Home / Romansa / Pernikahan Kontrak dengan Dosen Feminim / Bab 2 – Pemandangan dari Surga

Share

Bab 2 – Pemandangan dari Surga

Author: Iris Nyx
last update Last Updated: 2025-03-12 19:20:25

Hari masih sangat pagi, bahkan matahari masih belum sepenuhnya menampakkan dirinya. Namun, karena terbiasa bangun lebih awal. Rhea bisa bangun pagi tanpa mendengar suara alarm.

Semuanya masih terasa seperti mimpi yang absurd.

Butuh beberapa detik baginya untuk mengingat bahwa ia tidak berada di apartemennya, melainkan di kamar hotel mewah tempat ia dan Michael menginap setelah pernikahan mereka kemarin.

Ketika membuka mata, sungguh matanya langsung di suguhi pemandangan sangat indah. Bagaimana tidak, ia melihat wajah tampan dengan bulu mata lentik. Seorang malaikat yang tidur di sebelahnya. Rhea tersentak lalu ingat siapa sosok malaikat yang sedang tidur itu.

Suaminya.

Rhea menghela napas. Entah kenapa, ia merasa lega. Meski pernikahan mereka hanya pernikahan kontrak, tetap saja ada sesuatu yang terasa… aneh.

Michael menggunakan baju tidur berwarna putih, rambut hitam panjangnya terlihat terurai dengan lembut. Hingga membuat Rhea tidak sadar sudah membelai beberapa helai rambut Michael.

“Pagi, Rhea.”

Suara Michael membuat Rhea kaget lalu refleks melepaskan tangannya dari rambut halus milik Michael.

“Pagi, Miki.”

Michael masih mengerjap-ngerjapkan matanya yang masih terasa sepat. Sambil menguap, Michael bergumam pelan “Masih pagi, Rhea. Tidurlah lagi.”

Tapi Rhea sepertinya tidak mendengar perkataan dari Michael. Ia keburu berjalan ke kamar mandi. Sedangkan Michael yang masih mengantuk kembali memejamkan mata.

Sekitar sepuluh menit Rhea di kamar mandi. Setelah ia keluar, ia melihat Michael yang ternyata balik tidur lagi.

“Tidurnya pun menawan.” Gumamnya pelan tanpa ekspresi apa-apa.

Rhea kemudian membuat secangkir kopi dan duduk santai di sofa kamar hotel tersebut. Ia dengan tenang membaca jurnal penelitian yang ditugaskan oleh dosen ekonominya.

Aroma kopi yang menyeruak membuat Michael yang awalnya tidur seketika terbangun. Ia melihat di seberang tempat tidurnya terlihat Rhea yang dengan serius melihat layar smartphonenya. Michael jadi penasaran apa yang membuat Rhea sampai seserius itu.

Kemudian Michael turun dari tempat tidur dan menghampiri Rhea yang sedang duduk. Michael mengintip apa yang di lihat Rhea dengan menengok sedikit kepalanya ke arah layar smartphone. Ternyata Rhea sedang membaca sebuah jurnal. Layarnya penuh dengan tulisan yang kecil-kecil hingga membuat Michael pusing.

“Rhea.” Panggil Michael pelan.

Rhea tersentak pelan. Ia terlalu fokus dengan apa yang di bacanya. “Miki sudah bangun? Mau kopi?”

“Boleh,” kata Michael sambil berjalan ke kamar mandi.

Rhea berdiri dan berjalan ke meja kecil di ruangan hotel mereka. Ia memanaskan air di kettle dan sambil menunggu, ia menuangkan bubuk kopi tanpa gula ke cangkir yang masih bersih. Tidak lama, kettle sudah mengeluarkan banyak uap tanda air sudah mendidih. Rhea menuangkan kopi dan mengaduknya dengan pelan dan ia meletakkan kopi tersebut di meja di depan sofanya.

Michael keluar dari kamar mandi dengan wajah yang lebih segar. Ia terlihat habis cuci muka dan sikat gigi namun belum mandi.

Harus ia akui, Michael benar-benar tampan. Bahkan di pagi hari dengan rambut acak-acakan, pria itu terlihat seperti model di majalah fashion.

“Ini milikku?” kata Michael sambil menunjuk cangkir kopi di samping cangkir kopi milik Rhea yang sudah hampir habis.

“Ah, iya itu milik Miki,” kata Rhea sambil melirik sedikit lalu melanjutkan kembali membaca jurnalnya.

Michael meniup pelan cangkir kopinya yang masih terlihat sangat panas. Setelah agak dingin, ia langsung menyesap sedikit kopi yang di buatkan oleh istrinya tersebut. Namun raut mukanya berubah. “Rhea… Rhea… Rhea…”

Michael memanggil-manggil Rhea dengan pelan namun berulang.

“Ya?” Rhea menghentikan kegiatannya.

“Kopinya pahit,” kata Michael sambil tersenyum.

