"Kenapa tersenyum? Cepat, potong yang mana?" Daniel menegurnya.Daniel sudah tidak sabar ingin memotong peledak ini."Potong yang merah dan kuning," jawab Lance, lalu menambahkan. "Jangan sampai memotong yang warna biru."Daniel yang tadinya hendak memotong pun tersentak dan tangannya bergetar. Dia mengangkat kepalanya dan memelototi Lance, lalu kembali fokus memotong kabel tersebut.Layar peledak pun padam dan tidak terjadi ledakan. Daniel menatap peledak tersebut sambil bertanya, "Apakah perlu dibawa pergi?"Lance menggelengkan kepala. "Tidak perlu, bahan intinya sudah dicabut. Sekarang hanya tersisa bingkainya saja.""Ayo, lanjutkan. Pasti masih ada alat peledak lain."Selama pencarian, Daniel dan Lance menemukan lumayan banyak bom. Ada yang disembunyikan di dinding dan ada yang di plafon.Lance menghela napas panjang. "Apakah mereka mau meledakkan semua kawasan ini? Kalau sampai meledak, tidak hanya orang-orang yang ada di pangkalan, semua orang yang berada sejauh 5 meter dari sini
Di saat bersamaan.Di pulau nan jauh di sana, Suzy sedang buru-buru menggambar di laboratoriumnya.Semua yang digambar Suzy mengandung banyak informasi penting. Kemungkinan, Julius pun tidak akan mengetahuinya.Suzy menggambar peta ini dengan panduan Kakek Ambar. Suzy menggambar jalur rahasia, gudang penyimpanan, titik penjagaan, pokoknya semua lokasi yang ada di pulau ini.Setelah makan siang, Hannes akan meninggalkan pulau ini. Suzy harus menyelesaikan peta ini sebelum Hannes pergi. Peta ini harus segera diberikan kepada Daniel.Setelah melihat peta ini, mereka pasti tahu bagaimana cara untuk menyerang Pelelangan Baren.Suzy mengingat semua informasi yang diberikan oleh Kakek Ambar. Sekarang otak dan tangannya sedang bekerja dengan cepat.Sebenarnya Suzy tidak kesulitan menggambar, yang terpenting adalah informasi dari setiap denah yang digambar.Detik demi detik berlalu.Ketika Suzy hampir menyelesaikan petanya, tiba-tiba terdengar suara dari luar. "Dokter, cepat, cepat!"Suzy gugup
Pertanyaan Suzy langsung membungkam semua suara, tidak ada yang berani menjawab.Kemudian Suzy menatap ke arah Elizabeth dan berkata, "Aku perlu memberikan pengobatan akupunktur di wajahnya."Suzy sengaja berbicara kepada Elizabeth. Bagaimana, di sini Elizabeth ada orang yang berhak membuat keputusan.Setelah melewati berbagai pertimbangan, Elizabeth mengangguk dan setuju. "Tuan Cow adalah orang yang yang terkenal. Aku rasa semua orang di sini pasti telah mengetahui identitasnya. Kita membuka topengnya bukan karena sengaja, tapi untuk menyelamatkan nyawanya. Tuan Cow pasti mengerti.""Cepat, bawa jarum akupunktur Dokter Suzy," Elizabeth memerintahkan pengawalnya.Tak berapa lama, pengawal datang membawakan sekotak jarum akupunktur. Suzy mengambil jarum yang diberikan, lalu membuka topeng yang menutupi wajah Tuan Cow.Tatapan semua orang sontak tertuju kepada wajah Tuan Cow yang tembem dan bulat.Suzy memberikan topeng tersebut kepada Hannes sambil berkata, "Tuan Serigala, tolong pegang
Begitu Suzy kembali ke laboratorium, Ambar telah menunggunya di dalam. "Sudah berikan petanya?""Em." Suzy mengangguk.Tadi, perhatian semua orang tertuju kepada Tuan Cow, tidak ada seorang pun yang menyadari bahwa Suzy menyelipkan gambar petanya ke dalam topeng untuk diberikan kepada Hannes.Pingsannya Tuan Cow bukanlah kecelakaan, melainkan rencana yang telah disepakati Suzy dan Hannes."Seharusnya sekarang Hannes sudah masuk ke kapal." Suzy melihat jam dinding yang menggantung di tembok.Ambar menghela napas lega. "Ternyata aku tidak salah menilai orang."Suzy menatap topeng perunggu yang dikenakan Ambar. "Jadi ... Kakek sengaja tidak mengungkap identitas untuk mengetes aku?""Kakek ...." Suzy tersenyum bangga. "Aku tidak mengecewakan Kakek, 'kan?"Ambar tertawa kecil. "Hehe, bocah ini. Tentu tidak, kamu tidak mengecewakan aku."Suzy juga ikut tertawa. Setelah mengobrol beberapa saat, Suzy menanyakan keadaan Robert.Ambar menggelengkan kepala. "Anak itu sangat mengkhawatirkan kamu.
