***
“Sayang, aku mau bicara sama kamu,” ucap Yamazaki.
Gadis yang sedang menyiapkan pakaian langsung menghampiri suaminya yang sedang duduk di atas ranjang. “Ada apa, Anata?’ tanyanya, dia khawatir karena Yamazaki terlihat gelisah.
“Dua hari lagi kita akan kembali ke Jakarta, aku sangat bersemangat pulang dan bertemu dengan ayah dan ibu, tapi tadi aku mendadak mendapat kabar kalau Profesor Luwdig kecelakaan dan aku ditunjuk untuk menggantikan beliau di kampus.”
“Jadi... “ Gadis tak bisa menunggu lama lagi mendengar apa yang ingin Yamazaki katakan.
“Bagaimana kalau kamu sendiri dulu pulang ke Jakarta?”
Gadis terdiam sejenak. Dia tersenyum samar. “Jadi Anata tidak jadi pulang bersamaku esok lusa?”
“Jadi, Sayang. Tapi waktunya berbeda. Aku tidak bisa menolak permintaan kampus juga,” balas Yamazaki.
"Memangnya tid
***Kedatangan Gadis ke Jakarta tentu saja disambut hangat oleh keluarga besarnya, dan mereka pun berkumpul bersama karena sangat merindukan Gadis. Namun, kedatangan Gadis yang tidak ditemani oleh Yamazaki tentu saja membuat sebagian keluarga besarnya bertanya-tanya dan penasaran."Suamimu kemana?" tanya Hartawan."Yamazaki mendadak harus menggantikan profesor-nya di kampus karena profesor-nya sedang ada musibah,” balas Gadis.“Lho kok malah mentingin orang lain sih, dia kan sudah tiga tahun tidak ke sini, masa dia membiarkan kamu pulang seorang diri,” ucap Hartawan menggelengkan kepalanya.“Memang hanya suamiku, Pakde yang bisa menggantikannya. Aku juga tidak masalah karena professor-nya itu selalu membantu Yamazaki.”Hartawan menghela napas panjang. “Harusnya ikut saja anterin kamu, istrinya. Nanti dia bisa balik lagi.”“Hush! Kamu kok ngatur sih, mana bisa semudah itu,”
***Yamazaki langsung menemui Haruka yang saat ini berada di rumah sakit. Wanita itu melakukan percobaan bunuh diri lagi dan dengan sengaja menyayat nadi di lengannya. Pria itu tampak mematung menatap Haruka yang sedang duduk dengan pandangan yang kosong. Wajahnya sangat pucat, dan hatinya pun terenyuh karena baru kali ini dia melihat Haruka yang seperti itu.Yamazaki langsung duduk di depan Haruka. Wanita itu masih tak bergeming. Yamazaki pun tak bicara, dia hanya di sana untuk menemani Haruka agar wanita itu tahu kalau di dunia ini masih ada orang lain yang peduili.Satu jam berlalu... Yamazaki dan Haruka hanya terdiam. Pria itu melihat arloji di tangan kanannya, dan sudah waktunya dia melakukan panggilan video pada Gadis. Pria itu beranjak dari duduknya, namun Haruka mencegahnya pergi dengan menahan lengannya.“Aku tidak mau sendirian, aku takut,” lirih Haruka. Wanita itu akhirnya berbicara.Yamazaki mera
***Gadis sedang melihat layar televisi. Di sana muncul Devano yang sedang menerima penghargaan jadi penyanyi terbaik, tampak wajah Devano semakin bersinar dan terlihat bahagia. “Ternyata dia masih berbakat juga,” ucapnya pelan.“Devano sudah berubah setelah bercerai,” timpal Putri.“Berubah? Ya iya lah berubah, kan jadi duda untuk kedua kalinya,” balas Gadis.“Anak ini, ya!” Putri menggelengkan kepalanya. “Maksudnya Ibu itu, dia jadi lebih sopan, ramah, dan sekarang gaulnya sama para ustadz dan artis-artis yang sedang hijrah.”“Oh, syukur lah kalau begitu. Alhamdulillah, Allah ketuk hatinya,” balas Gadis.“Setelah dua bulan bercerai dari Dhea, tak lama Devano datang seorang diri menemui Ibu dan ayahmu di sini. Dia meminta maaf dan menyesal karena sudah melukai hati kita. Kami memaafkannya karena ya namanya manusia itu pasti ada khilaf, kenapa tidak member
Kita terbiasa bersama, terbiasa saling membutuhkan, dan saling bergantung. Darimu pun aku mulai paham tentang aku yang utuh. Sampai kamu pergi, meski itu hanya sementara, aku tetap merasa separuh jiwaku telah hilang. Jika seperti ini sesaknya kamu tak tampak di dekatku, bagaimana bisa hidupku baik-baik saja tanpamu?***“Anata, kenapa tadi ada suara Haruka? Anata sedang bersama dia sekarang?” tanya Gadis. Dia terkejut mendengar suara wanita itu. Suara yang sangat dekat. Entah apa yang keduanya bicarakan, Gadis tidak paham karena mereka berbicara menggunakan bahasa dari negara mereka.“Iya, Sayang. Aku sedang menemani Haruka dari kemarin. Aku lupa memberi kabar karena keadaan Haruka agak serius,” balas Yamazaki.“Sakit apa dia?”“Haruka... ““Hmm... ada apa, Anata? Apa penyakitnya serius?” tanya Gadis penasaran.“Haruka melakukan perco
