Robin menghela napas tak berdaya sebelum berkata, "Aku tak menyangka kamu meragukanku, Nona Ava."Ava tak enak hati, akhirnya dia meraih gelas dari Robin dan hanya menempelkan di bibir saja. Dia tidak ingin berspekulasi. Bagaimana jika dirinya mabuk?"Katakan terima kasihku pada Rick karena sudah mentraktir makan malam kita." Robin mengangkat gelas mengajak bersulang.Mengingat makan malam, dia jadi teringat hutang! Betapa besar hutangnya pada Rick~ Bukankah karena Robin sialan ini yang memilih makanan dengan harga mahal?Jika saja dia memilih tempat makan di pinggir jalan, mungkin Ava sekarang tidak akan begitu banyak hutang pada Rick!Seketika otak Ava mengingat kartu yang berada di tangan Rick. Tentu saja membuat Ava menggeram kesal."Sekarang Rick adalah seorang debt collector," desis Ava mengeratkan gigi. Sebenarnya dia tidak tahu, dia kesal pada Rick, Robin atau pada dirinya sendiri?Dia sekarang merasa semakin miskin karena tak memiliki uang, tetapi karena selalu bersama Rick j
Rick mengeratkan rahang hingga urat-urat leher mengeras. Tanpa kenal kasihan dia langsung mencekik Christy dengan sadis."Kamu sudah menyentuh batas kesabaranku, Ina! Di mana dia, hah?" Gigi Rick bergemeletuk saat mengeratkan tangan di leher wanita itu.Christy tak menjawab, berusaha berontak saat Rick hampir membunuhnya. Namun, Dokter itu yang menyelamatkan nyawa dia, setidaknya jika mati di tangan Rick pun sangat wajar.Rick menghempas Christy ketika Billy membuka pintu kamar."Ternyata kamu tak rela aku mati, Rick." Christy berkata dengan nada rendah, dia tak rela saat rencananya gagal begitu saja. Harusnya pelayanan membubuhkan obat tidur pada minuman Rick!Rick tak menggubris, dia langsung keluar tanpa memedulikan Christy yang terkapar di lantai dengan air mata yang berderai."Cari keberadaan Nyonya di seluruh kamar dan ruang ganti," perintah Rick pada Billy.Billy mengangguk, berpencar dengan Rick dan kedua asisten.Rick berjalan cepat melewati koridor berdinding kokoh. Semakin
Ketika malam hari Ava dihubungi oleh Sarah, sahabatnya itu menangis dan membuat Ava sangat khawatir. Jadi dia berencana langsung menemui Sarah.Baru saja dia akan keluar dari kamar, Rick muncul dari ruang kerja. Pria itu memakai kacamata baca tanpa bingkai, dia terlihat lebih tampan dan elegan.Rick mengernyit melihat Ava membawa sling bag sling."Kemana?" tanya Rick, ingin tahu."Aku akan menemui Sarah. Sepertinya dia sedang ada masalah." Ava menjelaskan sedikit terburu-buru."Di mana?" tanya Rick lagi."NPL bar," jawab Ava, singkat.Ekspresi Rick berubah tak suka, sebelum membuka mulut dan berkata, "Jangan Perg!"Ava memberengut. "Kenapa? Sahabatku dalam masalah, aku harus pergi, Rick." Ava berkata sedikit memohon.Rick mengembuskan napas tak berdaya. "Baiklah, tapi jangan minum! Walaupun itu hanya seteguk bir, tetap tak boleh." Rick memperingatkan dengan tegas.Ava membusungkan pipi, mengangguk-angguk. "Ya, aku tahu." Ava menjawab singkat dan segera pergi dengan terburu-buru.Malam
Keesokan harinya.Ketika Ava bangun, tidak disangka Rick masih berada di sisinya. Tangannya yang panjang memeluk pinggang yang ramping, membawa dirinya berada dalam pelukan.Indra penciuman Ava penuh dengan aroma pria ini."Rick, sudah waktunya pergi ke rumah sakit." Ava mendorong dada Rick.Rick menaikkan alis, bibirnya lebih dulu mencium wajah sang istri, barulah membuka mata. Ava tersipu, membuat semakin betah berlama-lama."Istirahat, hari ini tidak kerja." Rick menjawab dengan suara serak, pria itu membalikkan badan membuat Ava berada di bawahnya."Tapi hari ini bukan hari Minggu," ucap Ava, ragu. Waktu kerjanya adalah waktu kerja Rick juga, kalau begitu hari ini dia juga istirahat."Patuh, ya?" Rick mendaratkan kecupan di kening Ava. Jemari panjang Rick turun dengan cepat, sudah membuat Ava menggeliat.Dalam situasi ini, wanita itu sangat sulit untuk mengendalikan diri. Dia menundukkan tidak berani melihat Rick.Dari kamar tidur sampai kamar mandi, cahaya di pagi hari sangat ter
