Chuck tahu bahwa Daniel tidak merokok dan tidak menyukai aroma rokok. Chuck pun bergegas mematikan rokoknya, lalu membuang semua puntung rokok ke dalam tong sampah.Kemudian dia menyeduhkan segelas teh dan memberikannya kepada Daniel. "Jenderal Xin, kenapa tiba-tiba ke sini?"Daniel mengambil teh yang diberikan dan meletakkannya ke atas meja. "Langsung ke inti masalah."Awalnya Chuck tertegun, dia refleks menegakkan tubuh dan memasang kuping untuk mendengarkan Daniel.Seketika, suasana di dalam ruangan langsung terasa hening. Daniel melihat sekeliling ruangan, lalu menyatakan maksud dan tujuannya kemari.Sesaat mendengar penjelasan Daniel, Chuck membelalak dan tercengang. Tak ada kata yang sanggup menjelaskan perasaan Chuck saat ini."Aku memerlukan sekelompok untuk ikut ke pangkalan medis dan melacak lokasi bomnya. Aku memerlukan penjinak bom yang berpengalaman." Daniel menatap Chuck dengan tegas. "Apakah kamu bisa menyiapkannya dalam 2 hari?"Meskipun Daniel bertanya, cara bicaranya
"Ingin meminjam orang-orangmu," Chuck mewakili Daniel untuk menjawab pertanyaan Henry.Henry menatap Daniel sambil mengerutkan alis.Daniel mengangguk dan membiarkan Chuck lanjut berbicara."Begini, Keluarga Stane diam-diam memasang bom di pangkalan kompetisi medis. Kita perlu mengutus tim untuk menyelidiki dan melacaknya," Chuck lanjut menjelaskan.Henry membelalak, dia menatap Daniel dan Chuck secara bergantian. "Kalian sudah tahu?""Apa maksudmu? Pak Henry, kamu sudah tahu? Tahu dari mana?" tanya Chuck.Setelah bertukar informasi, ternyata mereka mendapatkannya dari sumber yang sama. Mereka pun lega setelah mengetahui James yang memberi tahu semuanya.Jika informasi tersebut berasal dari sumber yang berbeda, mereka malah patut mencurigai kebenarannya."Pak Henry," kata Chuck dengan ketus. "Kenapa kamu tidak langsung memberi tahu aku? Padahal setiap mendapatkan informasi, aku selalu langsung memberitahumu."Henry merentangkan kedua tangan. "Apa boleh buat, kami takut kamu terlalu geg
Dai bergegas membagikan seragam yang telah disiapkan. Mereka harus menyamar agar tidak menarik perhatian para peserta kompetisi.Selain ahli penjinak bom yang berjumlah 12 orang, Dai juga menyiapkan satu kelompok kecil yang berjumlah 15 orang untuk mengelabui musuh dan sebagai ancang-ancang bila terjadi situasi darurat.Setelah semua orang mengganti seragam, Henry dan Chuck mengantar mereka ke depan pintu kedutaan.Tak jauh dari sana, tampak sebuah sosok familier yang berjalan mendekat. Semua orang berbahagia melihat kembalinya Lance."Lance! Akhirnya bocah itu pulang," kata Chuck membuka pembicaraan.Setelah berbicara, Chuck baru menyadari bahwa Daniel, ayahnya Lance, sedang berdiri di samping. Chuck langsung menoleh ke arah Daniel dengan ketakutan.Untungnya Daniel tidak mendengarkan ucapan Chuck. Dia mengernyit sambil menatap Lance yang datang dari kejauhan.Semua orang menghentikan langkahnya dan menyambut kepulangan Lance. Dai dan yang lainnya langsung memeluk Lance dengan kegiran
