"Apa kau bilang? Akan menikah?" Maria memegangi dadanya dengan dramatis setelah mendengar jawaban Ava tentang siapa pria yang mengantarnya pulang."Apa kau sudah gila?!" Maria nyaris tak bisa mempercayai apa yang dia dengar. "Kamu dan James bahkan belum bercerai, apa kamu ingin membuat James memutar balikan kesalahan padamu?" "Ibu, dengar dulu makanya kalau aku sedang bicara," Ava menggeram tertahan. "kan Ibu tahu kalau James meminta satu juta dolar agar—"Ting!Suara bel pintu dari depan berhasil memecah pemaparan Ava pada ibunya. Alis Ava dirajut samar dan bertanya-tanya dalam hati, apakah Rick datang ke rumahnya? Untuk apa?Celakalah jika memang Ricky yang datang saat situasi sedang pelik. Namun, Ava tetap melangkahkan kaki untuk membuka pintu. "Kamu? Ada—""Ponselmu tertinggal." Tangan Rick lebih dulu terulur sebelum Ava menyelesaikan ucapannya. "Kamu menjatuhkannya di kursi.""Oh, aku pasti tidak menyadarinya." Ponsel merah muda itu kini berpindah ke tangan Ava. "Terima kasih.
Ava masih mempertimbangkan apakah dia harus menemui James hari ini atau tidak. Walau bagaimanapun juga, upaya percobaan penculikan dan pemerkosaan yang dilakukan James semalam tentu saja meninggalkan trauma dan rasa takut yang mengendap dalam hati Ava.Tak henti Ava bertanya pada diri sendiri, "Bagaimana kalau James memanfaatkan permintaanku untuk bertemu dengan mencelakaiku? Bagaimana kalau James malah menyekapku setelah aku memberikan uang padanya?"Pertanyaan-pertanyaan itulah yang membuat Ava semakin takut untuk menemui James. Akan tetapi, di sisi lain dia juga takut Scarlett akan mencelakai ibunya jika Ava mengulur perceraian.Sampai ketika sore harinya, Ava masih belum berani untuk menelpon James. Namun, tiba-tiba saja seseorang datang mencari Ava ke rumah ibunya.Ava keluar dari kamar dan mengamati lelaki paruh baya berpenampilan parlente yang berdiri di luar rumah."Maaf, apa Anda mencariku?" tanya Ava akhirnya ketika dia menemui orang tersebut. "Siapa?"Pria itu mengulurkan ta
Ava menyusul Rick dan tiba di kantor pencatatan sipil sekitar pukul lima sore. Saat dia hendak masuk, Ava melihat di papan pengumuman bahwa pendaftaran hari itu sudah tutup. Akhirnya Ava mengembuskan napas lega. Karena dengan pengumuman itu, artinya mereka baru bisa mendaftarkan pernikahannya di esok hari lagi.Saat Ava akan berbalik badan, sebuah tangan kokoh tiba-tiba meraih pundaknya. Lalu terdengar bariton berat Rick yang terasa sangat menggema di telinga Ava."Mau kabur kemana?" Rick menyeringai samar."Emh … itu, aku… a-aku mau mencari sesuatu." Ava mencari alasan sambil tersenyum jahat.Alis Rick terangkat curiga. "Ayo masuk!""Uhh ... bukankah sudah tidak ada nomor antrean? Besok saja kita kembali lagi ke sini." Ava menunjuk papan informasi yang tak jauh dari tempat mereka berdiri.Rick justru tersenyum pada Ava sambil berkata dengan santai, "Nomor terakhir sudah ada di tanganku."Dengan pernyataan itu, akhirnya Ava pasrah ketika Rick menggandeng masuk ke ruang pendaftaran. Me
'Kalian tidak melakukan perjanjian pernikahan seperti yang ada di drama-drama itu, bukan?'Wajah Ava mendadak terasa kaku sampai dia tersenyum kering. Ucapan sang nenek membuat Ava berkata dalam hati, 'Apa yang Nenek Rick tonton adalah drama percintaan? Mengikuti zaman sekali!'"Apa Nenek pikir aku seluang itu?" Rick mengangkat alis dengan tak senang, kemudian dia menarik pinggang Ava dan memeluknya dengan begitu intim.Meski begitu, Esmee masih saja merasa curiga dengan pengakuan Rick. Jadi, dia berniat harus mengamati hubungan mereka lebih jauh lagi agar semakin yakin. "Baiklah. Makanlah terlebih dulu, Cucu menantuku." Esmee akhirnya tersenyum, lalu nada bicaranya agak menuntut saat berkata, "Nanti beritahu pada Nenek tentang perkembangan hubungan kalian, ya?"Ava tersenyum dan mengangguk mengiyakan. Beruntung saat dalam perjalanan Rick sudah memberi Ava setumpuk dokumen untuk dipelajari.Ava dan Rick dibimbing menuju ruang makan. Makanan yang tersaji di atas meja bukanlah makanan
