Share

Tes DNA

last update Last Updated: 2023-11-06 08:55:03

Umumnya, hasil tes bisa keluar satu hari setelah pengecekan. Namun, Morgan membayar mahal agar hasilnya bisa keluar dalam waktu dua jam. 

Dia membaca berkas di tangannya dan seluruh tubuhnya seakan membeku. 

"Hasilnya 98% cocok, Tuan." Dokter itu memberitahu. 

Dada Morgan seakan tenggelam. Itu berarti Yuna tidak berbohong. Dia benar-benar hamil setelah hubungan intim mereka malam itu. 

"Sekarang apa yang akan kita lakukan, Tuan?" Calvin yang bekerja sebagai pelayan pribadi Morgan bertanya. Ia bisa memahami kecemasan sang majikan. 

Pikiran Morgan seolah berkecamuk. Ia tidak tahu apa yang harus dilakukan. Ini semua di luar prediksinya. 

Hingga suara yang aneh tiba-tiba terdengar di ruangan itu. 

“Bunyi apa ini?” Morgan bertanya, mencari-cari sumber suara. 

“Ini suara detak jantung bayi Anda, Tuan,” ucap dokter itu. 

Jawaban itu membuat Morgan semakin kesulitan untuk bernapas. Ia bisa mendengar dengan jelas detaknya. Lemah, tetapi teratur, menunjukkan adanya kehidupan. 

Suara lain dari ponselnya merangsek masuk dan mengalihkan perhatian Morgan. Itu adalah pesan dari Gavriel. 

“Jadwal dan segala persiapan untuk operasi pengguguran sudah siap, Tuan.” 

Demikian pesan singkat yang mengingatkan Morgan pada rencana awal mereka. Seharusnya Yuna sudah berada di ruang operasi sekarang dan mengangkat janin itu dari rahimnya. 

“Apakah kau akan tetap menggugurkannya, Tuan?” Calvin bertanya setelah mereka keluar dari ruangan untuk berdiskusi. 

“Menggugurkan?” Satu suara terdengar dan asalnya dari seorang wanita. 

Morgan mengerutkan alis menatapnya. Ia paling tidak menyukai orang yang suka ikut campur, terutama wanita. 

“Siapa kau?” tukasnya dengan tak ramah.

Hal itu membuat Nara menjadi semakin tersulut. Ya, dia sudah mendengar semua diagnosa dokter. Mulai dari Yuna yang kelelahan hingga gadis itu yang tengah hamil. 

Awalnya, Nara khawatir Sean adalah ayahnya, atau bahkan gigolo yang ia sewa malam itu. Nara sudah bersiap mendatanginya saat mendengar hasil tes DNA. 

Kini, pria yang diketahui sebagai ayahnya justru berniat menggugurkan kandungan itu. 

Mata Yuna memicing dengan tak senang.

“Aku adalah sahabat Yuna dan aku sudah mendengar semuanya,” sergah gadis itu dengan marah, “Berani-beraninya kau berniat menggugurkan bayi itu, Berengsek!” umpat Nara tanpa ragu. 

Morgan mengembuskan napas panjang. Dalam hati menyesal karena masalahnya menjadi lebih rumit. 

“Bukan urusanmu,” jawab Morgan, singkat. 

“Sahabatku diminta untuk menggugurkan kandungannya, tentu saja ini adalah urusanku!” ucap Nara dengan suara tegas. 

“Ini tidak seperti yang kau pikirkan,” jawab Morgan. Matanya memicing saat ia mendongak untuk menatap Nara. 

“Bayi itu hadir karena kesalahan. Kesalahan hanya akan melahirkan kesalahan lainnya,” tutur pria itu dengan serius. 

“Cih.” Nara mendecih dengan kesal. “Aku tidak mengerti cara berpikir orang kaya sepertimu, tapi menggugurkan kandungan sama saja membunuhnya dan aku akan menjadi orang pertama yang membunuhmu jika kau melakukannya!” ancam Nara dengan serius. 

***

***

Hal terakhir yang Yuna ingat adalah pandangannya menjadi gelap sebelum dia hilang kesadaran. Kini, samar-samar dia bisa mendengar pembicaraan dua orang. 

“Baiklah, Dokter. Berikan saja itu padanya.” 

… dokter? 

