Tidak heran Samantha terkejut.Dokumen tersebut berisi klausul-klausul yang membahayakan kerajaan. Begitu ditandatangani, para penjahat itu tidak akan bisa disingkirkan lagi.Oleh sebab itu Samantha tidak berusaha membela diri, dia sudah yakin akan dihukum.Namun, siapa sangka, ternyata James tidak menyerahkan dokumen itu ....Kenapa James tidak menyerahkannya?Hati Samantha terasa bergejolak, sebuah pikiran yang bodoh pun melintas di benaknya."James." Samantha ingin mengetesnya. "Kalau aku bilang Shaleta dan Thomas yang menjebakku, apakah kamu akan percaya?"James menjawab dengan tenang, "Nolan bukanlah orang yang kejam, dia masih memedulikan persaudaraan kalian. Ayahmu sengaja menyerahkan kasusmu kepada Nolan, ini adalah caranya untuk menyelamatkanmu. Asalkan kamu mengaku salah dan berhenti mengincar posisi ratu, mereka pasti akan menyelamatkanmu."Samantha seolah tidak menghiraukan ucapan James. Samantha menatapnya dengan tegas dan kembali bertanya, "Aku tanya sekali lagi, apakah k
Begitu keluar dari Rutan Keamanan Nasional, James melihat mobil kerajaan yang masih menunggu di depan.Nolan membuka kaca jendela dan melambaikan tangan ke arah James.Sesaat James masuk ke dalam mobil, Nolan langsung bertanya, "Bagaimana? Apa katanya?'James terlihat ragu-ragu. Dia menatap Nolan yang tampak penasaran dan berkata, "Samantha tidak tahu apa-apa, dia juga dijebak.""Sudah kuduga!" Nolan menghela napas lega.James menatap Nolan dengan tatapan penuh curiga. Begitu menyadari tatapan James, Nolan pun bergegas menjelaskan, "Memang harus kamu yang membujuk kakakku. Kalau tidak, dia tidak mau buka mulut."Tanpa basa-basi, James langsung berpamitan, "Pangeran, aku sudah melaksanakan tugasku. Kalau tidak ada urusan lain, aku pergi dulu.""Sebentar." Nolan menggenggam lengan James. "Walaupun kakakku tidak bersalah, dia tidak bisa membuktikannya. Semuanya tidak bisa lolos, termasuk kakakku. Kamu tidak penasaran bagaimana dia akan dihukum?""Itu urusan kerajaan, tidak ada hubungannya
Rumah Sakit Nasional.Setelah beristirahat selama dua hari, kondisi Daniel pun mulai pulih. Dia sudah tidak sabar ingin pulang.Pagi-pagi sekali, Daniel dan yang lainnya sudah selesai mengemas barang. Mereka ingin berpamitan dan berterima kasih kepada Gilbert, tetapi Gilbert sedang tidak di tempat."Pak Gilbert pergi menemui Raja. Aku akan menyampaikan salam kalian kepadanya," kata Nick sambil tersenyum."Terima kasih." Daniel mengepalkan tangan.Di sepanjang lorong rumah sakit, para pasien menyapa Keluarga Xin dengan ramah."Jenderal Xin.""Nyonya Lorraine.""Tuan Muda."Daniel membalas sapaan demi sapaan, mereka juga mengungkapkan rasa terima kasihnya. Tanpa orang-orang yang mempertaruhkan nyawa mereka, nama baik Keluarga Xin tidak mungkin dipulihkan.Sesampainya di luar, sudah ada sekelompok orang yang menunggu di depan mobil. Begitu melihat kemunculan anggota Keluarga Xin, sebuah sosok tinggi yang tegap pun beranjak maju dan menyambut mereka."Jenderal Xin, Nyonya!" Julius menyapa
Christina menggelengkan kepalanya dengan kagum. "Kamu sangat hebat! Demi menyelesaikan tugas, kamu rela mengorbankan nyawamu. Kalau waktu itu aku tidak menolongmu, mungkin aku akan menyesalinya seumur hidup."Perbincangan di antara Julius dan Christina sontak membuat orang-orang penasaran."Christina, kamu dan Julius ...." Joris tampak keheranan.Christina menjawab sambil tersenyum, "Nanti aku ceritakan di rumah.""Ayo, masuk dulu ke mobil." Julius mempersilakan.Sesaat hendak masuk ke mobil, tiba-tiba Lance menyenggol pergelangan tangan Wallace sambil mengedipkan mata. "Kak, lihat itu."Wallace menatap ke arah yang ditunjuk Lance. Terlihat Tori yang mengenakan pakaian kasual dengan rambut terikat. Meskipun sederhana, Tori tetap cantik seperti biasa.Tori tidak datang sendirian, ada Vermont dan juga Janet.Mereka datang untuk menjemput anggota Tim Monet yang dirawat di Rumah Sakit Nasional.Tori memapah satu persatu anggotanya masuk ke dalam mobil. Selama ini Tori selalu terlihat dingi
