Lima belas menit yang Lalu.Hari mulai senja, di dalam rumah utama tepatnya di kamar Hanzero. Mama nampak sedang di dalam kamar itu. Sedang bersenang senang dengan menantu kesayangannya. Menantu paling ia sayang dan sekarang semakin sayang."Rumi, bagaimana masakannya? Enak kan?" Satu piring di sodorkan."Enak Ma.""Kalau yang ini?" Piring yang lain lagi yang disodorkan Mama."Em… Enak banget Ma." Ekspresi wajah Arumi begitu menikmati."Yang ini yang ini." Piring lainnya lagi.Dan seterusnya hingga beberapa piring penuh makanan warna warni yang berbeda yang sengaja Mama bawa untuk Arumi."Jika semua enak, makan semua sayang.." perintah Mama, menaruh nampan besar berisi beberapa piring makanan."Benar Ma?" Arumi mendongak, menatap Mama yang masih berdiri."Tentu saja. Kan ini makanan Mama siapkan special untuk Arumi. Ini makanan sehat dan bergizi. Baik untuk seorang wanita hamil."Ah, Arumi begitu senang. Segera menyuap satu persatu makanan yang ada."Mama yang masak semua ini ya? Enak
Dokter Harun tak menghiraukan ucapan Arpha. Dia pikir tak mungkin Arpha tak tau tentang kehamilan Nona mudanya." Bukan saya yang mau diperiksa dok." Arumi membuka suaranya.Dokter Harun menaikan sebelah alisnya." Lalu untuk apa saya dipanggil kesini?"Arpha yang sudah tidak sabar. Langsung sedikit menarik tubuh dokter Harun untuk menghadap sofa." Dia yang butuh pertolongan! Jadi cepat jangan buang buang waktu!" Arpha menunjuk Melinda yang sedang berbaring tak sadarkan diri." Siapa dia? Sepertinya aku baru melihat gadis itu?" Dokter Harun berbicara sambil berjalan mendekati Melinda dan Arpha mengekor di belakang." Sudah lakukan saja tugas Anda sebagai dokter!" Arpha yang sedang khawatir menjawab pertanyaan dokter Harun dengan ketus." Sabar!"Dokter Harun mulai memeriksa Melinda.Semua orang di ruangan itu menunggu dengan cemas. Terutama Arpha Ia akan merasa sangat bersalah jika terjadi sesuatu pada gadis di hadapannya ini. Karena bagaimana pun dia yang sudah membawanya kesini.Sep
Hanzero senang Arumi mengutarakan keinginannya. Hanzero sama sekali tidak keberatan,selagi dia bisa penuhi maka dia akan berusaha memenuhinya.Kenapa Sayang? Ngomong aja." Tanya Hanz,karena Ia tau jika wanitanya ingin mengatakan sesuatu tau enggan untuk bicara."Em. Itu Mas!" Arumi memainkan ujung bajunya." Ada apa Sayang."" Aku ingin makan strowberi putih."Hanz tersenyum." Baiklah Sayang besok kita beli ya."" Tapi aku maunya sekarang Mas."" Hah!"Hanzero meneguk ludahnya dengan kasar..' Mau cari buah dimana tengah malam begini. Astaga!'Tapi Hanzero tidak mau melihat Arumi murung. Akhinya Ia menyetujuinya."Baiklah. Mas carikan sekarang ya. Jangan cemberut gitu,jelek." Goda Hanz.Mata Arumi langsung berbinar mendapat jawaban dari Hanz."Yey. Makasih Mas." Arumi berhambur kedalam pelukan Hanz,dengan senang hati Hanz membalas pelukan Arumi." Ya sudah, Ayo kita ke kamar,sekalian mas mau ambil kunci mobil dan juga dompet." Yang langsung diangguki oleh Arumi.Arumi melepaskan peluka