"Bukan begitu! Aku hanya khawatir dia dimanfaatkan dan malah menyusahkan kita. Kamu tahu sendiri Elizabeth selalu membandingkan dirinya dengan Bos Besar. Sebenarnya, dia bukanlah siapa-siapa tanpa darah bangsawan yang dimiliki." Jacques tidak menutup-nutupi kebenciannya pada Elizabeth.Andre menepuk pundak Jacques. "Jac, kamu jangan berbicara seperti itu. Bagaimanapun dia adalah orang pilihan Bos Besar. Kamu tidak berhak mengatainya begitu.""Andre, sebenarnya kamu berpihak kepada siapa?" Jacques marah mendengar Andre yang membela Elizabeth."Kamu marah kepadaku?" Andre menggelengkan kepala sambil tersenyum dingin. "Aku tidak berpihak kepada siapa pun. Aku di sini untuk melayani Bos Besar."Kalimat terakhir Andre langsung menyadarkan Jacques. Perlahan-lahan amarah di hati Jacques pun mereda."Benar, aku juga bekerja untuk melayani Tuan." Jacques menenangkan diri sambil bergumam, "Tapi aku mencurigai Dokter Suzy, sepertinya ada yang sedang direncanakan. Aku harus memberi tahu Bos Besar.
"Dai ...."Wajah Dai terlihat sangat masam dan pucat. Jumlah mereka tidak cukup melawan kerumunan ini. Bagaimana Dai sanggup menahan mereka?Dai tak punya pilihan lain, dia menggertakkan gigi dan berteriak, "Tahan mereka!"Beberapa belas orang saling mengaitkan lengan untuk membentuk tembok yang mengadang para kerumunan agar tidak mendobrak pintu.Meskipun tampaknya tak tergoyahkan, ini bukanlah pertandingan tarik tambang yang seimbang dalam hal jumlah. Ada ratusan orang yang berusaha menyerang keluar, kekuatan ini tidak seimbang.Saat merasakan benturan yang mendekat, Dai berusaha bertahan dan akhirnya kehilangan keseimbangan setelah tiga detik. Ketika tubuh Dai terlempar ke belakang, dia hanya bisa berteriak di dalam hati, 'Habislah!'Di saat bersamaan, sebuah telapak tangan yang lebar menahan punggung Dai agar tidak terjatuh, lalu disusul dengan suara tembakan, "Dor!"Suara yang memekakkan telinga sontak membuat semua orang terdiam di tempat, tak ada seorang pun yang berani bergerak
"Kak, sebaiknya jangan banyak bertanya dulu. Ayah akan memberi tahu semuanya kepada Tetua Jean. Selanjutnya kalian hanya perlu mematuhi perintahnya."Lance juga tak lupa berpesan, "Kalian harus berhati-hati di sini. Jaga diri baik-baik."Christina dan Ivan tertegun mendengar ucapan Lance yang terdengar ambigu. Di saat bersamaan, Daniel dan Jean telah selesai berbicara."Jenderal, aku mengingat semua pesanmu. Terima kasih." Jean menjabat tangan Daniel."Em." Daniel membalas jabatan tangan Jean.Setelah berpisah, Jean membawa Ivan dan Christina kembali ke laboratorium."Pak Jean, apa kata Jenderal Xin?" tanya Ivan.Jean melihat ke sekeliling dan menjawab dengan serius, "Kita bicarakan setelah kembali."Para peserta kembali melanjutkan penelitian, sedangkan staf dan panitia juga kembali ke tempat masing-masing dan bertugas.Di ruang rapat, hanya tersisa Lanora sebagai perwakilan panitia. Dia menatap Daniel dengan jengkel, seolah ingin menuntut penjelasan. Namun apakah Daniel akan menjelas