Yuna langsung membelalakkan mata dan terlonjak bangkit. Wajahnya terlihat tambah pucat melihat ia berada di rumah sakit dengan Morgan di sisinya. 

“Bayiku …,” ucapnya, “Di mana bayiku? Jangan mengambilnya. Jangan ambil bayiku.” Yuna berkata seraya meraba perutnya seakan ingin memastikan dia masih berada di sana.

Morgan tak mengatakan apa-apa. Dengan tatapan dingin, dia memberikan secarik foto ke arah gadis itu. 

“Itu adalah bayimu,” ucap Morgan dengan suara baritone dingin. 

Yuna mengambil dan memandangi foto itu. Ia bisa melihatnya janinnya, tampak kecil, rapuh, dan hidup. Tanpa sadar, air mata mulai berkumpul di matanya. 

“Syukurlah …” Yuna memeluk foto itu dalam dekapannya. “Syukurlah kau baik-baik saja. Aku hampir saja membunuhmu. Maafkan aku,” isaknya. 

Calvin memalingkan pandangan ke arah lain. Entah mengapa, dadanya ikut terasa sesak melihatnya. Sementara itu, Morgan memandangnya dengan dingin, tetapi tenggorokannya seakan tersumbat batu kerikil. 

“Dokter bilang kau hanya kelelahan dan bisa pulang setelah sadar. Aku akan mengantarmu,” ucap Morgan. Mengutip perkataan dokter. 

Yuna menarik napas untuk mengatur isakannya, kemudian menggeleng. Dia ingin menggeleng, tetapi Morgan menatapnya dengan sorot mengerikan hingga Yuna tak memiliki pilihan lain. 

Akan tetapi, keadaan di dalam mobil itu menjadi hening. Tak ada yang bersuara. Baik Morgan ataupun Yuna seakan merasa segan untuk memulai pembicaraan. 

“Aku … aku berubah pikiran,” tutur Yuna tiba-tiba. 

Morgan memejamkan mata. Inilah alasan ia ingin menyelesaikan masalah ini dengan cepat. Jika sudah seperti ini, keadaan akan menjadi tambah sulit. 

Dia mengembuskan napas panjang dan menatap dalam ke arah Yuna. 

“Mengapa kau berubah pikiran?” tanyanya. 

Pandangan Yuna otomatis turun pada foto di tangannya. 

“Aku ingin mempertahankan bayi ini. Walaupun dia ada karena kesalahan, dia tetap anakku dan aku akan berjuang untuknya,” tutur gadis itu seraya tersenyum memandangi potret janin itu. “Aku akan menyesal jika membiarkannya pergi.” 

Tangan Morgan mengepal dengan geram. Entah mengapa, jantungnya bertalu-talu mendengar keputusan gadis itu. 

“Aku—”

“Jika kau tidak ingin mempertahankannya, tidak masalah,” Yuna menyela, “Aku akan merawat bayi ini sendirian. Aku bisa mencari pekerjaan dan merawatnya seorang diri. Karena itu, aku tidak akan meminta pertanggungan jawabmu,” ucap Yuna. Suaranya terdengar lembut, tetapi mengandung ketegasan yang mampu membungkam Morgan. 

“Di sini saja,” ucap Yuna saat mobil itu melintas di dekat rumahnya. “Kalau begitu, aku pamit.” Dia mengangguk satu kali dan beranjak pergi. 

Pintu ditutup dan seketika Morgan merasa hampa. Seakan ada hal besar yang menghilang dari dirinya dan tidak bisa Morgan dapatkan kembali. 

Tuk tuk tuk

Terdengar ketukan samar di kaca jendela. Morgan melihat wajah Yuna dan menurunkan kaca itu. 

“Ada apa?” 

“Kita mungkin tidak akan bertemu lagi, jadi aku ucapkan terima kasih sudah mengantarku,” ucap Yuna, “Dan, aku tidak menyesali malam itu sedikit pun.” 

Yuna kembali mengangguk dan bersiap pergi, tetapi satu suara ikut menyahut.

“Jadi, dia adalah pria itu?” 

Yuna masih menghadap ke arah Morgan dan membelalakkan mata saat mengenali suara itu, suara sang ibu yang terdengar tegas. Dewi bergegas mendekati Yuna dengan langkah marah. 

