Lima belas menit Manan telah keluar dari kamar mandi dengan tubuh basah berbalut handuk dan rambut yang masih basah juga.Ia berjalan menuju lemari dan mengambil pakaian santai lalu memakainya di hadapan Safia. Wanita itu hanya menunduk dan menahan nafas sejenak, karena merasa ada ketidak nyamanan dalam situasi ini."Kau harus membiasakan ini, Safia," ucap Manan tanpa melihat wanita itu.Setelah rapi Ia pun mengajak Sofia untuk segera berangkat, Manan mengenakan celana pendek selutut dan t-shirt, lalu meraih kunci mobilnya dan berjalan mendekati Safia."Ayo berangkat! kau gendong Amar dan sebelum kita pergi ke dokter kandungan kau beri asi dia! Inilah repotnya jika kau tidak membiasakan Amar untuk minum ASIP di botol," ucap Manan memarahi lagi Safia."Kalau dia bisa minum susu di botol tentu saja aku juga senang aku bisa tidur dengan pulas dan tidak harus setiap malam terbangun hanya untuk memberikan Asi pada Amar," banta Safia."Kenapa kau selalu saja membantah, apa yang katakan itu
"Kenapa sih, Mas, kau begitu ngotot agar aku suntik anti kehamilan dan meminta hak dariku? kamu, 'kan tidak mencintaiku? Lalu kenapa kamu ingin aku melayanimu sebagai istri?" protes Safia."Masalah melayaniku sebagai istri itu kewajibanmu, masalah cinta atau tidak cinta tidak ada hubungan dengan itu, kamu sudah memutuskan untuk bersedia menikah denganku itu artinya ini kamu menerima segala keputusanku harus berapa ribu kali kukatakan agar kau mengerti. Tidak perlu siapkan hatimu cukup tubuhmu! Kau mengerti, Safia?! tekan Manan dengan sangat keras."Kenapa kau memperlakukan aku seperti ini, Mas? Apa salahku?" teriak Safia."Jangan menyulut emosiku, Fia! Berhenti menangis dan turuti aku atau mobil ini akan kulajukan ke hotel saat ini juga dan kita buat anak!" ancam Manan pada Safia.Safia terdiam dan hanya terisak sedih, Sebagai seorang wanita tentunya ia ingin melakukan itu karena cinta, bukan karena hasrat semata, akan tetapi ia tahu bahwa Manan membutuhkan pelepasan hasratnya walaupun
Setelah sampai di rumah orang tua Manan, mereka langsung berpamitan. Dengan menggendong Amar, Safia masuk ke dalam mobil lalu Manan menjalankan mobilnya dengan kecepatan sedang meninggalkan rumah itu.Ketika melewati Apotek Manan memberhentikan mobilnya lalu masuk ke dalam entah apa yang di belinya. Setelah beberapa menit ia pun kembali ke mobilnya dan melaju membelah jalanan yang lenggang.Beberapa menit kemudian ia pun sampai di rumah. Manan turun dari mobilnya berjalan mendahului Safia. Sungguh setelah mendapatkan keterangan dari sahabatnya Anton dia sedikit ada kekhawatiran terhadap Safia, pasalnya ia telah dua kali melakukannya.Lelaki itu langsung masuk ke dalam ruangan kerjanya ia masuk di bilik tempat beristirahat saat letih dengan pekerjaan. Mendiang istrinya itu sangat mengerti kebutuhan dirinya, jika ia tidak keluar beberapa jam dari ruangan kerja maka Laila akan datang keruangan kerjanya dengan pakaian seksi dan memanjakannya dengan sentuhan kelembutan jemari tangannya.M
Waktu seolah berjalan dengan cepat kecemasan semakin menguasai hati Safia. Ia berjalan mondar-mandir di kamar di ambilnya pakaiannya lalu di letakkan lagi."Ah ... kenapa nasibku begini amat?" gerutu wanita itu.Ia menatap jam dinding di kamar itu. Sudah jam 21.30 Safia belum juga menganti pakaian. Ia bingung, takut dan juga malu. Dalam kekalutannya itu tiba-tiba saja handphonenya berdering ia segera berlari ke arah meja dan menghentikan bunyi handponenya itu. Sebuah foto dan pesan dikirim oleh Manan.Manan: (Susui Amar dulu, sebelum ke sini)Manan: (Dadan seperti yang ada di foto yang kukirim dan jadilah Lailaku! Kau mengerti Safia?)Safia tertegun menatap foto kakaknya. "Megenakan pakaian itu tanpa memakai d4l4m4n, bagaimana aku bisa?" pikirannya resah.ia semakin gelisah dan bingung di saat itu tangisan Amar terdengar mengelegar di kamar ia berjalan menuju box bayi dan diraihnya Amar, lalu menggendongnya dan membawanya duduk dibibir ranjang sambil menyusui bayi itu.Setelah Amar
