Ava memanyunkan bibir ketika membaca pesan masuk dari Sarah, lalu menggulirkan jemari untuk membalas pesan.Ava: [Ya]Sarah: [Kapan?]Ava: [Seminggu yang lalu.]Sarah: [Ternyata kamu bercerai dari James hanya untuk menikahi pria luar biasa. Apa itu adalah pria pelanggan toko bunga Ibumu? Aku juga mau! Katakan pada Ibumu untuk mencarikan aku satu yang seperti Dokter Rick]Alis Ava tiba-tiba saling bertaut. Dia memang menikah dengan Rick belum lama. Hanya saja, dugaan Sarah salah. Rick bukan pelanggan toko bunga ibunya, dia mengenal Rick secara tak sengaja. Ava tiba-tiba terdiam. Dalam pikiran Ava terlintas bayangan Robin, pelanggan toko bunga milik ibunya yang kebetulan minggu lalu bertemu dan memberi Ava tumpangan mobil. Sepertinya, Robin adalah orang yang cukup hangat, pikir Ava yang berpikir akan menjodohkan Robin dengan Sarah.Ava: [Tenang, kamu pasti akan mendapatkan satu seperti dia]Ava tersenyum sambil mengetik di layar ponselnya. Rick tentu saja tahu bahwa Ava dan temannya s
"Jika perusahaan Eternal Pharma ada di bawah kekuasaan Group Mart, tidak menutup kemungkinan bisa kembali bangkit, Nek." Rick menanggapi ucapan Esmee dengan begitu tenang.Group Mart adalah salah satu perusahaan terdepan dalam negeri dalam beberapa waktu ini. Meskipun bukan perusahaan terbesar, tetapi cukup berkembang pesat. Kekuatan perusahaan Group Mart tidak bisa disepelekan.Esmee tidak senang mendengar jawaban dari Rick. Dia kembali berkata, "Kamu tidak pernah bertindak gegabah seperti ini, Rick.""Aku sudah memikirkannya dengan begitu matang, apanya yang gegabah, Nek?" Rick balik bertanya sambil tersenyum tipis.Sementara itu, Ava duduk di ruang tamu menunggu Rick yang kini di ruang baca bersama neneknya. Sejak perusahaan Eternal gulung tikar, group chat menjadi sepi. Namun, entah ada apa mendadak group chat menjadi sangat heboh. Sepertinya Ava telah melewatkan sesuatu, ketika melihat grup chat, tiba-tiba wajah Ava menjadi pucat pasi. "Ini tidak mungkin! Kenapa James harus mun
Ketika Ava membuka mata, dia mendapati ibu jari Rick sedang mengelus-elus bibirnya dengan halus."Aku mau tidur," kata Ava yang kemudian memaksa menutup mata begitu erat. Keberadaan Rick membuat jantungnya merasa tak keruan."Ya, tidurlah." Setelah mengatakan itu, Rick langsung mengangkat tubuh Ava dari sofa dan membuat Ava refleks mengalungkan tangan pada leher Rick untuk pegangan.Rick membaringkan Ava di atas kasur dengan hati-hati, lalu dia membaringkan diri di samping Ava. Ava mengerjapkan mata berkali-kali. Saat dia menoleh wajah untuk menatap Rick, pria itu sudah tertidur dengan begitu tenang, sementara sentuhan tangan Rick masih terasa di bibir Ava.Dia tidak mengerti kenapa bisa merasakan hal seperti ini pada Rick.Setelah menimbang-nimbang dan membulatkan tekad, akhirnya Ava menyingkap selimut dan segera bangun. 'Aku lebih baik tidur di sofa,' gumam Ava dalam hati. Baru saja dia akan bangkit, Rick langsung menarik dan memeluk Ava hingga wanita itu tidak bisa bergerak."J
