Dipenjara seumur hidup?Berarti Barbie harus menghabiskan seluruh hidupnya di dalam penjara yang gelap dan usang?Dibandingkan dengan hukuman mati, sebenarnya dipenjara seumur hidup jauh lebih menyiksa. Hal ini sama saja dengan menyiksa Barbie secara perlahan-lahan.Suzy merasa hukuman yang diberikan kepada Barbie cukup adil. Kemudian, Suzy melirik ke arah Nenek Jenny, Daniel, dan Lorraine. Mereka juga mengangguk puas.Di antara semua orang yang hadir, hanya Barbie yang tidak menerima hukuman yang diberikan. Suzy menatap Barbie yang tampak mengerutkan alis.Barbie tenggelam di dalam lamunannya, dia seolah memiliki dunia sendiri."Barbie, apakah kamu keberatan dengan hukuman yang diberikan?" tanya Nolan.Barbie tidak menghiraukan pertanyaan Nolan, dia bahkan tidak memandang Nolan.Nolan kembali bertanya untuk kedua kalinya, tetapi Barbie masih tidak merespons.Akhirnya Nolan pun kehilangan kesabaran dan langsung memerintahkan, "Bawa dan kurung dia."Barbie mematung seperti kayu, dia ter
"Cepat duduk, sudah mau berangkat!" perintah salah seorang pengawal.Barbie duduk tanpa menjawab sepatah kata pun. Kemudian, dia memejamkan mata sambil mengingat semua kejadian di ruang persidangan.Tatapan dingin Keluarga Xin, Keluarga Calvin yang tidak berperasaan, serta Suzy .... Suzy memang tidak berkata apa-apa, tetapi dia pasti puas melihat penderitaan Barbie.Mulai saat ini, Suzy akan menjadi putri kesayangan Keluarga Xin. Dia memiliki suami yang kaya raya serta guru yang terkenal.Hidup Suzy benar-benar sempurna, pernikahan yang bahagia, keluarga yang harmonis ....Barbie merasa bahwa Suzy telah merebut kebahagiaannya. Sebaliknya, Barbie malah dipenjara, dikenal sebagai pengkhianat negara, tidak punya keluarga maupun teman. Dia tidak memiliki seorang pun yang bisa diandalkan.Bahkan Barbie pun kehilangan kebebasan, dia harus mendekap seumur hidup di dalam penjara.Bagaimana rasanya membusuk di dalam penjara? Tidak peduli seberapa baik perilakunya di dalam penjara, Barbie tidak
Di dalam sel Rutan Keamanan Nasional.Robin dan Eric yang dipisahkan sel dinding tampak sedang mengobrol. Robin berkata dengan frustasi, "Ayah, kita sudah dikurung berhari-hari, kenapa tidak ada yang memedulikan kita? Apakah mereka melupakan kita?"Eric menghela napas. "Lebih baik mereka melupakan kita daripada datang dan terus mengancam. Setiap melihat pistol yang diarahkan, aku merasa bisa ditembak kapan pun."Mendengar obrolan Robin dan Eric, Rachel tampak kesal dan mengeluh, "Enak saja, mau sampai kapan kayak gini? Air untuk mandi saja tidak ada, badanku sudah gatal! Makanan tidak enak, kasur tidak empuk, aku tidak bisa tidur nyenyak."Sesaat Rachel selesai bicara, terdengar suara langkah kaki dari depan. Eric, Rachel, dan Robin langsung terdiam, ekspresi mereka terlihat tegang. Rachel bergegas menempelkan wajahnya ke pintu sel dan berusaha mengintip siapa yang datang.Begitu melihat beberapa pengawal yang datang, raut wajah Rachel langsung berubah. Dia mundur beberapa langkah samb
Charles menatap Samantha selama beberapa saat, tatapannya mengandung makna yang dalam. "Nolan tidak sama sepertimu."Samantha tertegun, dia mengerti maksud Charles. Sejujurnya Samantha merasa terpukul dan malu.Benar, perebutan kekuasaan kerajaan memang sangat kejam. Hanya ada satu pemenang dan yang lain harus mati. Namun, Nolan berbeda, dia tidak menjerumuskan Samantha, tetapi malah membebaskannya.Samantha juga tidak menyangka bahwa Nolan akan berbuat seperti itu.Samantha mengangguk. "Ayah, Nolan memang lebih pantas menjadi pemimpin."Charles terkejut mendengar jawaban Samantha. "Kamu serius?""Iya." Samantha mengangguk tulus.Charles pun tersenyum puas. Dia mengamati kondisi Samantha, nada bicaranya terdengar jauh lebih lembut. "Beberapa hari ini kamu pasti menderita, istirahat yang cukup. Besok kita akan mengadakan perjamuan untuk berterima kasih kepada Keluarga Xin, kamu ikut juga. Mereka memberikan kontribusi besar dalam penangkapan Thomas dan Willis.""Baik, Ayah." Samantha men
