Share

Salahnya di Mana?

Penulis: Endiy Fathia
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Manan berjalan mondar-mandir hanya dengan memakai bath robe. Kembali melihat layar handphonenya tidak ada balasan dari pria tengil sahabatnya itu.

"Ah, ngapain saja dia, kenapa koperku belum juga sampai di sini?" gerutunya.

Tak lama kemudian terdengar suara notifikasi dari handphonenya, sebuah pesan masuk di layar ponselnya.

Brian : ( Lo pulang dulu! Hanie lemes, gak bisa jalan)

Setelah itu nomernya tidak aktif lagi. "Asem lo, Bri! Gue kira kagak doyan, ternyata lo maruk." Manan mengumpat sendiri saat teringat dengan Safia karena pesan sahabat tengilnya itu.

'Ah kenapa aku ingat dia? Aku gak mungkin jatuh cinta sama dia, aku hanya membutuhkannya untuk melepaskan keteganganku saja,," tampiknya ketika ia rindu pulang, ingin mengerjai wanita itu lagi.

Terdengar ketukan dari luar membuyarkan lamunannya, ia berjalan dan membuka pintunya.

Seorang pria berdiri di depan kamarnya dengan membawa. "Ini koper Anda, Tuan."

Manan tersenyum lega ia mengambil koper tersebut dan memberikan tip pada B
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Pernikahan Kedua Dengan Kakak Ipar   Seperti Bunglon

    Safia sangat gelisah. 'Apa yang diinginkan pria itu padaku? Kenapa harus ke dokter kandungan segala, bukankah jika tidak suka denganku tidak perlu menjamahku,' batinnya.Ia semakin resah kala waktu berjalan dengan sangat cepat dan sudah menujukan jam 15.00. 'Ah bagaimana ini? Dia pasti meminta hak setelah ini,' pikirnyq berkecamuk."Kau Tidak tidur?" Suara bariton mengejutkan Safia hingga ia terjengkit."Kau ini selalu mengagetkan saja!" sahut Safia."Ck, aku bertanya, Fi dan kau yang melamun dari tadi, kenapa kau menyalahkan aku?" protes Manan sambil bangun dari sofa"Karena kau tiba-tiba saja bicara saja bicara. Bukankah tadi kamu sedang tidur?" tanya Safia jengkel"Tadi memang tidur tapi sekarangkan bangun," ucap Manan sambil mendekatkan wajahnya ke wajah Safia, begitu sangat dekat membuat Safia menjauhkan wajahnya. Namun ia terkejut saat tangan Manan menahannya untuk di posisi semula."Kau mau apa?" tanyanya dengan bibir bergetar."Menurutmu?" tanya Manan semakin mendekat ujung hi

  • Pernikahan Kedua Dengan Kakak Ipar   Salah paham

    Lima belas menit Manan telah keluar dari kamar mandi dengan tubuh basah berbalut handuk dan rambut yang masih basah juga.Ia berjalan menuju lemari dan mengambil pakaian santai lalu memakainya di hadapan Safia. Wanita itu hanya menunduk dan menahan nafas sejenak, karena merasa ada ketidak nyamanan dalam situasi ini."Kau harus membiasakan ini, Safia," ucap Manan tanpa melihat wanita itu.Setelah rapi Ia pun mengajak Sofia untuk segera berangkat, Manan mengenakan celana pendek selutut dan t-shirt, lalu meraih kunci mobilnya dan berjalan mendekati Safia."Ayo berangkat! kau gendong Amar dan sebelum kita pergi ke dokter kandungan kau beri asi dia! Inilah repotnya jika kau tidak membiasakan Amar untuk minum ASIP di botol," ucap Manan memarahi lagi Safia."Kalau dia bisa minum susu di botol tentu saja aku juga senang aku bisa tidur dengan pulas dan tidak harus setiap malam terbangun hanya untuk memberikan Asi pada Amar," banta Safia."Kenapa kau selalu saja membantah, apa yang katakan itu

