Bukan sekedar Mengantri.Arpha dan Melinda berjalan beriringan keluar dari rumah menuju parkiran,Arpha membuka pintu depan mobil agar Melinda memasukinya,dengan canggung melinda masuk dan duduk manis di sana.' Tumben banget dia bersikap manis' batin Melinda.Arpha berjalan mengitari mobil,membuka pintu untuknya lalu Ia duduk di belakang kemudi.Tanpa menunggu lagi Arpha menyalakan mesin dan langsung tancap gas.Hanz turun bersama dengan Arumi saling menautkan jari jari mereka.Tap..Tap..Tap..Suara langkah kaki keduanya terdengar saat menuruni tangga."Sore Ma." Sapa Arumi." Sore juga sayang."Mama memperhatikan penampilan keduanya."Mau keluar ya?" Tanya Mama.Kali ini Hanz yang menjawab pertanyaan Mama. " Ia Ma,mau jalan jalan aja keluar cari udara segar.""Nah gitu dong. Tumben pinter." Mama meledek Hanz."Apa sih Ma.."Mama tersenyum." Ya Sudah jalan gih. Arpha baru aja keluar,kenapa gak bareng?""Arpha?" Tanya Hanz sama Arumi bersamaan." Heem.Arpha sama Melinda." Jawab Mama
Setelah pesanan jadi Hanz kembali ke mobil,sambil berjalan Ia terus tersenyum merasakan kebahagiaan orang orang tadi. Berasa ada letupan letupan kecil dalam hatinya, yang entah lah! Itu sulit di artikan dengan kata kata.Ceklek..Hanz membuka pintu mobil,hal pertama yang di lihatnya Arumi sedang tersenyum sangat manis padanya.Hanz langsung masuk dan menutup pintu mobil kembali. Baru saja Hanz duduk Arumi sudah menghambur memeluknya,Hanz membalas pelukan Arumi padanya. Terdengar suara isak dalam pelukannya,Hanz mengusap lembut punggung Istrinya.' Dasar wanita emang susah di tebak,sedih nangis,bahagia juga nangis. Huhf..sabar Hanz . Sabar!'"Hei! Kenapa menangis hem." Hanz mengangkat dagu Arumi dan mencium keningnya." Makasih Mas,Aku bangga punya suami seperti kamu Mas, bukan hanya tampan dan kaya tapi juga baik hati." Arumi berbicara sambil terus terisak."Sudah sudah Sayang, gak usah nangis gitu ah! Kamu baru sadar ya kalau suami kamu ini tampan, kaya, dan baik hati." Ucap Hanz sam
Arpha baru saja memenangkan game yang Ia mainkan."Ye! Anda hebat Tuan." Melinda mengacungkan kedua jempolnya." Siapa dulu." Arpha menepuk nepuk dadanya dengan bangga.Melinda mencebikan bibirnya. " Huh! Sombong"Arpha memberikan boneka yang ia dapat pada Melinda dengan senang hati Melinda menerimanya.Sedangkan Arpha sedang sibuk memainkan game untuk memenangkan hadiah boneka beruang yang sangat lucu."Ayo Tuan!""Ayo semangat!"" Semangat!"Melinda terus menyemangati Arpha,hingga Hp yang bergetar juga tidak berasa.Hingga beberapa saat lamanya.Arpha bisa memenangkan hadiah boneka tersebut.Dan memberikannya pada Melinda." Terimakasih Tuan.""Hem."Arpha merogoh Hp di saku celananya,karena tadi sempat merasa jika Hp nya berbunyi."Tuan Hanz?"Melinda melirik Arpha tapi ia tak bertanya apapun." Hallo Tuan."(.....)"Ia kita sedang di luar."(.......)" Maaf Tuan kami sedang di pasar malam makanya berisik."(......)"Ah. Benarkah! Tuan dimana sekarang?"(........)"Baiklah,kami kesa