Di tengah kegelapan malam di saat orang orang sedang tertidur lelap. Berbeda dengan Arpha yang sedang membelah jalanan Ibu kota di tengah gelapnya malam.Arpha yang sedang melajukan mobilnya tiba tiba saja ingat dengan melinda,Ada rasa bersalah yang bergelayut di hatinya Arpha.Arpha sempat menengok ke kursi belakang.Hanzero tampak tidur dengan nyenyak." Anda bahkan bisa tidur nyenyak Tuan,sampai anda tidak tau dimana kita sekarang" Ucap Arpha pelan takut terdengan sang empunya.Arpha terkekeh setelahnya.Arpa melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang. Satu jam lebih akhirnya mereka tiba di halaman rumah, sebelum turun tak lupa Arpha membangunkan Hanzero." Tuan bangun kita sudah sampai," Arpha sedikit mengguncang tangan Hanz, satu kali membangunkannya belum berhasil, dua kali sama saja." Astaga kenapa Tuan menjadi ngebo begini' Arpha menggerutu dalam hati dan hampir putus asa." Ok! Kita bangun kan sekali lagi!" Ucap Arpha menyemangati diri sendiri.Kali ini Arpha punya caranya se
Hanzero seolah tidak percaya dengan apa yang dia dengar." Sayang kamu beneran udah gak pengen lagi strawberinya?""Heem. Kalau Mas mau makan aja." Ucap Arumi dengan begitu entengnya.Hanz masih diam tak bergeming."Mas kenapa diam? Mas gak ikhlas ya,Maaf kalau aku nyusahin Mas terus." Arumi berkata demikian dengan air mata yang sudah meleleh di pipi."Eh. Sayang kamu ko malah nangis?"Hanz mendekati Arumi membawa tubuh Arumi ke dalam pelukannya."Maaf karena nyusahin Mas." Ucap Arumi dengan sangatblirih tapi masih bisa di dengar oleh Hanz.' Huhf. Sabar Hanz sabar.' Hanz menyemangati dirinya sendiri." Sayang. Kamu dengerin Mas. Pertama Mas gak marah sama kamu,kedua kamu gak pernah nyusahin Mas,dan ketiga apapun permintaan kamu jika Mas mampu pasti Mas penuhi."" Mas beneran gak marah sama aku" Tanya Arumi memastikan."" Heem."Ucap Hanz sambil mengecupi pucuk kepala Arumi.Arumi tersenyum. " Yaudah,Kita turun yuk Mas. Kasian Mama pasti udah nunggu."Ucap Arumi dengan senyum mengemban
Setelah meminta maaf pada Hanz dan Arumi perasaan Melinda kini merasa plong,tak ada lagi ketakutan yang selama ini ia bayangkan, Menurutnya sosok Arumi adalah wanita yang baik dan sopan bukan seperti istri istri kaya di film ikan terbang yang sadis.Tapi ada hal yang lebih tidak Ia sangka sangka,Arumi memintanya tinggal di rumah besar itu. Padahal Ia ingin segera pulang ke Surabaya dan kembali bekerja.Kali ini Melinda yang memberanikan diri bertanya. " Maaf Tuan,apa saya sudah boleh pulang ke Surabaya lagi."Pertanyaan yang di lontarkan Melinda ntah kenapa menyita perhatian Arpha.Hanz tampak melirik Arumi,Arumi seperti mengerti arti tatapan suaminya." Em.Biar istri saya yang menentukan." Hanz kembali melihat ke arah Arumi.Melinda juga sempat melihat ke arah Arumi lalu menundukan kepalanya lagi." Gimana kalau sebagai tanda permintaan maaf,mbk Melinda tinggal disini dulu untuk beberapa waktu."Baik Melinda maupun Arpha langsung saling lirik,Arpha tidak menyangka dengan keputusan Ar
Dikala hati sedang bimbang,kuping juga terasa panas membuat Melinda tambah galau."Kalau aku terima tawaran Tuan Hanz, bagaimana dengan Tuan Bram.?Selama ini aku bekerja karena kebaikannya, Aku harus ngomong apa Nanti? Menolak tawaran ini juga gak enak,Ah! Kenapa hidupku jadi rumit seperti ini? Andai saja waktu itu…ah! Sudahlah waktu tidak bisa di putar kembali tapi aku harus bisa melewati ini semua. Ada ibu yang yang harus aku perjuangkan." Melinda berusaha menyemangati dirinya sendiri.Saat sedang galau dengan telinganya yang terasa panas. Hp Melinda berbunyi, Mwlinda buru buru mengambil Hpnya dan melihat nama si penelpon." Ibu!"Melinda langsung mengeser tombol berwarna hijau." Hallo,bu." Sapa Melinda.(....)" Maaf,aju belum sempet ngabarin ibu, ya sakarang Aku lagi di Jakarta bu,ada kerjaan mendadak."(......)"Aku gak apa apa bu,baik baik aja disini,ibu gak usah khawatir."( Iya bu. Nanti Mel trasferin ya, sekalian buat pegangan ibu."(.....)" Ibu jaga kesehatan ya, kalau i