Ava dan Sarah masuk menuju ruangan yang sudah disediakan James dan Scarlett. Sudah banyak orang yang hadir di sana, tetapi pemilik acara belum muncul. Karena seluruh tamu yang hadir adalah alumni universitas, tentu saja mereka tidak kaku satu sama lain. Ava sebenarnya tidak menyukai suasana yang begitu ramai, tetapi dia suka bernyanyi. Dulu saat bersama dengan James, dia sering menyanyikan lagu untuknya. Beberapa lagu sudah dinyanyikan, Sarah juga terlihat asik bermain batu kertas gunting dengan teman lainnya."Ava, sepertinya kamu akan jadi penguasa mic malam ini," sindir salah satu teman yang berdiri di samping Ava. Yang disindir bergeming, Ava masih saja asyik bernyanyi membelakangi orang-orang sekitar.Hingga akhirnya James dan Scarlett muncul, suasana menjadi sunyi seketika. Kecuali Ava yang tidak mengetahui kehadiran pemilik acara itu.James terpaku menatap Ava yang sedang asyik bernyanyi. Setelah beberapa minggu tidak bertemu dengannya, Ava terlihat begitu pangling.Rambutn
Rick dan Ava membisu sepanjang perjalanan hingga tiba di kediaman keluarga Rick. Wanita itu bergegas ke kamar mandi untuk membersihkan tubuh. Setelah tiga puluh menit berlalu, Ava mengamati bibirnya di pantulan cermin. Bibir Ava kini merah dan sedikit bengkak. Tadi Rick menciumnya begitu kasar hingga terasa perih."Memangnya kau ini anjing, kenapa terasa sakit seperti digigit?" Ava menggerutu sebelum membuka pintu kamar mandi.Aroma segar khas orang habis mandi tercium tipis ketika Ava keluar. Rick duduk bersandar di sofa panjang, wajahnya yang tenang tampak sedikit lelah."Apa malam ini kita tidur bersama?" Ava berdiri di ambang pintu kamar mandi.Rick mengangkat kepala menatap sang istri. Dari suara Ava, jelas betul Rick bisa menyimpulkan bahwa Ava seperti keberatan untuk tidur bersama.Sorot mata Rick berubah tajam penuh amarah. Dia berdiri menghampiri Ava sambil membuka kancing kemeja. Apa yang dilakukan Rick membuat Ava gemetaran hingga melangkah mundur menghindari sang suami.
"Jelaskan kenapa kau tak memberitahuku bahwa sekarang pemilik Eternal Pharma adalah suamimu?!"Ava meninggikan bahu sebelum berkata, "Jangan menatapku seperti itu! Aku tak tahu apa-apa." Ava bukan asal bicara. Dia sungguh tak mengetahui apa pun tentang Rick."Halo, semuanya. Namaku Rick, dan mulai hari ini aku sudah resmi mengambil alih Eternal Pharma. Untuk masalah pekerjaan, asistenku akan menjelaskan semuanya pada kalian. Terima kasih atas perhatian kalian semua."Rick hanya datang unjuk diri saja dan menandatangani surat perjanjian. Ketika rapat pun dia tak berlangsung lama mengikuti rapat tersebut. Hanya lima menit saja. Mata Ava membeliak menatap tak suka pada Rick. Dan sebelum Rick beranjak pergi, tatapannya tertuju beberapa detik pada sang istri."Ava!" Sarah menyikut sahabatnya itu ketika Rick pergi begitu saja.Ava bergeming dan tertunduk. Pikirannya saat ini benar-benar kalut. Kenapa harus Rick? Bukankah Rick hanya seorang Dokter? Apa pria itu memiliki status lain yang t
Ketika Ava kembali ke meja kerjanya, dia disambut rentetan pertanyaan kenapa Ava dipanggil ke kantor pimpinan. Ava yang risih akhirnya buka mulut dan berkata, "Aku hanya disuruh membersihkan ruangan Tuan Rick. Bukannya petugas kebersihan sudah berhenti 'kan?""Uh, seharusnya tadi aku saja yang dipanggil. Enak sekali karyawan seperti kamu bisa berlama-lama melihat Dokter Rick.""Ava, apa Dokter Rick akan sering datang ke perusahaan ini?""Kapan aku diberi kesempatan melayani Dokter Rick?"Keluh kesah teman-teman sekantornya membuat Ava menggeleng pelan dan menunduk. Dia ingin sekali memberitahu mereka bahwa pria itu tampangnya saja tampan, kelakuannya sungguh menyebalkan! Jika saja Rick seekor semut, tentu dirinya akan menghabisi monster itu!Setelah melanjutkan pekerjaannya dan tiba waktu istirahat, Ava mendapat beberapa panggilan tak terjawab dari Rick.Tepat ketika waktu menunjukkan pukul 12 siang, Rick kembali menghubunginya, tetapi Ava tersenyum jahat menolak panggilan."Oy, pen
