Home / Romansa / Pernikahan Kontrak dengan Presdir Tampan / Bab 56. Istri yang Tidak Becus

Share

Bab 56. Istri yang Tidak Becus

Author: Imamah Nur
last update Last Updated: 2024-01-01 23:34:29

Bastian terlihat menimbang-nimbang.

"Ah nanti sajalah aku ungkapkan kalau aku sudah yakin dengan perasaanku sendiri," putusnya.

Arandita datang dengan membawa makanan dalam nampan. Ia mencoba tersenyum pada Bastian sebelum menaruh menu-menu yang dibawanya di atas meja.

"Maaf tadinya aku mau memenuhi janjiku untuk memasak, tetapi sepertinya sudah telat bangun," ucap Arandita sambil menaruh nasi di atas piring Bastian.

"Lain kali tidak usah ngambek biar harimu tidak kacau. Ingat kau harus melakukan semua yang menjadi tugasmu sebagai seorang istri!"

Kembali Arandita tersenyum sambil mengangguk lemah.

"Makanlah!"

"Baik."

Keduanya makan tanpa bicara, seperti sebelumnya Arandita melayani Bastian makan. Selesai makan, Arandita membereskan peralatan makan dan Bastian tampak menerima telepon. Arandita langsung pamit dan turun ke lantai bawah dan meninggalkan Bastian yang sedang berbicara dengan seseorang dengan serius.

Sampai di bawah dia berpapasan dengan nenek mertuanya. Tatapan wanita it
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Pernikahan Kontrak dengan Presdir Tampan    Bab 57. Dilema

    "Sudahlah Nek saya berdiri di tempat ini sebagai istri Mas Bastian adalah takdir. Jadi, jika suatu saat takdir memang tidak mempersatukan kami, semua akan berakhir sebagaimana mestinya begitupun sebaliknya. Nenek tidak perlu menghina saya, tanpa Nenek minta Tuhan pasti akan memisahkan kami bagaimanapun caranya jika kami memang tidak berjodoh," ujar Arandita mencoba menyadarkan wanita tua itu dan berusaha berhati lapang.Tangannya terulur membantu sang nenek meskipun wanita itu beberapa kali menepisnya."Ayo Nek saya bantu ke kamar!""Tidak perlu, aku bisa berjalan sendiri!" Kali ini tepisan nenek mertuanya sangat kasar hingga tangan Arandita terpental ke wajahnya sendiri. Wanita itu meringis, tetapi tetap bertahan di tempat.Nenek dari Bastian itu berdiri dengan sigap, tak berlangsung lama langsung oleng karena kakinya berdiri tidak seimbang. Untung saja Arandita dan kedua asisten rumah tangga langsung sigap menangkap tubuh wanita itu. "Nyonya, tolonglah jangan keras kepala. Biar kam

    Last Updated : 2024-01-02
  • Pernikahan Kontrak dengan Presdir Tampan    Bab 58. Hukuman

    "Ah iya," sahut Arandita dan mulai memijit lagi. "Lanjut ke atas!" Nenek menyentuh betis bagian atasnya. Arandita mengangguk. Tidak ingin banyak protes dia melakukan apa yang diperintahkan agar bisa segera kembali ke kamar. Semalam ia sudah berjanji untuk menelpon kedua orang tuanya, pasti sekarang mereka sedang menunggu.Arandita melirik ke arah ponselnya yang diletakkan begitu saja di atas lantai. Andai dia ingat tadi saat di taman, ia tidak harus menunggu sampai sekarang untuk menelpon kedua orang tuanya."Kalau bekerja nggak usah tolah-toleh, fokus!" Wanita di depannya mengingatkan.Arandita mendesah kasar, lalu kembali fokus pada pijatannya."Biar sajalah, nunggu ayah sama ibu nelpon duluan, lagipula di waktu-waktu seperti ini mereka sangat sibuk," batinnya."Betis yang satunya!"Arandita mendongak bingung. Bukankah yang terkilir hanya satu kaki?"Kenapa, kau ingin protes? Kalau yang dipijit cuma satu nggak seimbang!" Sepertinya wanita tua itu paham apa yang ada dalam pikiran A