Melihat Lance yang terlelap, Daniel mengangkat tangan dan mengusap kepala Lance.Meskipun sedang tidur, Lance sudah terlatih untuk tetap berwaspada. Dia langsung membuka mata dan bertanya, "Ayah, ada apa?"Daniel membeku di tempat, dia langsung menarik kembali tangannya dan menjawab, "Ada debu di kepalamu. Lanjut tidur sana."....Semua orang lega, akhirnya bahaya di pangkalan kompetisi telah dibereskan.Setelah semuanya selesai, James baru menceritakannya kepada Samantha.Samantha tercengang mendengarnya. "Jadi masalah ini yang kamu khawatirkan selama beberapa hari?""Aku tidak memberitahumu karena takut memengaruhi kandunganmu." James menatap ke arah perut Samantha. "Kamu harus istirahat, tidak boleh banyak pikiran.""Aku mengerti." Samantha tersenyum.Ketika James mengusap perut Samantha, Samantha berkata, "Janinnya masih kecil, belum terasa."James menarik kembali tangannya dan mengganti topik pembicaraan. "Hari ini aku menerima paket dari luar negeri.""Paket apa? Coba dibuka, sia
"Kakak!" Tim dan Sam menyapa Welly dan Rose.Di antara keempat anak ini, Welly yang paling besar, Rose nomor dua, lalu disusul Tim dan Sam.Jarak usia Tim dan Sam hanya berbeda 10 hari. Tim adalah anak Tori, sedangkan Sam adalah anaknya Christina.Tori dan Christina melahirkan anak laki-laki, sementara anak yang masih berada di kandungan Aluna pun berjenis kelamin laki-laki. Ditambah dengan Shad, anak dari James dan Samantha, Rose adalah satu-satunya cucu perempuan di keluarga ini.Rose memiliki wajah yang cantik dan menggemaskan, semua orang sangat menyayanginya.Semua mata tampak berbinar-binar melihat penampilan Rose yang cantik. Semua orang merentangkan tangan dan ingin memeluknya."Rose sayang, sini sama Kakek dan Nenek.""Aku mau sama Kakak dan adik-adik.," jawab Rose.Mobil melaju ke arah desa. Hari ini adalah hari peringatan kepergian Sheila.Setiap tahun Suzy selalu pergi melayat ke makam neneknya sekaligus menjenguk Gilbert.Sebelumnya anak-anak masih terlalu kecil, jadi Suzy
Ivan membawa istri dan anaknya untuk datang menjenguk Suzy. Mereka juga tak lupa membawakan hadiah."Selamat, keluarga kalian sudah lengkap. Satu anak laki-laki dan satu anak perempuan." Anna memberikan ucapan selamat."Terima kasih." Robert tersenyum sambil menatap Suzy dengan penuh cinta. "Semua berkat istriku."Di tengah suasana bahagia, Ivan memberikan sebuah kabar baik. "Sekarang kami sudah membangun sekitar 10 klinik amal, tapi belum diberikan nama. Bagaimana kalau kamu ...."Ivan melirik Robert, sedangkan Robert malah melirik Suzy."Ngapain melihat aku?" Suzy mengerutkan alis.Robert tersenyum. "Proyek ini adalah milikmu dan Ivan, kamu juga harus ikut memberikan ide. Kamu saja yang memberikan nama untuk kliniknya.""Aku?" Suzy membelalak.Ivan mengangguk. "Em."Suzy memang harus berkontribusi, meski hanya memberikan nama. Dia berpikir sebentar dan menjawab, "Tujuan klinik ini adalah membantu orang-orang susah yang tidak mampu berobat ke rumah sakit. Bagaimana kalau diberi nama P
Ukuran kandungan Suzy lumayan besar sehingga dia tidak bisa kembali ke Kota Hanggola. Akhirnya dia dan Robert memutuskan untuk melahirkan di ibu kota.Sejak tiga bulan lalu, Lucy membawa Welly untuk datang menemani dan menjaga Suzy. Seiring perut Suzy yang makin membesar, Keluarga Xin meminta Suzy untuk pulang ke rumah keluarganya agar bisa ikut merawatnya.Karena Keluarga Xin terus mendesak, akhirnya Suzy, Lucy, dan Welly pindah ke rumah Keluarga Xin. Semuanya adalah satu keluarga, kehidupan