Rick mengartikan perkataan Ava adalah sebuah kecemburuan. Seketika langkah kaki Rick terhenti.Rick menoleh menunggu Ava jalan beriringan sebelum berkata, "Iya, mereka ada di departemenku.""Input medis tugas mereka," Ava menimpali dengan lirih."Sudah dapat aku pastikan mereka akan ikut ke ruang operasi." Rick memanyunkan bibir membuat Ava tak bisa menyahut.Begitu tiba di gedung, mereka berjalan ke ruangan Rick. Namun, langkahnya terhenti ketika Tuan Max— selaku kepala rumah sakit, dan beberapa dokter menghampiri untuk menginstruksikan tugas.Ava mendengar dengan jelas bahwa yang akan dioperasi adalah Christy, putri bangsawan dari keluarga terpandang di kota itu. Pantas saja kepala rumah sakit ikut serta menyambut Rick seperti ini, pikir Ava selagi mengamati wajah Rick tampak tenang hingga instruksi dari kepala rumah sakit berakhir.Ketika mereka masuk ke ruangan Rick, seketika Rick dikerumuni banyak asisten dan Dokter magang. Tanpa sadar, Ava terdorong keluar dan tak ada celah un
Sementara Rick langsung menginterupsi kepala pelayan agar menyelidiki lebih jelas. Sena membawa bukti liontin yang ditemukan di kamar Maria, tentu saja itu membuktikan pelakunya adalah beliau.Hanya saja, Rick percaya masalah ini sama sekali tak ada hubungannya dengan Maria. Akhirnya dia meminta Sena untuk menyelidiki dengan cara lebih spesifik.Satu jam kemudian.Sena datang ke ruang kerja Rick."Tuan, masalah yang terjadi kali ini adalah kelalaian saya. Maaf, membuat hubungan Anda dengan Nyonya Maria menjadi retak," kata Sena, penuh sesal. Dia sudah bertahun-tahun bekerja di bawah naungan Esmee, tetapi masalah kali ini berakibat fatal."Jadi, siapa pelakunya?" Rick berkata dengan dingin."Pelayan yang baru bekerja dua bulan lalu, tetapi karena ketakutan, akhirnya dia menyimpan liontin Nyonya besar di kamar Maria." Sena menunduk menjelaskan dengan terperinci.Rick menyipitkan mata sebelum berkata, "Pergilah, urus kompensasi yang pantas. Jangan biarkan dia bekerja di sini lagi, cari p
Keesokan harinya.Meskipun saat itu adalah akhir pekan, Rick dan Ava tetap bangun lebih awal karena harus bekerja di laboratorium.Ketika turun, Maria sedang berjibaku memasak di dapur."Bu, biar pelayan yang mengurusnya," kata Ava dengan prihatin.Maria tersenyum sebelum menjawab, "Aku tak mungkin diam di sini tanpa melakukan apa pun."Ava menghela napas panjang, tentu saja dia tahu sang ibu tak bisa dilarang, dan dia tahu jelas apa yang ada dalam pikiran Maria."Kita lakukan bersama," kata Ava.Ketika Rick turun, sarapan di meja makan sangat biasa. Hanya pancake caramel polos, salad buah, dan secangkir espresso untuk Rick. Jika dibandingkan sarapan berat Keluarga Martinez, ini terlalu sederhana.Ava melihat wajah Rick, beruntunglah pria itu tak menampakkan ekspresi apa pun. Padahal jelas betul dia tak suka makanan manis. Ava menyiapkan beberapa lembar pancake di atas piring untuk Rick."Suka sarapan ini?" tanya Rick dengan lembut."Tentu, Putriku tak bisa lepas dari makanan manis. A