  • Pernikahan Kedua Dengan Kakak Ipar   Layanan 24 jam

    "Kenapa sih, Mas, kau begitu ngotot agar aku suntik anti kehamilan dan meminta hak dariku? kamu, 'kan tidak mencintaiku? Lalu kenapa kamu ingin aku melayanimu sebagai istri?" protes Safia."Masalah melayaniku sebagai istri itu kewajibanmu, masalah cinta atau tidak cinta tidak ada hubungan dengan itu, kamu sudah memutuskan untuk bersedia menikah denganku itu artinya ini kamu menerima segala keputusanku harus berapa ribu kali kukatakan agar kau mengerti. Tidak perlu siapkan hatimu cukup tubuhmu! Kau mengerti, Safia?! tekan Manan dengan sangat keras."Kenapa kau memperlakukan aku seperti ini, Mas? Apa salahku?" teriak Safia."Jangan menyulut emosiku, Fia! Berhenti menangis dan turuti aku atau mobil ini akan kulajukan ke hotel saat ini juga dan kita buat anak!" ancam Manan pada Safia.Safia terdiam dan hanya terisak sedih, Sebagai seorang wanita tentunya ia ingin melakukan itu karena cinta, bukan karena hasrat semata, akan tetapi ia tahu bahwa Manan membutuhkan pelepasan hasratnya walaupun

  • Pernikahan Kedua Dengan Kakak Ipar   Berdandanlah Seperti Kakak mu!

    Setelah sampai di rumah orang tua Manan, mereka langsung berpamitan. Dengan menggendong Amar, Safia masuk ke dalam mobil lalu Manan menjalankan mobilnya dengan kecepatan sedang meninggalkan rumah itu.Ketika melewati Apotek Manan memberhentikan mobilnya lalu masuk ke dalam entah apa yang di belinya. Setelah beberapa menit ia pun kembali ke mobilnya dan melaju membelah jalanan yang lenggang.Beberapa menit kemudian ia pun sampai di rumah. Manan turun dari mobilnya berjalan mendahului Safia. Sungguh setelah mendapatkan keterangan dari sahabatnya Anton dia sedikit ada kekhawatiran terhadap Safia, pasalnya ia telah dua kali melakukannya.Lelaki itu langsung masuk ke dalam ruangan kerjanya ia masuk di bilik tempat beristirahat saat letih dengan pekerjaan. Mendiang istrinya itu sangat mengerti kebutuhan dirinya, jika ia tidak keluar beberapa jam dari ruangan kerja maka Laila akan datang keruangan kerjanya dengan pakaian seksi dan memanjakannya dengan sentuhan kelembutan jemari tangannya.M

  • Pernikahan Kedua Dengan Kakak Ipar   Jadilah Lailaku

    Waktu seolah berjalan dengan cepat kecemasan semakin menguasai hati Safia. Ia berjalan mondar-mandir di kamar di ambilnya pakaiannya lalu di letakkan lagi."Ah ... kenapa nasibku begini amat?" gerutu wanita itu.Ia menatap jam dinding di kamar itu. Sudah jam 21.30 Safia belum juga menganti pakaian. Ia bingung, takut dan juga malu. Dalam kekalutannya itu tiba-tiba saja handphonenya berdering ia segera berlari ke arah meja dan menghentikan bunyi handponenya itu. Sebuah foto dan pesan dikirim oleh Manan.Manan: (Susui Amar dulu, sebelum ke sini)Manan: (Dadan seperti yang ada di foto yang kukirim dan jadilah Lailaku! Kau mengerti Safia?)Safia tertegun menatap foto kakaknya. "Megenakan pakaian itu tanpa memakai d4l4m4n, bagaimana aku bisa?" pikirannya resah.ia semakin gelisah dan bingung di saat itu tangisan Amar terdengar mengelegar di kamar ia berjalan menuju box bayi dan diraihnya Amar, lalu menggendongnya dan membawanya duduk dibibir ranjang sambil menyusui bayi itu.Setelah Amar