Bukan sekedar Mengantri.Arpha dan Melinda berjalan beriringan keluar dari rumah menuju parkiran,Arpha membuka pintu depan mobil agar Melinda memasukinya,dengan canggung melinda masuk dan duduk manis di sana.' Tumben banget dia bersikap manis' batin Melinda.Arpha berjalan mengitari mobil,membuka pintu untuknya lalu Ia duduk di belakang kemudi.Tanpa menunggu lagi Arpha menyalakan mesin dan langsung tancap gas.Hanz turun bersama dengan Arumi saling menautkan jari jari mereka.Tap..Tap..Tap..Suara langkah kaki keduanya terdengar saat menuruni tangga."Sore Ma." Sapa Arumi." Sore juga sayang."Mama memperhatikan penampilan keduanya."Mau keluar ya?" Tanya Mama.Kali ini Hanz yang menjawab pertanyaan Mama. " Ia Ma,mau jalan jalan aja keluar cari udara segar.""Nah gitu dong. Tumben pinter." Mama meledek Hanz."Apa sih Ma.."Mama tersenyum." Ya Sudah jalan gih. Arpha baru aja keluar,kenapa gak bareng?""Arpha?" Tanya Hanz sama Arumi bersamaan." Heem.Arpha sama Melinda." Jawab Mama
Hampir seperapat jam, akhirnya mobil Hanzero tiba di klinik.Hanz memarkirkan mobilnya.Hanz keluar, lalu memanggil suster untuk membantu Arumi.Dua orang suster mengikuti Hanz sampai mobil dengan membawa brankar.Tiba di mobil Hanz langsung menyuruh Mama keluar terlebih dulu, lalu setelahnya Hanzero membantu Arumi untuk keluar."Pelan pelan Hanz." ucap Mama.Perlahan Hanzero mengendong Arumi, lalu memindahkannya membaringkan tubuh Arumi di atas brankar.Kedua suster mendorong brankar masuk ke dalam klinik.Hanz selalu setia menemani, tanggannya menggenggam erat tangan Arumi, berjalan bersebelahan dengan brangkar. Sedangkan Mama mengikuti dari belakang.Tidak berapa lama tiba di ruang bersalin."Maaf. Yang bisa masuk hanya satu orang." ucap suster memberitahu."Kamu saja yang masuk, temani Arumi." ucap Mama pada Hanzero. Hanzero mengangguk lalu ikut masuk bersama suster.Mama tahu setiap istri yang melahirkan pasti ingin di temani suaminya, sama halnya dengan Mama dulu saat melahirkan
Arumi kontraksi!Arumi menunggu Hanz di dalam mobil. Arumi sudah tidak sabar untuk menyantap belalang goreng.Liurnya sudah ingin menetes membayangkan betapa renyahnya belalang berpadu gurih l,pedas manisnya bumbu.Uh! Pasti sangat nikmat.Ngidam yang ektrim bukan?Arumi pun baru kali ini sebenarnya, sebesar ini Arumi belum pernah merasakan namanya belalang goreng atau mungkin ini bawaan bayi? Entahlah!Hanz kembali kedalam mobil setelah mendapatkan apa yang di inginkan istrinya. Sebagai suami yang baik Hanz selalu melakukan apa saja yang membuat Arumi bahagia, asal itu tidak melanggar norma norma yang ada."Ini Sayang." Hanz mengulurkan tangan yang memegang satu cup berisi belalang goreng pedas manis.Hanz sendiri sebenarnya agak ngeli jika melihat melihat hewan sejenis belalang. Apa lagi untuk memakannya.Tidak dulu deh!Kres!Kres!Terdengar bunyi belalang saat Arumi mengunyahnya. Hanzero hanya menatapnya dengan tatapan aneh. Tidak berapa lama Hanz kembali tersadar, Ia pun menyala