    Last Updated : 2024-01-03
  • Pernikahan Kontrak dengan Presdir Tampan    Bab 59. Cemburu

    "Sudahlah kembali ke kamar!" perintah Bastian tanpa mau mendengar penjelasan dari Arandita. Arandita mengangguk lalu balik badan, lekas dia pergi meninggalkan ruangan yang sedari tadi terasa pengap baginya. Bukan karena kondisi ruangan, tetapi karena sikap pemilik kamar yang sangat tidak bersahabat."Lain kali jangan menyuruh-nyuruh nenek lagi!" pinta Bastian sambil berjalan di belakang Arandita menuju kamar mereka."Aku tidak melakukan seperti yang kau tuduhkan!" bantah Arandita."Tidak perlu mengelak aku melihat dengan mata kepalaku sendiri, kau kira aku rabun, hah?!"wanita terus berjalan tanpa mau melihat Bastian di belakangnya."Ah baiklah, kalaupun aku menjelaskan yang sebenarnya kau pasti tidak akan percaya, tapi kau mengatakan sesuatu padaku tentang nenekmu itu dan hari ini aku membuktikan nenekmu memang banyak maunya.""Cukup Aran! Yang aku lihat kau yang banyak maunya!"Arandita cemberut. "Sudahlah!" Ia menghempaskan tubuhnya di atas kasur dengan kasar. Terdengar helaan naf

    Last Updated : 2024-01-04
  • Pernikahan Kontrak dengan Presdir Tampan    Bab 60. Iri

    "Kau yakin tidak butuh bantuan kami Den?" Sekarang suara Bik Minah yang terdengar. Sungguh suara Arandita mengagetkan orang-orang di siang bolong."Tidak!""Ah syukurlah, kalau tidak ada apa-apa Den. Kalau begitu bibi permisi," ujar Bik Lin dari luar."Ya, Bik. Pergilah!"Sementara Arandita memandangi seluruh tubuhnya dengan seksama. Tidak ada yang salah, tubuhnya masih terbungkus pakaian dengan rapi. Ternyata pikiran buruknya salah. Ia terlalu over thinking."Kau mencari apa?" tanya Bastian."Tidak ada," jawab Arandita dengan pipi memerah menahan malu."Kau pikir kalau aku menjamah mu tidak akan membuatmu terbangun begitu? Dasar cewek mesum!" Bastian bangkit berdiri lalu pergi meninggalkan Arandita begitu saja. Pria itu pindah tempat pada kasur yang ada di ruang kerja dan berbaring di sana.Arandita menatap Bastian dengan rasa bersalah, tetapi juga kesal secara bersamaan karena dianggap cewek mesum."Ya Tuhan apa yang aku pikirkan?" keluhnya sambil menutup wajah dengan kedua tangan. D

    Last Updated : 2024-01-07
  • Pernikahan Kontrak dengan Presdir Tampan    Bab 61. Tentang Rasa

    "Kenapa dipandangi saja? Makanlah!"Aranditq mengerutkan kening. Bukankah tadi kau mengatakan sudah sangat lapar?" tanyanya dengan bingung."Kelamaan, aku jadi kehilangan selera." Bastian berbalik dan masuk ke dalam ruang kerja. Ia bukan bukan lagi tiduran ataupun duduk di kursi kerja melainkan melangkah ke rak-rak buku yang berada di sudut ruangan. Ia mengambil acak beberapa buku dan memeriksanya satu persatu dengan posisi mas berdiriArandita terbelalak untuk sesaat, sejenak kemudian langsung menyambar makanan yang sempat ia letakkan di atas meja. Dia tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan untuk makan karena memang teramat lapar.Bastian menoleh dan menggeleng melihat Arandita makan dengan begitu lahapnya. Segera ia menelpon Bik Lin dan meminta menu lainnya untuk dibawa ke dalam kamar. Beberapa saat kemudian terdengar ketukan di pintu."Siapa?" tanya Arandita, sejenak ia menghentikan kunyahannya."Saya Non, mau antar pesanan Den Bastian." Jawaban Bik membuat Arandita sontak menoleh p