Saat tengah asik berjalan ke tempat penjual gula kapas Arumi sangat antusias,jika di tanya kenapa? Arumi sedari tadi memperhatikan si amang yang bisa membuat gula kapas karakter.Dengan senyum mengembang Arumi dan Melinda menghampiri tempat c amang yang jual gula kapas."Mang saya mau ya." Ucap Arumi dengan antusias."Siap neng" Jawab ci amang."Mang saya mau yang karakter,pake foto ini bisa?"Arumi menunjukan Hp yang ada foto Hanz.Sebelum menjawab ci Amang malah tersenyum." Gampang itu mah neng."" Ok gas mang!" Ucap Arumi penuh ambigu.Melinda hanya geleng geleng kepala melihat kelakuan Nona mudanya.Setelah beberapa lamanya Pesanan Arumi jadi,Arumi menerimanya dengan suka cita." Si neng mau yang karakter juga." Tanya c amang pada Melinda." Hehe saya enggak bang,yang biasa aja." Jawab Melinda sambil tersenyum.' Memangnya muka siapa yang mau aku objek.' Batin Melinda. Tiba tiba saja Ia membayangkan wajah garang Arpha yang menjadi objek. Tanpa Melinda sadari Ia melengkungkan bibirn
Bruk!Hanz membanting pintu mobil dengan keras. Rasanya kesal sekali melihat Arumi menarik tangan Arpha,Dia yang suaminya kenapa malah memilih pulang bersama asistennya."Ah!" Hanz meluapkan kekesalannya dengan memukul mukul kemudi mobilnya.Tak dipungkiri Hanz sangat cemburu sekarang,walau hati kecilnya mengatakan Arumi begitu karena mood ibu hamil saja,tapi tak semudah itu bagi seorang Hanzero. Hanzero sangat tidak suka miliknya dekat dengan laki laki lain termasuk Arpha.Bahkan Hanzero membuat aturan yang tidak masuk di akal,semua pelayan laji laki yang ada di rumahnya termasuk Arpha tidak boleh menatap Arumi lebih dari dua detik.Terdengar konyol bukan?Setelah meredakan sedikit emosinya Hanz langsung menyalakan mesin mobil dan langsung tancap gas,menyusul mobil Arpha yang sudah jalan dari tadi.Sedangkan Arumi malah asik mengobrol dengan Melinda,Arumi seperti baru saja mempunyai teman baru hingga dia banyak pada Melinda,begitu juga dengan Melinda yang sangat antusias ketika menj
Pagi yang seharusnya berkutat di dapur tapi tidak dengan Arumi pagi ini ia habiskan bercumbu dengan suami tercinta dengan alasan sebagai hukuman,padahal mereka berdua sangat menikmati permainan panas mereka pagi ini.Setelah Arumi mendapatkan pelepasan pertamannya kini Hanz sudah memposisikan dirinya di antara kedua paha Arumi dan siap untuk melanjukkan babak berikutnya.Satu jam berlalu permainan panas Hanz baru saja usai,keduanya mengerang bersama tubuh mereka bergetar,Hingga cairan hangat memenuhi rahim Arumi.Kini keduanya terkulai lemas di atas kasur dengan bermandikan keringat.Di ruang makan Mama,Arpha,Melinda dan juga Shella sudah menunggu kedua sejoli yang masih terkulai lemah di atas kasur.Ya pagi ini Shella baru kembalikan dari rumah suaminya,karena hari ini suaminya berangkat ke luar negeri untuk perjalanan bisnis."Ma.Aku udah laper?" Shella mengeluh karena memang sudah beneran lapar." Kamu sabar Shell,kita tunggu Hanz sama Arumi." Ucap Mama dengan santai." Hanz kebiasa
Pertemuannya dengan Vanya pagi ini membuat mood Hanzero berantakan,bukan karena dia masih mencintai Vanya namun kembalinya Vanya mengingatkan akan luka yang pernah di torehkannya.Hanzero sangat marah namun Ia berusaha mengontrol emosinya.Hanz kembali memfokuskan pikiran dengan kembali sibuk dengan kerjaanya.Tanpa terasa waktu sudah menunjukan jam makan siang.TokTokTokArpha mengetuk pintu ruangan Hanz,Arpha sempat cemas karena tak mendapat jawaban dari dalam tapi beberapa detik kemudian terdengar suara Hanzero mempersilahkannya masuk." Tuan,sudah waktunya makan siang,apa Tuan mau keluar atau saya belikan." Tanya Arpha yang sudah berdiri di samping meja kerja Hanz.Hanz menghentikan sejenak pekerjaannya melirik jam tangan yang bertengger di pergelangan tanggannya." Kita makan di luar." Ucap Hanz,yang langsung di anguki oleh Arpha.Hanz merapihkan berkas dan menutup laptop kembali. Setelah itu ia pergi keluar ditemani oleh Arpha.Di sebuah kamar seorang wanita sedang melampia
