"Apakah mau aku temani?" tanya Lukito.Namun melihat ekspresi Suzy yang tercengang, Lukito bergegas menjelaskan, "Bukan itu maksudku. Aku tahu Dokter bukan orang sembarangan, aku tidak memiliki niat jahat."Ketika berbicara, Lukito harus mengakui bahwa Suzy memiliki wajah yang cantik dan kulit yang putih. Sejujurnya Lukito tak hanya kagum, tapi juga terpesona dengan wanita ini.Hanya saja Lukito tak memiliki nyali untuk melakukan hal-hal yang di luar batas. Jika ketahuan para petinggi, nyawa Lukito jadi taruhannya.Suzy tersenyum sambil melambaikan tangan. "Tidak apa-apa, aku mengerti maksudmu. Aku hanya ingin mencari tempat yang ramai untuk bersantai, apakah di sini ada tempat bersenang-senang yang seru?""Ada kasino di pelelangan, tapi untuk masuk memerlukan modal uang ...," kata Lukito dengan ragu-ragu.Meskipun Suzy mendapatkan perlindungan dari Elizabeth, dia adalah orang yang paling miskin di pulau ini."Apakah ini cukup?" Suzy mengeluarkan kalung berliannya."Ini ...." Lukito me
Lukito yang berdiri di samping Suzy tidak berani bergeming. Dia menelan semua kata-katanya karena takut menyinggung Suzy.Hanya saja, hati Lukito terasa sesak melihat Suzy yang sembarangan bermain dan membuang uang sebanyak itu. Rasanya Lukito ingin turun tangan membantunya."Lukito, kayaknya aku tidak berbakat. Kamu saja." Suzy seolah dapat mendengar suara hatinya dan memberikan sisa chipnya untuk dimainkan Lukito."Dok, ini ....""Kalau aku yang main, aku akan kehilangan semuanya. Nanti bagaimana aku menjelaskannya kepada Nyonya Elizabeth? Kemampuanmu lebih bagus, menangkan kembali semua chip yang hilang," kata Suzy.Lukito sangat bersemangat, akhirnya dia dapat menunjukkan kemampuannya. Meskipun antusias, dia tidak berani berjanji. "Tapi bagaimana kalau semuanya kalah?""Tidak apa-apa, yang penting kamu sudah berusaha. Dibandingkan dengan aku, peluangmu untuk menang lebih besar." Suzy tahu diri.Lukito pun menerima tawaran Suzy dan berkata, "Baiklah."Suzy bangkit berdiri, sedangkan
Sebelum Hannes berbicara, Suzy langsung bertanya, "Kamu mencari Robert, 'kan?""Em." Hannes langsung mengangguk. Sejak pertarungan gladiator selesai, Hannes tak pernah melihat keberadaan Robert lagi.Selama beberapa hari ini Hannes sibuk mencari tahu keberadaan Robert. Terakhir, dia mendapatkan kabar bahwa Robert dibawa oleh Elizabeth. Sekarang, Hannes tidak mengetahui keadaannya."Apakah kamu mengetahui keberadaannya?" tanya Hannes."Em." Suzy menceritakan semuanya kepada Hannes.Begitu mendengar nama Tuan Besar Calvin, Hannes tak dapat mengontrol ekspresinya dan tersentak. "Tuan Besar ada di sini?"Suzy meminta Hannes agar tetap tenang. Sekarang Suzy tak punya banyak waktu untuk menjelaskan terlalu banyak. "Kapan kamu pergi dari pulau ini?""Dua hari lagi," jawab Hannes."Baik, dengarkan aku ...." Suzy memberi tahu rencananya kepada Hannes.Setelah selesai mengobrol, Suzy meminta Hannes untuk keluar duluan, sedangkan Suzy bergegas mengganti kembali pakaiannya.Ketika keluar dari guda
