***Gadis dan Yamazaki saat ini sedang menatap langit malam yang penuh dengan bintang-bintang cantik. Mereka tak sengaja berbicara karena tadi tiba-tiba Fumie dan yang lainnya mendadak meninggalkan mereka tanpa sebab. Entah apa yang sedang direncanakan mereka, Gadis merasa ada sesuatu yang janggal. Apalagi melihat senyum Harumi yang tak mudah ia tebak.“Setelah melaksanakan shalat Idul Fitri, kita semua akan bergegas pergi ke Sapparo,” ucap Yamazaki, lelaki itu tak menatap Gadis, pandangannya lurus ke depan menatap pekatnya langit malam.“Sensei mau ikut juga?” tanya Gadis.“Tentu saja saya ikut karena saya pun ingin berlibur dengan mahasiswa-mahasiswa saya,” balas Yamazaki. “Apa kamu merasa terusik dengan kehadiranku?”“Tidak sama sekali. Saya senang karena Sensei juga ikut,” balas Gadis dengan cepat.Yamazaki menghela napasnya. “Terkadang kita sulit untuk mengungkapkan apa yang ada di hati dan pikiran kita karena takut. Ketakutan itulah yang terkadang membunuh kesempatan itu,” ujarn
***Gadis menatap layar laptop dengan perasaan sedih setelah mengkahiri video call bersama kedua orang tuanya. Hari ini, bertepatan dengan hari raya Idul Fitri, ia tidak berkumpul bersama kedua orang tua dan keluarga besarnya. Gadis merasakan ada sisinya yang hilang, ia mengheka napas, saat ini butuh tenaga untuk memulai aktifitasnya kembali. Mungkin sebelum ke kampus, ia berjalan-jalan dahulu untuk menikmati kota Tokyo sejenak. Idul fitri di Tokyo sangat berbeda, tidak ada acara kumpul bersama ataupun mudik. Setelah shalat Idul Fitri, ia langsung pulang ke apartemennya.Bel apartemen berbunyi, Gadis langsung membuka pintu dan terkejut melihat kedatangan teman lamanya yang sudah lama mereka tak saling menyapa karena dulu keduanya sempat bersitegang.“Ratu!” seru Gadis terkejut, kedua matanya membulat.“Aduh, kamu dari dulu kenapa ngegemesin sih!” balas Ratu sambil mencubit kedua pipi Gadis.Gadis mencebik, ia memanyunkan bibirnya karena Ratu dari dulu tidak pernah mengubah kebiasaanny
***Seharian ini Gadis dan teman-teman kampus bimbingan Yamazaki menikmati liburan musim panas di kota Sapporo. Sapporo adalah kota istimewa di Hokkaido yang penuh dengan daya tarik untuk wisata dengan adanya alam yang luas, makanannya yang lezat, dan karya seni yang mengagumkan. Gadis pergi ke Taman Odori. Taman Odori adalah taman yang dibangun di jalanan utama Kota Sapporo. Taman ini memisahkan antara Sapporo bagian selatan dan utara. Di sudut taman yang sangat besar ini, berdiri Menara TV Sapporo. Pada malam harinya ia menikmati Festival kembang api di kota Sapporo. Festival Kembang Api Makomanai adalah festival kembang api terbesar di Hokkaido yang diselenggarakan di Taman Makomanai, dengan 22.000 lebih kembang api tanpa henti. Di pusat kota Sapporo, tak jauh dari Jembatan Selatan Sungai Toyohira, diadakan Festival Kembang Api Doshin-UHB yang menjadi favorit warga Sapporo. Di Taman Moerenuma, kembang api dipadukan dengan musik dalam ajang Kembang Api Artistik Moerenuma Kemeriahan
***“Sekarang giliran aku!” seru Paula, ia langsung memutar botol bekas dan akhirnya mengarah pada Gadis. “Yess!” girangnya. “Aku mau bertanya padamu, Gadis. Sebutkan nama lelaki yang saat ini sering kamu pikirkan?” tanyanya dengan serius.Gadis terkejut mendengar pertanyaan yang diajukan oleh Paula. Haruskah ia jujur? Gadis tidak ingin mengungkapkan nama lelaki yang saat ini ada di hatinya karena lelaki itu saat ini sedang menatap kearahnya. “Aku mau menyelesaikan tantangan darimu saja,” balas Gadis tersenyum tipis.“Kenapa sangat sulit menyebutkan nama lelaki itu? Apa kita mengenalnya?” tanya Paula penasaran.“Sebutkan saja apa yang harus aku lakukan,” balas Gadis dengan cepat.