“Lho kopi kan memang pahit. Eh… Jangan-jangan Miki nggak biasa dengan kopi pahit ya?” Rhea buru-buru berdiri dan mengambil beberapa bungkus gula kemasan kemudian menuangkannya ke kopi milik Michael. “Maaf, aku nggak tau Miki nggak biasa minum kopi pahit.”

Rhea mengaduk kopi milik Michael dengan sendok yang sudah di buat mengaduk kopinya lalu ia cicipi. Manis. Lalu ia meletakkan sendoknya di tatakan gelas.

Rhea tentu saja melakukan tindakan itu tanpa berpikir apapun, namun menurut Michael tindakan yang di lakukan Rhea termasuk tindakan menggoda. Namun ia tidak mengatakannya.

“Iya, aku nggak biasa minum kopi pahit. Rhea biasa ya?” 

Michael meminum kopinya dengan lebih leluasa sekarang karena sudah agak dingin dan rasanya manis.

“Hmm… kalau lagi banyak tugas tentu saja harus minum kopi.” Rhea menghabiskan sisa kopi di cangkirnya yang sudah dingin terkena AC.

Michael berjalan menuju meja dan mengambil ponselnya. “Kau mau sarapan di restoran atau di kamar?” tanyanya santai.

Rhea berpikir sejenak. Restoran hotel ini pasti mewah dan ramai. Ia bukan tipe orang yang suka diperhatikan banyak orang, apalagi dengan statusnya sebagai ‘istri’ Michael sekarang.

“Kamar saja,” jawabnya akhirnya.

Michael mengangguk, lalu menekan beberapa tombol di ponselnya. “Baiklah, aku akan pesan.”

Sambil menunggu, Rhea duduk di sofa dan menarik napas dalam. Ia masih berusaha mencerna situasi ini. Pernikahan kontrak ini baru berjalan sehari, tapi rasanya sudah begitu aneh.

Michael terlihat begitu santai, seolah ini hanya bagian dari rutinitasnya. Ia tidak terlihat risih atau terganggu dengan keberadaan Rhea.

“Apa Miki biasa menginap di hotel seperti ini?” tanya Rhea tiba-tiba.

Michael menoleh sebentar sebelum kembali fokus pada ponselnya. “Sering. Aku sering bepergian untuk urusan kerja, jadi sudah terbiasa.”

Rhea mendengus pelan. “Miki benar-benar terdengar seperti pria kaya yang sibuk.”

Michael tertawa kecil. “Memang begitu.”

Tidak lama kemudian, pelayan hotel mengetuk pintu, mengantarkan sarapan mereka. Michael membukakan pintu, menerima troli berisi berbagai makanan yang terlihat mahal.

Rhea menatap hidangan itu dengan sedikit tidak percaya. Croissant, omelet dengan topping keju, salad segar, buah-buahan, serta segelas jus jeruk.

Michael duduk di kursinya dengan elegan dan mengambil cangkir kopi. “Makanlah. Kau butuh energi untuk menjalani hari.”

Rhea menghela napas sebelum mengambil garpu dan mulai menyantap sarapannya.

Saat mereka makan dalam keheningan, Rhea menyadari sesuatu. Michael makan dengan gerakan yang anggun, sangat bertolak belakang dengan dirinya yang tidak terlalu peduli dengan etiket meja makan.

Ia mengerutkan kening. “Kenapa Miki makan seperti itu?”

Michael menatapnya dengan bingung. “Seperti apa?”

“Seperti—” Rhea mengangkat bahu. “Seperti seorang bangsawan dalam film.”

Michael tertawa. “Kebiasaan. Aku terbiasa menghadiri acara formal, jadi tanpa sadar terbawa.”

Rhea hanya menggumam pelan dan kembali makan.

Lalu, tiba-tiba ia teringat sesuatu.

“Miki ada kelas esok?” tanyanya.

Michael mengangguk. “Ada. Siang hari.”

Rhea mengerutkan kening. “Syukurlah.”

Michael tersenyum tipis. “Kau tampak senang.”

“Tentu saja,” Rhea mendengus. “Kita akan pura-pura tidak mengenal di kampus. Apalagi gedung fakultas kita berbeda. Akan aneh jika kita tiba-tiba saling mengenal.”

Michael tertawa lagi, kali ini lebih keras. “Kau khawatir akan menjadi pusat perhatian?”

Rhea memutar matanya. “Aku hanya tidak suka drama.”

Michael masih tersenyum, tapi tidak mengatakan apa-apa lagi.

Setelah sarapan selesai, Rhea menghela napas panjang, mencoba mengumpulkan pikirannya. Hidangan mewah yang baru saja ia santap masih terasa di lidahnya, tapi ada sesuatu yang lebih berat mengendap di benaknya—kesadaran bahwa hidupnya baru saja berubah drastis.

Michael meneguk kopi terakhirnya sebelum bangkit dari kursi. "Sudah siap untuk check-out?" tanyanya santai.

Rhea mengangguk pelan. "Ya, tapi sebelum itu, bisa nanti antar saya ke apartemen? Masih ada beberapa barang yang belum sempat di kemas."