Meskipun Ava gelisah karena Rick belum kunjung pulang, bukan berarti dia harus larut dan melupakan kegiatan. Selesai mandi dan sarapan, Ava memeriksa jadwal kegiatan Rick. Rupanya dua hari ini Rick bekerja di rumah sakit.Apa itu artinya Ava libur bekerja di laboratorium? Tentu saja tidak, wanita itu tetap harus pergi ke laboratorium Hospital Liaison. Setelah jadwal menulis laporan harian selesai, Ava berjalan keluar dari ruang laboratorium."Apa Rick masih di atas?"Ava bertanya pada diri sendiri saat berjalan dalam lorong rumah sakit. Namun, dia tidak pergi mencari sang suami. Jika waktunya pulang juga Rick pasti pulang.Wanita itu lebih memilih akan menunggu di rumah, tetapi terlebih dulu pergi ke restoran dengan Sarah untuk makan malam bersama. Rasanya hidup Ava tak lengkap jika tak bertemu sahabatnya, dia juga tak lupa memberitahu bahwa Rick sudah selesai merenovasi rumah pernikahan."Aku rasa Dokter Rick serius berumah tangga denganmu. Jika tidak, kenapa membeli rumah pernikahan
Keesokan harinya.Ava pergi ke laboratorium seperti biasa. Ketika akan turun dari mobil, dari kejauhan tampak sosok James sedang bersiap keluar dari rumah sakit.Tubuh James terdapat banyak luka, wajahnya juga cukup memar sangat parah. Orang suruhan Rick cukup kuat memukulnya.Ava sejenak menunggu hingga James masuk mobil, dia melihatnya seperti biasa. Namun, sebagian orang menatapnya dengan Intens.Setelah memastikan James sudah ke mobil, berulah Ava turun. Sialnya, Scarlett ternyata baru saja menebus obat. Wanita itu menghadang Ava."Ava, apa kamu memukuli James?" Scarlett bertanya dengan marah.Ava menaikkan alis sebelum menjawab, "Apa kamu pikir aku bisa melukai hingga seperti itu?" Ava menyipitkan, suaranya begitu dingin.Scarlett memelototi Ava. "Bukan, tapi kamu menyuruh orang melakukannya. Apa kamu masih belum bisa melepaskan James? Minggu depan kami akan menikah, sekarang harus ditunda lagi karena James babak belur. Kamu benar-benar jahat Ava!"Ava mengerutkan alis, terheran.
Ketika mereka tiba di rumah sakit, tentu saja Rick harus mengobati luka bakarnya. Ava terus memegang Rick, tidak ingin melepaskan.Rick menaikkan alis, dengan senyum hangat dia berkata, "Tunggu di luar saja, ya? Lukanya mengerikan."Ava terdiam, meninggikan bahu. Tak ingin jauh dari suaminya."Nyonya Rick, patuh, ya. Hmm?" Rick mengusap kepala Ava dengan sayang.Ava ingin menetap di sisi Rick. Hanya saja, Dokter dengan cepat masuk ke ruangan. Mau tak mau dia melepaskan tangan Rick dan keluar dari ruangan, tetapi hatinya merasa tidak tenang.Tiga puluh menit berlalu.Rick keluar dengan tangan yang sudah diperban, tetapi masih bebas bergerak. Ava memikirkan terakhir kali tangan Rick terluka karena melindunginya dari serangan Riana, kali ini tangannya terluka lagi. Ekspresi Ava berubah semakin khawatir."Apa perlu tinggal di rumah sakit untuk dirawat?" tanya Ava pada Dokter yang menangani Rick."Tidak perlu, periksa sesekali saja untuk memastikan lukanya tidak infeksi," jawab Dokter itu
Hari mulai gelap, Ava masih berdiri menunggu sang sopir menjemput yang sedikit terlambat dari biasanya.Saat itu, sebuah taksi melaju dengan lambat. Tiba-tiba, taksi itu berhenti di depan Ava. Ketika pintu taksi terbuka, sosok tubuh yang akrab datang menghampiri Ava.Riana dengan rambut yang berantakan, mengenakan pakaian pasien hijau muda, seperti orang gila. Dia ingin menjatuhkan Ava.Ava sempat mematung karena terkejut bahwa wanita itu adalah ibu James. Riana menarik Ava ke dalam taksi."Bibi, lepaskan aku." Ava mencoba melawan, mendorong Riana.Riana sedikit terhuyung hingga cengkeramannya terlepas."Ava, dasar jalang! Karna putraku tak bisa dirayu lagi, jadi kau membenci putraku? Karena dia menceraikanmu, dan sekarang kamu balas dendam padanya?" Riana menangis dengan keras, memarahi Ava.Seperti biasa, dua pengawal Ava datang dengan cepat melindungi. Namun, kerusuhan yang dibuat Riana membuat mereka jadi pusat tontonan.Riana seolah memanfaatkan situasi untuk membuat Ava malu. "M