Pertemuannya dengan Vanya pagi ini membuat mood Hanzero berantakan,bukan karena dia masih mencintai Vanya namun kembalinya Vanya mengingatkan akan luka yang pernah di torehkannya.Hanzero sangat marah namun Ia berusaha mengontrol emosinya.Hanz kembali memfokuskan pikiran dengan kembali sibuk dengan kerjaanya.Tanpa terasa waktu sudah menunjukan jam makan siang.TokTokTokArpha mengetuk pintu ruangan Hanz,Arpha sempat cemas karena tak mendapat jawaban dari dalam tapi beberapa detik kemudian terdengar suara Hanzero mempersilahkannya masuk." Tuan,sudah waktunya makan siang,apa Tuan mau keluar atau saya belikan." Tanya Arpha yang sudah berdiri di samping meja kerja Hanz.Hanz menghentikan sejenak pekerjaannya melirik jam tangan yang bertengger di pergelangan tanggannya." Kita makan di luar." Ucap Hanz,yang langsung di anguki oleh Arpha.Hanz merapihkan berkas dan menutup laptop kembali. Setelah itu ia pergi keluar ditemani oleh Arpha.Di sebuah kamar seorang wanita sedang melampia
Ini sudah pagi lagi. Hanzero sudah bangun sejak tadi, tapi masih tergolek malas di atas Ranjang."Mas.. Kamu gak mandi? Apa gak ke Kantor?" Tanya Arumi."Sepertinya aku malas pergi ke kantor." Jawab Hanzero. Dia duduk sekarang, menarik pinggang istrinya dan kembali memeluk."Ayolah Mas. Kata orang tua, kalau istri sedang hamil tidak boleh malas malasan. Pamali." Tegur Arumi, menoleh pada wajah Hanz."Apa hubungannya?" Hanzero mengerutkan alis."Nanti anak kamu ikut malas malasan.""Masa sih?" Masa sih, tapi sambil menduselkan wajah di leher Arumi. Selesai usel usel, baru Hanz mengangkat wajahnya. Arumi bisa melihat, ada kemurungan di wajah Suaminya."Sebenarnya mas ada masalah apa?"Hanzero tidak menjawab, kini mengangkat tubuh Istrinya dari pangkuannya. Meraih Kedua tangan Arumi dan menggenggamnya."Arumi. Apa kau benar-benar mencintaiku?" Hanzero menatap serius pada Arumi."Pertanyaan yang aneh. Mas lihat perutku. Ada apanya di dalam sini?" Arumi menunjuk perutnya."Ada bayiku." Jaw
Di sebuah Mobil yang sedang melaju."Hari ini, aku harus berhasil. Hanzero pasti masih mencintaiku. Dia hanya masih marah padaku saja. Aku hanya butuh bersabar dulu, bersikap lembut dan pura pura menangis di hadapannya. Hanzero kan paling tidak tahan melihat aku menangis." Dengan pedenya Vanya berkata demikian. Sambil tersenyum membayangkan wajah tampan Pria mantan kekasihnya itu. Pria yang sudah dibuatnya patah hati. Pria yang mencintainya dengan tulus bahkan rela membangkang Ibunya demi dia.Vanya menghentikan mobilnya tepat di halaman luas Perkantoran milik Hanzero. Memoles wajahnya terlebih dahulu sebelum turun.Sementara itu, Arpha berada di dalam ruangannya. Sibuk menata berkas berkas dari bawahan untuk diserahkan pada Hanzero guna ditandatangani. Arpha terlihat sangat sibuk, sampai melupakan Sosok Vanya. Padahal hari ini dia sudah berjanji, akan tidak meninggalkan Hanzero sendiri di ruangannya.Arpha sudah selesai menata, lalu bangun untuk pergi ke Ruangan Hanzero. Sampai di lu