Ini sudah pagi lagi. Hanzero sudah bangun sejak tadi, tapi masih tergolek malas di atas Ranjang."Mas.. Kamu gak mandi? Apa gak ke Kantor?" Tanya Arumi."Sepertinya aku malas pergi ke kantor." Jawab Hanzero. Dia duduk sekarang, menarik pinggang istrinya dan kembali memeluk."Ayolah Mas. Kata orang tua, kalau istri sedang hamil tidak boleh malas malasan. Pamali." Tegur Arumi, menoleh pada wajah Hanz."Apa hubungannya?" Hanzero mengerutkan alis."Nanti anak kamu ikut malas malasan.""Masa sih?" Masa sih, tapi sambil menduselkan wajah di leher Arumi. Selesai usel usel, baru Hanz mengangkat wajahnya. Arumi bisa melihat, ada kemurungan di wajah Suaminya."Sebenarnya mas ada masalah apa?"Hanzero tidak menjawab, kini mengangkat tubuh Istrinya dari pangkuannya. Meraih Kedua tangan Arumi dan menggenggamnya."Arumi. Apa kau benar-benar mencintaiku?" Hanzero menatap serius pada Arumi."Pertanyaan yang aneh. Mas lihat perutku. Ada apanya di dalam sini?" Arumi menunjuk perutnya."Ada bayiku." Jaw
Hampir seperapat jam, akhirnya mobil Hanzero tiba di klinik.Hanz memarkirkan mobilnya.Hanz keluar, lalu memanggil suster untuk membantu Arumi.Dua orang suster mengikuti Hanz sampai mobil dengan membawa brankar.Tiba di mobil Hanz langsung menyuruh Mama keluar terlebih dulu, lalu setelahnya Hanzero membantu Arumi untuk keluar."Pelan pelan Hanz." ucap Mama.Perlahan Hanzero mengendong Arumi, lalu memindahkannya membaringkan tubuh Arumi di atas brankar.Kedua suster mendorong brankar masuk ke dalam klinik.Hanz selalu setia menemani, tanggannya menggenggam erat tangan Arumi, berjalan bersebelahan dengan brangkar. Sedangkan Mama mengikuti dari belakang.Tidak berapa lama tiba di ruang bersalin."Maaf. Yang bisa masuk hanya satu orang." ucap suster memberitahu."Kamu saja yang masuk, temani Arumi." ucap Mama pada Hanzero. Hanzero mengangguk lalu ikut masuk bersama suster.Mama tahu setiap istri yang melahirkan pasti ingin di temani suaminya, sama halnya dengan Mama dulu saat melahirkan
Arumi kontraksi!Arumi menunggu Hanz di dalam mobil. Arumi sudah tidak sabar untuk menyantap belalang goreng.Liurnya sudah ingin menetes membayangkan betapa renyahnya belalang berpadu gurih l,pedas manisnya bumbu.Uh! Pasti sangat nikmat.Ngidam yang ektrim bukan?Arumi pun baru kali ini sebenarnya, sebesar ini Arumi belum pernah merasakan namanya belalang goreng atau mungkin ini bawaan bayi? Entahlah!Hanz kembali kedalam mobil setelah mendapatkan apa yang di inginkan istrinya. Sebagai suami yang baik Hanz selalu melakukan apa saja yang membuat Arumi bahagia, asal itu tidak melanggar norma norma yang ada."Ini Sayang." Hanz mengulurkan tangan yang memegang satu cup berisi belalang goreng pedas manis.Hanz sendiri sebenarnya agak ngeli jika melihat melihat hewan sejenis belalang. Apa lagi untuk memakannya.Tidak dulu deh!Kres!Kres!Terdengar bunyi belalang saat Arumi mengunyahnya. Hanzero hanya menatapnya dengan tatapan aneh. Tidak berapa lama Hanz kembali tersadar, Ia pun menyala