“Apakah dia pria yang sudah menghamilimu, Yuna? Dia orangnya, ‘kan?!” sergah wanita itu dengan nada tegas. 

Yuna menggelengkan kepala. Dia cepat-cepat merangkul tubuh sang ibu dan mengajaknya pergi dengan setengah memaksa. 

“Bukan, Bu, bukan dia orangnya,” ucap Yuna, masih bisa didengar oleh Morgan yang berada di dalam mobil. 

Yuna ingin membawa Dewi menjauh dari Morgan, tetapi Dewi menghempas tangannya dan menatap nyalang ke arah sang putri. 

“Lalu siapa?” tegas wanita itu, “Aku memintamu untuk pergi mendatangi pria berengsek itu, tapi apa yang kau lakukan dengan pakaian seperti ini?! Katakan, di mana pria itu! Jika kau tidak bisa mengatakannya, biar Ibu yang mendatanginya dan memberi pelajaran!” ucap Dewi dengan menggebu-gebu khas wanita berwatak keras. 

“Dia … dia sudah bertunangan, Bu,” ucap Yuna, “Aku tidak bisa mengganggunya, jadi aku akan merawat bayi ini sendiri.” 

Wajah Dewi menjadi pucat pasi mendengarnya. Jantungnya seakan tenggelam ke dasar samudra. 

“Dasar gadis bodoh!” bentak Dewi dengan kesal, kemudian mulai memukuli lengan Yuna. “Mengapa kamu mengalah dan membiarkan pria itu  bersama wanita lain! Kau pikir mudah mengurus anak seorang diri!” bentaknya. 

“A—aku akan bekerja, Bu!” Yuna menjawab, setengah berteriak agar mengalahkan suara lantang ibunya, “Aku akan bekerja untuk merawat bayi ini. 

Jawaban Yuna berhasil menghentikan pukulan Dewi. Wanita paruh baya itu memejamkan mata dengan frustrasi. Hatinya seakan tersayat mendengar tekad Yuna. 

Ia telah merasakan sendiri betapa sulitnya menjadi orang tua tunggal dan kini putrinya justru rela melakukannya demi kebahagiaan orang lain. 

“Dasar gadis bodoh,” umpatnya dengan mata berair, “Mengapa kau harus bekerja keras sementara ayahnya hidup bahagia bersama wanita lain?! Lihat saja, aku akan—” Dewi kembali mengangkat tangannya bersiap memukul Yuna, tetapi satu tangan mencegahnya. 

“Aku akan bertanggung jawab,” jawab Morgan. Pria itu sudah keluar dari mobilnya dan duduk di kursi roda. 

Dewi menarik kasar tangan yang dicekal Morgan, kemudian mendelik garang ke arah pria itu. 

“Apa katamu?” 

“Aku akan bertanggung jawab,” Morgan mengulangi, “Aku akan menikahi putri Anda. Yuna.” 

Related chapters

  • Pernikahan Kontrak Satu Milyar    Pernikahan Yang Tak Diinginkan

    Evelyn. Memanggil ….Morgan duduk di kursi roda dan memandangi layar ponselnya. Sejak tadi, benda itu mencoba menghubungi seseorang yang tak kunjung menjawab. Pria itu tampak sudah rapi dan siap dalam pakaian formalnya. Untuk hari penting ini, Morgan memilih mengenakan kemeja putih dengan tuksedo hitam yang terlihat berkelas. Dari ujung kepala hingga ujung kaki, pria itu terlihat sudah siap untuk menghadapi hari ini. Namun, pikirannya tertuju pada hal lain.Hanya tinggal menghitung jam hingga pernikahannya berlangsung, dan Morgan justru memikirkan orang lain. Seorang wanita yang mungkin tidak akan pernah kembali padanya.“Tuan, kita harus berangkat sekarang,” ucap Benny, sekretaris sekaligus pendamping Morgan hari ini. Sekali lagi, Morgan melirik pada ponselnya yang gagal menghubungi wanita itu. Dia mengembuskan napas panjang, kemudian mengangguk. “Ayo berangkat,” ucapnya dengan suara berat. ******“Apa-apaan ini?” Dewi memprotes saat berada di kamar Yuna. Kamar itu dipenuhi ole

    Last Updated : 2023-11-06
  • Pernikahan Kontrak Satu Milyar    Malam Pertama Bersama Pria Lumpuh