Vanya terus menjalankan Mobilnya sambil bibirnya tidak berhenti mengumpat. Sekarang tujuannya adalah Rumah Hanzero. Hingga beberapa saat mobilnya sudah sampai ke tempat yang dituju. Dia mengintip terlebih dahulu dari balik kaca mobil. Ada beberapa penjaga terlihat mondar mandir di depan pintu Gerbang."Tumben sekali sih, banyak penjaganya?" Gumamnya. Kemudian Vanya turun saja tanpa memperdulikan itu."Selamat siang Nona. Ada yang bisa saya bantu?" Rupanya satu orang Penjaga yang menghampiri Vanya tidak mengenal siapa dia. Mungkin dia orang baru."Ah, iya. Saya ingin bertemu Pemilik Rumah ini. Saya tadi sudah ada janji Sama Nyonya Arumi." Kilah wanita itu."Anda siapa?""Saya temannya. Percayalah Pak. Saya bukan orang jahat kok. Boleh diperiksa kok." Vanya menyodorkan tubuhnya."Eh." Penjaga mundur beberapa langkah."Bagaimana? Boleh saya masuk?""Oh ya baiklah. Saya antar." Penjaga membuka gerbang mengajak Vanya untuk masuk. Beberapa Penjaga segera datang untuk mencegah."Jangan semba
Shela dan Arumi berjalan beriringan sampai ke Ruang Tamu. Vanya bisa melihat seorang wanita di sana yang langsung berdiri saat melihat mereka datang."Eh,.. Vanya kan?" Shela menyapa dengan pura pura tidak tau kalau sedang ada tamu."Ya Ampun! Ternyata ada tamu penting rupanya.""Eh, kak Shela. Apa kabar?" Vanya cepat memeluk Shela, dengan gaya cipika cipiki ala ala emak emak arisan."Baik kok! Kamu kapan datang? Kok gak ada yang nyambut. duh…!" Shela membalas cipika cipiki sambil mulutnya mengerucut di balik pipi Vanya. Ah, Shela hanya berpura pura lembut rupanya."Barusan kak. Tante yang nyambut." Jawab Vanya. Matanya langsung tertuju pada sosok wanita yang ada di sebelah Shela. 'Dia siapa?'"Terus Mama sekarang kemana?" Shela pura pura bertanya."Mama sedang buat minum untuk Vanya Shel." Mama dari ujung sudah menuruni tangga."Ya Ampun! Ada menantuku rupanya." Ucap Mama bukannya langsung menaruh nampan minuman malah menghampiri Arumi. Itu membuat Vanya membelalakkan matanya. Dia la
Hanzero sempat kaget melihat Vanya ada di rumahnya. Bukannya takut bertemu dengan Vanya, tapi yang lebih mengkhawatirkan istrinya yang juga nampak berada disana. Takut Vanya berbicara yang tidak tidak pada Arumi, lalui terpengaruh dengan omongan Vanya.Tapi yang Hanzero takutkan sepertinya tidak terjadi,Hanzero melihat ketiga wanitanya sedang tersenyum, sedangkan Vanya yang sedang berdiri dengan muka ditekuk.Sepertinya Wanita itu hendak pergi karena dari posisinya yang sedang berdiri dan dengan baju yang basah seperti tersiram sesuatu, Apa yang sudah terjadi? Apa Arumi sempat bertengkar dengan Vanya? Itu pikiran Hanzero.Hanzero dengan cepat menyembunyikan kecemasannya lalu berjalan menghampiri mereka sambut hangat oleh Arumi."Udah pulang Mas?" Arumi cepat berdiri menyambut tangan suaminya kemudian menciumnya,begitu juga Hanzero yang balik mencium kening Arumi beberapa kali.Semua itu tidak luput dari pandangan Vanya.'Sial sepertinya mereka sengaja ingin bermesraan depanku' Vanya s
Semua orang yang ada disana tercengan mendengar perkataan Arumi yang ternyata berani menghalau wanita pengoda modelan Vanya.Mama yang melihat itu sempat terkejut tapi itu tidak lama,Kemudian Mama menarik sudut bibirnya menyimpul sebuah senyum tipis.Sedangkan Vanya raut wajahnya sekarang sudah memerah menahan emosi,Ia meresa harga dirinya sudah di injak injak oleh wanita rendahan seperti Arumi.Dengan kesal Vanya pergi meninggalkan empat orang yang sedang berdiri di ruang tamu,Vanya berjalan dengan menghentakan hentakan kakinya saking keselnya mulutnya pun tak berhenti menggerutu." Sial! Awas aja! Gue gak terima di permalukan seperti ini,hari ini gue akui kalah tapi gue akan buat kalian menyesal terutama Arumi!" Vanya tersenyum licik hanya dengan membayangkannya saja.Vanya masuk kedalam mobil dan menutup pintunya dengan kencang,mungkin bisa didengar oleh orang yang ada di dalam rumah.Mama dan Shella yang sedari tadi menahan tawanya kini mereka berdua sedak tertawa puas melihat ule