Hoam. Arumi menutup mulutnya.Saat ini Arumi baru saja bagun tidur siang, Arumi tersenyum pertama kali ketika membuka mata pemandangan indah ada di hadapannya.Bagaimana tidak!Wajah Hanzero berada tepat di hadapan wajahnya. Malam tadi mereka tidur saling memeluk satu sama lainya.Arumi membelai wajah tampan Hanzero, hidung mancung, alis tebal ukiran wajah yang indah membuat ketampanan nya semakin bertambah.Semakin hari Arumi semakin memupuk cintanya hingga tumbuh subur di dalam hati.Ketika Arumi sedang fokus membelai wajah Hanzero, tiba tiba Hanzero membuka mata."Sudah puas belum, lihat suamimu yang tampan ini." goda Hanzero.Membuat Arumi reflek melepaskan tangannya.Pipinya pun memerah merona karena malu.Hanz suka melihat Arumi saat tersipu malu seperti saat ini." M_mas udah bangun." Arumi mengalihkan pembicaraan."Mas udah bangun sebelum kamu bangun tadi." jawab Hanzero, yang membuat Arumi membuka mulutnya lebar.' Ya ampun, berarti Mas Hanz tahu dong! Aku menciumnya tadi.' b
Lubis memperhatikan gambar yang di tunjuk Alika, raut wajahnya seketika berubah.Lubis memperhatikan foto USG yang ada di tangannya.Mata berbinar memancarkan kebahagian."Alika! Apa keponakan ku laki laki?" tanya Lubis dengan nada sangat bersemangat.Alika mengangguk."Ia Mas, menurut hasil USG ini bayi Vanya berjenis kelamin laki laki." "Haah!" Lubis memeluk Alika dengan penuh rasa bahagia."Alika, Aku sungguh bahagia mendengar kabar ini." ucap Lubis yang masih memeluk Alika erat.Sedari dulu Lubis memang sangat menginginkan bayi laki laki, namun Tuhan belum menghendakinya.Dan sekarang!Lubis akan memiliki keponakan laki laki. ______Hubungan Lubis dan Hanzero berangsur membaik setelah kejadian tempo lalu. Bukan hanya dari hubungan bisnis saja tapi di kehidupan pribadinya juga.Arumi sering mengajak berkunjung ke kediaman Lubis untuk sekedar menjenguk Vanya.Walau Vanya sendiri tidak pernah berinteraksi langsung dengan Arumi. Karena memang Vanya banyak melupakan orang orang di
Dokter Lidia tersenyum, lalu pandangannya mengarah ke layar. "Sepertinya Dede bayi masih malu malu, tuh liat di sembunyikan." ucap Dokter Lidia terkikik pelan.Posisi bayi saat ini sedikit memiringkan tubuhnya hingga bagian alat kelaminnya tertutupi.Hanzero dan Arumi menarik sudut bibirnya mengukir sebuah senyuman.Ini yang pertama bagi Arumi dan Hanzero jadi mereka begitu bahagia saat mendengar detak jantung bayinya untuk yang pertama kali.Di dukung dengan fasilitas kesehatan yang sudah canggih, bisa melakukan USG 3 Dimensi."Sepertinya memang seperti itu Dok." ucap Hanzero.Setelah pemeriksaan selesai, Arumi kembali duduk.Dokter Lidia menjelaskan apa apa saja yang boleh Arumi lakukan.Setelah selesai Arumi dan Hanz keluar ruangan Dokter.Hanz mengandeng Arumi, berjalan hendak keluar."Hanzero tunggu!" panggil seseorang dari belakang.Hanz menghentikan langkahnya, begitu juga Arumi. Kedua nya berbalik.Lubis! batin Hanzero.Arumi menyikut pelan lengan Hanzero."Mau apa dia Mas? bis
Pemberitaan pagi ini di penuhi pemberitaan tentang klarifikasi Hanzero kemarin malam. Berbagai judul yang muncul membuat Hanz geleng geleng kepala.‘Klarifikasi mantan tunangan vanya terkait skandal viralnya’‘Mantan tunangan Vanya tidak mau ikut campur’Masih banyak lagi judul pemberitaan yang menurut Hanz sangat tidak penting.Semenjak vidionya viral, Vanya bukan hnaya kehilangan pekerjaannya sebagai model. Banyak PH yang memutus hubungan kerja sepihak.Hal itu membuat Vanya frustasi, bahkan Vanya harus menanggung malu atas perbuatannya sendiri. Dan semenjak itu Vanya tidak menunjukan batang hidungnya, karena setiap hari banyak wartawan di depan rumah Lubis, bahkan Lubis sampai menambah penjaga untuk mengaja keamanan rumahnya.Bukan hanya Vanya yang menanggung akibatnya, tapi Lubis ikut menangung imbas dari kelakuan adik perempuannya.Setelah berita Vanya naik ke permukaan banyak insvertornya yang memutus buhungan kerja sama mereka. Walau Lubis sudah berusaha menjelaskan namun mere