    Last Updated : 2024-01-08
  • Pernikahan Kontrak dengan Presdir Tampan    Bab 62. Murka

    "Kau tidak apa-apa?" Bastian khawatir melihat wajah Arandita yang tiba-tiba memucat dan langsung menunduk. Arandita menggeleng lemah."Kau yakin tidak sakit? Wajahmu pucat sekali.""Aku sehat-sehat saja, Mas."Bastian menyentuh dahi Arandita lalu menghela nafas lega."Fisikku memang tidak sakit Mas, tapi tidak dengan hatiku," batin Arandita. Ia meremas tangannya sendiri untuk menahan gejolak amarah yang berkecamuk dalam dada. Sebisa mungkin berusaha sekuat tenaga agar ia tetap terlihat baik-baik saja di hadapan semua orang walau pada kenyataannya tidak demikian."Syukurlah," ujar Bastian lalu melepas tangannya dari dahi Arandita.Tak lama setelah itu pelayan datang dengan nampan berisi sirup dan jus."Minum dulu, atau ingin minum yang berbusa? Saya ambilkan sendiri." Aland menawarkan dan Bastian mengangkat tangan kanannya pertanda ia tidak ingin."Mending minum buih di lautan saja daripada buih yang memabukkan itu. Aku nggak mau bikin masalah." Dari dulu Bastian memang tidak pernah su

    Last Updated : 2024-01-09
  • Pernikahan Kontrak dengan Presdir Tampan    Bab 63. Dari Hati ke Hati

    "Mas Pelan-pelan kenapa? Aku takut," lirih Arandita, tangannya yang gemetar berusaha meraih sabuk pengaman. Dengan susah paya ia mencoba memasang seat belt tersebut karena benar-benar merasa sangat takut akibat cara menyetir Bastian yang kasar. Tubuh Arandita sampai terpental ke kanan dan ke kiri.Kalau sampai mobil yang dikendarai Bastian menabrak sesuatu, bisa tamat riwayat mereka jika cara Bastian menyetir seperti ini. Lagipula kondisi Bastian sendiri belum pulih benar. Seharusnya pria itu masih beristirahat di kamar, tidak pergi ke kantor untuk sementara waktu apalagi sampai pergi ke acara pesta.Bastian tidak menggubris ucapan Arandita. Wajah pria itu masih merah padam dan menatap lurus ke depan, tangannya mencengkram setir dengan kuat."Mas, aku takut," lirih Arandita, dengan kedua tangan langsung menutup wajah. Meskipun malam hari, tetapi jalanan dalam keadaan ramai dan Bastian nekad mengebut dalam kondisi seperti itu.Ckit!Ckit!Bunyi klakson mobil di sekitar saling bersahuta

    Last Updated : 2024-01-10
  • Pernikahan Kontrak dengan Presdir Tampan    Bab 64. Menjengkelkan

    "Apa Mas Bastian harus tahu?" Bastian memicingkan mata. "Apakah tidak boleh?""Boleh saja sih, tapi apa alasannya dulu?" Arandita tersenyum hangat. Bisa bicara santai dengan Bastian terasa menyenangkan, terlebih setelah syok karena sikap marahnya tadi yang hampir membuat jantungnya melompat keluar."Kalau kau tidak keberatan, tapi aku penasaran ternyata kau playgirl juga ya." Bastian tersenyum pahit. Arandita menggeleng mendengar kesimpulan dari Bastian."Apa aku terlihat seperti wanita nakal?" tanyanya dengan wajah cemberut.Bastian tidak menjawab, hanya mengangkat kedua bahunya pertanda dia tidak tahu harus memberikan tanggapan seperti apa."Cinta pertamaku adalah Bobby, jadi bisa dipastikan sebelum Bobby aku nggak pernah menjalin hubungan lebih dengan seorang pria.""Oh ya? Berarti pria itu hadir setelah Bobby, itu artinya kamu selingkuh dariku."Arandita terbelalak, sungguh Bastian seenaknya menilai. Ia kemudian memilih diam saja karena sepertinya Bastian terlalu berpikiran nega