  • Pernikahan Kedua Dengan Kakak Ipar   Tolong Berhenti Mengejarnya

    Safia membuka matanya ia sangat terkejut sebab matahari sudah menyorot kedalam kamar dan Amar menangis dengan sangat kencangnya.Ia turun dari ranjangnya dengan sempoyongan diambilnya Amar lalu disusuinya setelah tenang ia pergi ke kamar mandi mandi dan mengambil air wudhu, mengkhodo sholat subuh yang sudah sangat terlambat sebab sudah jam 07.00 pagi.Setelah itu ia pergi ke dapur untuk membuat makanan karena perutnya terasa sangat lapar tetapi ia terkejut saat tiba di meja makan sudah tersaji makanan di atas meja yang tertutup tudung saji.Ia membukanya dan sangat terharu semua makanan adalah kesukaannya. Ia sangat heran bagaimana pria itu tahu makanan kesukaannya itu padahal selama menjadi kakak ipar lelaki itu jarang sekali bertegur sapa atau pun berbincang-bincang.Sebuah pesan tertulis di secarik kertas kecil, memintanya untuk makan yang banyak karena akan membutukan tenaga untuk malam hari. Safia mendengus. Ia meremas kertas itu dan membuan

  • Pernikahan Kedua Dengan Kakak Ipar   Diintrogasi

    Hanie, memejamkan matanya, semalaman ia tidak tidur karena Brian tak berhenti menyerangnya dan pagi ini juga lelaki itu mendatanginya hingga badannya terasa remuk. Dua hari bersama Brian, membuatnya tidak berkutik, lelaki itu terus mengungkungnya dalam pelukannya. Namun sayangnya ia pun tidak bisa begitu saja meninggalkan Akran, pria yang dipilih ayahnya untuknya dan dimanfaatkan untuk kepentingan dirinya sendiri tanpa sepengetahuan Sang Ayah.Dua jam lamanya ia tertidur dalam perjalanan penerbangannya dan tahu-tahu seorang pramugari membangunkan dan mengatakan bahwa pesawat sudah mendarat.Ia terdiam sesaat memulihkan kesadaran lalu beranjak dari tempat duduknya dan berjalan keluar dari pesawat."Dengan badan yang masih sangat lemas ia berjalan ke terminal kedatangan mencari hotel terdekat karena ia tidak sanggup untuk mengendarai mobilnya sendiri. Sebenarnya ia biasa memanggil sopir untuk menjemputnya tetapi hal itu tidak ingin ia lakukan.

  • Pernikahan Kedua Dengan Kakak Ipar   Sikap Aneh Manan

    Setelah sarapan ia mulai membersihkan rumah itu menyetel alat yang secara otomatis bisa membersihkan sendiri. Entah kenapa pria itu itu tidak mengambil Art untuk membersihkan rumahnya, justru lebih suka membeli peralatan bersih-bersih yang mahal seperti ini.Safia pernah bertanya hal ini, Manan hanya menjawab bahwa ia tidak suka ada orang lain berada di rumahnya. Rumahnya ini adalah privasinya jadi hanya dirinya dan istrinya lah yang tinggal di sini.Safia telah selesai mencuci pakaiannya dan kembali kamar Manan untuk melihat Amar dan bayi itu ternyata sudah terbangun la pun mulai bermain dengan Amar hingga bayi itu terlelap kembali setelah diberikan Asi.Sementara itu Manan di kantor ingin sekali cepat pulang hanya ingin melihat reaksi Safia. Apakah dia marah atau justru sebaliknya biasa-biasa saja akan perlakuan dia padanya.Beberapa kali mencoba melakukan panggilan, tetapi sama sekali tidak angkat oleh Safia. 'Sebenarnya kamu di mana sih? Kok ngak diangkat telponnya,' gerutu Manan.