Michael melirik arlojinya sejenak, lalu mengangguk. "Baiklah, tapi aku ada sedikit urusan. Aku akan mengantarmu ke apartemen dulu, setelah itu aku harus pergi sebentar. Nanti sore aku jemput kau lagi."

Rhea tidak terkejut, jadi ia tidak ingin terlalu ambil pusing. "Oke. Tidak masalah."

Mereka pun mandi, berkemas, mengambil barang-barang masing-masing, dan bersiap untuk check-out. Perjalanan ke apartemen Rhea berlangsung dalam keheningan yang aneh, hanya ditemani suara lalu lintas di luar mobil.

Saat mereka tiba, Michael menepikan mobil di depan gedung apartemen. Rhea melepas sabuk pengamannya dan menoleh ke Michael.

Michael tersenyum tipis. " Nanti sore aku jemput."

Rhea mengangguk pelan. "Baiklah, hati-hati."

Michael tidak menjawab, hanya melirik sekilas sebelum mobilnya melaju pergi.

Rhea menghela napas panjang sebelum melangkah masuk ke dalam gedung apartemennya. Begitu pintu terbuka, aroma khas tempat tinggalnya menyambutnya. Apartemennya tidak terlalu luas, tapi cukup nyaman untuk dirinya sendiri.

Baru saja ia hendak melepas sepatunya, ponselnya bergetar.

Kyle.

Rhea tersenyum kecil sebelum mengangkatnya. "Halo?"

"Hei, nona pengantin baru. Sudah siap berkemas?" Suara Kyle terdengar ceria di ujung telepon.

Rhea memutar matanya. "Jangan mulai. Aku butuh bantuan, jadi kalau kau mau jadi teman baik, cepatlah ke sini."

Kyle tertawa. "Baik, baik. Aku akan ke sana dalam sepuluh menit."

Seperti yang dijanjikan, tak lama kemudian Kyle sudah muncul di depan pintunya. Pria itu mengenakan jaket hitam dan celana jeans robek, seperti biasa tampil kasual dan santai.

"Jadi, mana yang perlu dikemas?" tanyanya sambil mengedarkan pandangan ke dalam kamar.

Rhea menunjuk ke tumpukan kardus yang belum tersusun rapi. "Semuanya."

Kyle mendecak. "Kau memang suka menunda-nunda pekerjaan."

"Diam dan bantu aku," Rhea mendelik.

Mereka pun mulai bekerja. Kyle membantu melipat pakaian Rhea ke dalam koper, sementara Rhea memilah-milah barang-barang kecil yang masih berserakan.

Saat mereka sedang sibuk, Kyle tiba-tiba bertanya, "Jadi, bagaimana rasanya menikah dengan Michael Gunawan?"

Rhea menghela napas dan mengangkat bahu. "Sejujurnya? Masih terasa aneh. Tapi tidak ada hal yang spesial."

Kyle mengangkat alis. "Kau yakin dia bukan penyuka sesama? Maksudku, dia terlalu... sempurna. Terlalu modis."

Rhea terdiam sejenak, mengingat momen-momen bersama Michael sejauh ini. Tidak ada tanda-tanda bahwa pria itu tertarik pada pria lain, tapi juga tidak ada tanda-tanda bahwa ia benar-benar tertarik pada Rhea.

"Aku tidak tahu," gumamnya akhirnya. "Tapi aku tidak begitu perduli. Lagi pula itu hidupnya, aku tidak mau terlalu ikut campur."

Kyle menyipitkan mata. "Apa maksudmu?"

Rhea ragu sejenak sebelum berkata, "Pernikahan ini hanya di atas kertas, jadi aku tidak mau terlalu mengusik kehidupan pribadinya."

Kyle menatapnya penuh arti. "Maksudmu kau tidak perduli dia akan berkencan dengan siapa pun itu?"

Rhea tidak langsung menjawab. Ia hanya melanjutkan pekerjaannya, tapi tidak bisa berpura-pura tidak mendengar pertanyaan itu. “Tentu saja, asal tidak mengusik privasiku aku nggak masalah.”

Kyle tertawa kecil. "Kita lihat saja nanti."

Mereka terus berkemas sampai sore. Matahari mulai meredup saat ponsel Rhea kembali bergetar. Kali ini, nama Michael yang muncul di layar.

Michael: Aku di bawah. Kau sudah selesai berkemas?

Rhea segera mengetik balasan.

Rhea: Ya, sebentar lagi. Naik saja kalau mau.

Beberapa menit kemudian, terdengar ketukan di pintu.

"Sepertinya suamimu sudah datang," Kyle menggoda sambil berjalan menuju pintu.

Rhea menghela napas. "Tolong, jangan buat situasi jadi aneh."

Kyle hanya terkekeh sebelum membuka pintu.

Michael berdiri di sana, masih dalam setelan modisnya, tampak rapi namun nyentrik seperti biasa. Namun, saat matanya menangkap sosok Kyle yang berdiri di dalam kamar Rhea, ekspresinya berubah—hanya sekilas, tapi cukup terlihat.