Kenapa cinta yang membuat bahagia dan terluka ini datang saat seperti ini? Kenapa aku harus jatuh cinta padanya? Kenapa perasaan ini tak mampu aku enyahkan padanya. Menatapnya seolah aku menemukan dunia yang baru. Kenapa aku menemukan cinta dengan hal yang berbeda?***“Yamazaki.”Pria itu langsung menoleh ke arah Haruka. Dia pun menatap wanita itu yang saat ini jauh lebih tenang. “Bagaimanatadi belajarnya?” tanyanya.Haruka tersenyum. “Aku semakin jatuh cinta dengan islam. Aku menemukan ketenangan dan ternyata islam sangat memuliakan wanita. Kenapa hidayah itu datang terlambat padaku?”“Allah hanya memilih manusia yang diberikan hidayah, danInsya Allahkamu adalah salah satu pilihandari-Nya,” balas Yamazaki. “Alhamdulillahkalau kamu saat ini lebih tenang, jadi jika kamu merasa terluka dan kecewa ada Allah yang bisa kamu harapkan untuk membe
Kamu masih jadi yang terindah, bahkan sampai detik ini hati ini hanya menyerukan namamu saja. Aku menyesal karena bahagiaku telah kupatahkan saat meninggalkanmu.***Gadis langsung pergi ke rumah sakit saat Devano menghubunginya. Dia terkejut saat Devano mengatakan kalau Putri, ibunya ditabrak oleh pemotor. Saat ini Putri masih terbaring di atas ranjang rumah sakit. Gadis menangis karena baru kali ini dia melihat ibunya terbaring seperti itu. Gadis ke luar dari ruang perawatan, dia merasa lelah dan terkejut melihat Devano yang sedang duduk di koridor rumah sakit, wajah pria tampak kelelahan.“Devano.”Devano langsung terbangun, dan dia agak terkejut karena melihat Gadis sudah berada di depannya. “Ah, aku ketiduran,” ucapnya. “Aku sudah menyelesaikan administrasinya dan sudah menghubungi ayah juga, nanti aku pulang kalau ayahmu sudah datang ke sini.”“Kamu pulang saja kalau memang masih ada urusan, aku tak masalah men
***Gadis tidak terlalu bersemangat beberapa hari ini. Pikirannya sangat kacau karena Yamazaki yang selalu menunda untuk menjemputnya ke Jakarta, dan masalah Haruka juga sangat menganggu pikirannya. Bayang-bayang Haruka yang mirip dengan Sakura membuatnya ragu dan juga takut, dan tak terasa air matanya pun jatuh membasahi sajadah. “Ya Allah, aku hanya manusia biasa. Banyak hal yang aku takutkan di masa depan. Aku tahu kalau sebagai umat-Mu, jangan risau akan masa depan yang masih rahasia. Tapi, aku tidak mau sampai ketakutanku ini membuatku resah. Ya Allah, aku hanya meminta-Mu untuk menjaga hatinya, hati suamiku yang hanya diberikan padaku saja, istrinya,” ucapnya berdoa dengan suara serak.Pintu kamar Gadis diketuk beberapa kali, dia mengernyitkan keningnya karena tidak ada suara yang memanggil namanya. “Ibu?” tanyanya dengan suara parau.Pintu diketuk lagi.Gadis menghela napas panjang, dia langsung melipat mukena dan sajadahnya, dan te
***Yamazaki berkumpul dengam keluarga besar Gadis. Pria itu pun tampak berbaur dan berbicara dengan mereka. Namun, ada beberapa saudara Gadis yang masih gemas mencubitnya, mereka selalu disebut 'Eyang’ oleh Gadis. Sebenarnya Yamazaki tidak masalah para eyang itu gemas padanya. Tapi kalau dilakukan berkali-kali, wajahnya pasti tidak akan selamat. Dia harus melarikan diri!Pria itu diam-diam pergi, dia melihat Gadis masih berbicara dengan yang lainnya. Yamazaki membiarkannya karena dia tidak ingin menganggu waktu istrinya bersama keluarga besar karena nanti Gadis akan dia bawa ke Tokyo.Lalu, Yamazaki duduk di teras, dia menikmati angin yang menerpa wajahnya. Baru saja dia menikmati angin itu, tiba-tiba ada seseorang yang memanggil namanya, pria itu langsung menoleh ke arah sumber suara dan dia melihat sosok perempuan yang saat ini sedang tersenyum padanya.“Halo... ““Hai,” balas Yamazaki tersenyum.“Mana Gadis?&rdquo