    Last Updated : 2024-01-11

Latest chapter

  • Pernikahan Kontrak dengan Presdir Tampan    Bab 144. Ending

    Apa iya air susunya tidak enak? Kalau iya kenapa baru sekarang hal ini terjadi? Kenapa tidak sebelumnya Brian menolak ASI-nya? "Sabar Non, Nyonya besar hanya salah bicara, beliau tidak bermaksud membuat Non Aran sedih." "Iya Bik." Arandita mencoba tersenyum meskipun wajahnya masih terlihat pias. Bagaimanapun dia tidak bisa menyembunyikan raut kekecewaannya. "Kalau masih menyusui jangan makan sembarangan, itu ngaruh pada kesehatan anak," ucap nenek lagi dan Arandita hanya manggut-manggut tanpa mau protes sedikitpun. "Atau kamu masuk angin? Bik tolong ambil kerokan dan minyak kayu putih! Biasanya kalau Bastian memuntahkan air susu waktu kecil Amira meminta tolong untuk dikerokin dan akhirnya Bastian mau menyusu lagi." "Oh jadi Mas Bastian juga pernah begini Nek?" Anggukan nenek membuat Arandita dapat menghembuskan nafas lega. Baginya mungkin Brian menurun dari papanya. Bik Lin datang dengan tergesa-gesa dengan benda yang diminta oleh nenek. "Ayo dibuka bajunya biar Brian di

  • Pernikahan Kontrak dengan Presdir Tampan    Bab 143. Penolakan.

    Agresia tidak menggubris seruan Arandita dan malah bergerak cepat menuju pagar rumah yang terbuka lebar. "Cegah dia jangan sampai kabur!" perintah Bastian pada beberapa anak buahnya. Tidak menunggu lama pintu pagar sudah ditutup dan Agresia kebingungan untuk keluar dari pekarangan rumah tersebut. "Gres tunggu!" Akhirnya Arandita bisa menangkap tangan Agresia. "Apa kabar kamu?" "Seperti yang kamu lihat Aran, maaf kalau aku ikut numpang makan di tempat ini. Aku tidak tahu kalau ini adalah rumahmu. Aku pikir kamu masih tinggal di rumah papa." Agresia menunduk dan meremas kedua tangannya. "Tidak masalah siapapun bebas makan di tempat ini karena ini adalah acara syukuran anak pertama kami. makanya pintu pagar kami dibiarkan terbuka lebar biar siapa saja boleh masuk." "Oh ya, selamat ya!" "Makasih." "Jangan pergi, bergabunglah dengan kami semua." "Maafkan atas semua kesalahanku di masa lalu Aran, Aku menyesal sekarang." Arandita menatap Agresia dengan pandangan iba kemudia

  • Pernikahan Kontrak dengan Presdir Tampan    Bab 142. Bertemu Kembali

    "Bastian!" Leo menatap wajah Bastian dengan tatapan sendu. "Maaf aku baru bisa kemari. Istriku melahirkan dan baru saja sadar dari pingsannya." "Arandita pingsan?" Bastian mengangguk. "Tapi sudah enakan." "Lebih baik kamu nggak usah kemari, jangan tinggalkan Arandita sendirian, nanti kalau ada apa-apa bagaimana?" "Ada Bik Lin dan juga papa." Leo menatap Bastian kemudian pada Bobby yang mengangguk kecil. "Paman Pramoedya ... tolong sampaikan maafku pada beliau atas kesalahan Mommy. Semasa hidup Mommy mengatakan ingin meminta maaf langsung pada Paman Pram, sayangnya beliau tidak mau datang menemui Mommy. Saat kami mencoba menemui, beliau selalu menghindar. Aku mengerti beliau masih marah sama perbuatan mommy. Selama tinggal bersamaku mommy mengatakan menyesal melakukan itu semua. Tolong ya Bas bujuk paman Pram agar mau memaafkan mommy biar jenasahnya bisa tenang." Bastian menepuk bahu Leo. "Nanti aku sampaikan. Kamu tidak perlu memikirkan yang lain urus saja pemakaman mom