Hoam. Arumi menutup mulutnya.Saat ini Arumi baru saja bagun tidur siang, Arumi tersenyum pertama kali ketika membuka mata pemandangan indah ada di hadapannya.Bagaimana tidak!Wajah Hanzero berada tepat di hadapan wajahnya. Malam tadi mereka tidur saling memeluk satu sama lainya.Arumi membelai wajah tampan Hanzero, hidung mancung, alis tebal ukiran wajah yang indah membuat ketampanan nya semakin bertambah.Semakin hari Arumi semakin memupuk cintanya hingga tumbuh subur di dalam hati.Ketika Arumi sedang fokus membelai wajah Hanzero, tiba tiba Hanzero membuka mata."Sudah puas belum, lihat suamimu yang tampan ini." goda Hanzero.Membuat Arumi reflek melepaskan tangannya.Pipinya pun memerah merona karena malu.Hanz suka melihat Arumi saat tersipu malu seperti saat ini." M_mas udah bangun." Arumi mengalihkan pembicaraan."Mas udah bangun sebelum kamu bangun tadi." jawab Hanzero, yang membuat Arumi membuka mulutnya lebar.' Ya ampun, berarti Mas Hanz tahu dong! Aku menciumnya tadi.' b
Lubis memperhatikan gambar yang di tunjuk Alika, raut wajahnya seketika berubah.Lubis memperhatikan foto USG yang ada di tangannya.Mata berbinar memancarkan kebahagian."Alika! Apa keponakan ku laki laki?" tanya Lubis dengan nada sangat bersemangat.Alika mengangguk."Ia Mas, menurut hasil USG ini bayi Vanya berjenis kelamin laki laki." "Haah!" Lubis memeluk Alika dengan penuh rasa bahagia."Alika, Aku sungguh bahagia mendengar kabar ini." ucap Lubis yang masih memeluk Alika erat.Sedari dulu Lubis memang sangat menginginkan bayi laki laki, namun Tuhan belum menghendakinya.Dan sekarang!Lubis akan memiliki keponakan laki laki. ______Hubungan Lubis dan Hanzero berangsur membaik setelah kejadian tempo lalu. Bukan hanya dari hubungan bisnis saja tapi di kehidupan pribadinya juga.Arumi sering mengajak berkunjung ke kediaman Lubis untuk sekedar menjenguk Vanya.Walau Vanya sendiri tidak pernah berinteraksi langsung dengan Arumi. Karena memang Vanya banyak melupakan orang orang di
Dokter Lidia tersenyum, lalu pandangannya mengarah ke layar. "Sepertinya Dede bayi masih malu malu, tuh liat di sembunyikan." ucap Dokter Lidia terkikik pelan.Posisi bayi saat ini sedikit memiringkan tubuhnya hingga bagian alat kelaminnya tertutupi.Hanzero dan Arumi menarik sudut bibirnya mengukir sebuah senyuman.Ini yang pertama bagi Arumi dan Hanzero jadi mereka begitu bahagia saat mendengar detak jantung bayinya untuk yang pertama kali.Di dukung dengan fasilitas kesehatan yang sudah canggih, bisa melakukan USG 3 Dimensi."Sepertinya memang seperti itu Dok." ucap Hanzero.Setelah pemeriksaan selesai, Arumi kembali duduk.Dokter Lidia menjelaskan apa apa saja yang boleh Arumi lakukan.Setelah selesai Arumi dan Hanz keluar ruangan Dokter.Hanz mengandeng Arumi, berjalan hendak keluar."Hanzero tunggu!" panggil seseorang dari belakang.Hanz menghentikan langkahnya, begitu juga Arumi. Kedua nya berbalik.Lubis! batin Hanzero.Arumi menyikut pelan lengan Hanzero."Mau apa dia Mas? bis
Pemberitaan pagi ini di penuhi pemberitaan tentang klarifikasi Hanzero kemarin malam. Berbagai judul yang muncul membuat Hanz geleng geleng kepala.‘Klarifikasi mantan tunangan vanya terkait skandal viralnya’‘Mantan tunangan Vanya tidak mau ikut campur’Masih banyak lagi judul pemberitaan yang menurut Hanz sangat tidak penting.Semenjak vidionya viral, Vanya bukan hnaya kehilangan pekerjaannya sebagai model. Banyak PH yang memutus hubungan kerja sepihak.Hal itu membuat Vanya frustasi, bahkan Vanya harus menanggung malu atas perbuatannya sendiri. Dan semenjak itu Vanya tidak menunjukan batang hidungnya, karena setiap hari banyak wartawan di depan rumah Lubis, bahkan Lubis sampai menambah penjaga untuk mengaja keamanan rumahnya.Bukan hanya Vanya yang menanggung akibatnya, tapi Lubis ikut menangung imbas dari kelakuan adik perempuannya.Setelah berita Vanya naik ke permukaan banyak insvertornya yang memutus buhungan kerja sama mereka. Walau Lubis sudah berusaha menjelaskan namun mere