Penasihat yang berdiri di samping Roger langsung membuka suara, "Sepertinya Percy dan Stanson bersekongkol. Makin lama, mereka makin arogan. Berani-beraninya menyebut nama Elizabeth di hadapan Anda.""Tidak perlu dibahas lagi." Roger meliriknya dengan dingin dan berbicara sambil menggertakkan gigi, "Mana mungkin Percy mengetahui masalah itu? Pasti Stanson yang memberitahunya. Kurasa dia juga yang menjebak para anggota Lance untuk menerobos ke dalam istana terlarang."Benson mengangguk setuju, tetapi dirinya pun tak berdaya. Apa gunanya marah, pada akhirnya pun Roger tidak berani menyerang Stanson.Di saat bersamaan, tiba-tiba Roger bertanya, "Jenderal Xin tiba?""Iya, sedang menunggu di ruang kerja Anda," jawab Benson."Baik, aku akan menemuinya. Aku ingin tahu, untuk apa dia jauh-jauh ke sini?" Roger bangkit berdiri dan beranjak ke ruang kerjanya.....Pernikahan Colin dan Kamila akan dilangsungkan dalam 4 hari ke depan.Semua keperluan pernikahan telah disiapkan dan diantarkan ke kam
Ketika hendak berbicara, Stanson langsung memotong ucapan Kamila, "Kalau lelah, kenapa menyelinap ke dalam ruang rahasiaku?"Tatapan Stanson terlihat sangat dingin.Kamila tersentak. "Ayah, apa maksudmu? Aku tidak ....""Masih mengelak? Aku melihatnya sendiri!" Sebuah suara lembut muncul secara tiba-tiba."Crestor?"Crestor berjalan masuk sambil melenggak-lenggokkan tubuh. Dia menatap Kamila dengan sinis dan berkata, "Tadi malam aku melihat ada yang berjalan mondar-mandir di depan ruangan Ayah. Aku yakin itu kamu, tapi tiba-tiba kamu menghilang sebelum aku sempat memastikannya. Akhirnya aku menunggu di depan sana. Ternyata benar, tak lama kamu pun keluar dari ruangan ayah."Kamila tidak menyangka aksinya tadi malam ketahuan. Tampaknya dia terlalu gegabah.Namun Kamila tetap membantah. "Ayah, semalam aku hanya di kamar. Crestor memang suka memfitnahku, dia ingin mencelakai aku.""Kamila, kamu mengecewakanku." Stanson menggelengkan kepalanya dan mengeluarkan sebuah cairan berwarna merah.
Kedua mata Roger langsung berbinar-binar, dia memahami maksud Daniel. Daniel menggunakan alasan mencari putrinya untuk menyelidiki letak bom tersebut.Namun Daniel bukanlah penduduk negara ini. Roger agak ragu membiarkan Daniel melakukan semuanya sendiri ....Daniel menekankan, "Masalah ini sangat darurat! Untuk menghancurkan Stanson, kita harus saling memercayai dan bekerja sama."Roger menimbang-nimbang dan menyetujuinya. "Baiklah, aku akan memercayaimu.""Satu lagi." Sebelum pergi, Daniel berkata, "Berkaitan dengan anggota tim Lance yang menyusup ke dalam istana terlarang .... Kamu tahu bahwa mereka tidak bersalah. Tolong lepaskan mereka, sekarang aku membutuhkan bantuan."Meskipun Daniel berbicara dengan tenang, auranya membuat orang lain sulit menolak permintaannya. Roger terdiam selama beberapa detik dan mengangguk. "Baiklah."Roger langsung memerintahkan pengawalnya untuk melepaskan Dai dan para anggota Lance yang lain. Daniel berterima kasih, lalu membawa Dai beserta yang lainn
Chuck tahu bahwa Daniel tidak merokok dan tidak menyukai aroma rokok. Chuck pun bergegas mematikan rokoknya, lalu membuang semua puntung rokok ke dalam tong sampah.Kemudian dia menyeduhkan segelas teh dan memberikannya kepada Daniel. "Jenderal Xin, kenapa tiba-tiba ke sini?"Daniel mengambil teh yang diberikan dan meletakkannya ke atas meja. "Langsung ke inti masalah."Awalnya Chuck tertegun, dia refleks menegakkan tubuh dan memasang kuping untuk mendengarkan Daniel.Seketika, suasana di dalam ruangan langsung terasa hening. Daniel melihat sekeliling ruangan, lalu menyatakan maksud dan tujuannya kemari.Sesaat mendengar penjelasan Daniel, Chuck membelalak dan tercengang. Tak ada kata yang sanggup menjelaskan perasaan Chuck saat ini."Aku memerlukan sekelompok untuk ikut ke pangkalan medis dan melacak lokasi bomnya. Aku memerlukan penjinak bom yang berpengalaman." Daniel menatap Chuck dengan tegas. "Apakah kamu bisa menyiapkannya dalam 2 hari?"Meskipun Daniel bertanya, cara bicaranya
