Ketika hendak berbicara, Stanson langsung memotong ucapan Kamila, "Kalau lelah, kenapa menyelinap ke dalam ruang rahasiaku?"Tatapan Stanson terlihat sangat dingin.Kamila tersentak. "Ayah, apa maksudmu? Aku tidak ....""Masih mengelak? Aku melihatnya sendiri!" Sebuah suara lembut muncul secara tiba-tiba."Crestor?"Crestor berjalan masuk sambil melenggak-lenggokkan tubuh. Dia menatap Kamila dengan sinis dan berkata, "Tadi malam aku melihat ada yang berjalan mondar-mandir di depan ruangan Ayah. Aku yakin itu kamu, tapi tiba-tiba kamu menghilang sebelum aku sempat memastikannya. Akhirnya aku menunggu di depan sana. Ternyata benar, tak lama kamu pun keluar dari ruangan ayah."Kamila tidak menyangka aksinya tadi malam ketahuan. Tampaknya dia terlalu gegabah.Namun Kamila tetap membantah. "Ayah, semalam aku hanya di kamar. Crestor memang suka memfitnahku, dia ingin mencelakai aku.""Kamila, kamu mengecewakanku." Stanson menggelengkan kepalanya dan mengeluarkan sebuah cairan berwarna merah.
Kedua mata Roger langsung berbinar-binar, dia memahami maksud Daniel. Daniel menggunakan alasan mencari putrinya untuk menyelidiki letak bom tersebut.Namun Daniel bukanlah penduduk negara ini. Roger agak ragu membiarkan Daniel melakukan semuanya sendiri ....Daniel menekankan, "Masalah ini sangat darurat! Untuk menghancurkan Stanson, kita harus saling memercayai dan bekerja sama."Roger menimbang-nimbang dan menyetujuinya. "Baiklah, aku akan memercayaimu.""Satu lagi." Sebelum pergi, Daniel berkata, "Berkaitan dengan anggota tim Lance yang menyusup ke dalam istana terlarang .... Kamu tahu bahwa mereka tidak bersalah. Tolong lepaskan mereka, sekarang aku membutuhkan bantuan."Meskipun Daniel berbicara dengan tenang, auranya membuat orang lain sulit menolak permintaannya. Roger terdiam selama beberapa detik dan mengangguk. "Baiklah."Roger langsung memerintahkan pengawalnya untuk melepaskan Dai dan para anggota Lance yang lain. Daniel berterima kasih, lalu membawa Dai beserta yang lainn
Chuck tahu bahwa Daniel tidak merokok dan tidak menyukai aroma rokok. Chuck pun bergegas mematikan rokoknya, lalu membuang semua puntung rokok ke dalam tong sampah.Kemudian dia menyeduhkan segelas teh dan memberikannya kepada Daniel. "Jenderal Xin, kenapa tiba-tiba ke sini?"Daniel mengambil teh yang diberikan dan meletakkannya ke atas meja. "Langsung ke inti masalah."Awalnya Chuck tertegun, dia refleks menegakkan tubuh dan memasang kuping untuk mendengarkan Daniel.Seketika, suasana di dalam ruangan langsung terasa hening. Daniel melihat sekeliling ruangan, lalu menyatakan maksud dan tujuannya kemari.Sesaat mendengar penjelasan Daniel, Chuck membelalak dan tercengang. Tak ada kata yang sanggup menjelaskan perasaan Chuck saat ini."Aku memerlukan sekelompok untuk ikut ke pangkalan medis dan melacak lokasi bomnya. Aku memerlukan penjinak bom yang berpengalaman." Daniel menatap Chuck dengan tegas. "Apakah kamu bisa menyiapkannya dalam 2 hari?"Meskipun Daniel bertanya, cara bicaranya
"Ingin meminjam orang-orangmu," Chuck mewakili Daniel untuk menjawab pertanyaan Henry.Henry menatap Daniel sambil mengerutkan alis.Daniel mengangguk dan membiarkan Chuck lanjut berbicara."Begini, Keluarga Stane diam-diam memasang bom di pangkalan kompetisi medis. Kita perlu mengutus tim untuk menyelidiki dan melacaknya," Chuck lanjut menjelaskan.Henry membelalak, dia menatap Daniel dan Chuck secara bergantian. "Kalian sudah tahu?""Apa maksudmu? Pak Henry, kamu sudah tahu? Tahu dari mana?" tanya Chuck.Setelah bertukar informasi, ternyata mereka mendapatkannya dari sumber yang sama. Mereka pun lega setelah mengetahui James yang memberi tahu semuanya.Jika informasi tersebut berasal dari sumber yang berbeda, mereka malah patut mencurigai kebenarannya."Pak Henry," kata Chuck dengan ketus. "Kenapa kamu tidak langsung memberi tahu aku? Padahal setiap mendapatkan informasi, aku selalu langsung memberitahumu."Henry merentangkan kedua tangan. "Apa boleh buat, kami takut kamu terlalu geg