    "Terima kasih untuk kerja sama Anda hari ini," ucap Benny, mewakili suara Morgan yang berada di sisinya, "Kalau begitu, kami pamit pulang terlebih dahulu—""Pulang?" Dewi menyela dengan logat kampungnya. "Tidak perlu terburu-buru. Sudah menjadi tradisi kalau pengantin pria dan wanita harus menghabiskan malam bersama," ucap Dewi dengan bersemangat. Yuna membelalakkan mata dengan terkejut, begitu pula Benny dan Morgan yang bertukar pandang dengan canggung. "Soal itu, kami—""Jangan khawatir," Dewi kembali menyela, "Walaupun rumah kami kecil, aku sudah menyiapkan kamar khusus untuk kalian berdua," tambahnya. Kontras dengan sikap Yuna yang lebih banyak diam, karakter Dewi sangat keras, persis seorang ibu tunggal. Wajah Morgan menjadi semakin pucat mendengarnya. Ia tak pernah menyangka jika harus melakukan ritual itu juga. Senna tersenyum licik, sementara Yuna cepat-cepat mendekati sang ibu. "Apa yang Ibu katakan?" ucap Yuna, memberi isyarat agar sang ibu berhenti. Ia tahu Morgan mera

    Last Updated : 2023-11-07
  • Pernikahan Kontrak Satu Milyar    Di Rumah Disayang, Di Rumah Suami Diabaikan

    "Akan ada sopir yang menjemputmu siang ini. Segera bereskan barang-barangmu." Demikian pesan yang ditinggalkan Morgan sebelum pria itu pergi. Saat Yuna terbangun di atas tikar, ia melihat Morgan sudah bersiap pergi dan pria itu menyampaikan pesan tersebut. Yuna tak sempat mencegah kepergiannya. "Apakah Morgan sudah pergi?" Dewi bertanya. Wanita itu kembali ke rumah untuk memasak sarapan dan kini Yuna tengah berada di dapur, membantunya. Dewi bukannya wanita yang buta dan tak peka. Ia bisa langsung menyadari kejanggalan pada hubungan keduanya. Oleh sebab itu, ia sengaja mengurung mereka semalaman, dengan harapan sesuatu yang berbeda akan tercipta di antara keduanya. Yuna mengangguk. "Katanya, ada rapat pagi-pagi yang harus didatangi," ucapnya, setengah berbohong demi menutupi reputasi baik suaminya. Seakan bisa menyadari kebohongan dalam suara sang putri, Dewi berhenti memotong sayuran dan mengamati tubuh putri sulungnya dari ujung kepala hingga ujung kaki. "Kalian benar melaku

    Last Updated : 2023-11-07
  • Pernikahan Kontrak Satu Milyar    Dokumen Penting Morgan

    "Anda yakin akan ikut, Nyonya? Saya bisa mengambilnya sendiri," ucap sopir itu. Dia sedikit terkejut karena tahu-tahu Yuna berkata akan ikut. Wanita itu menggelengkan kepala dan tersenyum. "Tidak apa-apa. Morgan bilang dia sangat membutuhkannya," ucap Yuna. Ia senang jika bisa melakukan sesuatu untuk suaminya itu. Ini kali pertama Morgan meminta sesuatu darinya, jelas Yuna akan berusaha memenuhinya. Sesuai dengan tekad yang telah ia buat sebelum pindah kemari. Akhirnya, Yuna benar-benar iktu dan sedikit takjub sebab firma hukum Redlion bukanlah firma hukum sembarangan. "Ini dokumen untuk Tuan Morgan Lewis Spencer," ujar seorang pengacara yang telah Morgan sewa. Yuna menerima map cokelat itu dan tersenyum ramah. "Terima kasih," ucapnya, kemudian beranjak pergi. "Maaf," Pengacara itu bersuara lagi, "Apakah … Anda adalah istri dari Tuan Morgan?" Dia bertanya. Bukan raut penasaran yang terlihat di wajahnya, melainkan sorot iba dan gelisah. Yuna menganggukkan kepala membenarkan. "

    Last Updated : 2023-11-08
  • Pernikahan Kontrak Satu Milyar    Surat Kontrak Satu Milyar

