Ava masih mempertimbangkan apakah dia harus menemui James hari ini atau tidak. Walau bagaimanapun juga, upaya percobaan penculikan dan pemerkosaan yang dilakukan James semalam tentu saja meninggalkan trauma dan rasa takut yang mengendap dalam hati Ava.Tak henti Ava bertanya pada diri sendiri, "Bagaimana kalau James memanfaatkan permintaanku untuk bertemu dengan mencelakaiku? Bagaimana kalau James malah menyekapku setelah aku memberikan uang padanya?"Pertanyaan-pertanyaan itulah yang membuat Ava semakin takut untuk menemui James. Akan tetapi, di sisi lain dia juga takut Scarlett akan mencelakai ibunya jika Ava mengulur perceraian.Sampai ketika sore harinya, Ava masih belum berani untuk menelpon James. Namun, tiba-tiba saja seseorang datang mencari Ava ke rumah ibunya.Ava keluar dari kamar dan mengamati lelaki paruh baya berpenampilan parlente yang berdiri di luar rumah."Maaf, apa Anda mencariku?" tanya Ava akhirnya ketika dia menemui orang tersebut. "Siapa?"Pria itu mengulurkan ta
Ava menyusul Rick dan tiba di kantor pencatatan sipil sekitar pukul lima sore. Saat dia hendak masuk, Ava melihat di papan pengumuman bahwa pendaftaran hari itu sudah tutup. Akhirnya Ava mengembuskan napas lega. Karena dengan pengumuman itu, artinya mereka baru bisa mendaftarkan pernikahannya di esok hari lagi.Saat Ava akan berbalik badan, sebuah tangan kokoh tiba-tiba meraih pundaknya. Lalu terdengar bariton berat Rick yang terasa sangat menggema di telinga Ava."Mau kabur kemana?" Rick menyeringai samar."Emh … itu, aku… a-aku mau mencari sesuatu." Ava mencari alasan sambil tersenyum jahat.Alis Rick terangkat curiga. "Ayo masuk!""Uhh ... bukankah sudah tidak ada nomor antrean? Besok saja kita kembali lagi ke sini." Ava menunjuk papan informasi yang tak jauh dari tempat mereka berdiri.Rick justru tersenyum pada Ava sambil berkata dengan santai, "Nomor terakhir sudah ada di tanganku."Dengan pernyataan itu, akhirnya Ava pasrah ketika Rick menggandeng masuk ke ruang pendaftaran. Me
'Kalian tidak melakukan perjanjian pernikahan seperti yang ada di drama-drama itu, bukan?'Wajah Ava mendadak terasa kaku sampai dia tersenyum kering. Ucapan sang nenek membuat Ava berkata dalam hati, 'Apa yang Nenek Rick tonton adalah drama percintaan? Mengikuti zaman sekali!'"Apa Nenek pikir aku seluang itu?" Rick mengangkat alis dengan tak senang, kemudian dia menarik pinggang Ava dan memeluknya dengan begitu intim.Meski begitu, Esmee masih saja merasa curiga dengan pengakuan Rick. Jadi, dia berniat harus mengamati hubungan mereka lebih jauh lagi agar semakin yakin. "Baiklah. Makanlah terlebih dulu, Cucu menantuku." Esmee akhirnya tersenyum, lalu nada bicaranya agak menuntut saat berkata, "Nanti beritahu pada Nenek tentang perkembangan hubungan kalian, ya?"Ava tersenyum dan mengangguk mengiyakan. Beruntung saat dalam perjalanan Rick sudah memberi Ava setumpuk dokumen untuk dipelajari.Ava dan Rick dibimbing menuju ruang makan. Makanan yang tersaji di atas meja bukanlah makanan