Senyum di wajahnya sedikit meredup.

Tatapan Michael mengamati keadaan kamar yang masih berantakan, sebelum kembali fokus pada Kyle yang berdiri di dekat koper Rhea.

"Kau sudah selesai berkemas?" tanya Michael, suaranya tetap lembut, tapi ada nada berbeda di dalamnya.

Rhea, yang menyadari perubahan raut wajah Michael, buru-buru mengangguk. "Ya, hampir selesai."

Kyle, yang juga menyadari atmosfer yang mendadak berubah, menyeringai kecil. "Saya membantu Rhea berkemas. Anda tidak keberatan, kan, Pak Suami?"

Michael menatap Kyle sebentar sebelum mengangkat sudut bibirnya tipis. "Tentu tidak," jawabnya dengan tersenyum.

Tapi dari cara matanya menatap Kyle, Rhea tahu ada sesuatu di balik kata-kata itu.

Kyle tampaknya menikmati situasi ini, karena ia malah berjalan mendekati Rhea dan melempar lengan di bahunya dengan santai. "Anda tahu, Pak Michael? Saya sudah berteman lama dengan Rhea. Saya bahkan sering menginap di sini kalau dia butuh teman ngobrol."

Michael tidak langsung merespons.

Sebaliknya, ia hanya menatap Kyle dengan ekspresi yang sulit ditebak.

Rhea segera menyikut Kyle pelan agar berhenti menggoda Michael. "Sudah, ayo kita bawa barang-barangnya ke mobil."

Kyle terkekeh sebelum melepaskan lengannya dari bahu Rhea. "Baiklah, baiklah. Aku hanya bercanda."

Michael tetap diam, tapi tatapannya tidak lepas dari Kyle saat pria itu berjalan mengambil salah satu koper Rhea.

Saat akhirnya mereka turun ke parkiran, Kyle membantu memasukkan koper ke bagasi mobil Michael. Setelah semua selesai, ia menoleh ke Rhea.

"Kalau begitu, saya pamit dulu," katanya sambil tersenyum. "Jangan lupa kabari aku kalau kau butuh sesuatu, Rhea."

Rhea mengangguk. "Terima kasih, Kyle."

Kyle melirik Michael sejenak sebelum berbalik pergi.

Saat hanya tinggal mereka berdua, Rhea menoleh ke Michael. "Miki tidak keberatan, kan, kalau Kyle membantu?"

Michael tidak langsung menjawab. Ia membuka pintu mobil untuk Rhea dengan ekspresi tetap datar, tapi ada sesuatu dalam tatapannya yang terasa lebih dingin dari sebelumnya.

"Aku tidak keberatan," katanya akhirnya, sebelum menutup pintu dengan sedikit lebih kuat dari biasanya.

Rhea menatapnya dari dalam mobil, merasa bahwa ada sesuatu yang berubah.

Sesuatu yang tidak bisa ia jelaskan. Tapi ia tidak memikirkan lebih jauh.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • Pernikahan Kontrak dengan Dosen Feminim   Bab 3 – Dunia yang Berbeda

    Rhea menatap layar laptopnya dengan mata setengah mengantuk. Dosennya sedang menjelaskan tentang analisis pasar global dengan suara monoton yang nyaris seperti lullaby. Di sekelilingnya, mahasiswa lain tampak sibuk mencatat atau sekadar menatap kosong ke depan, sama bosannya dengan Rhea.Lima menit lagi, dan akhirnya kelas selesai.Rhea menuju lounge yang lumayan kosong. Ia suka duduk di pojokan dekat dengan jendela.Dia menghela napas panjang, ia sudah berusaha bertahan dari sisa kelas yang terasa semakin lama. Dia sudah berjanji pada dirinya sendiri untuk bertahan tanpa ketiduran hingga kelas selanjutnya dimulai—dan hampir berhasil—kemudian sebuah tangan tiba-tiba mendarat di bahunya."Rheaaa~"Rhea menoleh dan langsung mendapati wajah Kyle yang menyeringai jahil. Dia melonggarkan topinya dan duduk di kursi kosong di sebelah Rhea dengan santai."Apa yang kau lakukan di sini?" tanya Rhea dengan suara datar.Kyle mengangkat bahu. "Nggak boleh menemui istri sah-ku?"Rhea memutar bola m

    Last Updated : 2025-03-12
  • Pernikahan Kontrak dengan Dosen Feminim   Bab 4 – Hidup Bersama

