"Pelelangan Baren adalah asosiasi ilegal yang bergerak di luar negeri, tidak ada satu pun negara yang berani menyentuh mereka. Aku yakin, pasti ada seseorang yang membantu mereka di belakang." Charles mengingatkan."Justru karena tidak ada yang berani melawan, kita harus memulainya." Tanpa pikir panjang, Nolan lanjut mengutarakan pendapatnya, "Willis bekerja sama dengan Thomas untuk menumbangkan kerajaan. Sudah jelas, dia berani berbuat seperti karena ada yang mendukungnya di belakang. Tapi ingat, mereka yang menyerang kita duluan. Mereka saja sudah mengincar kita, untuk apa kita bersikap sungkan kepada mereka? Kalau kita mundur, lain kali mereka akan kembali, mungkin dengan kekuatan yang berlipat ganda.""Mengeksekusi Willis akan menjadi pukulan telak bagi Pelelangan Baren, sekaligus juga sebagai peringatan untuk Shaleta dan antek-anteknya. Selain itu, kita bisa menggunakan kesempatan ini untuk mempersatukan negara-negara yang dirugikan oleh Pelelangan Baren dan melawan balik."Nolan
Nolan mengerutkan alis. "Kamu yang mengecewakan Ayah, makanya Beliau memilihku."Melihat ekspresi Samantha yang menyebalkan, Nolan hanya bisa menghela napas. "Kalau tidak bekerja sama dengan Shaleta, kamu tidak akan seperti sekarang. Semua ini akibat ulahmu sendiri, jangan menyalahkan aku.""Cukup!" Samantha berteriak, dia tidak ingin mendengar lanjutannya. "Katanya kamu ingin membantuku, tapi kamu malah memercayai kalau aku bekerja sama dengan Shaleta. Nolan, sejak kapan kamu jadi orang yang munafik?""Tidak, aku tidak bermaksud seperti itu. Kak, ceritakan padaku. Aku ...."Sebelum Nolan selesai bicara, Samantha kembali menyelanya. Kali ini, Samantha tidak sungkan mengusirnya. "Jangan banyak omong kosong. Pergi sana!""Kak." Nolan tampak tak berdaya.Nolan tidak bisa memaksa Samantha. Nolan terpaksa pergi sambil menghela napas, sedangkan Samantha meringkuk di sudut dan tersenyum sinis.Menolongnya? Tidak ada orang yang bisa menolong Samantha!Nolan tidak mungkin bisa menolong Samantha
Tidak heran Samantha terkejut.Dokumen tersebut berisi klausul-klausul yang membahayakan kerajaan. Begitu ditandatangani, para penjahat itu tidak akan bisa disingkirkan lagi.Oleh sebab itu Samantha tidak berusaha membela diri, dia sudah yakin akan dihukum.Namun, siapa sangka, ternyata James tidak menyerahkan dokumen itu ....Kenapa James tidak menyerahkannya?Hati Samantha terasa bergejolak, sebuah pikiran yang bodoh pun melintas di benaknya."James." Samantha ingin mengetesnya. "Kalau aku bilang Shaleta dan Thomas yang menjebakku, apakah kamu akan percaya?"James menjawab dengan tenang, "Nolan bukanlah orang yang kejam, dia masih memedulikan persaudaraan kalian. Ayahmu sengaja menyerahkan kasusmu kepada Nolan, ini adalah caranya untuk menyelamatkanmu. Asalkan kamu mengaku salah dan berhenti mengincar posisi ratu, mereka pasti akan menyelamatkanmu."Samantha seolah tidak menghiraukan ucapan James. Samantha menatapnya dengan tegas dan kembali bertanya, "Aku tanya sekali lagi, apakah k