    Yuna bisa mendengar perintah Morgan dengan jelas. Namun, gadis itu tak langsung mengerti. Wajahnya masih bingung saat ia menerima dokumen itu, kemudian membukanya. Surat Pengajuan Perceraian. Mata Yuna membelalak seketika. “Ini—”“Baca sampai habis,” titah Morgan dengan dingin. Napas Yuna menjadi lebih berat saat ia melanjutkan. Gadis itu terus membaca poin demi poin. Kata-kata baku khas pengadilan bagaikan tusukan jarum dingin yang menembus jantungnya. Hingga tanpa sadar mata Yuna mulai berkaca-kaca membacanya.Di akhir, ada ruang untuk tanda tangan dan sudah ada tanda tangan Morgan di sana. Tanda pria itu menyetujui semua poin di atas. “Aku akan menceraikanmu, dengan beberapa persyaratan,” ucap Morgan, “Pertama, kita akan berpisah setelah sembilan bulan, setelah bayi itu lahir. Kemudian, anak itu akan menjadi milikku. Dia akan menjadi pewarisku. Sebagai gantinya, aku akan memberimu satu milyar sebagai bayaran atas segala usahamu.” Pernikahan Kontrak Satu Milyar. Yuna terseny

    Last Updated : 2023-11-08
  • Pernikahan Kontrak Satu Milyar    Ancaman untuk Morgan

    Yuna menunggu dengan resah di meja makan. Sejak tadi, ia bolak-balik mengecek ponselnya, melihat apakah ada pesan masuk dari pria itu. Saat pertama bertukar nomor ponsel dengan Delvin, Yuna tak tahu ia benar-benar akan membutuhkan pria itu. Seperti sekarang. Namun, Delvin tak kunjung membalas pesannya. Kediaman Morgan menjadi sunyi seperti rumah hantu kala siang. Awalnya, Yuna ingin ikut Lastri berbelanja, tetapi Lastri melarang karena takut ditegur oleh Morgan. Kini, Yuna terjebak di rumah itu, menunggu Lastri ataupun Morgan pulang. Perhatian Yuna teralihkan saat ia mendengar deru mesin mobil di halaman. "Apakah Morgan pulang cepat?" Gadis itu bertanya-tanya. Namun, alih-alih mobil hitam mewah milik Morgan, ia justru menemukan mobil merah sudah terparkir di pelataran parkir dekat air mancur. Seorang wanita keluar dari mobil. Dia mengenakan kacamata hitam dan Yuna menerka usianya tiga puluhan. Gadis itu bertanya-tanya apakah dia Evelyn, tetapi dugaan itu langsung terbantahkan

    Last Updated : 2023-11-08
  • Pernikahan Kontrak Satu Milyar    Menikah Diam-diam, Bercerai Tanpa Suara

    Suasana menjadi hening setelah Lina pergi. Yuna masih terhenyak. Tak hanya kepada dirinya, Morgan pun tak segan menunjukkan sikap kejam pada keluarganya. "Bukankah aku sudah memintamu untuk merahasiakan pernikahan ini?" Morgan bertanya. Yuna terlalu larut dalam lamunan hingga tak sadar jika Morgan sudah menatap tajam ke arahnya. "Ma—maafkan aku," ucap Yuna, "Aku tidak tahu jika dia adalah keluargamu." Sejak awal, Yuna berniat merahasiakannya hingga Pak Yono datang dan membocorkan semuanya. Namun, Yuna tak ingin menyebut nama pria itu, khawatir Morgan akan langsung memecatnya. "Keluarga, teman, atau kolega bisnisku sekalipun tak perlu mengetahui pernikahan ini, toh pada akhirnya kita akan bercerai," tutur Morgan, terdengar tidak senang dengan Yuna. Kata-kata itu menyayat hati Yuna dengan menyakitkan. Namun, setengah bagian dirinya sedikit mengerti setelah menyaksikan perdebatan mereka. Di dunia Morgan, sangat aneh menikahi gadis miskin sepertinya. Bagaikan singa yang menikah de