sehari-hari dilewati dengan harmonis.Selain Daniel dan Lorraine, rumah Keluarga Xin juga ditempati oleh Wallace dan Tori, Joris dan Christina, serta Lance dan Aluna. Suasana di rumah selalu dipenuhi tawa.Saat usia kandungan Suzy menginjak 9 bulan, Tori dan Christina memberi tahu berita kehamilan mereka. Keluarga Xin sangat bahagia, Daniel dan Lorraine langsung menyiapkan berbagai suplemen untuk ibu hamil.Memasuki usia kandungan 10 bulan, akhirnya hari persalinan telah tiba. Robert menyerahkan p
Ketika masuk ke kamar, Robert melihat Suzy yang serius membaca dokumen. "Kamu lagi ngapain?"Suzy mengangkat kepala dan menceritakan rencana pembangunan klinik amal kepada Robert."Ide yang bagus. Kalau perlu bantuan, jangan ragu memberitahuku." Robert mendukung Suzy.Suzy pun tidak ragu-ragu dan menjawab, "Aku perlu bantuan uang dan orang."Robert tertawa kecil, Suzy sudah tidak sungkan-sungkan kepadanya. "Baik. Kamu perlu berapa banyak dana? Tapi ...."Robert mengambil dokumen yang dibaca Suzy. "Kamu lagi hamil, jangan terlalu capek.""Tapi ....""Biar aku yang mengurusnya." Robert memotong ucapan Suzy.Kemudian Robert duduk di samping Suzy dan membaca proposal tersebut.Suzy menatap wajah Robert yang sedang fokus bekerja, tampak dan menawan.Setelah selesai membaca, Robert meminta Suzy untuk menghubungi Ivan.Suzy menyalakan pengeras suara sehingga Robert bicara berbicara kepada Ivan secara langsung. "Aku sudah baca proposalnya. Ada beberapa tambahan ...."Saat ini kerajaan, Rumah S
"Oh ...." Welly mengangguk, dia terlihat bingung. "Aku mau punya dua adik, kalau bisa kembar.""Dasar, anak ini." Simon dan Lucy tertawa melihat tingkah cucunya."Ibu dan Ayah tidak punya genetik untuk melahirkan anak kembar. Kemungkinannya sangat kecil." Suzy mengusap kepala Welly.Welly mengangguk, seolah memahami maksud penjelasan Suzy.....Begitu mengetahui kabar kehamilan Suzy, Anna dan Ivan membawa Sisi datang untuk menjenguknya.Anna dan Ivan memberikan anaknya nama Sienna yang dipanggil Sisi, sebuah nama yang cantik dan indah. Sisi memiliki mata yang bulat dan hitam, serta wajah cantik bak putri kecil.Keluarga Calvin dan Keluarga Xin kagum melihat kecantikan Sisi."Anak pintar, anak cantik." Simon terkesima melihat mata Sisi yang bulat."Semoga Suzy mengandung anak perempuan," kata Lucy.Lorraine menghela napas. "Aku punya 3 anak laki-laki dan seorang anak perempuan. Suzy, maafkan Ibu yang tidak menemanimu di saat masa kecilmu ....""Semua sudah lewat." Daniel menepun pundak
Sebagian orang masih berusaha mencerna informasi yang diberikan Suzy.Suzy terlihat gugup. Di saat Suzy kebingungan, Robert mewakilinya menjawab, "Kami terlalu sibuk, baru tahu belum lama ini."Tidak ada yang curiga, Suzy dan Robert memang sibuk.Lucy berdecak dan mengomeli mereka, "Kalian berdua ini .... Jangan terlalu sibuk, apalagi Suzy sedang hamil. Ingat, jaga kesehatan.""Robert, jaga Suzy baik-baik," Simon berpesan."Ayah, Ibu, tenang saja, Robert sangat melindungi aku." Suzy membela suaminya.Semua orang tersenyum melihat Suzy yang membela Robert.Berita kehamilan Suzy berhasil mencairkan suasana yang tengah berkabung. Untuk sesaat, semua orang melupakan kesedihan pasca kepergian Jenny.Sebenarnya bukan sedih, tetapi tidak rela karena semua terjadi secara tiba-tiba. Sejujurnya Keluarga Calvin lega melihat Jenny yang pergi dalam keadaan tenang.Sekarang Suzy sedang mengandung kehidupan kecil di dalam perutnya. Ketika orang-orang sedang mengobrol, Robert dan Suzy memperhatikan We