Begitu keluar dari Rutan Keamanan Nasional, James melihat mobil kerajaan yang masih menunggu di depan.Nolan membuka kaca jendela dan melambaikan tangan ke arah James.Sesaat James masuk ke dalam mobil, Nolan langsung bertanya, "Bagaimana? Apa katanya?'James terlihat ragu-ragu. Dia menatap Nolan yang tampak penasaran dan berkata, "Samantha tidak tahu apa-apa, dia juga dijebak.""Sudah kuduga!" Nolan menghela napas lega.James menatap Nolan dengan tatapan penuh curiga. Begitu menyadari tatapan James, Nolan pun bergegas menjelaskan, "Memang harus kamu yang membujuk kakakku. Kalau tidak, dia tidak mau buka mulut."Tanpa basa-basi, James langsung berpamitan, "Pangeran, aku sudah melaksanakan tugasku. Kalau tidak ada urusan lain, aku pergi dulu.""Sebentar." Nolan menggenggam lengan James. "Walaupun kakakku tidak bersalah, dia tidak bisa membuktikannya. Semuanya tidak bisa lolos, termasuk kakakku. Kamu tidak penasaran bagaimana dia akan dihukum?""Itu urusan kerajaan, tidak ada hubungannya
Rumah Sakit Nasional.Setelah beristirahat selama dua hari, kondisi Daniel pun mulai pulih. Dia sudah tidak sabar ingin pulang.Pagi-pagi sekali, Daniel dan yang lainnya sudah selesai mengemas barang. Mereka ingin berpamitan dan berterima kasih kepada Gilbert, tetapi Gilbert sedang tidak di tempat."Pak Gilbert pergi menemui Raja. Aku akan menyampaikan salam kalian kepadanya," kata Nick sambil tersenyum."Terima kasih." Daniel mengepalkan tangan.Di sepanjang lorong rumah sakit, para pasien menyapa Keluarga Xin dengan ramah."Jenderal Xin.""Nyonya Lorraine.""Tuan Muda."Daniel membalas sapaan demi sapaan, mereka juga mengungkapkan rasa terima kasihnya. Tanpa orang-orang yang mempertaruhkan nyawa mereka, nama baik Keluarga Xin tidak mungkin dipulihkan.Sesampainya di luar, sudah ada sekelompok orang yang menunggu di depan mobil. Begitu melihat kemunculan anggota Keluarga Xin, sebuah sosok tinggi yang tegap pun beranjak maju dan menyambut mereka."Jenderal Xin, Nyonya!" Julius menyapa
Christina menggelengkan kepalanya dengan kagum. "Kamu sangat hebat! Demi menyelesaikan tugas, kamu rela mengorbankan nyawamu. Kalau waktu itu aku tidak menolongmu, mungkin aku akan menyesalinya seumur hidup."Perbincangan di antara Julius dan Christina sontak membuat orang-orang penasaran."Christina, kamu dan Julius ...." Joris tampak keheranan.Christina menjawab sambil tersenyum, "Nanti aku ceritakan di rumah.""Ayo, masuk dulu ke mobil." Julius mempersilakan.Sesaat hendak masuk ke mobil, tiba-tiba Lance menyenggol pergelangan tangan Wallace sambil mengedipkan mata. "Kak, lihat itu."Wallace menatap ke arah yang ditunjuk Lance. Terlihat Tori yang mengenakan pakaian kasual dengan rambut terikat. Meskipun sederhana, Tori tetap cantik seperti biasa.Tori tidak datang sendirian, ada Vermont dan juga Janet.Mereka datang untuk menjemput anggota Tim Monet yang dirawat di Rumah Sakit Nasional.Tori memapah satu persatu anggotanya masuk ke dalam mobil. Selama ini Tori selalu terlihat dingi
"Apakah kamu sempat menjenguk Suzy?" Daniel bertanya kepada Julius."Belum." Julius menggelengkan kepala.Jawaban Julius mengingatkan Daniel pada kejadian dulu. "Kamu, kamu masih marah karena kejadian dulu?""Em? Tidak." Julius kembali menggelengkan kepala.Daniel menghela napas, lalu menepuk pundak Julius dan berkata, "Julius, kamu sudah tahu identitas Suzy, 'kan? Dia adalah putriku, putri kandung Keluarga Xin. Harusnya kamu bukan menikah dengan Barbie, tapi Suzy."Sembari mendengar ucapan Daniel, perlahan-lahan raut wajah Julius pun terlihat muram.Daniel pun merasa serba salah, Julius adalah menantu pilihannya, tetapi Suzy sudah bersama Robert."Aku menyaksikanmu tumbuh dewasa. Kamu adalah pria yang jujur, berani, tegas, dan cerdas. Dilihat dari berbagai aspek, kamu tidak kalah dari Robert. Aku dan Lorraine sudah menganggapmu sebagai anak sendiri, tapi sayangnya takdir berkata lain.""Aku baru menemukan Suzy setelah 20 tahun. Dia memilih Robert, mereka saling mencintai. Bahkan sudah