Bab terbaru

  • Pernikahan Kedua Dengan Kakak Ipar   Menghibur Majikan Kecil

    Hari berjalan terus Manan sibuk dengan Lala bahkan tidak memperhatikan anak-anaknya selalu berangkat lebih awal, dan tidak pernah lagi sarapan pagi di rumah, ia lebih suka melakukannya di apartemen Lala. Amar mulai kehilangan sosok sang ayah, berbeda lagi dengan Safia, ia selalu saja menyempatkan dirinya untuk sarapan pagi dengan anak -anaknya dan masih mengantar jemput mereka. Akan tetapi Amar merasa sangat tidak suka saat Safia bersama lelaki lain saat menjemputnya bersama sang adik. Namun, Amar tidak bisa memprotesnya sebab sang mama bilang mereka baru meninjau bersama dan sekalian menjemput mereka. Sesampainya di atar di rumah, Safia kembali ke kantor bersama pria itu sedangkan Amar dan Erina berada di rumah dengan Ira sang asisten rumah tangga. Amar menatap mobil yang keluar dari pintu gerbang rumahnya lalu mengajaknya sang adik masuk ke dalam sambil berfikir bagaimana cara agar orang tuanya tahu, bahwa ia dan adiknya membutuhkan mereka berdua. Sampai di dalam mereka disa

  • Pernikahan Kedua Dengan Kakak Ipar   Ada Apa Denganmu, Mas

    Safia dengan tergesa-gesa berjalan menaiki tangga menuju kamar Sang Putri, Ia pun berhenti beberapa saat untuk menetralkan kemarahannya pada Manan yang entah kenapa bersikap sinis padanya. ia menghembuskan nafas beratnya lalu tersenyum kemudian berjalan masuk ke dalam kamar yang putri terlihat wajah lelaki yang duduk di bibir ranjang menemani sang adik yang belum tidur sana menunggu papanya untuk menemaninya tidur. "Mana Papa? Kenapa Mama kembali ke sini sendirian?" tanya Amar "Papa masih harus menyelesaikan pekerjaannya dia akan menyusul kemari, nanti setelah pekerjaannya selesai dan kamu Amar, Pergilah tidur di kamar tidurmu biar mama yang akan menemani adikmu sampai bapakmu kemari," perintah Safia. "Mama mengusir Amar?" tanya bocah lelaki itu. "Tidak, hanya besok kamu harus sekolah, jadi lebih kamu beristirahat di kamarmu sendiri lagi pulang adiknya masih sakit kan takutnya kamu juga akan terkena virusnya lalu ikut sakit yang repot siapa kan Mama juga," ucap Safiah. "Oh

  • Pernikahan Kedua Dengan Kakak Ipar   Dilema

    Safia menatap kepergian Manan dengan hati galau. 'Apa ini benar, andai pun terjadi masalah antara aku dan Manan harusnya aku tidak boleh mempunyai ketertarikan dengan pria lain hingga masalah rumah tanggaku beres, tetapi lelaki yang memenjarakan dirinya dalam hubungan pernikahan hanya mau melepaskanku saat ada seseorang pria yang mampu menyentuh hatiku dan saat ini pria itu hadir, Namun kenapa aku merasa Mas Manan tidak sungguh-sungguh untuk melepaskanku. Meski tak ada rasa cinta dari sebuah hubungan pernikahan, tetaplah salah jika membina hubungan dengan pria lain di atas pernikahan yang rapuh.' batinnya sedih ia menatap putra sambungnya dan tersenyum berusaha untuk menenangkan dirinya sendiri. "Apa Mama baik-baik saja?" tanya Amar pada Safia. "Mama baik-baik saja sayang, jangan cemas tidak ada sesuatu yang di perdebatkan dengan papa, kami hanya mitra kerja, jangan terlalu berfikir yang belum saatnya kamu pikirkan," ucap Safia pada Amar. "Aku hanya ingin selalu bersama kalian,