Dai bergegas membagikan seragam yang telah disiapkan. Mereka harus menyamar agar tidak menarik perhatian para peserta kompetisi.Selain ahli penjinak bom yang berjumlah 12 orang, Dai juga menyiapkan satu kelompok kecil yang berjumlah 15 orang untuk mengelabui musuh dan sebagai ancang-ancang bila terjadi situasi darurat.Setelah semua orang mengganti seragam, Henry dan Chuck mengantar mereka ke depan pintu kedutaan.Tak jauh dari sana, tampak sebuah sosok familier yang berjalan mendekat. Semua orang berbahagia melihat kembalinya Lance."Lance! Akhirnya bocah itu pulang," kata Chuck membuka pembicaraan.Setelah berbicara, Chuck baru menyadari bahwa Daniel, ayahnya Lance, sedang berdiri di samping. Chuck langsung menoleh ke arah Daniel dengan ketakutan.Untungnya Daniel tidak mendengarkan ucapan Chuck. Dia mengernyit sambil menatap Lance yang datang dari kejauhan.Semua orang menghentikan langkahnya dan menyambut kepulangan Lance. Dai dan yang lainnya langsung memeluk Lance dengan kegiran
Di dalam pangkalan.Kompetisi berlangsung secara normal.Para peserta fokus mengerjakan proyek masing-masing. Karena semua ponsel disita, mereka tidak mengetahui perkembangan dan situasi di luar.Para karyawan yang bertugas pun sama, mereka bekerja sesuai shift yang telah diatur.Kedatangan Daniel bagaikan petir di siang bolong. Sebagai panitia yang bertanggung jawab, Lanora tak segan-segan mengadang mereka."Kedatangan kalian akan mengganggu jalannya kompetisi. Silakan tunggu sampai kompetisi ini berakhir." Lanora bersikap sangat arogan, dia jelas tidak pernah mendengar ketenaran Daniel.Daniel langsung menunjukkan surat yang telah dikeluarkan dan ditandatangani Raja Roger. "Putriku menghilang secara tiba-tiba. Bahkan rajamu telah memberikan izin untuk mencari petunjuk. Beraninya kamu mengadangku? Memangnya kamu siapa?"Lanora tersedak mendengar pertanyaan Daniel. "Aku, aku panitia ...."Daniel memotong ucapan Lanora. "Wanita ini berusaha menghambat penyelidikan, motifnya patut dicuri
"Lance, ikut aku!" kata Daniel saat melihat Lance yang ingin membentuk tim dengan orang lain."Oh ...."Daniel dan Lance pergi ke area peralatan bedah.Melihat pria kekar dan tinggi yang ada di samping, Lance merasa sangat gugup. Sepertinya Daniel menyuruh Lance bersamanya agar lebih mudah mengawasinya.Dengan gelisah, Lance pun bertanya, "Ayah, apakah ayah tidak memercayaiku?"Daniel melirik Lance dengan dingin. "Aku tidak mengerti alat peledak. Kalau tidak setim dengan kamu, terus aku harus meminta orang lain?"Lance terdiam mendengarnya. Jadi Daniel lebih tega mengorbankan keselamatan anak sendiri?Lance mengerutkan bibir sambil bergumam, "Lalu masih datang ...."Namun Lance baru sadar, jumlah mereka ganjil. Seharusnya ada 1 orang yang sendirian.Mungkin Daniel mengkhawatirkan Lance ....Melihat wajah Daniel yang serius memeriksa setiap sudut ruangan, hati Lance terasa hangat."Cepat, kenapa malah melamun?" kata Daniel dengan ketus.Lance terbangun dari lamunan. "Oh, iya."Mereka be
"Kenapa tersenyum? Cepat, potong yang mana?" Daniel menegurnya.Daniel sudah tidak sabar ingin memotong peledak ini."Potong yang merah dan kuning," jawab Lance, lalu menambahkan. "Jangan sampai memotong yang warna biru."Daniel yang tadinya hendak memotong pun tersentak dan tangannya bergetar. Dia mengangkat kepalanya dan memelototi Lance, lalu kembali fokus memotong kabel tersebut.Layar peledak pun padam dan tidak terjadi ledakan. Daniel menatap peledak tersebut sambil bertanya, "Apakah perlu dibawa pergi?"Lance menggelengkan kepala. "Tidak perlu, bahan intinya sudah dicabut. Sekarang hanya tersisa bingkainya saja.""Ayo, lanjutkan. Pasti masih ada alat peledak lain."Selama pencarian, Daniel dan Lance menemukan lumayan banyak bom. Ada yang disembunyikan di dinding dan ada yang di plafon.Lance menghela napas panjang. "Apakah mereka mau meledakkan semua kawasan ini? Kalau sampai meledak, tidak hanya orang-orang yang ada di pangkalan, semua orang yang berada sejauh 5 meter dari sini