"Sama-sama." Ivan tersenyum dan berkata, "Nenek sudah sembuh, kamu tidak perlu cemas. Apalagi, setelah mengetahui pemberontakan yang dilakukan Thomas, aku dan Anna juga mengkhawatirkan keadaan kalian di ibu kota."Robert menganggukkan kepala. Dia tahu bahwa Ivan telah berkorban banyak demi kesembuhan Nenek Jenny.Ivan dan Anna sedang mempersiapkan pernikahan mereka, tetapi demi melaksanakan amanat Suzy, Ivan terpaksa mengundur pernikahannya. Kemudian, sekarang Ivan juga datang ke ibu kota untuk mengunjungi Robert dan yang lainnya. Robert tidak akan pernah melupakan jasa Ivan ....Sebagai bentuk balas budi, Robert mempertimbangkan untuk mengajak Ivan bekerja sama.Tak berapa lama, Simon turun dan menyapa Daniel, "Jenderal Xin, bagaimana kondisimu?"Lucy melirik Simon dengan sinis, lalu berkata, "Suzy adalah putrinya Keluarga Xin, berarti kita dan Keluarga Xin berbesanan. Jangan memanggilnya seperti orang luar."Nenek Jenny tertawa sambil menatap Daniel. "Kita sudah jadi satu keluarga."
"Kakak!" Tim dan Sam menyapa Welly dan Rose.Di antara keempat anak ini, Welly yang paling besar, Rose nomor dua, lalu disusul Tim dan Sam.Jarak usia Tim dan Sam hanya berbeda 10 hari. Tim adalah anak Tori, sedangkan Sam adalah anaknya Christina.Tori dan Christina melahirkan anak laki-laki, sementara anak yang masih berada di kandungan Aluna pun berjenis kelamin laki-laki. Ditambah dengan Shad, anak dari James dan Samantha, Rose adalah satu-satunya cucu perempuan di keluarga ini.Rose memiliki wajah yang cantik dan menggemaskan, semua orang sangat menyayanginya.Semua mata tampak berbinar-binar melihat penampilan Rose yang cantik. Semua orang merentangkan tangan dan ingin memeluknya."Rose sayang, sini sama Kakek dan Nenek.""Aku mau sama Kakak dan adik-adik.," jawab Rose.Mobil melaju ke arah desa. Hari ini adalah hari peringatan kepergian Sheila.Setiap tahun Suzy selalu pergi melayat ke makam neneknya sekaligus menjenguk Gilbert.Sebelumnya anak-anak masih terlalu kecil, jadi Suzy
Ivan membawa istri dan anaknya untuk datang menjenguk Suzy. Mereka juga tak lupa membawakan hadiah."Selamat, keluarga kalian sudah lengkap. Satu anak laki-laki dan satu anak perempuan." Anna memberikan ucapan selamat."Terima kasih." Robert tersenyum sambil menatap Suzy dengan penuh cinta. "Semua berkat istriku."Di tengah suasana bahagia, Ivan memberikan sebuah kabar baik. "Sekarang kami sudah membangun sekitar 10 klinik amal, tapi belum diberikan nama. Bagaimana kalau kamu ...."Ivan melirik Robert, sedangkan Robert malah melirik Suzy."Ngapain melihat aku?" Suzy mengerutkan alis.Robert tersenyum. "Proyek ini adalah milikmu dan Ivan, kamu juga harus ikut memberikan ide. Kamu saja yang memberikan nama untuk kliniknya.""Aku?" Suzy membelalak.Ivan mengangguk. "Em."Suzy memang harus berkontribusi, meski hanya memberikan nama. Dia berpikir sebentar dan menjawab, "Tujuan klinik ini adalah membantu orang-orang susah yang tidak mampu berobat ke rumah sakit. Bagaimana kalau diberi nama P