    Apartemen terasa sunyi ketika Rhea membuka pintu dan masuk ke dalam. Ia melepas sepatunya, melangkah masuk sambil melirik sekeliling.Michael belum pulang.Tidak ada suara langkah kaki yang ringan, tidak ada aroma parfum khas miliknya yang memenuhi udara, dan yang paling penting, tidak ada komentar santai dari pria itu tentang betapa berantakannya kebiasaannya dalam meninggalkan barang di sembarang tempat."Jadi, aku sendirian."Rhea mendesah pelan. Ia menjatuhkan tubuhnya di sofa, mengambil bantal dan memeluknya sambil menatap langit-langit. Sejak pernikahan ini dimulai, hari-harinya dipenuhi dengan hal-hal aneh yang tidak pernah ia bayangkan.Michael, dengan segala keanggunan dan selera fashion-nya yang eksentrik, adalah kebalikan dari dirinya.Ia lebih suka hidup praktis, sederhana, tidak berlebihan. Michael? Dunia pria itu penuh estetika, penuh barang-barang mahal yang bahkan fungsinya kadang ia tidak mengerti.Tapi ada satu hal yang mulai ia sadari.Apartemen Michael terasa… nyam

    Last Updated : 2025-03-13
  • Pernikahan Kontrak dengan Dosen Feminim   Bab 5 – Pagi yang Baru

    Matahari pagi menerobos masuk melalui celah tirai kamar, membanjiri ruangan dengan cahaya keemasan yang lembut.Rhea menggeliat kecil di tempat tidur, matanya masih sedikit berat karena tidur larut semalam. Namun, begitu kesadarannya mulai pulih, ia menyadari sesuatu yang tidak biasa.Michael tertidur di sampingnya.Rhea menoleh perlahan, dan benar saja. Michael terbaring miring menghadapnya, napasnya teratur dan dalam, jelas-jelas sedang terlelap.Baju yang dikenakannya masih sama seperti semalam—kemeja putih dengan beberapa kancing terbuka di atas, memperlihatkan sedikit tulang selangkanya."Jadi dia langsung tidur di sini setelah selesai bekerja?"Rhea menatapnya beberapa detik. Biasanya, Michael selalu terlihat rapi, seperti model yang baru saja keluar dari pemotretan majalah fashion. Tapi pagi ini, rambut hitam panjangnya sedikit berantakan, beberapa helainya jatuh ke wajahnya.Ada lingkaran samar di bawah matanya, tanda ba

    Last Updated : 2025-03-14
  • Pernikahan Kontrak dengan Dosen Feminim   Bab 6 – Perang Belanja di Supermarket

    Supermarket besar di pusat kota terasa ramai sore itu. Lorong-lorongnya dipenuhi pelanggan yang sibuk memilih barang, dan suara kasir yang sibuk memindai harga terdengar di seluruh ruangan.Di antara kerumunan itu, sepasang pria dan wanita tampak sibuk dengan troli belanja mereka. Michael mendorong troli dengan gaya anggun, sesekali memiringkan kepala untuk membaca daftar belanjaan di ponselnya. Sementara Rhea berjalan di sampingnya, fokus pada barang-barang kebutuhan yang perlu mereka beli."Baiklah," Rhea membuka daftar di ponselnya, "kita mulai dengan bahan makanan dulu."Michael mengangguk. "Baik, sayang."Rhea menatapnya tajam. "Jangan panggil aku begitu di tempat umum."Michael tersenyum jahil. "Baik, Rhea~."Rhea mengabaikannya dan mulai mengambil beberapa bahan makanan. Ia memasukkan beberapa sayuran segar ke dalam troli—wortel, brokoli, bayam. Tanpa ia sadari, Michael diam-diam mengambil beberapa sayuran itu dan mengembalikann

    Last Updated : 2025-03-15
  • Pernikahan Kontrak dengan Dosen Feminim   Bab 7 – Mencuri Nasi Goreng

    Kantin kampus siang itu cukup ramai, tapi Rhea sudah menemukan tempat yang nyaman di sudut ruangan. Ia duduk sendirian di salah satu meja dekat jendela, menikmati seporsi nasi goreng sambil membaca buku.Suapan pertama terasa hangat dan pas di lidah. Ia melirik buku di tangannya, mencoba memahami isi bacaan tentang strategi bisnis, namun fokusnya sedikit terpecah.Baru beberapa menit menikmati ketenangan, tiba-tiba seseorang menarik kursi di depannya dengan kasar.Braaakk!Rhea bahkan tidak perlu mengangkat wajah untuk tahu siapa yang baru datang.“Kyle.”“Hai, sayang,” sapa Kyle dengan suara ceria, langsung menjatuhkan tubuhnya di kursi seolah itu miliknya.Rhea hanya mendesah pelan, tetap membaca bukunya dan tidak menggubris tingkah laku temannya yang terlalu bersemangat.Kyle mengamati nasi goreng di hadapan Rhea dengan tatapan penuh minat. “Hmm… wangi sekali.”Rhea menoleh sekilas. “Beli sendiri sana!”