Di dalam pangkalan.Kompetisi berlangsung secara normal.Para peserta fokus mengerjakan proyek masing-masing. Karena semua ponsel disita, mereka tidak mengetahui perkembangan dan situasi di luar.Para karyawan yang bertugas pun sama, mereka bekerja sesuai shift yang telah diatur.Kedatangan Daniel bagaikan petir di siang bolong. Sebagai panitia yang bertanggung jawab, Lanora tak segan-segan mengadang mereka."Kedatangan kalian akan mengganggu jalannya kompetisi. Silakan tunggu sampai kompetisi ini berakhir." Lanora bersikap sangat arogan, dia jelas tidak pernah mendengar ketenaran Daniel.Daniel langsung menunjukkan surat yang telah dikeluarkan dan ditandatangani Raja Roger. "Putriku menghilang secara tiba-tiba. Bahkan rajamu telah memberikan izin untuk mencari petunjuk. Beraninya kamu mengadangku? Memangnya kamu siapa?"Lanora tersedak mendengar pertanyaan Daniel. "Aku, aku panitia ...."Daniel memotong ucapan Lanora. "Wanita ini berusaha menghambat penyelidikan, motifnya patut dicuri
"Lance, ikut aku!" kata Daniel saat melihat Lance yang ingin membentuk tim dengan orang lain."Oh ...."Daniel dan Lance pergi ke area peralatan bedah.Melihat pria kekar dan tinggi yang ada di samping, Lance merasa sangat gugup. Sepertinya Daniel menyuruh Lance bersamanya agar lebih mudah mengawasinya.Dengan gelisah, Lance pun bertanya, "Ayah, apakah ayah tidak memercayaiku?"Daniel melirik Lance dengan dingin. "Aku tidak mengerti alat peledak. Kalau tidak setim dengan kamu, terus aku harus meminta orang lain?"Lance terdiam mendengarnya. Jadi Daniel lebih tega mengorbankan keselamatan anak sendiri?Lance mengerutkan bibir sambil bergumam, "Lalu masih datang ...."Namun Lance baru sadar, jumlah mereka ganjil. Seharusnya ada 1 orang yang sendirian.Mungkin Daniel mengkhawatirkan Lance ....Melihat wajah Daniel yang serius memeriksa setiap sudut ruangan, hati Lance terasa hangat."Cepat, kenapa malah melamun?" kata Daniel dengan ketus.Lance terbangun dari lamunan. "Oh, iya."Mereka be
"Kenapa tersenyum? Cepat, potong yang mana?" Daniel menegurnya.Daniel sudah tidak sabar ingin memotong peledak ini."Potong yang merah dan kuning," jawab Lance, lalu menambahkan. "Jangan sampai memotong yang warna biru."Daniel yang tadinya hendak memotong pun tersentak dan tangannya bergetar. Dia mengangkat kepalanya dan memelototi Lance, lalu kembali fokus memotong kabel tersebut.Layar peledak pun padam dan tidak terjadi ledakan. Daniel menatap peledak tersebut sambil bertanya, "Apakah perlu dibawa pergi?"Lance menggelengkan kepala. "Tidak perlu, bahan intinya sudah dicabut. Sekarang hanya tersisa bingkainya saja.""Ayo, lanjutkan. Pasti masih ada alat peledak lain."Selama pencarian, Daniel dan Lance menemukan lumayan banyak bom. Ada yang disembunyikan di dinding dan ada yang di plafon.Lance menghela napas panjang. "Apakah mereka mau meledakkan semua kawasan ini? Kalau sampai meledak, tidak hanya orang-orang yang ada di pangkalan, semua orang yang berada sejauh 5 meter dari sini
Di saat bersamaan.Di pulau nan jauh di sana, Suzy sedang buru-buru menggambar di laboratoriumnya.Semua yang digambar Suzy mengandung banyak informasi penting. Kemungkinan, Julius pun tidak akan mengetahuinya.Suzy menggambar peta ini dengan panduan Kakek Ambar. Suzy menggambar jalur rahasia, gudang penyimpanan, titik penjagaan, pokoknya semua lokasi yang ada di pulau ini.Setelah makan siang, Hannes akan meninggalkan pulau ini. Suzy harus menyelesaikan peta ini sebelum Hannes pergi. Peta ini harus segera diberikan kepada Daniel.Setelah melihat peta ini, mereka pasti tahu bagaimana cara untuk menyerang Pelelangan Baren.Suzy mengingat semua informasi yang diberikan oleh Kakek Ambar. Sekarang otak dan tangannya sedang bekerja dengan cepat.Sebenarnya Suzy tidak kesulitan menggambar, yang terpenting adalah informasi dari setiap denah yang digambar.Detik demi detik berlalu.Ketika Suzy hampir menyelesaikan petanya, tiba-tiba terdengar suara dari luar. "Dokter, cepat, cepat!"Suzy gugup