Ukuran kandungan Suzy lumayan besar sehingga dia tidak bisa kembali ke Kota Hanggola. Akhirnya dia dan Robert memutuskan untuk melahirkan di ibu kota.Sejak tiga bulan lalu, Lucy membawa Welly untuk datang menemani dan menjaga Suzy. Seiring perut Suzy yang makin membesar, Keluarga Xin meminta Suzy untuk pulang ke rumah keluarganya agar bisa ikut merawatnya.Karena Keluarga Xin terus mendesak, akhirnya Suzy, Lucy, dan Welly pindah ke rumah Keluarga Xin. Semuanya adalah satu keluarga, kehidupan sehari-hari dilewati dengan harmonis.Selain Daniel dan Lorraine, rumah Keluarga Xin juga ditempati oleh Wallace dan Tori, Joris dan Christina, serta Lance dan Aluna. Suasana di rumah selalu dipenuhi tawa.Saat usia kandungan Suzy menginjak 9 bulan, Tori dan Christina memberi tahu berita kehamilan mereka. Keluarga Xin sangat bahagia, Daniel dan Lorraine langsung menyiapkan berbagai suplemen untuk ibu hamil.Memasuki usia kandungan 10 bulan, akhirnya hari persalinan telah tiba. Robert menyerahkan p
Ketika masuk ke kamar, Robert melihat Suzy yang serius membaca dokumen. "Kamu lagi ngapain?"Suzy mengangkat kepala dan menceritakan rencana pembangunan klinik amal kepada Robert."Ide yang bagus. Kalau perlu bantuan, jangan ragu memberitahuku." Robert mendukung Suzy.Suzy pun tidak ragu-ragu dan menjawab, "Aku perlu bantuan uang dan orang."Robert tertawa kecil, Suzy sudah tidak sungkan-sungkan kepadanya. "Baik. Kamu perlu berapa banyak dana? Tapi ...."Robert mengambil dokumen yang dibaca Suzy. "Kamu lagi hamil, jangan terlalu capek.""Tapi ....""Biar aku yang mengurusnya." Robert memotong ucapan Suzy.Kemudian Robert duduk di samping Suzy dan membaca proposal tersebut.Suzy menatap wajah Robert yang sedang fokus bekerja, tampak dan menawan.Setelah selesai membaca, Robert meminta Suzy untuk menghubungi Ivan.Suzy menyalakan pengeras suara sehingga Robert bicara berbicara kepada Ivan secara langsung. "Aku sudah baca proposalnya. Ada beberapa tambahan ...."Saat ini kerajaan, Rumah S
"Oh ...." Welly mengangguk, dia terlihat bingung. "Aku mau punya dua adik, kalau bisa kembar.""Dasar, anak ini." Simon dan Lucy tertawa melihat tingkah cucunya."Ibu dan Ayah tidak punya genetik untuk melahirkan anak kembar. Kemungkinannya sangat kecil." Suzy mengusap kepala Welly.Welly mengangguk, seolah memahami maksud penjelasan Suzy.....Begitu mengetahui kabar kehamilan Suzy, Anna dan Ivan membawa Sisi datang untuk menjenguknya.Anna dan Ivan memberikan anaknya nama Sienna yang dipanggil Sisi, sebuah nama yang cantik dan indah. Sisi memiliki mata yang bulat dan hitam, serta wajah cantik bak putri kecil.Keluarga Calvin dan Keluarga Xin kagum melihat kecantikan Sisi."Anak pintar, anak cantik." Simon terkesima melihat mata Sisi yang bulat."Semoga Suzy mengandung anak perempuan," kata Lucy.Lorraine menghela napas. "Aku punya 3 anak laki-laki dan seorang anak perempuan. Suzy, maafkan Ibu yang tidak menemanimu di saat masa kecilmu ....""Semua sudah lewat." Daniel menepun pundak
Sebagian orang masih berusaha mencerna informasi yang diberikan Suzy.Suzy terlihat gugup. Di saat Suzy kebingungan, Robert mewakilinya menjawab, "Kami terlalu sibuk, baru tahu belum lama ini."Tidak ada yang curiga, Suzy dan Robert memang sibuk.Lucy berdecak dan mengomeli mereka, "Kalian berdua ini .... Jangan terlalu sibuk, apalagi Suzy sedang hamil. Ingat, jaga kesehatan.""Robert, jaga Suzy baik-baik," Simon berpesan."Ayah, Ibu, tenang saja, Robert sangat melindungi aku." Suzy membela suaminya.Semua orang tersenyum melihat Suzy yang membela Robert.Berita kehamilan Suzy berhasil mencairkan suasana yang tengah berkabung. Untuk sesaat, semua orang melupakan kesedihan pasca kepergian Jenny.Sebenarnya bukan sedih, tetapi tidak rela karena semua terjadi secara tiba-tiba. Sejujurnya Keluarga Calvin lega melihat Jenny yang pergi dalam keadaan tenang.Sekarang Suzy sedang mengandung kehidupan kecil di dalam perutnya. Ketika orang-orang sedang mengobrol, Robert dan Suzy memperhatikan We