“Oke. Aku ingin kamu meminum segelas sake ini, bagaimana?”Gadis terperanjat dengan apa yang Paula pinta darinya. Apa ia salah dengar barusan? Paula menyuruhnya meminum sake atau Nihon Shu, minuman beralkohol. “Kamu serius memintaku untuk meminum ini?” tanyanya menatap Paula tak percaya.Paula mengangguk. “Iy
***“Lagu tadi, aku nyanyikan dari lubuk hatiku terdalam untuk seorang perempuan yang telah mencuri hatiku dan dia tidak adalah perempuan yang membuat tidurku tak lagi nyenyak,” ujar Albert pada semuanya. Lalu ia melanjutkan, “Harusnya pencuri itu bertanggung jawab, bukan? Aku ingin perempuan itu pun bertanggung jawab dan berharap dia mengembalikan hatiku dengan hatinya.”Semua yang mendengar Albert berbicara seperti itu langsung saling berbisik satu sama lainnya. Deborah pun langsung menyikut lengan Gadis dengan pelan. “Sepertinya Albert malam ini sedang menyatakan perasaannya pada perempuan yang dia sukai. Kamu harus bersiap-siap!” godanya. Gadis hanya menyimpulkan senyum dan berharap bukan dirinya lah perempuan yang dimaksud oleh Albert.Albert langsung menghampiiri Gadis dan ia berdiri di depan perempuan itu sambil membawa sebuket bunga gardenia yang menandakan kemurnian, kecantikan, cinta yang tulus dan tak pernah padam dan arti lainnya bunga gardenia adalah kepercayaan, harapan,
***Setelah penolakan malam itu di Sapporo, sikap Albert tentu saja berubah. Lelaki itu tidak pernah lagi menyapa teman-teman yang lainnya, Albert kembali lagi jadi sosok yang mengasingkan dirinya. Kecuali pada Gadis, lelaki itu hanya menunduk setiap melihat Gadis. Penolakan Gadis membuatnya sempat down, ia pun tak mengerti kenapa perempuan itu bisa mengalihkan dunianya dan mencuri ketenangan hidupnya.“Ini minum!” Paula menyerahkan sebotol minuman dingin pada Albert, ia duduk di samping Albert di taman kampus.“Terima kasih,” balas Albert tanpa menatap Paula sedikitpun.“Kenapa kamu jadi lemah dan bodoh begini?” tanya Paula tiba-tiba.“Dari dulu pun aku disebut seorang pecundang, kan?” balas Albert tak peduli,“Mereka mengatakan hal itu karena ingin menjatuhkan mentalmu agar kamu dicoret dari garis bangsawan. Apa kamu mau mereka yang tak suka kamu menendangmu ke luar?”“Aku tak peduli! Aku tidak menikmati sama sekali gelar itu!”“Kamu harus menjadi salah satu turunan dari keluarga Fi
***“Siapa perempuan itu? Apa itu Aisyah?” tebak Fatih.Kening Yamazaki mengerut. “Kenapa kamu mengira perempuan itu dia?”Fatih tersenyum. “Karena yang saya lihat, Sensei sangat dekat dengannta dan saya melihat sepertinya Aisyah menyukai Sensei.”Yamazaki menghela napas panjang. “Saya sering bertemu dengannya hanya karena dia sedang butuh bantuan, selebihnya tidak ada apa-apa. Aisyah belum tentu menyukai saya karena masih banyak lelaki yang ingin mengkhitbah dia.”“Kalau bukan Aisyah, lalu siapa perempuan itu?” tanya Fatih penasaran. Yamazaki tersenyum penuh dan arti dan ia pun membisikan nama perempuan itu di telinga Fatih. Setelah satu nama disebut Yamazaki, Fatih langsung terperanjat dan detik itu pula ia tersenyum. “Alhamdulillah, saya pasti bantu dan dukung Sensei dengannya,” janji Fatih bersungguh-sungguh.“Terima kasih,” sahut Yamazaki tersenyum bahagia.***“Gadis!”Gadis melihat siapa yang sedang memanggil namanya dan ia pun tersenyum melihat perempuan yang memanggil namanya
***“Assalamu’alaikum, Bu… Ayah,” sapa Gadis tersenyum, ia melihat wajah keduanya di layar laptop.“Wa’alaikumussalam, Sayang. Bagaimana hari ini di sana? Apa yang kamu lakukan?” tanya Putri.“Seperti biasa, Bu. Gadis sibuk dengan berbagai tugas dan membaca beberapa buku yang baru Gadis beli. Tentunya belajar ngaji sama kak Maryam,” balas Gadis.“Alhamdulillah, kamu semakin sibuk ya, Nak! Jangan kecapean ya! Ibu lihat wajahmu kelihatan lelah,” ucap Putri khawatir.“Capek biasa saja, Bu. Kalau Gadis banyak diam itu terasa ada yang hilang,” balas Gadis. “Ayah, Ibu bagaimana kabarnya? Kabar keluarga di Jakarta juga sehat semua?”“Ayah biasa sibuk di kampus, Nak. Saudara di sini juga Alhamdulillah semuanya sehat. Kalau Ibumu biasanya sering menghabiskan waktu sama Eva. Alhamdulillah Eva bisa mengobati rasa kangen ibu pada kamu,” balas Hadi.Gadis tersemyum. “Ciee, Ibu sama calon mantu akrab,” godanya sambil terkekeh.“Ya Allah, Ibu ingat sesuatu jadinya. Pasti kamu terkejut!” seru Putri.