"Ingin meminjam orang-orangmu," Chuck mewakili Daniel untuk menjawab pertanyaan Henry.Henry menatap Daniel sambil mengerutkan alis.Daniel mengangguk dan membiarkan Chuck lanjut berbicara."Begini, Keluarga Stane diam-diam memasang bom di pangkalan kompetisi medis. Kita perlu mengutus tim untuk menyelidiki dan melacaknya," Chuck lanjut menjelaskan.Henry membelalak, dia menatap Daniel dan Chuck secara bergantian. "Kalian sudah tahu?""Apa maksudmu? Pak Henry, kamu sudah tahu? Tahu dari mana?" tanya Chuck.Setelah bertukar informasi, ternyata mereka mendapatkannya dari sumber yang sama. Mereka pun lega setelah mengetahui James yang memberi tahu semuanya.Jika informasi tersebut berasal dari sumber yang berbeda, mereka malah patut mencurigai kebenarannya."Pak Henry," kata Chuck dengan ketus. "Kenapa kamu tidak langsung memberi tahu aku? Padahal setiap mendapatkan informasi, aku selalu langsung memberitahumu."Henry merentangkan kedua tangan. "Apa boleh buat, kami takut kamu terlalu geg
"Kakak!" Tim dan Sam menyapa Welly dan Rose.Di antara keempat anak ini, Welly yang paling besar, Rose nomor dua, lalu disusul Tim dan Sam.Jarak usia Tim dan Sam hanya berbeda 10 hari. Tim adalah anak Tori, sedangkan Sam adalah anaknya Christina.Tori dan Christina melahirkan anak laki-laki, sementara anak yang masih berada di kandungan Aluna pun berjenis kelamin laki-laki. Ditambah dengan Shad, anak dari James dan Samantha, Rose adalah satu-satunya cucu perempuan di keluarga ini.Rose memiliki wajah yang cantik dan menggemaskan, semua orang sangat menyayanginya.Semua mata tampak berbinar-binar melihat penampilan Rose yang cantik. Semua orang merentangkan tangan dan ingin memeluknya."Rose sayang, sini sama Kakek dan Nenek.""Aku mau sama Kakak dan adik-adik.," jawab Rose.Mobil melaju ke arah desa. Hari ini adalah hari peringatan kepergian Sheila.Setiap tahun Suzy selalu pergi melayat ke makam neneknya sekaligus menjenguk Gilbert.Sebelumnya anak-anak masih terlalu kecil, jadi Suzy
Ivan membawa istri dan anaknya untuk datang menjenguk Suzy. Mereka juga tak lupa membawakan hadiah."Selamat, keluarga kalian sudah lengkap. Satu anak laki-laki dan satu anak perempuan." Anna memberikan ucapan selamat."Terima kasih." Robert tersenyum sambil menatap Suzy dengan penuh cinta. "Semua berkat istriku."Di tengah suasana bahagia, Ivan memberikan sebuah kabar baik. "Sekarang kami sudah membangun sekitar 10 klinik amal, tapi belum diberikan nama. Bagaimana kalau kamu ...."Ivan melirik Robert, sedangkan Robert malah melirik Suzy."Ngapain melihat aku?" Suzy mengerutkan alis.Robert tersenyum. "Proyek ini adalah milikmu dan Ivan, kamu juga harus ikut memberikan ide. Kamu saja yang memberikan nama untuk kliniknya.""Aku?" Suzy membelalak.Ivan mengangguk. "Em."Suzy memang harus berkontribusi, meski hanya memberikan nama. Dia berpikir sebentar dan menjawab, "Tujuan klinik ini adalah membantu orang-orang susah yang tidak mampu berobat ke rumah sakit. Bagaimana kalau diberi nama P