'Bukankah kamu sudah terpesona padaku?'Ava menggenggam jemari tangannya dengan gugup. Apa yang diucapkan Rick sungguh tepat. Siapa suruh dia begitu tampan dan menggoda?!"Oohh ... kamu menyadari itu ternyata." Ava membalikkan tubuh membelakangi Rick, tetapi Rick memulihkannya kembali supaya tetap berhadapan."Jadi ... patuh, ya? Biarkan kamu disuntik untuk mendapatkan pencegahan. Jika tidak, kamu pasti nanti pingsan lagi." Suara Rick begitu lembut, seperti sedang membujuk anak kecil."Hal itu tidak akan terulang lagi," Ava menyahut dengan kesal."Itu tidak mungkin, Ava. Ingatlah, kita sudah menikah." Rick kembali membujuk dengan suara yang semakin lembut.Ava Seketika terdiam sampai tidak menyadari Rick sudah meninggalkannya, lalu terdengar suara pelayan memanggilnya untuk makan. Ava membuka ponsel sebelum turun, dia baru sadar jika dirinya tidak pulang sepanjang malam.Saat menyadari bahwa Maria juga sama sekali tidak menghubunginya, hal itu membuat Ava kesal.Namun, tiba-tiba pesa
"Apa kamu akan pergi bekerja hari ini?"Ava tak langsung menjawab pertanyaan Rick. Dia melihat pemberitahuan di grup obrolan terlebih dahulu. Jika semua karyawan di Eternal tidak pergi bekerja, maka dia juga tidak akan pergi.Ternyata benar saja, mereka semua sedang dalam mencari pekerjaan baru."Tidak." Akhirnya Ava menyahut dalam gumaman pelan. "Aku sekarang sudah resmi menjabat status pengangguran." Dokter Rick mengangkat alis ketika jawaban yang terucap dari mulut Ava terdengar putus asa. Rick mengambil tab dari atas meja di samping tempat duduknya. Kemudian dia menelusuri perkembangan berita tentang Eternal Pharma.Ternyata bukan membaik, kabar perusahaan itu kini kian memburuk. Kabarnya, Eternal Pharma tidak dapat membayar gaji karyawan dan pemiliknya lari dari tanggung jawab."Mau aku carikan pekerjaan baru untukmu?" Rick mencoba untuk menawarkan pada sang istri."Tidak perlu." Ava mengangkat kepala meyakinkan Rick bahwa dia tidak membutuhkan bantuan. Wajah Rick mendadak berub
'Ternyata di rumah sakit juga ada seorang makelar,' Ava menggeram tak habis pikir. Bagaimana mungkin hanya untuk sebuah kertas antrian saja Sarah harus mengeluarkan lima puluh dolar? Tak henti-henti Ava bertanya dalam hati. Bukankah ini namanya sebuah pemerasan?Dia ingin sekali menahan Sarah agar tidak memberikan uang pada orang itu. Namun, sayangnya sudah terlambat. Sarah langsung memberikan uang itu pada makelar tersebut.Jadi, Ava seketika tercengang mengamati ulah sahabatnya."Apa kamu tidak merasa orang itu sedang memeras kamu?!" Ava menarik tangan Sarah sambil memelototi sahabatnya."Apa-apaan sih? Aku tidak merasa dia memeras uangku jika yang kudapat adalah untuk bertemu Dokter tampan itu." Sarah tertawa bahagia ketika di tangannya kini sudah ada nomor antrean. Dia langsung mengajak Ava berjalan ke dalam lift untuk periksa pada Dokter Rick.Ava tidak bisa berkata apa-apa lagi, dia terkejut melihat seberapa antusias Sarah ingin bertemu Rick. Hanya saja, kini terbersit pertan
Ava memanyunkan bibir ketika membaca pesan masuk dari Sarah, lalu menggulirkan jemari untuk membalas pesan.Ava: [Ya]Sarah: [Kapan?]Ava: [Seminggu yang lalu.]Sarah: [Ternyata kamu bercerai dari James hanya untuk menikahi pria luar biasa. Apa itu adalah pria pelanggan toko bunga Ibumu? Aku juga mau! Katakan pada Ibumu untuk mencarikan aku satu yang seperti Dokter Rick]Alis Ava tiba-tiba saling bertaut. Dia memang menikah dengan Rick belum lama. Hanya saja, dugaan Sarah salah. Rick bukan pelanggan toko bunga ibunya, dia mengenal Rick secara tak sengaja. Ava tiba-tiba terdiam. Dalam pikiran Ava terlintas bayangan Robin, pelanggan toko bunga milik ibunya yang kebetulan minggu lalu bertemu dan memberi Ava tumpangan mobil. Sepertinya, Robin adalah orang yang cukup hangat, pikir Ava yang berpikir akan menjodohkan Robin dengan Sarah.Ava: [Tenang, kamu pasti akan mendapatkan satu seperti dia]Ava tersenyum sambil mengetik di layar ponselnya. Rick tentu saja tahu bahwa Ava dan temannya s