    Last Updated : 2023-11-09
  • Pernikahan Kontrak Satu Milyar    Bantuan Delvin

    Hari masih senja saat Yuna dan Delvin bertemu. Jelas sekali Delvin terlihat seperti orang yang amat sibuk. Wajah tampannya terlihat lelah dan pakaian formalnya seakan menyesakkan tubuh Delvin. "Maaf, apakah aku mengganggu jadwalmu?" Yuna bertanya dengan segan. Padahal, mereka bukan siapa-siapa. Hanya dua orang yang tak sengaja bertemu. Namun, Delvin sudah banyak membantunya. Mulai dari menghibur Yuna, meminjamkan baju, dan kali ini Yuna membutuhkan jasanya. Delvin menggelengkan kepala. Dia melirik arlojinya. "Kamu gadis beruntung," ucap Delvin, "Aku baru akan bertemu klien lagi malam ini." Yuna tersenyum mendengar kata gadis beruntung. Selama ini, dia sering diejek sebagai gadis malang. "Syukurlah," ucap Yuna seraya mengembuskan napas panjang. Dia menyodorkan paper bag ke arah Delvin. "Ini adalah sapu tangan dan baju yang kemarin," tutur Yuna, "Sekarang, aku membutuhkan sedikit bantuanmu," lanjutnya dengan segan. Delvin mengangguk. Dia memperhatikan gadis itu mengeluarkan map

    Last Updated : 2023-11-09

Latest chapter

  • Pernikahan Kontrak Satu Milyar    Always And Forever, Yuna

    “Apa yang terjadi padanya?” David bertanya seraya menghampiri Cindy dan Yuna. Pertanyaan itu ditujukan kepada Yuna yang sore ini terlihat begitu layu. Tak biasanya Yuna seperti ini. Bahkan setelah memeriksa puluhan pasien, wanita itu masih memiliki cukup stamina. “Sudah dua hari dia ditinggal suaminya.” Cindy menjelaskan. Menatap iba pada sahabatnya yang kini terlihat seperti zombie. “Bukankah seharusnya dia kembali kemarin?” tanya Cindy lagi. Terhitung sudah sebulan semenjak Yuna menikah dengan Morgan. Wanita itu masih diizinkan untuk bekerja. Namun, keduanya justru tidak sering bertemu. Tak seperti saat masa pendekatan dahulu, Morgan bisa memanggil Yuna sesuka hati. Kini, bahkan pria itu amat jarang terlihat di rumah sakit. Membuat Yuna hanya bisa bertemu dengannya saat malam dan pagi hari. Bahkan, kali ini terhitung sudah dua hari ia tak bertemu Morgan dan seluruh energinya seakan menghilang. Yuna tak pernah seperti ini sebelumnya. “Tiba-tiba dia harus mengadakan pertemu

  • Pernikahan Kontrak Satu Milyar    Awal Yang Baru

    Bunyi gerendel digeser menyambut masuknya seorang pria berompi dan berpakaian oranye. Kedua tangannya diborgol dan raut wajahnya terlihat lesu sekaligus tak terawat. Orang-orang yang melihatnya tak akan menyangka jika pria berpakaian tahanan penjara itu pernah menjadi direktur utama perusahaan bergengsi. Morgan sudah menunggu di kursi dan begitu sang paman mengangkat kepala untuk melihatnya, pria itu bergegas menghampiri Morgan. “Kau datang untuk melepaskanku, ‘kan? Kau datang untuk mencabut tuntutan itu, ‘kan, Morgan?” sergah Dimas dengan penuh harap. Sudah genap lima hari dia dipenjara dan penampilan Dimas terlihat jauh lebih buruk. Tak ada lagi bekas perkelahian. Kumisnya tumbuh dengan cepat, matanya sayu, dan kulit wajahnya terlihat kusam. Dari apa yang dilaporkan oleh jaksa, Dimas dituntut lima belas tahun penjara atas tuduhan penggelapan dana dan penyuapan yang dia lakukan, ditambah tiga tahun lagi atas percobaan pembunuhan yang ia lakukan terhadap Yuna. Morgan sudah be