Hanzero mulai kesal, para wartawan tidak ada satupun yang pergi, mereka masih menunggu Hanzero."Arp. Kita pulang sekarang, jika menunggu mereka mau sampai kapan?" Hanzero mulai putus asa.Hanzero sudah menunggu dari jam tujuh malam dan sekarang sudah pukul sembilan, selama itu Hanzero menunggu."Baik Tuan, tapi satu satunya jalan. Tuan harus menghadapi mereka." "Tidak ada pilihan!" hanya itu yang keluar dari mulut Hanzero.Hanzero melangkahkan kaki keluar dari ruangannya diikuti Arpha.Keduanya berjalan, melewati lorong. Tibanya di di ujung lorong tepatnya dimana pintu lift berada.Arpha dengan cekatan menekan tombol 1 dimana lantai dasar berada.Tring!Pintu lift terbuka, Hanzero bersama Arpha masuk.Pintu lift tertutup, membawa Hanz dan Arpha menuju lantai dasar gedung.Beberapa menit kemudian Hanz bersama Arpha, tiba di lantai bawah.Setelah pintu terbuka, Hanz bersama Arpha keluar.Para wartawan yang melihat pun langsung heboh."Lihat! Itu Tuan Hanzero keluar!" Teriak salah sat
Pagi ini dihebohkan dengan berita Viral seorang model hamil di luar nikah.Bahkan vidionya sudah tersebar di berbagai aplikasi di medsos.Berita di TV pagi ini hanya semua membahas Vidio Viral yang beredar, dalam waktu semalam Vidio itu sudah tersebar luas dan menjadi trending no 1.Vidio berdurasi beberapa menit itu menampilkan seorang wanita sedang memohon dan meraung pada seorang pria, tapi pria tersebut tidak mempedulikannya bahkan meninggalkan wanita itu.Suara si wanita pun terdengar sangat jelas, bahkan wajahnya terekspos dengan sempurna.Ya! Wanita itu adalah Vanya.Tanpa di sadari semalam ada seorang wartawan yang kebetulan sedang berada di situ.Keberuntungan bagi seorang wartawan mendapat berita sepanas ini.Namun kehancuran bagi Vanya, bukan hanya nama baiknya yang tercoreng tapi karirnya pun akan ikut hancur."Mas!" teriak Alika, begitu sampai di kamar."Kenapa? Pagi pagi sudah ribut!" bentak Lubis yang baru saja keluar kamar mandi.Alika mengambil napas sebelum kembali b
Vanya masih saja mengelak tidak mau mengakui kebenarannya.Lubis mulai jengah.Lalu Alika yang sedari diam, mulai berbicara."Lebih baik sekarang kita cek ke Dokter, untuk memastikan kebenarannya jika Vanya beneran hamil atau tidak. Jika terbukti Vanya hamil maka, kamu Mas." Tunjuknya pada Lubis."Harus segera menikahkan Vanya dengan laki laki yang sudah menghamilinya sebelum publik tahu dan akan mencoreng nama baik mu dan keluarga." Vanya menggeleng.Jika ke rumah sakit pasti akan ketahuan. Batin Vanya.Aku harus mencari alasan untuk ini. Lagi pula aku belum memberitahu David soal kehamilanku."Aku gak mau ke Dokter!" Tolak Vanya."Lagipula aku tidak hamil, aku hanya sedang tidak enak badan." Elak Vanya."Aku hanya butuh istirahat. Itu saja!" Vanya berdiri dan langsung pergi meninggalkan Lubis dan Alika."Vanya! Aku belum selesai berbicara!" Teriak Lubis, namun Vanya tidak menghiraukan dan melanjutkan langkahnya.Sampai di kamar Vanya mendudukan diri di pinggir tempat tidur.Sungguh