"Jika perusahaan Eternal Pharma ada di bawah kekuasaan Group Mart, tidak menutup kemungkinan bisa kembali bangkit, Nek." Rick menanggapi ucapan Esmee dengan begitu tenang.Group Mart adalah salah satu perusahaan terdepan dalam negeri dalam beberapa waktu ini. Meskipun bukan perusahaan terbesar, tetapi cukup berkembang pesat. Kekuatan perusahaan Group Mart tidak bisa disepelekan.Esmee tidak senang mendengar jawaban dari Rick. Dia kembali berkata, "Kamu tidak pernah bertindak gegabah seperti ini, Rick.""Aku sudah memikirkannya dengan begitu matang, apanya yang gegabah, Nek?" Rick balik bertanya sambil tersenyum tipis.Sementara itu, Ava duduk di ruang tamu menunggu Rick yang kini di ruang baca bersama neneknya. Sejak perusahaan Eternal gulung tikar, group chat menjadi sepi. Namun, entah ada apa mendadak group chat menjadi sangat heboh. Sepertinya Ava telah melewatkan sesuatu, ketika melihat grup chat, tiba-tiba wajah Ava menjadi pucat pasi. "Ini tidak mungkin! Kenapa James harus mun
Sementara Rick langsung menginterupsi kepala pelayan agar menyelidiki lebih jelas. Sena membawa bukti liontin yang ditemukan di kamar Maria, tentu saja itu membuktikan pelakunya adalah beliau.Hanya saja, Rick percaya masalah ini sama sekali tak ada hubungannya dengan Maria. Akhirnya dia meminta Sena untuk menyelidiki dengan cara lebih spesifik.Satu jam kemudian.Sena datang ke ruang kerja Rick."Tuan, masalah yang terjadi kali ini adalah kelalaian saya. Maaf, membuat hubungan Anda dengan Nyonya Maria menjadi retak," kata Sena, penuh sesal. Dia sudah bertahun-tahun bekerja di bawah naungan Esmee, tetapi masalah kali ini berakibat fatal."Jadi, siapa pelakunya?" Rick berkata dengan dingin."Pelayan yang baru bekerja dua bulan lalu, tetapi karena ketakutan, akhirnya dia menyimpan liontin Nyonya besar di kamar Maria." Sena menunduk menjelaskan dengan terperinci.Rick menyipitkan mata sebelum berkata, "Pergilah, urus kompensasi yang pantas. Jangan biarkan dia bekerja di sini lagi, cari p
Keesokan harinya.Meskipun saat itu adalah akhir pekan, Rick dan Ava tetap bangun lebih awal karena harus bekerja di laboratorium.Ketika turun, Maria sedang berjibaku memasak di dapur."Bu, biar pelayan yang mengurusnya," kata Ava dengan prihatin.Maria tersenyum sebelum menjawab, "Aku tak mungkin diam di sini tanpa melakukan apa pun."Ava menghela napas panjang, tentu saja dia tahu sang ibu tak bisa dilarang, dan dia tahu jelas apa yang ada dalam pikiran Maria."Kita lakukan bersama," kata Ava.Ketika Rick turun, sarapan di meja makan sangat biasa. Hanya pancake caramel polos, salad buah, dan secangkir espresso untuk Rick. Jika dibandingkan sarapan berat Keluarga Martinez, ini terlalu sederhana.Ava melihat wajah Rick, beruntunglah pria itu tak menampakkan ekspresi apa pun. Padahal jelas betul dia tak suka makanan manis. Ava menyiapkan beberapa lembar pancake di atas piring untuk Rick."Suka sarapan ini?" tanya Rick dengan lembut."Tentu, Putriku tak bisa lepas dari makanan manis. A