  • Pernikahan Kontrak Satu Milyar    The First Night

    Sekujur tubuh Yuna seketika bereaksi mendengar suara Morgan. Ia menelan saliva dengan gugup. Bahkan lehernya terlihat kaku saat Yuna menoleh perlahan ke arah Morgan. “A … apa?” tanya wanita itu seraya berkedip canggung. Pria itu tersenyum tipis dan menegakkan tubuhnya. Satu tangannya masih berada di dalam saku, sementara sudut bibir Morgan tertarik membentuk senyum miring. “Kakek sudah menyiapkan ini semua. Hanya untuk kita. Tidak mungkin kita membuat dia kecewa, bukan?” tutur pria itu dengan nada lirih setengah berbisik. Seluruh bulu di tubuh Yuna seakan bergidik seketika. Belakangan, ia terlalu fokus menyiapkan diri untuk pernikahan hingga Yuna lupa ia masih memiliki kewajiban tepat setelah pernikahan itu berakhir. Kewajiban melalui malam pertama bersama Morgan. Pria itu tersenyum tipis melihat wajah Yuna yang mendadak gugup dan canggung. Cup Ia melabuhkan satu kecupan ringan pada salah satu pipi Yuna. “Aku akan membersihkan diri sebelum melakukannya,” ucap Morgan

  • Pernikahan Kontrak Satu Milyar    Wedding Days

    “Maksudmu, Morgan akan menikah? Cucuku akan segera menikah!?” Kakek Morgan berseru tegas. Pria tua itu tengah membaca di ruang baca saat salah seorang pelayan datang dan membawakan surat undangan. Matanya nyaris terbelalak keluar saat melihat nama sang cucu di sana. “Itu benar, Tuan Besar. Sepertinya, Tuan Morgan merahasiakan hal ini dari keluarga besar.” Pelayan sekaligus asisten pribadinya itu menjelaskan. Mendengarnya, raut wajah pria itu itu menjadi campur aduk. Senang dengan kabar menggembirakan ini sekaligus setengah kesal karena dirahasiakan dari peristiwa penting seperti ini. “Bocah tengik!” umpatnya, “Berani-beraninya dia merencanakan pernikahan ini tanpa sepengetahuanku. Siapa pengantin wanitanya?” sergah pria tua itu. “Dia—” “Tentu saja calon istriku.” Satu suara menyela. Kakek Morgan, Louis, dan asistennya refleks menoleh ke arah sumber suara. Di ambang pintu, sudah berdiri Morgan dengan Yuna di sisinya. Raut wajah pria itu terlihat penuh semringah. “Tentu saja

  • Pernikahan Kontrak Satu Milyar    Penyesalan Terbesar

    “Morgan menemui Ibu?” Yuna bertanya dengan raut wajah penasaran. Sesuai janji, Morgan dan Yuna sepakat untuk bertemu setelah Yuna selesai bekerja. Kini, setelah Yuna datang ke ruangan pria itu, Morgan justru tidak ada di ruangannya. Benny mengangguk satu kali. “Benar, Nyonya. Setelah rapat selesai, tiba-tiba Nyonya Dewi mengajak Morgan untuk mengobrol,” tutur pria itu. Alis Yuna mengernyit bingung. Dewi tak mengatakan apa pun kepadanya. “Apakah kau tahu ke mana mereka pergi?” Yuna bertanya lagi. Sayangnya, Benny menggelengkan kepala. “Tuan Morgan tidak memberitahu apa pun kepada saya, Nyonya,” lanjut pria itu. Yuna mengangguk mengerti dan meminta Benny untuk melanjutkan pekerjaan sementara Yuna akan menunggu di ruangan Morgan. Wanita itu sudah mencoba menghubungi Morgan, tetapi tidak mendapat jawaban apa pun. Hingga selang beberapa menit, pintu terbuka dan Yuna refleks berdiri. Akan tetapi, alih-alih Morgan, ia justru mendapati sosok Katherine yang berdiri di ambang pintu.

  • Pernikahan Kontrak Satu Milyar    Sebuah Permintaan Terakhir

    Morgan dan Yuna mempersiapkan dengan lebih matang kali ini. Tidak seperti pernikahan pertama mereka yang dilakukan secara mendadak, tertutup, dan setengah hati. Kali ini Morgan benar-benar mencurahkan pikirannya dengan maksimal. Di sela-sela kesibukan pria itu dalam menjalankan dua perusahaan sekaligus, Morgan masih mencicil keperluan dan menggali informasi untuk vendor pernikahan yang sesuai. Kemarin, Morgan dan Yuna telah memilih sebuah aula tempat pernikahan akan digelar. Tempatnya berada di luar ruangan di kawasan elite yang khusus untuk menggelar pernikahan. Awalnya, Yuna tampak ragu, khawatir perayaan itu akan terlalu banyak. Namun, Morgan berkata mereka hanya akan melakukannya satu kali dan tentu hal itu harus sempurna. Kali ini, pria itu baru selesai rapat dan berjalan beriringan dengan Benny menuju mobil. “Kau sudah membayar untuk tempat kemarin?” Morgan bertanya kepada sekretarisnya. Benny mengangguk satu kali. “Sudah lunas dan tanggal itu dipersiapkan hanya u