Pertanyaan Suzy langsung membungkam semua suara, tidak ada yang berani menjawab.Kemudian Suzy menatap ke arah Elizabeth dan berkata, "Aku perlu memberikan pengobatan akupunktur di wajahnya."Suzy sengaja berbicara kepada Elizabeth. Bagaimana, di sini Elizabeth ada orang yang berhak membuat keputusan.Setelah melewati berbagai pertimbangan, Elizabeth mengangguk dan setuju. "Tuan Cow adalah orang yang yang terkenal. Aku rasa semua orang di sini pasti telah mengetahui identitasnya. Kita membuka topengnya bukan karena sengaja, tapi untuk menyelamatkan nyawanya. Tuan Cow pasti mengerti.""Cepat, bawa jarum akupunktur Dokter Suzy," Elizabeth memerintahkan pengawalnya.Tak berapa lama, pengawal datang membawakan sekotak jarum akupunktur. Suzy mengambil jarum yang diberikan, lalu membuka topeng yang menutupi wajah Tuan Cow.Tatapan semua orang sontak tertuju kepada wajah Tuan Cow yang tembem dan bulat.Suzy memberikan topeng tersebut kepada Hannes sambil berkata, "Tuan Serigala, tolong pegang
"Kakak!" Tim dan Sam menyapa Welly dan Rose.Di antara keempat anak ini, Welly yang paling besar, Rose nomor dua, lalu disusul Tim dan Sam.Jarak usia Tim dan Sam hanya berbeda 10 hari. Tim adalah anak Tori, sedangkan Sam adalah anaknya Christina.Tori dan Christina melahirkan anak laki-laki, sementara anak yang masih berada di kandungan Aluna pun berjenis kelamin laki-laki. Ditambah dengan Shad, anak dari James dan Samantha, Rose adalah satu-satunya cucu perempuan di keluarga ini.Rose memiliki wajah yang cantik dan menggemaskan, semua orang sangat menyayanginya.Semua mata tampak berbinar-binar melihat penampilan Rose yang cantik. Semua orang merentangkan tangan dan ingin memeluknya."Rose sayang, sini sama Kakek dan Nenek.""Aku mau sama Kakak dan adik-adik.," jawab Rose.Mobil melaju ke arah desa. Hari ini adalah hari peringatan kepergian Sheila.Setiap tahun Suzy selalu pergi melayat ke makam neneknya sekaligus menjenguk Gilbert.Sebelumnya anak-anak masih terlalu kecil, jadi Suzy
Ivan membawa istri dan anaknya untuk datang menjenguk Suzy. Mereka juga tak lupa membawakan hadiah."Selamat, keluarga kalian sudah lengkap. Satu anak laki-laki dan satu anak perempuan." Anna memberikan ucapan selamat."Terima kasih." Robert tersenyum sambil menatap Suzy dengan penuh cinta. "Semua berkat istriku."Di tengah suasana bahagia, Ivan memberikan sebuah kabar baik. "Sekarang kami sudah membangun sekitar 10 klinik amal, tapi belum diberikan nama. Bagaimana kalau kamu ...."Ivan melirik Robert, sedangkan Robert malah melirik Suzy."Ngapain melihat aku?" Suzy mengerutkan alis.Robert tersenyum. "Proyek ini adalah milikmu dan Ivan, kamu juga harus ikut memberikan ide. Kamu saja yang memberikan nama untuk kliniknya.""Aku?" Suzy membelalak.Ivan mengangguk. "Em."Suzy memang harus berkontribusi, meski hanya memberikan nama. Dia berpikir sebentar dan menjawab, "Tujuan klinik ini adalah membantu orang-orang susah yang tidak mampu berobat ke rumah sakit. Bagaimana kalau diberi nama P