  • Pernikahan Kedua Dengan Kakak Ipar   Liar Juga Dia

    Saya yang minta maaf, karena menyentuhmu, saya tunggu di ruang tamu," ucap Manan berjalan keluar dari kamar Lala sambil merapikan pakaiannya. Lala menghebuskan napas. 'Liar juga si Bapak punya anak dua itu,' gumamnya dalam hati. sambil melihat bercak merah di leher dan dada. ia pun mengambil pakaian di dalam lemari dan memakainya lalu berjalan keluar menuju ruang tamu untuk menemui Manan. "Hemm ... Bapak mau minum apa?" tanya Lala menghilangkan kecanggungannya terhadap pria itu. "Tidak usah repot-repot, kamu duduk di sini dengan saya saja, sebenarnya saya ingin meminta maaf padamu tetang perbuatan Amar padamu, malah jadi berlaku tidak senonoh, mestinya kamu menampar saya," jawab Manan. "Saya yang salah, keluar hanya memakai handuk saja, jadi maaf bukan maksud saya untuk menggoda Anda. "Tidak, saya merasa kamu tidak menggoda saya wajar saja karena saya tidak memberi tahumu sebelumnya kalau saya datang. Justru saya minta maaf atas kelancangannya saya, Saya jamin tidak akan ter

  • Pernikahan Kedua Dengan Kakak Ipar   Makin Jauh.

    "Bagaimana?" tanya Aran saat Safia telah tiba di ruang tamu. "Hem gak tahu, kayaknya di sekolah ada masalah sehingga seperti itu," jawab Safia pada lelaki itu. "Oke, karena anakmu sudah pulang aku pulang saja, takut menganggu quali time kamu saja," pamit Aran. "Oh ya, maaf penyambutan putraku yang mungkin membuat kamu tidak enak hati," ucap Safia pada pria itu. "Tidak apa-apa, jangan lupa besok pagi-pagi kita harus sudah sampai ke lokasi proyek, jika mobilmu masih di perbaiki maka nanti akan kujemput, bagaimana?" tanya pria itu pada Safia. "Tidak usah aku mau ke kantor dulu," ucap Safia. "Iya, di kantor maksudku," ucap Aran pada Safia. "Baiklah terserah Anda saja," ucap Safia tersipu dan Aran menggangguk sopan lalu pria itu pun keluar dari ruang tamu menuju mobilnya dan masuk serta mengemudikannya berjalan melewati gerbang rumah Manan. Safia menatap mobil itu hingga pergi menjauh. Ia menggelengkan kepalanya menepikan rasa yang ada dalam dirinya. Ia berjalan masuk kem

  • Pernikahan Kedua Dengan Kakak Ipar   Kecewa 2

    Taksi membawa Manan dan putranya pulang ke rumah, tadi dia berniat untuk pulang tetapi ia berfikir untuk meminta maaf secara langsung pada Lala. Ditengah perjalanan ia pun berubah pikiran. "Hem, sepertinyq Papa hanya bisa mengantarkanmu sampai pintu gerbang karena Sekertarisnya Papa, mbak Citra mengingatkan papa kalau jam satu akan ada rapat," jelas Manan pada sang putra. "Baiklah terserah Papa, dari tadi kan Amar ingin pulang sendiri, Papa saja yang memaksa untuk mengantarku pulang," jawab Amar pada Manan dengan ketusnya. Bocah lelaki itu menduga pasti sang ayah akan menemui Tante-tante yang menjemputnya tadi untuk miminta maaf. Manan menatap putra dengan lekat sambil menghelah napas. Taksi pun berhenti tepat di depan pintu gerbang rumahnya dan Amar pun turun sendiri tanpa sang ayah, menutup dengan keras dan berjalan tanpa menengok ke arah ayahnya. "Marah anaknya, Pak?" tanya sang sopir taksi dan Manan hanya tertawa lalu memberi tahukan alamat mana yang harus dituju dan tak