    Last Updated : 2025-03-16
  • Pernikahan Kontrak dengan Dosen Feminim   Bab 8 – Pacar Baru Kyle

    Setelah perjalanan dari kampus yang cukup panjang, akhirnya Rhea dan Kyle sampai di apartemen Kyle. Begitu pintu terbuka, pemandangan khas apartemen Kyle langsung menyambut Rhea—baju berserakan di sofa, tumpukan buku di meja, dan beberapa gelas kosong di sudut ruangan.Rhea mendecak pelan sebelum akhirnya melangkah masuk.“Tidak ada yang berubah sejak terakhir aku ke sini,” katanya sambil melirik ke sekitar. “Masih semrawut.”Kyle tertawa kecil dan meletakkan tasnya di kursi. “Hei, ini bukan semrawut, ini artistik. Aku menyebutnya ‘organized chaos.’”Rhea mendengus sebelum menjatuhkan diri ke sofa. “Kalau ini ‘organized,’ aku tidak mau tahu apa yang disebut ‘disorganized’ olehmu.”Kyle hanya mengangkat bahu sebelum berjalan ke dapur kecilnya. “Mau minum sesuatu? Aku punya kopi, teh, dan mungkin ada jus yang hampir kadaluarsa.”Rhea menatap Kyle dengan tatapan datar. “Air putih saja.”Kyle mengangkat alis. “Boring.”Namun, ia te

    Last Updated : 2025-03-17
  • Pernikahan Kontrak dengan Dosen Feminim   Bab 9 – Rahasia yang Tidak Pernah Jadi Rahasia

    Langit siang itu tertutup awan tipis, membuat suasana di taman kampus terasa teduh. Angin sepoi-sepoi bertiup, menggoyangkan dedaunan pohon yang menaungi bangku taman tempat Rhea duduk. Dengan santai, ia membuka bukunya, mencoba membaca di sela waktu kosong sebelum kelas berikutnya.Namun, ketenangan itu tidak berlangsung lama.Tiba-tiba, suara langkah cepat mendekatinya, disusul suara yang sangat familiar."Oi, Rhea!"Rhea hanya mendongak sekilas, melihat Kyle yang sudah menjatuhkan dirinya di bangku sebelahnya dengan napas sedikit tersengal."Tumben nggak di kantin," komentar Kyle sambil mengatur napas.Rhea menutup bukunya sebentar. "Lagi nggak pengen makan berat. Lagipula, suasana di sini lebih tenang."Kyle mendengus kecil. "Makanya aku cari-cari, ternyata kamu di sini."Ia menyandarkan punggungnya ke bangku dan mendongak ke atas, menatap dedaunan yang bergoyang pelan tertiup angin. Beberapa saat mereka hanya duduk dalam d

    Last Updated : 2025-03-18
  • Pernikahan Kontrak dengan Dosen Feminim   Bab 10 – Seseorang Datang

    Minggu pagi di apartemen mereka terasa lebih tenang dari biasanya. Rhea baru saja selesai sarapan dan sedang membaca buku di sofa ketika bel apartemen berbunyi."Siapa pagi-pagi begini?" gumam Rhea sambil melirik jam di dinding.Michael yang baru keluar dari kamar, masih mengenakan piyama satin berwarna pastel, langsung bergegas ke pintu. "Aku yang bukain."Rhea tidak terlalu peduli dan kembali fokus pada bukunya. Namun, begitu pintu terbuka, suara berat seorang pria terdengar."Miki! Lama nggak ketemu!"Rhea yang tadinya tidak tertarik langsung melirik ke arah pintu. Seorang lelaki dengan tubuh tinggi, gagah, dan atletis berdiri di ambang pintu. Ia mengenakan kaos hitam polos yang membentuk otot-ototnya dengan sempurna, dipadukan dengan celana jeans yang memperlihatkan kakinya yang panjang dan kokoh. Rambutnya pendek rapi, dengan rahang tegas dan sorot mata yang tajam.Satu hal yang langsung disadari Rhea—lelaki ini benar-benar memili

    Last Updated : 2025-03-19

Latest chapter

  • Pernikahan Kontrak dengan Dosen Feminim   Bab 37 – Fakta Tak Terbantahkan

    Rhea duduk di tepi ranjang, menggigit bibirnya ragu.Di tangannya, ponsel sudah menampilkan nama Kyle di layar.Sebenarnya, ia tidak terlalu ingin datang ke pesta malam ini.Tapi kalau ini satu-satunya cara untuk mengakhiri kesalahpahaman Michael, maka ia harus melakukannya.Akhirnya, ia menarik napas dalam dan menekan tombol panggil.Tak butuh waktu lama sebelum suara Kyle terdengar dari seberang."Halo? Rhea? Ada apa tiba-tiba telepon?"Rhea tersenyum kecil."Seperti biasa, dia selalu antusias.""Kyle, tentang pestamu malam ini... Masih bisa datang?"Hening sebentar.Lalu, terdengar suara teriakan Kyle di seberang sana."HAH?! RHEA?! KAMU MAU DATANG?!"Rhea menjauhkan ponselnya dari telinga karena volume suara Kyle yang menggelegar.Ia bisa membayangkan Kyle pasti sedang melompat-lompat sekarang."Iya, iya... Aku akan datang. Jadi masih bisa, kan?"