"Apakah kamu sempat menjenguk Suzy?" Daniel bertanya kepada Julius."Belum." Julius menggelengkan kepala.Jawaban Julius mengingatkan Daniel pada kejadian dulu. "Kamu, kamu masih marah karena kejadian dulu?""Em? Tidak." Julius kembali menggelengkan kepala.Daniel menghela napas, lalu menepuk pundak Julius dan berkata, "Julius, kamu sudah tahu identitas Suzy, 'kan? Dia adalah putriku, putri kandung Keluarga Xin. Harusnya kamu bukan menikah dengan Barbie, tapi Suzy."Sembari mendengar ucapan Daniel, perlahan-lahan raut wajah Julius pun terlihat muram.Daniel pun merasa serba salah, Julius adalah menantu pilihannya, tetapi Suzy sudah bersama Robert."Aku menyaksikanmu tumbuh dewasa. Kamu adalah pria yang jujur, berani, tegas, dan cerdas. Dilihat dari berbagai aspek, kamu tidak kalah dari Robert. Aku dan Lorraine sudah menganggapmu sebagai anak sendiri, tapi sayangnya takdir berkata lain.""Aku baru menemukan Suzy setelah 20 tahun. Dia memilih Robert, mereka saling mencintai. Bahkan sudah
"Sama-sama." Ivan tersenyum dan berkata, "Nenek sudah sembuh, kamu tidak perlu cemas. Apalagi, setelah mengetahui pemberontakan yang dilakukan Thomas, aku dan Anna juga mengkhawatirkan keadaan kalian di ibu kota."Robert menganggukkan kepala. Dia tahu bahwa Ivan telah berkorban banyak demi kesembuhan Nenek Jenny.Ivan dan Anna sedang mempersiapkan pernikahan mereka, tetapi demi melaksanakan amanat Suzy, Ivan terpaksa mengundur pernikahannya. Kemudian, sekarang Ivan juga datang ke ibu kota untuk mengunjungi Robert dan yang lainnya. Robert tidak akan pernah melupakan jasa Ivan ....Sebagai bentuk balas budi, Robert mempertimbangkan untuk mengajak Ivan bekerja sama.Tak berapa lama, Simon turun dan menyapa Daniel, "Jenderal Xin, bagaimana kondisimu?"Lucy melirik Simon dengan sinis, lalu berkata, "Suzy adalah putrinya Keluarga Xin, berarti kita dan Keluarga Xin berbesanan. Jangan memanggilnya seperti orang luar."Nenek Jenny tertawa sambil menatap Daniel. "Kita sudah jadi satu keluarga."
Semua orang berlari melewati Anna, sedangkan Anna berdiri di tengah sambil melangkah mundur.Tanpa disadari sebuah tangan meraih pergelangan tangan Anna. Begitu mengangkat kepala, Anna melihat Ivan yang berdiri di hadapannya."Anna, Suzy kenapa?" Ivan bertanya dengan lembut.Anna menatap Ivan dengan haru, lalu menjawab sambil terisak-isak, "Waktu menyelimuti Suzy, aku merasa tangannya bergerak. Jangan-jangan dia sudah sadar.""Oh ya? Ayo, kita lihat." Mata Ivan terlihat berbinar-binar.Setibanya di depan kamar Suzy, Ivan dan Anna mematung di tempat. Bagaimana Ivan dan Anna bisa masuk? Kamarnya Suzy saja seramai itu, semua orang berkumpul di dalam sana.Semua orang berdesak-desakan di dalam kamar Suzy. Julius dan Vermont tidak tahan, mereka pun bergegas keluar.Di sisi lain, Julius dan Vermont juga memikirkan Keluarga Xin. Mereka sengaja mengalah dan membiarkan keluarga inti yang masuk duluan.Di bawah sinaran cahaya matahari, kelopak mata Suzy terlihat bergetar, perlahan-lahan matanya
"Em." Daniel mengangguk bahagia.Sambil bergandengan tangan, Daniel dan Lorraine beranjak ke samping Suzy. Suzy pun turun dari tempat tidur dan memeluk mereka.Mereka berpelukan sambil menangis ....Suzy sangat senang melihat kedua orang tua kandung yang berdiri di depannya. Akhirnya, mereka bisa berkumpul kembali."Ayah, Ibu!" Suzy tidak bisa membendung rasa harunya.Daniel dan Lorraine sangat senang mendengar Suzy yang memanggil mereka. Tak ada kata yang mampu menggambarkan betapa bahagianya mereka.Setelah beberapa saat, Lorraine menyeka air matanya, lalu memandang wajah Suzy dan berkata dengan suara gemetaran, "Pu ... putri ... putriku ....""Ibu ...." Suzy memanggilnya sambil menangis."Em, putriku, putriku yang pintar.""Maaf, maafkan Ibu, Ibu tidak becus menjagamu. Selama 20 tahun ini kamu pasti menderita ...."Suzy menepuk pundak Lorraine dan berkata, "Bu, semuanya sudah berlalu. Yang penting kita sudah berkumpul lagi.""Em, kamu benar." Lorraine mengangguk sambil tersenyum.Se