Sesaat merasakan kehadiran seseorang di belakangnya, Tori menoleh dan malah mengerutkan alis. "Wallace?"Wallace terpesona melihat kedua mata Tori yang indah. Seketika, kepala Wallace terasa kosong, dia bahkan lupa semua kata-kata yang ingin diucapkan.Melihat Wallace yang tercengang, tiba-tiba Tori menarik pergelangan tangan Wallace dan berkata, "Kebetulan, aku ingin meminta bantuanmu."Tanpa menunggu jawaban Wallace, Tori langsung menariknya ke motor yang diparkir di halaman. Wallace tercengang melihat Tori naik ke atas motor dan hendak pergi. Tori menoleh ke belakang, lalu bertanya, "Kenapa masih melamun? Cepat, naik!""Ke mana?" Wallace bertanya secara spontan.Tori tidak menjawab, dia hanya menatap Wallace dengan tajam. Wallace tampak gugup saat berhadapan dengan kedua mata Tori yang indah. Akhirnya, Wallace naik ke atas motor tanpa bertanya lebih lanjut.Wallace yang duduk di belakang dapat mencium tubuh Tori yang beraroma bunga mawar. Aroma tubuh Tori sangat harum dan menyegarka
Wallace terlihat kebingungan, bertarung dengan Tori?Wallace tidak suka sembarangan bertarung. Selain saat latihan atau menghadapi musuh yang sesungguhnya, Wallace tidak pernah main tangan. Apalagi, Tori adalah seorang wanita, mana mungkin Wallace melawannya?Namun, Wallace tertarik saat mendengar persyaratan yang diajukan Tori. Yang menang boleh meminta sesuatu kepada yang kalah ...."Boleh meminta apa pun?" tanya Wallace.Tori menganggukkan kepala.Wallace cukup tertarik, sebuah pikiran pun terbesit di benaknya. Namun, Wallace langsung mengurung niat tersebut, rasanya agak memalukan mengajukan permintaan seperti "itu".Wallace bukanlah orang yang suka memanfaatkan keadaan. Dia menggelengkan kepala dan berkata, "Aku ....""Tidak boleh menolak! Kamu harus bertarung denganku!" Tori langsung menyela ucapan Wallace, sikapnya terlihat sangat tegas.Wallace tahu bahwa Tori adalah wanita yang perkasa. Hanya saja Wallace tidak menyangka kalau ego Tori sebesar ini."Wallace, kamu tidak berani
Wallace tertegun setelah mendengar permintaan Tori. Awalnya Wallace juga ingin mengajukan permintaan yang sama, kenapa malah Tori yang menyatakan perasaannya?Wallace yang biasanya pintar langsung merasa bodoh. Seketika, otaknya terasa tidak berfungsi.Setelah termenung selama beberapa saat, Wallace baru menyadari sesuatu ....Sebentar! Bukan bodoh, tetapi terlalu senang. Saking senangnya Wallace tidak tahu baru bereaksi seperti apa.Keringat yang menetes di kening Tori membuatnya makin memesona. Lekukan tubuhnya yang indah serta rambutnya yang terurai membuat Wallace terpanah.Meskipun sudah hampir berusia 30 tahun, Wallace tidak pernah menjalin hubungan yang serius. Wallace bukan orang yang mudah dirayu, tetapi Tori berhasil membuat jantungnya berdegup kencang.Sekujur tubuh Wallace terasa panas. Dia bahkan tak sanggup mengucapkan sepatah kata pun.Wallace berpikir sebentar, apakah dia tidak salah dengar? Apakah semua cuma ilusi?"Menjadi pacarmu? Kenapa?" Wallace kembali memastikan.
Tori menarik tangan Wallace dan berjalan masuk ke dalam kuil tua yang tampak sudah bobrok.Wallace mengikuti Tori dalam kondisi linglung.Begitu memasuki gerbang, terdapat sebuah pembakar dupa setinggi 1 meter yang sudah berkarat. Di belakang pembakar dupa, tampak sebuah aula utama yang digunakan sebagai tempat berdoa. Sebuah patung besar yang sudah berdebu dan retak ditempatkan di tengah aula utama.Suasana di dalam aula terasa lembab, lumut memenuhi dinding, pintu dan kayu pun sudah lapuk.Kuil ini sangat kecil dan terpencil. Apakah Tori benar-benar tumbuh besar di sini?"Ini ...." Wallace mantap wanita yang menarik tangannya.Tempat ini memiliki makna yang khusus bagi Tori. Sesaat memasuki gerbang, perhatian Tori sudah tidak tertuju kepada Wallace. Mata Tori tampak berbinar-binar saat melihat kuil ini.Melihat Tori yang memandang tempat ini sambil tersenyum, Wallace pun tertegun dan diam.Tanpa disadari, Tori mulai meneteskan air mata. Wallace yang tidak tega melihatnya menangis pun