  • Pernikahan Kontrak dengan Dosen Feminim   Bab 36 – Kejelasan dalam Hubungan

    Pagi itu, suasana di apartemen terasa berbeda.Rhea bangun jauh lebih pagi dari biasanya. Matahari bahkan belum sepenuhnya muncul di ufuk timur saat ia sudah sibuk mondar-mandir di dapur.Ia tidak bisa tidur semalaman.Setiap kali memejamkan mata, suara Michael kembali terngiang di kepalanya."Aku menyukaimu, Rhea."Tiga kata sederhana, tapi cukup untuk membuat pikirannya tidak bisa tenang.Rhea mencoba meyakinkan dirinya kalau ia hanya terlalu banyak berpikir. Tapi semakin ia mencoba mengabaikan, semakin kalimat itu terasa nyata.Jadi, alih-alih berguling di tempat tidur semalaman, ia akhirnya bangkit dan memilih mengalihkan pikirannya dengan membuat sarapan.Tangannya sibuk mengocok telur, tapi pikirannya melayang entah ke mana."Aku menyukaimu, Rhea."Rhea menggigit bibir bawahnya dan mencoba mengusir suara itu dari kepalanya.Tidak mungkin.Mereka ini hanya terikat dalam pernikahan kontr

  • Pernikahan Kontrak dengan Dosen Feminim   Bab 35 – Sebuah Pengakuan

    Pagi itu, Rhea masih merasa tidak bersemangat.Setelah "pertengkaran" kecilnya dengan Michael semalam, suasana di apartemen masih terasa canggung. Mereka tidak benar-benar bertengkar dalam arti sebenarnya, tetapi ada sesuatu di antara mereka yang berubah.Dan Rhea tidak tahu bagaimana cara mengatasinya.Ia hanya ingin waktu berlalu begitu saja.Sambil duduk di sofa, ia memeluk bantal dan memainkan ponselnya tanpa benar-benar memperhatikannya. Suasana apartemen sunyi. Michael sedang di ruang kerjanya, mungkin sibuk dengan proyeknya. Biasanya, ia akan keluar untuk sekadar minum kopi dan mengajaknya bicara, tapi pagi ini Michael tetap berada di dalam ruangannya.Rhea mendesah.Ponselnya tiba-tiba bergetar, membuatnya sedikit terlonjak. Ia melihat layar dan menemukan nama Kyle muncul di sana.Dengan malas, ia mengangkatnya.“Ya, ada apa?” tanyanya tanpa energi.“Kenapa suaranya lemes gitu?” suara Kyle

  • Pernikahan Kontrak dengan Dosen Feminim   Bab 34 – Ketidakjujuran

    Rhea tidak tahu sejak kapan ia mulai memperhatikan hal-hal kecil tentang Michael.Dulu, ia selalu cuek. Ia menjalani hari-harinya tanpa terlalu memikirkan keberadaan Michael selain dalam konteks pernikahan kontrak mereka. Mereka berbagi ruang, berbagi meja makan, berbagi percakapan ringan yang biasanya hanya sebatas basa-basi.Tapi sekarang, semuanya terasa berbeda.Michael masih bersikap baik seperti biasanya. Ia tetap tersenyum saat mereka bertatap muka, tetap menjawab pertanyaan-pertanyaan Rhea dengan suara tenang seperti tidak ada yang berubah.Tapi Rhea merasakan sesuatu yang lain.Sikap Michael sekarang terasa... lebih dingin.Tidak secara terang-terangan, tapi cukup untuk membuat Rhea sadar.Jika biasanya Michael akan dengan santai mengomentari film yang mereka tonton bersama, kini ia lebih banyak diam. Jika biasanya ia akan menanggapi ocehan Rhea dengan humor sarkastik khasnya, sekarang ia hanya tersenyum samar dan menjawab se

  • Pernikahan Kontrak dengan Dosen Feminim   Bab 33 – Perasaan yang Mulai Jelas

    Malam itu, apartemen terasa lebih sepi dari biasanya. Michael baru saja pulang setelah seharian berkutat dengan desain untuk proyek terbarunya. Tubuhnya lelah, tapi pikirannya masih penuh dengan berbagai konsep yang belum terselesaikan.Namun, begitu masuk ke dalam apartemen, sesuatu terasa janggal.Sepatu Rhea tidak ada di dekat pintu. Ruangan juga tampak terlalu rapi—tidak ada suara dari dapur, tidak ada bantal berserakan di sofa seperti biasanya jika Rhea sedang bersantai.Michael meletakkan tasnya di meja dan berjalan ke kamar. Kosong.Dahi Michael mengernyit. Ia melirik jam di pergelangan tangannya. Sudah hampir pukul sebelas malam.Rhea pergi ke mana?Ia merogoh sakunya, mengambil ponsel, lalu mencoba menelepon Rhea.Tuut... Tuut...Tidak diangkat.Michael menggigit bibirnya, menekan ulang kontak Rhea. Kali ini setelah beberapa kali nada sambung, akhirnya panggilan diterima."Halo, Michael?" S