Ukuran kandungan Suzy lumayan besar sehingga dia tidak bisa kembali ke Kota Hanggola. Akhirnya dia dan Robert memutuskan untuk melahirkan di ibu kota.Sejak tiga bulan lalu, Lucy membawa Welly untuk datang menemani dan menjaga Suzy. Seiring perut Suzy yang makin membesar, Keluarga Xin meminta Suzy untuk pulang ke rumah keluarganya agar bisa ikut merawatnya.Karena Keluarga Xin terus mendesak, akhirnya Suzy, Lucy, dan Welly pindah ke rumah Keluarga Xin. Semuanya adalah satu keluarga, kehidupan sehari-hari dilewati dengan harmonis.Selain Daniel dan Lorraine, rumah Keluarga Xin juga ditempati oleh Wallace dan Tori, Joris dan Christina, serta Lance dan Aluna. Suasana di rumah selalu dipenuhi tawa.Saat usia kandungan Suzy menginjak 9 bulan, Tori dan Christina memberi tahu berita kehamilan mereka. Keluarga Xin sangat bahagia, Daniel dan Lorraine langsung menyiapkan berbagai suplemen untuk ibu hamil.Memasuki usia kandungan 10 bulan, akhirnya hari persalinan telah tiba. Robert menyerahkan p
Ketika masuk ke kamar, Robert melihat Suzy yang serius membaca dokumen. "Kamu lagi ngapain?"Suzy mengangkat kepala dan menceritakan rencana pembangunan klinik amal kepada Robert."Ide yang bagus. Kalau perlu bantuan, jangan ragu memberitahuku." Robert mendukung Suzy.Suzy pun tidak ragu-ragu dan menjawab, "Aku perlu bantuan uang dan orang."Robert tertawa kecil, Suzy sudah tidak sungkan-sungkan kepadanya. "Baik. Kamu perlu berapa banyak dana? Tapi ...."Robert mengambil dokumen yang dibaca Suzy. "Kamu lagi hamil, jangan terlalu capek.""Tapi ....""Biar aku yang mengurusnya." Robert memotong ucapan Suzy.Kemudian Robert duduk di samping Suzy dan membaca proposal tersebut.Suzy menatap wajah Robert yang sedang fokus bekerja, tampak dan menawan.Setelah selesai membaca, Robert meminta Suzy untuk menghubungi Ivan.Suzy menyalakan pengeras suara sehingga Robert bicara berbicara kepada Ivan secara langsung. "Aku sudah baca proposalnya. Ada beberapa tambahan ...."Saat ini kerajaan, Rumah S
"Oh ...." Welly mengangguk, dia terlihat bingung. "Aku mau punya dua adik, kalau bisa kembar.""Dasar, anak ini." Simon dan Lucy tertawa melihat tingkah cucunya."Ibu dan Ayah tidak punya genetik untuk melahirkan anak kembar. Kemungkinannya sangat kecil." Suzy mengusap kepala Welly.Welly mengangguk, seolah memahami maksud penjelasan Suzy.....Begitu mengetahui kabar kehamilan Suzy, Anna dan Ivan membawa Sisi datang untuk menjenguknya.Anna dan Ivan memberikan anaknya nama Sienna yang dipanggil Sisi, sebuah nama yang cantik dan indah. Sisi memiliki mata yang bulat dan hitam, serta wajah cantik bak putri kecil.Keluarga Calvin dan Keluarga Xin kagum melihat kecantikan Sisi."Anak pintar, anak cantik." Simon terkesima melihat mata Sisi yang bulat."Semoga Suzy mengandung anak perempuan," kata Lucy.Lorraine menghela napas. "Aku punya 3 anak laki-laki dan seorang anak perempuan. Suzy, maafkan Ibu yang tidak menemanimu di saat masa kecilmu ....""Semua sudah lewat." Daniel menepun pundak
Sebagian orang masih berusaha mencerna informasi yang diberikan Suzy.Suzy terlihat gugup. Di saat Suzy kebingungan, Robert mewakilinya menjawab, "Kami terlalu sibuk, baru tahu belum lama ini."Tidak ada yang curiga, Suzy dan Robert memang sibuk.Lucy berdecak dan mengomeli mereka, "Kalian berdua ini .... Jangan terlalu sibuk, apalagi Suzy sedang hamil. Ingat, jaga kesehatan.""Robert, jaga Suzy baik-baik," Simon berpesan."Ayah, Ibu, tenang saja, Robert sangat melindungi aku." Suzy membela suaminya.Semua orang tersenyum melihat Suzy yang membela Robert.Berita kehamilan Suzy berhasil mencairkan suasana yang tengah berkabung. Untuk sesaat, semua orang melupakan kesedihan pasca kepergian Jenny.Sebenarnya bukan sedih, tetapi tidak rela karena semua terjadi secara tiba-tiba. Sejujurnya Keluarga Calvin lega melihat Jenny yang pergi dalam keadaan tenang.Sekarang Suzy sedang mengandung kehidupan kecil di dalam perutnya. Ketika orang-orang sedang mengobrol, Robert dan Suzy memperhatikan We