Hanzero mulai kesal, para wartawan tidak ada satupun yang pergi, mereka masih menunggu Hanzero."Arp. Kita pulang sekarang, jika menunggu mereka mau sampai kapan?" Hanzero mulai putus asa.Hanzero sudah menunggu dari jam tujuh malam dan sekarang sudah pukul sembilan, selama itu Hanzero menunggu."Baik Tuan, tapi satu satunya jalan. Tuan harus menghadapi mereka." "Tidak ada pilihan!" hanya itu yang keluar dari mulut Hanzero.Hanzero melangkahkan kaki keluar dari ruangannya diikuti Arpha.Keduanya berjalan, melewati lorong. Tibanya di di ujung lorong tepatnya dimana pintu lift berada.Arpha dengan cekatan menekan tombol 1 dimana lantai dasar berada.Tring!Pintu lift terbuka, Hanzero bersama Arpha masuk.Pintu lift tertutup, membawa Hanz dan Arpha menuju lantai dasar gedung.Beberapa menit kemudian Hanz bersama Arpha, tiba di lantai bawah.Setelah pintu terbuka, Hanz bersama Arpha keluar.Para wartawan yang melihat pun langsung heboh."Lihat! Itu Tuan Hanzero keluar!" Teriak salah sat
Pagi ini dihebohkan dengan berita Viral seorang model hamil di luar nikah.Bahkan vidionya sudah tersebar di berbagai aplikasi di medsos.Berita di TV pagi ini hanya semua membahas Vidio Viral yang beredar, dalam waktu semalam Vidio itu sudah tersebar luas dan menjadi trending no 1.Vidio berdurasi beberapa menit itu menampilkan seorang wanita sedang memohon dan meraung pada seorang pria, tapi pria tersebut tidak mempedulikannya bahkan meninggalkan wanita itu.Suara si wanita pun terdengar sangat jelas, bahkan wajahnya terekspos dengan sempurna.Ya! Wanita itu adalah Vanya.Tanpa di sadari semalam ada seorang wartawan yang kebetulan sedang berada di situ.Keberuntungan bagi seorang wartawan mendapat berita sepanas ini.Namun kehancuran bagi Vanya, bukan hanya nama baiknya yang tercoreng tapi karirnya pun akan ikut hancur."Mas!" teriak Alika, begitu sampai di kamar."Kenapa? Pagi pagi sudah ribut!" bentak Lubis yang baru saja keluar kamar mandi.Alika mengambil napas sebelum kembali b
Vanya masih saja mengelak tidak mau mengakui kebenarannya.Lubis mulai jengah.Lalu Alika yang sedari diam, mulai berbicara."Lebih baik sekarang kita cek ke Dokter, untuk memastikan kebenarannya jika Vanya beneran hamil atau tidak. Jika terbukti Vanya hamil maka, kamu Mas." Tunjuknya pada Lubis."Harus segera menikahkan Vanya dengan laki laki yang sudah menghamilinya sebelum publik tahu dan akan mencoreng nama baik mu dan keluarga." Vanya menggeleng.Jika ke rumah sakit pasti akan ketahuan. Batin Vanya.Aku harus mencari alasan untuk ini. Lagi pula aku belum memberitahu David soal kehamilanku."Aku gak mau ke Dokter!" Tolak Vanya."Lagipula aku tidak hamil, aku hanya sedang tidak enak badan." Elak Vanya."Aku hanya butuh istirahat. Itu saja!" Vanya berdiri dan langsung pergi meninggalkan Lubis dan Alika."Vanya! Aku belum selesai berbicara!" Teriak Lubis, namun Vanya tidak menghiraukan dan melanjutkan langkahnya.Sampai di kamar Vanya mendudukan diri di pinggir tempat tidur.Sungguh