  • Pernikahan Kontrak dengan Dosen Feminim   Bab 32 – Pagi yang Berbeda

    Cahaya matahari menerobos masuk melalui celah gorden, menciptakan bias keemasan di dalam kamar. Aroma lembut linen yang bersih bercampur dengan wangi samar teh yang masih tersisa dari semalam.Michael mengerjapkan matanya perlahan, tubuhnya terasa jauh lebih ringan setelah tidur nyenyak. Biasanya, ia akan terbangun lebih awal, tetapi pagi ini berbeda.Sudah hampir jam sembilan.Ia jarang sekali tidur selama ini, terlebih ketika deadline proyek sedang menghimpitnya. Namun, tubuhnya seolah memaksanya untuk beristirahat lebih lama setelah kejadian tadi malam.Michael menghela napas, lalu menoleh ke samping.Di sana, Rhea masih tertidur.Wanita itu berbaring dengan posisi menyamping, wajahnya tampak begitu damai dalam lelapnya. Rambutnya sedikit berantakan, beberapa helaian jatuh ke pipinya, tetapi itu justru membuatnya terlihat lebih alami. Napasnya teratur, dadanya naik turun dengan ritme yang menenangkan.Michael memperhatikan Rhea dal

  • Pernikahan Kontrak dengan Dosen Feminim   Bab 31 – Perhatian yang Tak Terduga

    Malam minggu biasanya adalah waktu yang nyaman bagi Rhea untuk menghabiskan waktu di apartemen. Entah membaca novel, menonton film, atau sekadar bermalas-malasan sambil menikmati teh hangat. Namun, malam ini sedikit berbeda."Ayo, Rhea! Aku butuh seseorang untuk menemani!" suara Kyle terdengar dramatis di telepon."Aku malas keluar, Kyle," sahut Rhea, duduk bersandar di sofa dengan selimut menutupi kakinya."Oh, ayolah! Ini bukan hanya tentang aku, tapi juga Denny! Dia akan tampil malam ini, dan aku tidak bisa sendiri di antara orang-orang yang sibuk memujanya!"Rhea mendesah. "Aku tetap bisa mendukungnya dari rumah, kau tahu?""TIDAK! Aku butuh seseorang untuk diajak menggosip sambil menunggu giliran Denny tampil. Please?"Rhea masih ragu, tapi suara memohon Kyle di ujung telepon membuatnya mengalah. "Baiklah… tapi jangan berharap aku akan bersorak heboh atau sesuatu seperti itu.""YES! Aku akan menjemputmu jam tujuh! Jangan p

  • Pernikahan Kontrak dengan Dosen Feminim   Bab 30 – Tamu Malam Hari

    Malam itu, suasana di apartemen terasa lebih sunyi dari biasanya. Rhea sedang bersantai di ruang tamu, mengenakan sweater longgar sambil menonton acara TV yang sebenarnya tidak terlalu ia perhatikan. Pikiran Rhea masih tertuju pada telepon Michael beberapa hari lalu—cara bicara Michael yang terdengar lembut, nada suaranya yang sedikit bercanda, dan tawa kecil yang membuatnya terlihat… berbeda.Dan sekarang, seseorang datang.Tepat pukul sepuluh malam, suara bel apartemen berbunyi.Rhea menoleh ke arah pintu dengan alis terangkat. Michael, yang tadinya berada di dapur, melangkah lebih dulu untuk membukanya. Begitu pintu terbuka, seorang pria bertubuh tinggi dan maskulin berdiri di sana.Dia mengenakan jaket kulit hitam, rambutnya sedikit berantakan dengan gaya kasual yang tetap terlihat rapi. Wajahnya tajam, dengan rahang kokoh yang membuatnya terlihat karismatik. Ada aura percaya diri dalam gerak-geriknya, seperti seseorang yang tahu bagaiman

  • Pernikahan Kontrak dengan Dosen Feminim   Bab 29 – Pesta Ulang Tahun Kyle

    Malam itu, Rhea berdiri di depan cermin, menatap pantulan dirinya. Ia mengenakan sweater rajut berwarna beige yang nyaman dipadukan dengan celana jeans hitam. Ia tidak ingin tampil terlalu mencolok, mengingat pesta ulang tahun Kyle pasti akan dipenuhi dengan teman-temannya yang sudah dikenal sebagai orang-orang nyentrik.Michael yang baru saja keluar dari kamar mandi melirik ke arah Rhea yang masih berdiri di depan cermin. "Kamu nggak ganti baju lagi?" tanyanya, mengamati pakaian Rhea yang terbilang sederhana."Kenapa?" Rhea menoleh. "Pakai baju ini aja udah cukup, kan?"Michael mengangkat alis. "Pesta Kyle biasanya nggak sesederhana yang kamu pikir. Kalau kamu datang pakai outfit itu, mungkin kamu bakal kelihatan paling 'normal' di sana."Rhea mendesah. "Ya udah, biarin aja. Aku nggak punya niat buat tampil mencolok juga."Michael hanya mengangkat bahu. "Terserah kamu. Jangan lupa bawa hadiah buat Kyle."Rhea mengambil kantong kertas yang s

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status