Satu jam kemudian, mereka tiba di tempat tujuan.Saat keluar dari mobil, Rick tak melepas tangan Ava, menggenggam dengan erat sebelum berkata, "Istriku, tenanglah."Rick menghubungi Felix agar datang dan mengurus kekacauan.Hati Ava bagai tertusuk duri saat melihat Maria duduk tak berdaya di atas tanah. Dia langsung berlari memeluk ibunya yang tersedu-sedu."Putriku, siapa yang sudah tega menghancurkan rumah kita? Rumah kita yang seperti ini bagaimana mungkin mereka bisa menghancurkan hingga seperti ini."Mata Ava terasa panas saat mengusap-usap punggung sang ibu. Ditatapnya kondisi rumah mereka, lebih kacau dari kerusakan yang dibayangkan. Semua jendela hancur, barang biasa dan benda berharga bagai tumpukan sampah, pecah berkeping-keping.Dalam rumah yang tak besar itu dirinya dibesarkan oleh Maria. Detik berikutnya, lutut Ava gemetaran. Dia menggigit bibir dengan erat, tak ingin air mata jatuh di depan Rick dan sang ibu."Bu, tidak apa-apa. Ada aku, putrimu. Kita renovasi dari awal,
‘Kembalikan anakku!’"Tuan James, tolong jangan sembarangan bicara!" Suara Rick tak kalah dingin. Pandangan kedua pria itu sama-sama mencekam."Aku tidak sembarang bicara. Scarlett tidak akan keguguran jika Ava tidak mendorongnya." James bersikeras menekan."Perhatikan ucapan Anda! Sedikit hempasan tidak akan membuat orang terjatuh hingga keguguran," timpal Rick, tegas.Rick jelas tahu betul. Jika benar itu penyebabnya, berarti sudah dipastikan dari awal kehamilannya tidak kuat. Atau, mungkin ibu hamil tidak dalam kondisi yang baik untuk mengandung."Ava, aku melihat dengan mata kepalaku sendiri. Bukan kali pertama aku melihatmu berusaha mencelakai Scarlett! Kamu benar-benar manusia berdarah dingin!" James tak puas mencecar Ava."Aku tidak, a-aku tidak pernah mencelakai dia," jawab Ava, terbata-bata. Tak dapat dipungkiri, dia saat ini sangat tertekan."Jangan mengelak lagi, Ava. Aku akan membalas ….""Anda tak punya cukup bukti untuk menuduh istriku. Jaga batasan Anda!" Rick tegas mem
Ava bergegas masuk dan mendorong James sambil berkata, "Apa kalian tidak mengerti Dokter Rick sudah menolak? Tolong hargai keputusannya!"James mendelik tajam menatap Ava. "Orang yang akan mati pun tidak ditolong? Ava, begitukah sifat suamimu?" James bertanya dengan sinis.Ekspresi Ava seketika menggelap. Dia tak terima saat seseorang menjelekkan suaminya."Aku percaya padanya. Dokter Rick memiliki alasan tersendiri, untuk apa kalian masih bersikeras di sini? Seberapa kuat kalian berusaha tetap tidak artinya 'kan?" Ava menegaskan kata-katanya.Rick yang berdiri di belakang Ava, diam-diam tersenyum tipis mendengar bagaimana sang istri membelanya. Ingin sekali rasanya memeluk wanita mungil itu. Hatinya terasa hangat. Ah. Ava sungguh sempurna di mata Rick.Scarlett tiba-tiba meraung. "Jika ada dokter yang bersedia menangani bibiku, aku tak sudi datang memohon padanya!"Ava tersenyum sinis sebelum menjawab, "Nona Scarlett, jika tak ada dokter yang bersedia, itu berarti masalah ada pada di
Kediaman Keluarga Martinez.Ketika selesai makan malam, Ava berencana mengganti perban Rick. Selama suaminya terluka, selalu Rick sendiri yang mengganti karena dia tak tahan melihatnya.Berbeda dengan malam ini. Sejak tadi siang, Avabmempertimbangkan untuk kembali meraih cita-cita sebagai dokter. Dia berpikir sepertinya sekarang harus mulai berani menangani luka bakar di tangan Rick.Saat di universitas dulu, dia tentu sudah belajar tentang perawatan dasar. Jadi cukup mengerti bagaimana menangani luka Rick.Hanya saja, setiap melihat luka di tangan Rick dia merasa tidak sampai hati. Lukanya memang tak besar, tetapi cukup membuat hati Ava terasa sakit."Tidak tega?" Rick mengangkat wajah Ava.Ava mendongak, sinar matanya memancarkan kerapuhan yang menyayat-nyayat hati. Detik selanjutnya, dia menghindari tatapan Rick."Tidak juga," jawab Ava, mengelak.Rick meraih dagu sang istri agar tetap menatapnya sebelum kembali bertanya dengan lembut. "Air mata saat itu bukan menangis untukku, hmm