Suzy kembali ke kamar, tetapi tidak menyalakan lampu. Dia beranjak ke balkon dan menatap langit gelap yang diselimuti awan.Ketika Robert masuk, dia melihat Suzy yang duduk di balkon. Karena takut Suzy masuk angin, Robert membawakan jaket untuknya.Suzy tersadar dari lamunan. "Kamu sudah kembali?""Nenek akan dimakamkan tiga hari lagi bersama barang peninggalan Kakek," kata Robert."Em." Suzy mengangguk.Robert memeluk Suzy. "Ada apa?"Suzy bersandar di pundak Robert. "Aku lagi berpikir, seandainya aku memberi tahu kehamilanku lebih awal, mungkin Nenek tidak akan pergi secepat ini ...."Tangan Robert bergetar saat mendengar ucapan Suzy. Robert terdaim sejenak, lalu menghela napas. "Tidak ada gunanya, hati Nenek sudah tidak sabar untuk pergi menemui Kakek. Tidak ada seorang pun bisa membaca isi hati Nenek.""Aku sedih, aku tidak siap .... Semuanya terjadi terlalu tiba-tiba." Suzy menatap mata Robert."Semuanya akan baik-baik saja. Aku rasa Nenek sudah bahagia di atas sana." Robert menat
Suzy melepaskan benda yang dipegang Jenny, ternyata benda tersebut adalah sebuah sisir.Sisir ini terbuat dari bambu yang dihiasi bunga mawar."Kakek memberikan sisir itu kepada Nenek saat menyatakan cintanya. Kakek sendiri yang memahat sisir itu. Saat meninggalkan rumah, Kakek hanya membawa sisir itu bersamanya," kata Robert dengan mata berkaca-kaca.Suzy memegang sisir tersebut sambil menatap Jenny yang memejamkan matanya dengan tenang.Jenny tidak pernah berhenti mencintai Ambar. Sejak mengetahui Ambar yang masih hidup, tetapi mengorbankan diri demi melindungi ribuan nyawa, Jenny pasti sedih dan menyayangkannya.Setiap hari Jenny tampak tersenyum dan bahagia, tapi sebenarnya dia merindukan Ambar ...."Akhir-akhir ini Nyonya Besar tidak bisa tidur nyenyak," kata Paman Ming. "Aku dengar dari pelayan, Nyonya Besar sering terbangun di tengah malam. Saat kalian tidak ada, Nyonya tidak nafsu makan. Aku mau memanggil dokter, tapi Nyonya Besar melarangku untuk memberi tahu kalian. Siapa san
Suzy tidak bisa tidur. Sebentar lagi dia dan Robert akan pulang ke ibu kota, tetapi mereka belum memberi tahu kehamilannya kepada keluarganya."Sayang, bagaimana kalau besok kita umumkan kehamilanku?" tanya Suzy."Terserah kamu." Robert tersenyum manis.Suzy merenungkan keputusannya secara serius. Setelah membuat keputusan, dia baru memejamkan mata dan memaksakan diri untuk tidur.Manusia hanya bisa berencana, terlalu banyak hal yang tidak bisa diprediksi.Sebelum matahari terbit, pelayan berteriak membangunkan semua orang, "Gawat, gawat ...."Semua orang terkejut mendengar teriakan pelayan. Kemudian mereka keluar dari kamar dan berkumpul di kamar Jenny.Ketika Robert dan Suzy tiba, semua orang telah memenuhi kamar Jenny.Lucy menangis di dalam pelukan Simon yang terlihat sedih.Suzy dan Robert saling bertatapan, mereka merasakan firasat buruk.Robert menarik Suzy ke dalam kamar. Begitu melihat mereka, Lucy berkata dengan terisak-isak, "Nenek ...."Robert dan Suzy melihat ke arah Jenny