Arumi yang hanya memperhatikan sambil menelan ludahnya sendiri membayangkan memakan ayam kecap kampung,hanya membayangkannya saja sudah sangat ngiler.Tapi wajah Arumi terlihat sedikit murung tak seceria datang tadi setelah tau yang di masak Chef Arman bukan makanan yang ada di bayangannya.Chef Arman yang sempat melihat perubahan raut wajah majikannya itu langsung bertanya,seolah mengerti dengan isi kepala Arumi."Ada yang bisa saya bantu Nona?" Tanya Chef Arman sambil menghentikan sejenak pekerjaannya.Namun Arumi nampak ragu ingin mengatakannya,Ia hanya membalas pertanyaan Chef Arman dengan gelengan kepala. Tapi sepertinya Chef Arman masih tidak percaya hingga kembalikan bertanya." Maaf Nona,jika memang ada yang Nona inginkan bilang saja jangan sungkan Nona."Arumi nampaknya sudah tidak bisa menahan keinginannya hingga akhirnya Ia mengatakan apa yang dia inginkan." Saya pengen makan ayam kecap kampung Chef,apa Chef bisa membuatnya?"Pertanyaan bodoh macam apa itu Arumi,saat Aru
Hampir seperapat jam, akhirnya mobil Hanzero tiba di klinik.Hanz memarkirkan mobilnya.Hanz keluar, lalu memanggil suster untuk membantu Arumi.Dua orang suster mengikuti Hanz sampai mobil dengan membawa brankar.Tiba di mobil Hanz langsung menyuruh Mama keluar terlebih dulu, lalu setelahnya Hanzero membantu Arumi untuk keluar."Pelan pelan Hanz." ucap Mama.Perlahan Hanzero mengendong Arumi, lalu memindahkannya membaringkan tubuh Arumi di atas brankar.Kedua suster mendorong brankar masuk ke dalam klinik.Hanz selalu setia menemani, tanggannya menggenggam erat tangan Arumi, berjalan bersebelahan dengan brangkar. Sedangkan Mama mengikuti dari belakang.Tidak berapa lama tiba di ruang bersalin."Maaf. Yang bisa masuk hanya satu orang." ucap suster memberitahu."Kamu saja yang masuk, temani Arumi." ucap Mama pada Hanzero. Hanzero mengangguk lalu ikut masuk bersama suster.Mama tahu setiap istri yang melahirkan pasti ingin di temani suaminya, sama halnya dengan Mama dulu saat melahirkan
Arumi kontraksi!Arumi menunggu Hanz di dalam mobil. Arumi sudah tidak sabar untuk menyantap belalang goreng.Liurnya sudah ingin menetes membayangkan betapa renyahnya belalang berpadu gurih l,pedas manisnya bumbu.Uh! Pasti sangat nikmat.Ngidam yang ektrim bukan?Arumi pun baru kali ini sebenarnya, sebesar ini Arumi belum pernah merasakan namanya belalang goreng atau mungkin ini bawaan bayi? Entahlah!Hanz kembali kedalam mobil setelah mendapatkan apa yang di inginkan istrinya. Sebagai suami yang baik Hanz selalu melakukan apa saja yang membuat Arumi bahagia, asal itu tidak melanggar norma norma yang ada."Ini Sayang." Hanz mengulurkan tangan yang memegang satu cup berisi belalang goreng pedas manis.Hanz sendiri sebenarnya agak ngeli jika melihat melihat hewan sejenis belalang. Apa lagi untuk memakannya.Tidak dulu deh!Kres!Kres!Terdengar bunyi belalang saat Arumi mengunyahnya. Hanzero hanya menatapnya dengan tatapan aneh. Tidak berapa lama Hanz kembali tersadar, Ia pun menyala