Hari mulai gelap, Ava masih berdiri menunggu sang sopir menjemput yang sedikit terlambat dari biasanya.Saat itu, sebuah taksi melaju dengan lambat. Tiba-tiba, taksi itu berhenti di depan Ava. Ketika pintu taksi terbuka, sosok tubuh yang akrab datang menghampiri Ava.Riana dengan rambut yang berantakan, mengenakan pakaian pasien hijau muda, seperti orang gila. Dia ingin menjatuhkan Ava.Ava sempat mematung karena terkejut bahwa wanita itu adalah ibu James. Riana menarik Ava ke dalam taksi."Bibi, lepaskan aku." Ava mencoba melawan, mendorong Riana.Riana sedikit terhuyung hingga cengkeramannya terlepas."Ava, dasar jalang! Karna putraku tak bisa dirayu lagi, jadi kau membenci putraku? Karena dia menceraikanmu, dan sekarang kamu balas dendam padanya?" Riana menangis dengan keras, memarahi Ava.Seperti biasa, dua pengawal Ava datang dengan cepat melindungi. Namun, kerusuhan yang dibuat Riana membuat mereka jadi pusat tontonan.Riana seolah memanfaatkan situasi untuk membuat Ava malu. "M
Ketika mereka tiba di rumah sakit, tentu saja Rick harus mengobati luka bakarnya. Ava terus memegang Rick, tidak ingin melepaskan.Rick menaikkan alis, dengan senyum hangat dia berkata, "Tunggu di luar saja, ya? Lukanya mengerikan."Ava terdiam, meninggikan bahu. Tak ingin jauh dari suaminya."Nyonya Rick, patuh, ya. Hmm?" Rick mengusap kepala Ava dengan sayang.Ava ingin menetap di sisi Rick. Hanya saja, Dokter dengan cepat masuk ke ruangan. Mau tak mau dia melepaskan tangan Rick dan keluar dari ruangan, tetapi hatinya merasa tidak tenang.Tiga puluh menit berlalu.Rick keluar dengan tangan yang sudah diperban, tetapi masih bebas bergerak. Ava memikirkan terakhir kali tangan Rick terluka karena melindunginya dari serangan Riana, kali ini tangannya terluka lagi. Ekspresi Ava berubah semakin khawatir."Apa perlu tinggal di rumah sakit untuk dirawat?" tanya Ava pada Dokter yang menangani Rick."Tidak perlu, periksa sesekali saja untuk memastikan lukanya tidak infeksi," jawab Dokter itu
Keesokan harinya.Ava pergi ke laboratorium seperti biasa. Ketika akan turun dari mobil, dari kejauhan tampak sosok James sedang bersiap keluar dari rumah sakit.Tubuh James terdapat banyak luka, wajahnya juga cukup memar sangat parah. Orang suruhan Rick cukup kuat memukulnya.Ava sejenak menunggu hingga James masuk mobil, dia melihatnya seperti biasa. Namun, sebagian orang menatapnya dengan Intens.Setelah memastikan James sudah ke mobil, berulah Ava turun. Sialnya, Scarlett ternyata baru saja menebus obat. Wanita itu menghadang Ava."Ava, apa kamu memukuli James?" Scarlett bertanya dengan marah.Ava menaikkan alis sebelum menjawab, "Apa kamu pikir aku bisa melukai hingga seperti itu?" Ava menyipitkan, suaranya begitu dingin.Scarlett memelototi Ava. "Bukan, tapi kamu menyuruh orang melakukannya. Apa kamu masih belum bisa melepaskan James? Minggu depan kami akan menikah, sekarang harus ditunda lagi karena James babak belur. Kamu benar-benar jahat Ava!"Ava mengerutkan alis, terheran.