakan Ava.Mereka hanya bisa cemburu dan iri hati, tetapi tidak berani memperlihatkan secara langsung. Menurut kebanyakan orang, Ava dari awal sudah punya orang yang tidak bisa dijangkau.Berhubung hari ini Ava sudah dipindah tugaskan dan akan absen ke rumah sakit Hospital Liaison, dia langsung mengemasi barang-barang.Dia tahu menolak juga tidak akan berguna, jadi dengan pasrah Ava menerima kenyataan.Sarah mengantar Ava keluar gedung, tetapi ada rasa tak rela di hati Sarah melepas sang sahabat. Bahkan mata wanita itu berkaca-kaca saat taksi yang dipesan Ava sudah tiba."Ava, aku tak pernah menyangka ada hari di saat kamu meninggalkan aku," kata Sarah dengan suara yang bergetar.Ava memeluk Sarah dengan erat sebelum menyahut, menenangkan."Sarah sayang, kita tidak berpisah. Aku hanya pinda
"Selamat malam, Tuan Rick." Seorang wanita paruh baya yang memakai rok dan kemeja hitam langsung menyambut di pintu masuk.Rick mengangguk samar sebelum berkata, "Pilihkan gaun yang baik untuk dia.""Baik," jawab wanita paruh baya yang kemudian memanggil dua karyawan untuk menemani Ava.Ava mengedarkan pandangan ke seluruh ruangan dalam toko, berjejer etalase besar yang menampilkan berbagai model gaun di patung boneka. Di setiap sisi dinding tergantung baju yang berkilau dan mewah di bawah cahaya lampu terang.Dia melirik gaun secara asal, tetapi tiba-tiba matanya terbelalak dan sedikit gemetaran. Terlalu banyak jumlah nol yang tertera di banderol setiap baju. Jiwa miskin Ava kembali meronta-ronta, dia bahkan tidak bisa menghitung berapa digit nol yang berderet.Rick duduk di sofa beludru merah marun dengan santai sambil membaca majalah."Nona, suka model gaun apa?" Salah satu pramuniaga berseragam hitam bertanya dengan senyuman sopan.Ava masih berkeliling melihat satu persatu pakai
Robin menghela napas tak berdaya sebelum berkata, "Aku tak menyangka kamu meragukanku, Nona Ava."Ava tak enak hati, akhirnya dia meraih gelas dari Robin dan hanya menempelkan di bibir saja. Dia tidak ingin berspekulasi. Bagaimana jika dirinya mabuk?"Katakan terima kasihku pada Rick karena sudah mentraktir makan malam kita." Robin mengangkat gelas mengajak bersulang.Mengingat makan malam, dia jadi teringat hutang! Betapa besar hutangnya pada Rick~ Bukankah karena Robin sialan ini yang memilih makanan dengan harga mahal?Jika saja dia memilih tempat makan di pinggir jalan, mungkin Ava sekarang tidak akan begitu banyak hutang pada Rick!Seketika otak Ava mengingat kartu yang berada di tangan Rick. Tentu saja membuat Ava menggeram kesal."Sekarang Rick adalah seorang debt collector," desis Ava mengeratkan gigi. Sebenarnya dia tidak tahu, dia kesal pada Rick, Robin atau pada dirinya sendiri?Dia sekarang merasa semakin miskin karena tak memiliki uang, tetapi karena selalu bersama Rick j
Rick mengeratkan rahang hingga urat-urat leher mengeras. Tanpa kenal kasihan dia langsung mencekik Christy dengan sadis."Kamu sudah menyentuh batas kesabaranku, Ina! Di mana dia, hah?" Gigi Rick bergemeletuk saat mengeratkan tangan di leher wanita itu.Christy tak menjawab, berusaha berontak saat Rick hampir membunuhnya. Namun, Dokter itu yang menyelamatkan nyawa dia, setidaknya jika mati di tangan Rick pun sangat wajar.Rick menghempas Christy ketika Billy membuka pintu kamar."Ternyata kamu tak rela aku mati, Rick." Christy berkata dengan nada rendah, dia tak rela saat rencananya gagal begitu saja. Harusnya pelayanan membubuhkan obat tidur pada minuman Rick!Rick tak menggubris, dia langsung keluar tanpa memedulikan Christy yang terkapar di lantai dengan air mata yang berderai."Cari keberadaan Nyonya di seluruh kamar dan ruang ganti," perintah Rick pada Billy.Billy mengangguk, berpencar dengan Rick dan kedua asisten.Rick berjalan cepat melewati koridor berdinding kokoh. Semakin
Ketika malam hari Ava dihubungi oleh Sarah, sahabatnya itu menangis dan membuat Ava sangat khawatir. Jadi dia berencana langsung menemui Sarah.Baru saja dia akan keluar dari kamar, Rick muncul dari ruang kerja. Pria itu memakai kacamata baca tanpa bingkai, dia terlihat lebih tampan dan elegan.Rick mengernyit melihat Ava membawa sling bag sling."Kemana?" tanya Rick, ingin tahu."Aku akan menemui Sarah. Sepertinya dia sedang ada masalah." Ava menjelaskan sedikit terburu-buru."Di mana?" tanya Rick lagi."NPL bar," jawab Ava, singkat.Ekspresi Rick berubah tak suka, sebelum membuka mulut dan berkata, "Jangan Perg!"Ava memberengut. "Kenapa? Sahabatku dalam masalah, aku harus pergi, Rick." Ava berkata sedikit memohon.Rick mengembuskan napas tak berdaya. "Baiklah, tapi jangan minum! Walaupun itu hanya seteguk bir, tetap tak boleh." Rick memperingatkan dengan tegas.Ava membusungkan pipi, mengangguk-angguk. "Ya, aku tahu." Ava menjawab singkat dan segera pergi dengan terburu-buru.Malam