'Bukankah kamu sudah terpesona padaku?'Ava menggenggam jemari tangannya dengan gugup. Apa yang diucapkan Rick sungguh tepat. Siapa suruh dia begitu tampan dan menggoda?!"Oohh ... kamu menyadari itu ternyata." Ava membalikkan tubuh membelakangi Rick, tetapi Rick memulihkannya kembali supaya tetap berhadapan."Jadi ... patuh, ya? Biarkan kamu disuntik untuk mendapatkan pencegahan. Jika tidak, kamu pasti nanti pingsan lagi." Suara Rick begitu lembut, seperti sedang membujuk anak kecil."Hal itu tidak akan terulang lagi," Ava menyahut dengan kesal."Itu tidak mungkin, Ava. Ingatlah, kita sudah menikah." Rick kembali membujuk dengan suara yang semakin lembut.Ava Seketika terdiam sampai tidak menyadari Rick sudah meninggalkannya, lalu terdengar suara pelayan memanggilnya untuk makan. Ava membuka ponsel sebelum turun, dia baru sadar jika dirinya tidak pulang sepanjang malam.Saat menyadari bahwa Maria juga sama sekali tidak menghubunginya, hal itu membuat Ava kesal.Namun, tiba-tiba pesa
"Apa kamu akan pergi bekerja hari ini?"Ava tak langsung menjawab pertanyaan Rick. Dia melihat pemberitahuan di grup obrolan terlebih dahulu. Jika semua karyawan di Eternal tidak pergi bekerja, maka dia juga tidak akan pergi.Ternyata benar saja, mereka semua sedang dalam mencari pekerjaan baru."Tidak." Akhirnya Ava menyahut dalam gumaman pelan. "Aku sekarang sudah resmi menjabat status pengangguran." Dokter Rick mengangkat alis ketika jawaban yang terucap dari mulut Ava terdengar putus asa. Rick mengambil tab dari atas meja di samping tempat duduknya. Kemudian dia menelusuri perkembangan berita tentang Eternal Pharma.Ternyata bukan membaik, kabar perusahaan itu kini kian memburuk. Kabarnya, Eternal Pharma tidak dapat membayar gaji karyawan dan pemiliknya lari dari tanggung jawab."Mau aku carikan pekerjaan baru untukmu?" Rick mencoba untuk menawarkan pada sang istri."Tidak perlu." Ava mengangkat kepala meyakinkan Rick bahwa dia tidak membutuhkan bantuan. Wajah Rick mendadak berub
'Ternyata di rumah sakit juga ada seorang makelar,' Ava menggeram tak habis pikir. Bagaimana mungkin hanya untuk sebuah kertas antrian saja Sarah harus mengeluarkan lima puluh dolar? Tak henti-henti Ava bertanya dalam hati. Bukankah ini namanya sebuah pemerasan?Dia ingin sekali menahan Sarah agar tidak memberikan uang pada orang itu. Namun, sayangnya sudah terlambat. Sarah langsung memberikan uang itu pada makelar tersebut.Jadi, Ava seketika tercengang mengamati ulah sahabatnya."Apa kamu tidak merasa orang itu sedang memeras kamu?!" Ava menarik tangan Sarah sambil memelototi sahabatnya."Apa-apaan sih? Aku tidak merasa dia memeras uangku jika yang kudapat adalah untuk bertemu Dokter tampan itu." Sarah tertawa bahagia ketika di tangannya kini sudah ada nomor antrean. Dia langsung mengajak Ava berjalan ke dalam lift untuk periksa pada Dokter Rick.Ava tidak bisa berkata apa-apa lagi, dia terkejut melihat seberapa antusias Sarah ingin bertemu Rick. Hanya saja, kini terbersit pertan
Ava memanyunkan bibir ketika membaca pesan masuk dari Sarah, lalu menggulirkan jemari untuk membalas pesan.Ava: [Ya]Sarah: [Kapan?]Ava: [Seminggu yang lalu.]Sarah: [Ternyata kamu bercerai dari James hanya untuk menikahi pria luar biasa. Apa itu adalah pria pelanggan toko bunga Ibumu? Aku juga mau! Katakan pada Ibumu untuk mencarikan aku satu yang seperti Dokter Rick]Alis Ava tiba-tiba saling bertaut. Dia memang menikah dengan Rick belum lama. Hanya saja, dugaan Sarah salah. Rick bukan pelanggan toko bunga ibunya, dia mengenal Rick secara tak sengaja. Ava tiba-tiba terdiam. Dalam pikiran Ava terlintas bayangan Robin, pelanggan toko bunga milik ibunya yang kebetulan minggu lalu bertemu dan memberi Ava tumpangan mobil. Sepertinya, Robin adalah orang yang cukup hangat, pikir Ava yang berpikir akan menjodohkan Robin dengan Sarah.Ava: [Tenang, kamu pasti akan mendapatkan satu seperti dia]Ava tersenyum sambil mengetik di layar ponselnya. Rick tentu saja tahu bahwa Ava dan temannya s