Safia membuka matanya ia sangat terkejut sebab matahari sudah menyorot kedalam kamar dan Amar menangis dengan sangat kencangnya.Ia turun dari ranjangnya dengan sempoyongan diambilnya Amar lalu disusuinya setelah tenang ia pergi ke kamar mandi mandi dan mengambil air wudhu, mengkhodo sholat subuh yang sudah sangat terlambat sebab sudah jam 07.00 pagi.Setelah itu ia pergi ke dapur untuk membuat makanan karena perutnya terasa sangat lapar tetapi ia terkejut saat tiba di meja makan sudah tersaji makanan di atas meja yang tertutup tudung saji.Ia membukanya dan sangat terharu semua makanan adalah kesukaannya. Ia sangat heran bagaimana pria itu tahu makanan kesukaannya itu padahal selama menjadi kakak ipar lelaki itu jarang sekali bertegur sapa atau pun berbincang-bincang.Sebuah pesan tertulis di secarik kertas kecil, memintanya untuk makan yang banyak karena akan membutukan tenaga untuk malam hari. Safia mendengus. Ia meremas kertas itu dan membuan
Hanie, memejamkan matanya, semalaman ia tidak tidur karena Brian tak berhenti menyerangnya dan pagi ini juga lelaki itu mendatanginya hingga badannya terasa remuk. Dua hari bersama Brian, membuatnya tidak berkutik, lelaki itu terus mengungkungnya dalam pelukannya. Namun sayangnya ia pun tidak bisa begitu saja meninggalkan Akran, pria yang dipilih ayahnya untuknya dan dimanfaatkan untuk kepentingan dirinya sendiri tanpa sepengetahuan Sang Ayah.Dua jam lamanya ia tertidur dalam perjalanan penerbangannya dan tahu-tahu seorang pramugari membangunkan dan mengatakan bahwa pesawat sudah mendarat.Ia terdiam sesaat memulihkan kesadaran lalu beranjak dari tempat duduknya dan berjalan keluar dari pesawat."Dengan badan yang masih sangat lemas ia berjalan ke terminal kedatangan mencari hotel terdekat karena ia tidak sanggup untuk mengendarai mobilnya sendiri. Sebenarnya ia biasa memanggil sopir untuk menjemputnya tetapi hal itu tidak ingin ia lakukan.
Setelah sarapan ia mulai membersihkan rumah itu menyetel alat yang secara otomatis bisa membersihkan sendiri. Entah kenapa pria itu itu tidak mengambil Art untuk membersihkan rumahnya, justru lebih suka membeli peralatan bersih-bersih yang mahal seperti ini.Safia pernah bertanya hal ini, Manan hanya menjawab bahwa ia tidak suka ada orang lain berada di rumahnya. Rumahnya ini adalah privasinya jadi hanya dirinya dan istrinya lah yang tinggal di sini.Safia telah selesai mencuci pakaiannya dan kembali kamar Manan untuk melihat Amar dan bayi itu ternyata sudah terbangun la pun mulai bermain dengan Amar hingga bayi itu terlelap kembali setelah diberikan Asi.Sementara itu Manan di kantor ingin sekali cepat pulang hanya ingin melihat reaksi Safia. Apakah dia marah atau justru sebaliknya biasa-biasa saja akan perlakuan dia padanya.Beberapa kali mencoba melakukan panggilan, tetapi sama sekali tidak angkat oleh Safia. 'Sebenarnya kamu di mana sih? Kok ngak diangkat telponnya,' gerutu Manan.
"Kenapa melihatku begitu? ada yang aneh?" tanya Manan tanpa melihat Safia."Enggak, nggak apa-apa, aku nggak lihat, perasaan Mas Manan saja," jawab Safia sambil membuang muka ke arah lain."Oh," jawabnya singkat lalu menyuap makanannya di mulutnya lalu ia menyendok lagi di arahkan di depan mulut Safia."Aku sudah, Mas," protesnya."Satu lagi, lihat tubuhmu kurus sekali hanya bagian -bagian tertentu saja yang terlihat gemuk, kalau setiap hari dihisap Amar dan kau tidak mengimbangi dengan makanan apa jadinya nanti," jawab Manan asal.Safia mengerutkan dahinya ia melihat seluruh tubuhnya dan ia melotot dengan sempurna tetapi sesaat kemudian ia pura-pura biasa saja dan tidak mengerti apa yang dikatakan Manan.Lalu, Safia melihat Manan lelaki itu terlihat biasa saja sambil terus menyuap makanannya, Kemudian wanita itu mengalihkan pandangannya ke arah lain."Apa kau tidak pernah keluar rumah? Aku membayar Andi untuk mengantarkanmu kemana pun kau ingin pergi dan bersenang-senang, bawa Amar d