Suzy kembali ke kamar, tetapi tidak menyalakan lampu. Dia beranjak ke balkon dan menatap langit gelap yang diselimuti awan.Ketika Robert masuk, dia melihat Suzy yang duduk di balkon. Karena takut Suzy masuk angin, Robert membawakan jaket untuknya.Suzy tersadar dari lamunan. "Kamu sudah kembali?""Nenek akan dimakamkan tiga hari lagi bersama barang peninggalan Kakek," kata Robert."Em." Suzy mengangguk.Robert memeluk Suzy. "Ada apa?"Suzy bersandar di pundak Robert. "Aku lagi berpikir, seandainya aku memberi tahu kehamilanku lebih awal, mungkin Nenek tidak akan pergi secepat ini ...."Tangan Robert bergetar saat mendengar ucapan Suzy. Robert terdaim sejenak, lalu menghela napas. "Tidak ada gunanya, hati Nenek sudah tidak sabar untuk pergi menemui Kakek. Tidak ada seorang pun bisa membaca isi hati Nenek.""Aku sedih, aku tidak siap .... Semuanya terjadi terlalu tiba-tiba." Suzy menatap mata Robert."Semuanya akan baik-baik saja. Aku rasa Nenek sudah bahagia di atas sana." Robert menat
Suzy melepaskan benda yang dipegang Jenny, ternyata benda tersebut adalah sebuah sisir.Sisir ini terbuat dari bambu yang dihiasi bunga mawar."Kakek memberikan sisir itu kepada Nenek saat menyatakan cintanya. Kakek sendiri yang memahat sisir itu. Saat meninggalkan rumah, Kakek hanya membawa sisir itu bersamanya," kata Robert dengan mata berkaca-kaca.Suzy memegang sisir tersebut sambil menatap Jenny yang memejamkan matanya dengan tenang.Jenny tidak pernah berhenti mencintai Ambar. Sejak mengetahui Ambar yang masih hidup, tetapi mengorbankan diri demi melindungi ribuan nyawa, Jenny pasti sedih dan menyayangkannya.Setiap hari Jenny tampak tersenyum dan bahagia, tapi sebenarnya dia merindukan Ambar ...."Akhir-akhir ini Nyonya Besar tidak bisa tidur nyenyak," kata Paman Ming. "Aku dengar dari pelayan, Nyonya Besar sering terbangun di tengah malam. Saat kalian tidak ada, Nyonya tidak nafsu makan. Aku mau memanggil dokter, tapi Nyonya Besar melarangku untuk memberi tahu kalian. Siapa san
Suzy tidak bisa tidur. Sebentar lagi dia dan Robert akan pulang ke ibu kota, tetapi mereka belum memberi tahu kehamilannya kepada keluarganya."Sayang, bagaimana kalau besok kita umumkan kehamilanku?" tanya Suzy."Terserah kamu." Robert tersenyum manis.Suzy merenungkan keputusannya secara serius. Setelah membuat keputusan, dia baru memejamkan mata dan memaksakan diri untuk tidur.Manusia hanya bisa berencana, terlalu banyak hal yang tidak bisa diprediksi.Sebelum matahari terbit, pelayan berteriak membangunkan semua orang, "Gawat, gawat ...."Semua orang terkejut mendengar teriakan pelayan. Kemudian mereka keluar dari kamar dan berkumpul di kamar Jenny.Ketika Robert dan Suzy tiba, semua orang telah memenuhi kamar Jenny.Lucy menangis di dalam pelukan Simon yang terlihat sedih.Suzy dan Robert saling bertatapan, mereka merasakan firasat buruk.Robert menarik Suzy ke dalam kamar. Begitu melihat mereka, Lucy berkata dengan terisak-isak, "Nenek ...."Robert dan Suzy melihat ke arah Jenny