  • Pernikahan Kontrak Satu Milyar    Amarah dan Kasih Sayang

    Benny kewalahan saat mencoba menahan tubuh sang bos. Wajah Dimas sudah babak belur dan berdarah. Pria itu benar-benar akan habis di tangan Morgan andai tak ada satu pun orang yang menghentikan. Selama ini, Morgan selalu menahan diri dan tak sekalipun menggunakan kepalan tangannya. Namun, sebagai orang terdekatnya, Benny tahu bahwa sekali Morgan memukul seseorang, pria itu bisa benar-benar kritis. “Hentikan ini, Tuan. Anda bisa membunuhnya!” Benny berkata dengan tegas. Iris hitam Morgan masih dikuasai oleh kemarahan. Seakan suaranya tak dapat mencapai akal sehat Morgan. Sementara itu, Dimas berhasil kembali berdiri. Wajahnya terasa berdenyut sakit dan amarah juga menguasai dirinya. Ia menatap lurus ke arah Morgan, kemudian menyeringai tipis. Hal itu membuat kegeraman Morgan semakin meledak-ledak. “Brengsek!” sergah Morgan, kemudian kembali merangsek maju. Kekuatannya begitu besar hingga berhasil menembus pertahanan Benny. Ia melangkah cepat mendekati Dimas dan kembali men

  • Pernikahan Kontrak Satu Milyar    Pria Berengsek

    “Kau sudah memeriksa seluruh CCTV di sana?” Morgan bertanya melalui telepon. Pria itu telah berada di mobilnya dan mengenakan sebuah earphone. Sejak tadi, ponselnya tak berhenti menghubungi ke sana kemari. Jika benar Dimas berperan dalam hilangnya Yuna, maka Morgan harus bertindak secepat mungkin. Kali ini, Morgan kembali meminta bantuan Bara dan Erik. “Sudah, Tuan, dan memang benar Nyonya Yuna tengah berangkat bekerja saat sebuah mobil hitam mendekatinya. Tapi, pria itu tidak melakukan apa-apa.” Bara memberitahu. Alis Morgan mengernyit seketika. Pria itu terlihat tidak kesulitan membagi konsentrasi antara setir kemudi di depannya dengan percakapan di telepon itu. “Apa maksudmu?” sergah Morgan. “Dia tidak memukul atau menyeret Nyonya Yuna. Pria di dalam mobil sepertinya mengajak Nyonya Yuna bicara, kemudian Nyonya Yuna memasuki mobil itu tanpa paksaan.” Bara menjelaskan sembari menatap layar komputer yang menampilkan hasil rekaman CCTV salah satu toko terdekat. Morgan membungka

  • Pernikahan Kontrak Satu Milyar    Kehidupan tanpa Nhonha

    Semuanya menjadi kacau. Dengan amat hati-hati, Morgan berusaha membereskan kekacauan dan merangkai situasi sempurna agar mereka benar-benar bisa menikah. Kini, tepat setelah kasus sang putra berhasil tuntas, Yuna justru lepas dari genggamannya. Dewi terlihat sangat kecewa dan marah terhadap mereka. Ia tak mendengarkan Morgan sedikit pun dan langsung membawa Yuna pergi. Persis seperti lima tahun lalu. Kini, wajah Morgan terlihat pucat dan tak bersemangat meski ia telah berhasil mencapai tujuannya. “Pagi ini, Paman Anda akan menjalani pemeriksaan pertama, Tuan. Ketua eksekutif perusahaan DreenCo juga ikut terseret—” Laporan Benny terhenti saat pria itu menyadari Morgan terlihat tidak fokus. Pria itu tidak mendengarnya sedikit pun. Iris hitamnya terlihat kosong, tampak jelas pikiran Morgan tak berada di sana. “Bagaimana kondisi Nyonya Yuna, Tuan?” Benny mengganti topik pembicaraan. Mendengar itu, Morgan berkedip satu kali dan seketika jiwanya seakan kembali ke tubuh pria i

DMCA.com Protection Status