Ukuran kandungan Suzy lumayan besar sehingga dia tidak bisa kembali ke Kota Hanggola. Akhirnya dia dan Robert memutuskan untuk melahirkan di ibu kota.Sejak tiga bulan lalu, Lucy membawa Welly untuk datang menemani dan menjaga Suzy. Seiring perut Suzy yang makin membesar, Keluarga Xin meminta Suzy untuk pulang ke rumah keluarganya agar bisa ikut merawatnya.Karena Keluarga Xin terus mendesak, akhirnya Suzy, Lucy, dan Welly pindah ke rumah Keluarga Xin. Semuanya adalah satu keluarga, kehidupan sehari-hari dilewati dengan harmonis.Selain Daniel dan Lorraine, rumah Keluarga Xin juga ditempati oleh Wallace dan Tori, Joris dan Christina, serta Lance dan Aluna. Suasana di rumah selalu dipenuhi tawa.Saat usia kandungan Suzy menginjak 9 bulan, Tori dan Christina memberi tahu berita kehamilan mereka. Keluarga Xin sangat bahagia, Daniel dan Lorraine langsung menyiapkan berbagai suplemen untuk ibu hamil.Memasuki usia kandungan 10 bulan, akhirnya hari persalinan telah tiba. Robert menyerahkan p
Ketika masuk ke kamar, Robert melihat Suzy yang serius membaca dokumen. "Kamu lagi ngapain?"Suzy mengangkat kepala dan menceritakan rencana pembangunan klinik amal kepada Robert."Ide yang bagus. Kalau perlu bantuan, jangan ragu memberitahuku." Robert mendukung Suzy.Suzy pun tidak ragu-ragu dan menjawab, "Aku perlu bantuan uang dan orang."Robert tertawa kecil, Suzy sudah tidak sungkan-sungkan kepadanya. "Baik. Kamu perlu berapa banyak dana? Tapi ...."Robert mengambil dokumen yang dibaca Suzy. "Kamu lagi hamil, jangan terlalu capek.""Tapi ....""Biar aku yang mengurusnya." Robert memotong ucapan Suzy.Kemudian Robert duduk di samping Suzy dan membaca proposal tersebut.Suzy menatap wajah Robert yang sedang fokus bekerja, tampak dan menawan.Setelah selesai membaca, Robert meminta Suzy untuk menghubungi Ivan.Suzy menyalakan pengeras suara sehingga Robert bicara berbicara kepada Ivan secara langsung. "Aku sudah baca proposalnya. Ada beberapa tambahan ...."Saat ini kerajaan, Rumah S
"Oh ...." Welly mengangguk, dia terlihat bingung. "Aku mau punya dua adik, kalau bisa kembar.""Dasar, anak ini." Simon dan Lucy tertawa melihat tingkah cucunya."Ibu dan Ayah tidak punya genetik untuk melahirkan anak kembar. Kemungkinannya sangat kecil." Suzy mengusap kepala Welly.Welly mengangguk, seolah memahami maksud penjelasan Suzy.....Begitu mengetahui kabar kehamilan Suzy, Anna dan Ivan membawa Sisi datang untuk menjenguknya.Anna dan Ivan memberikan anaknya nama Sienna yang dipanggil Sisi, sebuah nama yang cantik dan indah. Sisi memiliki mata yang bulat dan hitam, serta wajah cantik bak putri kecil.Keluarga Calvin dan Keluarga Xin kagum melihat kecantikan Sisi."Anak pintar, anak cantik." Simon terkesima melihat mata Sisi yang bulat."Semoga Suzy mengandung anak perempuan," kata Lucy.Lorraine menghela napas. "Aku punya 3 anak laki-laki dan seorang anak perempuan. Suzy, maafkan Ibu yang tidak menemanimu di saat masa kecilmu ....""Semua sudah lewat." Daniel menepun pundak
Sebagian orang masih berusaha mencerna informasi yang diberikan Suzy.Suzy terlihat gugup. Di saat Suzy kebingungan, Robert mewakilinya menjawab, "Kami terlalu sibuk, baru tahu belum lama ini."Tidak ada yang curiga, Suzy dan Robert memang sibuk.Lucy berdecak dan mengomeli mereka, "Kalian berdua ini .... Jangan terlalu sibuk, apalagi Suzy sedang hamil. Ingat, jaga kesehatan.""Robert, jaga Suzy baik-baik," Simon berpesan."Ayah, Ibu, tenang saja, Robert sangat melindungi aku." Suzy membela suaminya.Semua orang tersenyum melihat Suzy yang membela Robert.Berita kehamilan Suzy berhasil mencairkan suasana yang tengah berkabung. Untuk sesaat, semua orang melupakan kesedihan pasca kepergian Jenny.Sebenarnya bukan sedih, tetapi tidak rela karena semua terjadi secara tiba-tiba. Sejujurnya Keluarga Calvin lega melihat Jenny yang pergi dalam keadaan tenang.Sekarang Suzy sedang mengandung kehidupan kecil di dalam perutnya. Ketika orang-orang sedang mengobrol, Robert dan Suzy memperhatikan We