Satu jam kemudian, mereka tiba di tempat tujuan.Saat keluar dari mobil, Rick tak melepas tangan Ava, menggenggam dengan erat sebelum berkata, "Istriku, tenanglah."Rick menghubungi Felix agar datang dan mengurus kekacauan.Hati Ava bagai tertusuk duri saat melihat Maria duduk tak berdaya di atas tanah. Dia langsung berlari memeluk ibunya yang tersedu-sedu."Putriku, siapa yang sudah tega menghancurkan rumah kita? Rumah kita yang seperti ini bagaimana mungkin mereka bisa menghancurkan hingga seperti ini."Mata Ava terasa panas saat mengusap-usap punggung sang ibu. Ditatapnya kondisi rumah mereka, lebih kacau dari kerusakan yang dibayangkan. Semua jendela hancur, barang biasa dan benda berharga bagai tumpukan sampah, pecah berkeping-keping.Dalam rumah yang tak besar itu dirinya dibesarkan oleh Maria. Detik berikutnya, lutut Ava gemetaran. Dia menggigit bibir dengan erat, tak ingin air mata jatuh di depan Rick dan sang ibu."Bu, tidak apa-apa. Ada aku, putrimu. Kita renovasi dari awal,
‘Kembalikan anakku!’"Tuan James, tolong jangan sembarangan bicara!" Suara Rick tak kalah dingin. Pandangan kedua pria itu sama-sama mencekam."Aku tidak sembarang bicara. Scarlett tidak akan keguguran jika Ava tidak mendorongnya." James bersikeras menekan."Perhatikan ucapan Anda! Sedikit hempasan tidak akan membuat orang terjatuh hingga keguguran," timpal Rick, tegas.Rick jelas tahu betul. Jika benar itu penyebabnya, berarti sudah dipastikan dari awal kehamilannya tidak kuat. Atau, mungkin ibu hamil tidak dalam kondisi yang baik untuk mengandung."Ava, aku melihat dengan mata kepalaku sendiri. Bukan kali pertama aku melihatmu berusaha mencelakai Scarlett! Kamu benar-benar manusia berdarah dingin!" James tak puas mencecar Ava."Aku tidak, a-aku tidak pernah mencelakai dia," jawab Ava, terbata-bata. Tak dapat dipungkiri, dia saat ini sangat tertekan."Jangan mengelak lagi, Ava. Aku akan membalas ….""Anda tak punya cukup bukti untuk menuduh istriku. Jaga batasan Anda!" Rick tegas mem
Ava bergegas masuk dan mendorong James sambil berkata, "Apa kalian tidak mengerti Dokter Rick sudah menolak? Tolong hargai keputusannya!"James mendelik tajam menatap Ava. "Orang yang akan mati pun tidak ditolong? Ava, begitukah sifat suamimu?" James bertanya dengan sinis.Ekspresi Ava seketika menggelap. Dia tak terima saat seseorang menjelekkan suaminya."Aku percaya padanya. Dokter Rick memiliki alasan tersendiri, untuk apa kalian masih bersikeras di sini? Seberapa kuat kalian berusaha tetap tidak artinya 'kan?" Ava menegaskan kata-katanya.Rick yang berdiri di belakang Ava, diam-diam tersenyum tipis mendengar bagaimana sang istri membelanya. Ingin sekali rasanya memeluk wanita mungil itu. Hatinya terasa hangat. Ah. Ava sungguh sempurna di mata Rick.Scarlett tiba-tiba meraung. "Jika ada dokter yang bersedia menangani bibiku, aku tak sudi datang memohon padanya!"Ava tersenyum sinis sebelum menjawab, "Nona Scarlett, jika tak ada dokter yang bersedia, itu berarti masalah ada pada di
Kediaman Keluarga Martinez.Ketika selesai makan malam, Ava berencana mengganti perban Rick. Selama suaminya terluka, selalu Rick sendiri yang mengganti karena dia tak tahan melihatnya.Berbeda dengan malam ini. Sejak tadi siang, Avabmempertimbangkan untuk kembali meraih cita-cita sebagai dokter. Dia berpikir sepertinya sekarang harus mulai berani menangani luka bakar di tangan Rick.Saat di universitas dulu, dia tentu sudah belajar tentang perawatan dasar. Jadi cukup mengerti bagaimana menangani luka Rick.Hanya saja, setiap melihat luka di tangan Rick dia merasa tidak sampai hati. Lukanya memang tak besar, tetapi cukup membuat hati Ava terasa sakit."Tidak tega?" Rick mengangkat wajah Ava.Ava mendongak, sinar matanya memancarkan kerapuhan yang menyayat-nyayat hati. Detik selanjutnya, dia menghindari tatapan Rick."Tidak juga," jawab Ava, mengelak.Rick meraih dagu sang istri agar tetap menatapnya sebelum kembali bertanya dengan lembut. "Air mata saat itu bukan menangis untukku, hmm