  • Pernikahan Kontrak dengan Presdir Tampan    Bab 141. Kita Akan Selalu Bersama

    Saat dokter sedang memeriksa Arandita tangis bayinya mereda. Hal itu membuat suster langsung menaruh bayinya ke dalam box bayi. Namun hal itu tidak membuat otot-otot Bastian yang tegang kembali rileks. Dia masih belum bisa bernafas dengan tenang selama kondisi istrinya belum dinyatakan membaik. "Bagaimana Dokter?" tanya Bastian masih dengan wajah pucat karena rasa khawatir yang berlebihan. "Tuan tenang saja sebentar lagi Nyonya Arandita akan sadar." "Saya tidak bisa tenang jika Istri saya belum siuman," ucap Bastian kesal. Bagaimana mungkin dokter menyuruh dirinya tenang sementara Arandita masih belum sadar dari pingsannya. "Sebentar lagi, tidak ada yang serius pada diri pasien mungkin hanya kelelahan saja." Bastian tidak menunjukkan ekspresi apa-apa. Dia hanya menelpon Bik Lin dan memintanya untuk datang ke rumah sakit. Dia perlu teman untuk menunggui Arandita dan bayinya. Saat Bik Lin meminta sopir untuk mengantarkan dirinya ke rumah sakit Pramoedya mendengarnya lalu me

  • Pernikahan Kontrak dengan Presdir Tampan    Bab 140. Hari Kelahiran dan Kematian

    "Sudah apanya?" tanya Bastian tidak sadar. "Sudah dijahit," jawab dokter seraya tersenyum ramah. "Oh." Bastian manggut-manggut. "Ini Tuan putranya, silahkan diadzani," ucap suster menyerahkan bayi yang baru lahir itu ke tangan Bastian. Ternyata bayinya sudah selesai dibersihkan. Bastian menerima bayi tersebut dan mengadzaninya. Selama melantunkan kalimat adzan Arandita terdiam menghayati kalimat tersebut. Ia terharu sampai menitikkan air mata karena telah dipercayakan oleh Tuan untuk merawat seorang anak yang lahir dari rahimnya sendiri. Sungguh itu adalah rezeki yang tidak terkira. Ditambah lantunan suara adzan dari bibir Bastian mengalun merdu dan syahdu. Arandita tidak menyangka suara Bastian begitu indah dan lembut menyentuh pendengaran. Suaminya itu seolah muadzin yang kerapkali mengumandangkan adzan di masjid-masjid. Setelah selesai Bastian mengecup kening putranya. "Selama datang jagoan Ayah! Selamat bergabung di keluarga kecil kita." "Sekarang dia harus di IMD Tuan,"

  • Pernikahan Kontrak dengan Presdir Tampan    Bab 139. Melahirkan

    "Pasti, kami akan berusaha semaksimal mungkin Tuan. Tuan tenang saja saya lihat keadaan istri Anda tidak ada masalah dengan kesehatan maupun kandungannya. Jadi insyaallah proses persalinannya akan berjalan lancar." "Aaamiin ya Allah. Saya boleh menemani istri saya Dok?" "Oh tentu saja boleh, ini bisa menjadi semangat juga untuk istri Anda." Bastian mengangguk dan dokter mempersilahkan Bastian untuk ikut masuk sebelum akhirnya menutup pintu. Kini Bastian dan Arandita berada dalam ruang persalinan dibantu oleh seorang dokter dan seorang perawat. Arandita meringis kesakitan kala perutnya mengalami kontraksi kembali. "Aduh sakit Mas," rintihnya lalu kembali turun dari tempat tidur dan berjalan ke sana kemari sambil menahan rasa sakit. "Rasanya aku nggak tahan dengan sakitnya," keluh Arandita, bahkan perempuan itu duduk berdiri duduk berdiri untuk meminimalisir rasa sakit. "Kalau sakit itu tandanya normal karena ada pergerakan dari bayinya. Justru kalau tidak sakit itu yang perlu