  • Pernikahan Kedua Dengan Kakak Ipar    Kecewa

    "Papa, membela Tante itu?" tanyanya pada sang papa. "Bukan membela, kalau sikapmu seperti itu, mungkin tadi papa tidak meminta tolong padanya. Papa akan Andi untuk menjemputmu. "kenapa tidak menyuruh paman Andi," tanya sambil memakan makanannya. "Oke Papa yang salah dan papa kira anak Papa bisa sopan terhadap teman Papa ternyata Papa salah anak Papa tidak sesopan yang papa harapkan," ucap Manan. Didalam kemasan itu pun disediakan pula alat pemecah cangkang dan Manan membantu memecahkan kulit cangkang makanan milik Amar. "Ya Amar minta maaf kan semua terjadi karena Amar gak sengaja membuat pakaian Tante kotor," ucap Amar tanpa merasa bersalah pada wanita itu. Manan tak lagi berbicara karena berbicara dengannya saat ini akan percuma saja karena anak itu pasti mengira dirinya ada hubungan Lala Manan menghelah napas dan menatap putranya dengan kecewa karena membuat pujaan hatinya terlihat buruk, mungkin Lala tadi juga dapat cemoohan dari karyawan yang tak sengaja berpapasan

  • Pernikahan Kedua Dengan Kakak Ipar   Kau Kenapa?

    "Ia menghembuskan nafasnya. 'Hemm ... anak kecil lihat aku menjadi pusat perhatian dan gunjingan mereka padahal ini baru mulai bagaimana nanti selanjutnya apa harus mundur, Aaahhh ... tidak, aku tidak boleh mundur walaupun apa yang terjadi.' Pintu lift terbuka Lala pun belum beranjak dari tempatnya berdiri, ia masih menatap pakaiannya yang sangat kotor. "Tante selanjutnya kita kemana?" tanya Amar sambil mengulum senyum samar ia sangat puas telah mengerjai wanita itu. 'jangan pikir muda untuk dapatkan Papa, hadapi anaknya dulu,' pikir Amar sambil menunggu jawaban dari Lala. "Ahh ... iya ayo keluar," ajak Lala saat tersadar kalau dia harus mengantar Amar sampai di kantor ayahnya dan ia sudah mengirim foto pada pria itu tetang pesanan makanan anaknya yang begitu banyak. Mereka berjalan menuju kantor Manan, Lala sangat beruntung di lantai ini hanya ada ruangan Manan dan Asistennya. Hingga sampai akhirnya mereka sampai di ruangan itu dan Lala mengetuk pintunya terbuka lalu Manan m

  • Pernikahan Kedua Dengan Kakak Ipar   Dibuat Jengkel

    "Aku kenyang, Tante karena Tante cemberut," protes Amar. Lala duduk dengan memijit kepalanya sambil melirik bocah yang duduk tertunduk kepalanya itu. Ia menghela napas lalu berkata lagi," pesanlah kepiting lalu makanlah!" Wanita memecahkan cangkang kepiting dengan alat pemecah cangkang lalu menyuapkan dagingnya ke dalam mulutnya. "Baiklah aku akan coba beberapa porsi yang gak pedas," ucap anak itu sampai membuat Lala hampir tersedak. "Anak tampan pesan satu porsi saja dan makanlah, Oke, pesan yang biasa kamu makan dengan ayahmu, mengerti anak manis?" ucap Lala sambil menekan rasa jengkelnya yang sudah sampai ubun-ubun. "Baiklah aku hanya pesan satu porsi saja dan memakannya karena aku takut Tante kehabisan dan di suru cuci piring!" ucap amar tersenyum sambil memanggil pelayan. Tak berapa lama pelayan pun datang Amar mulai memesan makanan yang biasa di makannya dan dia juga memesan es krim coklat kesukaannya satu gelas besar. Beberapa saat kemudian pelayan kembali dengan

DMCA.com Protection Status