Hoam. Arumi menutup mulutnya.Saat ini Arumi baru saja bagun tidur siang, Arumi tersenyum pertama kali ketika membuka mata pemandangan indah ada di hadapannya.Bagaimana tidak!Wajah Hanzero berada tepat di hadapan wajahnya. Malam tadi mereka tidur saling memeluk satu sama lainya.Arumi membelai wajah tampan Hanzero, hidung mancung, alis tebal ukiran wajah yang indah membuat ketampanan nya semakin bertambah.Semakin hari Arumi semakin memupuk cintanya hingga tumbuh subur di dalam hati.Ketika Arumi sedang fokus membelai wajah Hanzero, tiba tiba Hanzero membuka mata."Sudah puas belum, lihat suamimu yang tampan ini." goda Hanzero.Membuat Arumi reflek melepaskan tangannya.Pipinya pun memerah merona karena malu.Hanz suka melihat Arumi saat tersipu malu seperti saat ini." M_mas udah bangun." Arumi mengalihkan pembicaraan."Mas udah bangun sebelum kamu bangun tadi." jawab Hanzero, yang membuat Arumi membuka mulutnya lebar.' Ya ampun, berarti Mas Hanz tahu dong! Aku menciumnya tadi.' b
Lubis memperhatikan gambar yang di tunjuk Alika, raut wajahnya seketika berubah.Lubis memperhatikan foto USG yang ada di tangannya.Mata berbinar memancarkan kebahagian."Alika! Apa keponakan ku laki laki?" tanya Lubis dengan nada sangat bersemangat.Alika mengangguk."Ia Mas, menurut hasil USG ini bayi Vanya berjenis kelamin laki laki." "Haah!" Lubis memeluk Alika dengan penuh rasa bahagia."Alika, Aku sungguh bahagia mendengar kabar ini." ucap Lubis yang masih memeluk Alika erat.Sedari dulu Lubis memang sangat menginginkan bayi laki laki, namun Tuhan belum menghendakinya.Dan sekarang!Lubis akan memiliki keponakan laki laki. ______Hubungan Lubis dan Hanzero berangsur membaik setelah kejadian tempo lalu. Bukan hanya dari hubungan bisnis saja tapi di kehidupan pribadinya juga.Arumi sering mengajak berkunjung ke kediaman Lubis untuk sekedar menjenguk Vanya.Walau Vanya sendiri tidak pernah berinteraksi langsung dengan Arumi. Karena memang Vanya banyak melupakan orang orang di
Dokter Lidia tersenyum, lalu pandangannya mengarah ke layar. "Sepertinya Dede bayi masih malu malu, tuh liat di sembunyikan." ucap Dokter Lidia terkikik pelan.Posisi bayi saat ini sedikit memiringkan tubuhnya hingga bagian alat kelaminnya tertutupi.Hanzero dan Arumi menarik sudut bibirnya mengukir sebuah senyuman.Ini yang pertama bagi Arumi dan Hanzero jadi mereka begitu bahagia saat mendengar detak jantung bayinya untuk yang pertama kali.Di dukung dengan fasilitas kesehatan yang sudah canggih, bisa melakukan USG 3 Dimensi."Sepertinya memang seperti itu Dok." ucap Hanzero.Setelah pemeriksaan selesai, Arumi kembali duduk.Dokter Lidia menjelaskan apa apa saja yang boleh Arumi lakukan.Setelah selesai Arumi dan Hanz keluar ruangan Dokter.Hanz mengandeng Arumi, berjalan hendak keluar."Hanzero tunggu!" panggil seseorang dari belakang.Hanz menghentikan langkahnya, begitu juga Arumi. Kedua nya berbalik.Lubis! batin Hanzero.Arumi menyikut pelan lengan Hanzero."Mau apa dia Mas? bis
Pemberitaan pagi ini di penuhi pemberitaan tentang klarifikasi Hanzero kemarin malam. Berbagai judul yang muncul membuat Hanz geleng geleng kepala.‘Klarifikasi mantan tunangan vanya terkait skandal viralnya’‘Mantan tunangan Vanya tidak mau ikut campur’Masih banyak lagi judul pemberitaan yang menurut Hanz sangat tidak penting.Semenjak vidionya viral, Vanya bukan hnaya kehilangan pekerjaannya sebagai model. Banyak PH yang memutus hubungan kerja sepihak.Hal itu membuat Vanya frustasi, bahkan Vanya harus menanggung malu atas perbuatannya sendiri. Dan semenjak itu Vanya tidak menunjukan batang hidungnya, karena setiap hari banyak wartawan di depan rumah Lubis, bahkan Lubis sampai menambah penjaga untuk mengaja keamanan rumahnya.Bukan hanya Vanya yang menanggung akibatnya, tapi Lubis ikut menangung imbas dari kelakuan adik perempuannya.Setelah berita Vanya naik ke permukaan banyak insvertornya yang memutus buhungan kerja sama mereka. Walau Lubis sudah berusaha menjelaskan namun mere