  • Pernikahan Kontrak dengan Presdir Tampan    Bab 138. Kontraksi

    Beberapa bulan kemudian Bastian baru pulang ke rumah setelah malam sudah semakin larut. "Kemana aja sih Mas, baru pulang. Dari tadi perutku sakit terus ini," protes Arandita sambil menyalami tangan Bastian lalu membantu membuka jas suaminya. "Biar aku yang naruh tasnya. Sekarang masih sakit?" "Nggak, mungkin karena sudah melihat papanya datang anak kita kembali anteng." "Ternyata kangen juga dia sama papanya ini. Sorry ya Sayang tadi lupa ngabarin, tadi aku sibuk banget. Abis nganterin Rafi ke panti asuhan terus ke rumah sakit," jelas Bastian lalu mencium perut istrinya yang buncit. "Papa kangen sama kamu. Jangan nakal sama mama, kasihan dia sudah gendong kamu selama 8 bulan lebih." Bastian lalu mengusap perut Arandita dengan lembut. "Waduh dia nendang Sayang, mungkin kesal dan mau ikutan protes karena papanya pulang telat," ucap Bastian lalu terkekeh. "Mas ke panti asuhan jenguk putranya Friska?" Bastian mengangguk. "Rafi mau menjemput dia kembali setelah dititipkan pada

  • Pernikahan Kontrak dengan Presdir Tampan    Bab 137. Suami Siaga

    Akibat janjinya pada Arandita akhirnya Bastian mengalah dan memilih tinggal di rumah Pramoedya untuk beberapa hari ke depan sebab di sana banyak orang yang bisa dimintai tolong untuk mengawasi istrinya yang hamil selama dia pergi ke kantor. Jangan lupakan bahwa Arandita menginginkan makan masakan Bobby setiap hari dan Bastian sudah menyetujuinya dalam waktu 7 hari saja. Oleh karena itu agar lebih mudah dalam mengabulkan permintaan Arandita Bastian memilih tinggal di rumah lamanya ini. "Abang yang punya istri kok saya yang dipaksa masak terus?" Kadang Bobby juga protes saat Bastian meminta Bobby menyiapkan makanan untuk Arandita di pagi-pagi buta padahal pria itu masih mengantuk. "Ya mau gimana lagi orang itu ponakan kamu yang menginginkan, mau punya ponakan ileran?!" Begitulah selalu jawaban Bastian yang membuat Bobby mendesah kasar lalu melakukan apa yang diminta oleh Bastian. Selama Bobby memasak Bastian menemani di dapur bahkan terkadang keduanya bekerjasama jika dirasa Bobby sa

  • Pernikahan Kontrak dengan Presdir Tampan    Bab 136. Badmood

    "Ya Allah Sayang, aku jadi bingung harus bahagia atau sedih ini?" Bastian benar-benar bingung, di satu sisi dia senang akan segera mendapatkan momongan Namun, di sisi lainnya dia juga sedih karena dengan kehamilan Arandita membuat dirinya harus menjauh dari sang istri. Sepertinya bayi dalam kandungan Arandita tidak menyukai ayahnya sendiri karena selalu merasa bau saat berdekatan dengannya. "Pokoknya Mas tunggu di situ aja, nggak usah masuk kamar mandi!" Arandita menunjuk ke sisi Bastian. Bastian langsung tidak bergerak. Arandita masuk ke dalam kamar mandi dan muntah-muntah di sana. Bastian menatap punggung Arandita dengan rasa iba. Ia ingin berbuat seperti suami yang lainnya yang siap siaga dan memijit belakang leher istrinya yang sedang muntah, tetapi apa daya Arandita malah melarangnya dan Bastian sendiri tidak mau Arandita semakin muntah jika dirinya mendekat. Saat selesai muntah Arandita mengibaskan tangan agar Bastian menyingkir dari tempatnya berdiri saat ini. "Ngenes ama

DMCA.com Protection Status