Suzy kembali ke kamar, tetapi tidak menyalakan lampu. Dia beranjak ke balkon dan menatap langit gelap yang diselimuti awan.Ketika Robert masuk, dia melihat Suzy yang duduk di balkon. Karena takut Suzy masuk angin, Robert membawakan jaket untuknya.Suzy tersadar dari lamunan. "Kamu sudah kembali?""Nenek akan dimakamkan tiga hari lagi bersama barang peninggalan Kakek," kata Robert."Em." Suzy mengangguk.Robert memeluk Suzy. "Ada apa?"Suzy bersandar di pundak Robert. "Aku lagi berpikir, seandainya aku memberi tahu kehamilanku lebih awal, mungkin Nenek tidak akan pergi secepat ini ...."Tangan Robert bergetar saat mendengar ucapan Suzy. Robert terdaim sejenak, lalu menghela napas. "Tidak ada gunanya, hati Nenek sudah tidak sabar untuk pergi menemui Kakek. Tidak ada seorang pun bisa membaca isi hati Nenek.""Aku sedih, aku tidak siap .... Semuanya terjadi terlalu tiba-tiba." Suzy menatap mata Robert."Semuanya akan baik-baik saja. Aku rasa Nenek sudah bahagia di atas sana." Robert menat
Suzy melepaskan benda yang dipegang Jenny, ternyata benda tersebut adalah sebuah sisir.Sisir ini terbuat dari bambu yang dihiasi bunga mawar."Kakek memberikan sisir itu kepada Nenek saat menyatakan cintanya. Kakek sendiri yang memahat sisir itu. Saat meninggalkan rumah, Kakek hanya membawa sisir itu bersamanya," kata Robert dengan mata berkaca-kaca.Suzy memegang sisir tersebut sambil menatap Jenny yang memejamkan matanya dengan tenang.Jenny tidak pernah berhenti mencintai Ambar. Sejak mengetahui Ambar yang masih hidup, tetapi mengorbankan diri demi melindungi ribuan nyawa, Jenny pasti sedih dan menyayangkannya.Setiap hari Jenny tampak tersenyum dan bahagia, tapi sebenarnya dia merindukan Ambar ...."Akhir-akhir ini Nyonya Besar tidak bisa tidur nyenyak," kata Paman Ming. "Aku dengar dari pelayan, Nyonya Besar sering terbangun di tengah malam. Saat kalian tidak ada, Nyonya tidak nafsu makan. Aku mau memanggil dokter, tapi Nyonya Besar melarangku untuk memberi tahu kalian. Siapa san
Suzy tidak bisa tidur. Sebentar lagi dia dan Robert akan pulang ke ibu kota, tetapi mereka belum memberi tahu kehamilannya kepada keluarganya."Sayang, bagaimana kalau besok kita umumkan kehamilanku?" tanya Suzy."Terserah kamu." Robert tersenyum manis.Suzy merenungkan keputusannya secara serius. Setelah membuat keputusan, dia baru memejamkan mata dan memaksakan diri untuk tidur.Manusia hanya bisa berencana, terlalu banyak hal yang tidak bisa diprediksi.Sebelum matahari terbit, pelayan berteriak membangunkan semua orang, "Gawat, gawat ...."Semua orang terkejut mendengar teriakan pelayan. Kemudian mereka keluar dari kamar dan berkumpul di kamar Jenny.Ketika Robert dan Suzy tiba, semua orang telah memenuhi kamar Jenny.Lucy menangis di dalam pelukan Simon yang terlihat sedih.Suzy dan Robert saling bertatapan, mereka merasakan firasat buruk.Robert menarik Suzy ke dalam kamar. Begitu melihat mereka, Lucy berkata dengan terisak-isak, "Nenek ...."Robert dan Suzy melihat ke arah Jenny