Hari mulai gelap, Ava masih berdiri menunggu sang sopir menjemput yang sedikit terlambat dari biasanya.Saat itu, sebuah taksi melaju dengan lambat. Tiba-tiba, taksi itu berhenti di depan Ava. Ketika pintu taksi terbuka, sosok tubuh yang akrab datang menghampiri Ava.Riana dengan rambut yang berantakan, mengenakan pakaian pasien hijau muda, seperti orang gila. Dia ingin menjatuhkan Ava.Ava sempat mematung karena terkejut bahwa wanita itu adalah ibu James. Riana menarik Ava ke dalam taksi."Bibi, lepaskan aku." Ava mencoba melawan, mendorong Riana.Riana sedikit terhuyung hingga cengkeramannya terlepas."Ava, dasar jalang! Karna putraku tak bisa dirayu lagi, jadi kau membenci putraku? Karena dia menceraikanmu, dan sekarang kamu balas dendam padanya?" Riana menangis dengan keras, memarahi Ava.Seperti biasa, dua pengawal Ava datang dengan cepat melindungi. Namun, kerusuhan yang dibuat Riana membuat mereka jadi pusat tontonan.Riana seolah memanfaatkan situasi untuk membuat Ava malu. "M
Ketika mereka tiba di rumah sakit, tentu saja Rick harus mengobati luka bakarnya. Ava terus memegang Rick, tidak ingin melepaskan.Rick menaikkan alis, dengan senyum hangat dia berkata, "Tunggu di luar saja, ya? Lukanya mengerikan."Ava terdiam, meninggikan bahu. Tak ingin jauh dari suaminya."Nyonya Rick, patuh, ya. Hmm?" Rick mengusap kepala Ava dengan sayang.Ava ingin menetap di sisi Rick. Hanya saja, Dokter dengan cepat masuk ke ruangan. Mau tak mau dia melepaskan tangan Rick dan keluar dari ruangan, tetapi hatinya merasa tidak tenang.Tiga puluh menit berlalu.Rick keluar dengan tangan yang sudah diperban, tetapi masih bebas bergerak. Ava memikirkan terakhir kali tangan Rick terluka karena melindunginya dari serangan Riana, kali ini tangannya terluka lagi. Ekspresi Ava berubah semakin khawatir."Apa perlu tinggal di rumah sakit untuk dirawat?" tanya Ava pada Dokter yang menangani Rick."Tidak perlu, periksa sesekali saja untuk memastikan lukanya tidak infeksi," jawab Dokter itu
Keesokan harinya.Ava pergi ke laboratorium seperti biasa. Ketika akan turun dari mobil, dari kejauhan tampak sosok James sedang bersiap keluar dari rumah sakit.Tubuh James terdapat banyak luka, wajahnya juga cukup memar sangat parah. Orang suruhan Rick cukup kuat memukulnya.Ava sejenak menunggu hingga James masuk mobil, dia melihatnya seperti biasa. Namun, sebagian orang menatapnya dengan Intens.Setelah memastikan James sudah ke mobil, berulah Ava turun. Sialnya, Scarlett ternyata baru saja menebus obat. Wanita itu menghadang Ava."Ava, apa kamu memukuli James?" Scarlett bertanya dengan marah.Ava menaikkan alis sebelum menjawab, "Apa kamu pikir aku bisa melukai hingga seperti itu?" Ava menyipitkan, suaranya begitu dingin.Scarlett memelototi Ava. "Bukan, tapi kamu menyuruh orang melakukannya. Apa kamu masih belum bisa melepaskan James? Minggu depan kami akan menikah, sekarang harus ditunda lagi karena James babak belur. Kamu benar-benar jahat Ava!"Ava mengerutkan alis, terheran.