Hanzero mulai kesal, para wartawan tidak ada satupun yang pergi, mereka masih menunggu Hanzero."Arp. Kita pulang sekarang, jika menunggu mereka mau sampai kapan?" Hanzero mulai putus asa.Hanzero sudah menunggu dari jam tujuh malam dan sekarang sudah pukul sembilan, selama itu Hanzero menunggu."Baik Tuan, tapi satu satunya jalan. Tuan harus menghadapi mereka." "Tidak ada pilihan!" hanya itu yang keluar dari mulut Hanzero.Hanzero melangkahkan kaki keluar dari ruangannya diikuti Arpha.Keduanya berjalan, melewati lorong. Tibanya di di ujung lorong tepatnya dimana pintu lift berada.Arpha dengan cekatan menekan tombol 1 dimana lantai dasar berada.Tring!Pintu lift terbuka, Hanzero bersama Arpha masuk.Pintu lift tertutup, membawa Hanz dan Arpha menuju lantai dasar gedung.Beberapa menit kemudian Hanz bersama Arpha, tiba di lantai bawah.Setelah pintu terbuka, Hanz bersama Arpha keluar.Para wartawan yang melihat pun langsung heboh."Lihat! Itu Tuan Hanzero keluar!" Teriak salah sat
Pagi ini dihebohkan dengan berita Viral seorang model hamil di luar nikah.Bahkan vidionya sudah tersebar di berbagai aplikasi di medsos.Berita di TV pagi ini hanya semua membahas Vidio Viral yang beredar, dalam waktu semalam Vidio itu sudah tersebar luas dan menjadi trending no 1.Vidio berdurasi beberapa menit itu menampilkan seorang wanita sedang memohon dan meraung pada seorang pria, tapi pria tersebut tidak mempedulikannya bahkan meninggalkan wanita itu.Suara si wanita pun terdengar sangat jelas, bahkan wajahnya terekspos dengan sempurna.Ya! Wanita itu adalah Vanya.Tanpa di sadari semalam ada seorang wartawan yang kebetulan sedang berada di situ.Keberuntungan bagi seorang wartawan mendapat berita sepanas ini.Namun kehancuran bagi Vanya, bukan hanya nama baiknya yang tercoreng tapi karirnya pun akan ikut hancur."Mas!" teriak Alika, begitu sampai di kamar."Kenapa? Pagi pagi sudah ribut!" bentak Lubis yang baru saja keluar kamar mandi.Alika mengambil napas sebelum kembali b
Vanya masih saja mengelak tidak mau mengakui kebenarannya.Lubis mulai jengah.Lalu Alika yang sedari diam, mulai berbicara."Lebih baik sekarang kita cek ke Dokter, untuk memastikan kebenarannya jika Vanya beneran hamil atau tidak. Jika terbukti Vanya hamil maka, kamu Mas." Tunjuknya pada Lubis."Harus segera menikahkan Vanya dengan laki laki yang sudah menghamilinya sebelum publik tahu dan akan mencoreng nama baik mu dan keluarga." Vanya menggeleng.Jika ke rumah sakit pasti akan ketahuan. Batin Vanya.Aku harus mencari alasan untuk ini. Lagi pula aku belum memberitahu David soal kehamilanku."Aku gak mau ke Dokter!" Tolak Vanya."Lagipula aku tidak hamil, aku hanya sedang tidak enak badan." Elak Vanya."Aku hanya butuh istirahat. Itu saja!" Vanya berdiri dan langsung pergi meninggalkan Lubis dan Alika."Vanya! Aku belum selesai berbicara!" Teriak Lubis, namun Vanya tidak menghiraukan dan melanjutkan langkahnya.Sampai di kamar Vanya mendudukan diri di pinggir tempat tidur.Sungguh