Suzy kembali ke kamar, tetapi tidak menyalakan lampu. Dia beranjak ke balkon dan menatap langit gelap yang diselimuti awan.Ketika Robert masuk, dia melihat Suzy yang duduk di balkon. Karena takut Suzy masuk angin, Robert membawakan jaket untuknya.Suzy tersadar dari lamunan. "Kamu sudah kembali?""Nenek akan dimakamkan tiga hari lagi bersama barang peninggalan Kakek," kata Robert."Em." Suzy mengangguk.Robert memeluk Suzy. "Ada apa?"Suzy bersandar di pundak Robert. "Aku lagi berpikir, seandainya aku memberi tahu kehamilanku lebih awal, mungkin Nenek tidak akan pergi secepat ini ...."Tangan Robert bergetar saat mendengar ucapan Suzy. Robert terdaim sejenak, lalu menghela napas. "Tidak ada gunanya, hati Nenek sudah tidak sabar untuk pergi menemui Kakek. Tidak ada seorang pun bisa membaca isi hati Nenek.""Aku sedih, aku tidak siap .... Semuanya terjadi terlalu tiba-tiba." Suzy menatap mata Robert."Semuanya akan baik-baik saja. Aku rasa Nenek sudah bahagia di atas sana." Robert menat
Suzy melepaskan benda yang dipegang Jenny, ternyata benda tersebut adalah sebuah sisir.Sisir ini terbuat dari bambu yang dihiasi bunga mawar."Kakek memberikan sisir itu kepada Nenek saat menyatakan cintanya. Kakek sendiri yang memahat sisir itu. Saat meninggalkan rumah, Kakek hanya membawa sisir itu bersamanya," kata Robert dengan mata berkaca-kaca.Suzy memegang sisir tersebut sambil menatap Jenny yang memejamkan matanya dengan tenang.Jenny tidak pernah berhenti mencintai Ambar. Sejak mengetahui Ambar yang masih hidup, tetapi mengorbankan diri demi melindungi ribuan nyawa, Jenny pasti sedih dan menyayangkannya.Setiap hari Jenny tampak tersenyum dan bahagia, tapi sebenarnya dia merindukan Ambar ...."Akhir-akhir ini Nyonya Besar tidak bisa tidur nyenyak," kata Paman Ming. "Aku dengar dari pelayan, Nyonya Besar sering terbangun di tengah malam. Saat kalian tidak ada, Nyonya tidak nafsu makan. Aku mau memanggil dokter, tapi Nyonya Besar melarangku untuk memberi tahu kalian. Siapa san
Suzy tidak bisa tidur. Sebentar lagi dia dan Robert akan pulang ke ibu kota, tetapi mereka belum memberi tahu kehamilannya kepada keluarganya."Sayang, bagaimana kalau besok kita umumkan kehamilanku?" tanya Suzy."Terserah kamu." Robert tersenyum manis.Suzy merenungkan keputusannya secara serius. Setelah membuat keputusan, dia baru memejamkan mata dan memaksakan diri untuk tidur.Manusia hanya bisa berencana, terlalu banyak hal yang tidak bisa diprediksi.Sebelum matahari terbit, pelayan berteriak membangunkan semua orang, "Gawat, gawat ...."Semua orang terkejut mendengar teriakan pelayan. Kemudian mereka keluar dari kamar dan berkumpul di kamar Jenny.Ketika Robert dan Suzy tiba, semua orang telah memenuhi kamar Jenny.Lucy menangis di dalam pelukan Simon yang terlihat sedih.Suzy dan Robert saling bertatapan, mereka merasakan firasat buruk.Robert menarik Suzy ke dalam kamar. Begitu melihat mereka, Lucy berkata dengan terisak-isak, "Nenek ...."Robert dan Suzy melihat ke arah Jenny