"Ayo, silakan." Nick membawa Wallace, Joris, dan Lance masuk ke rumah sakit."Ramai sekali, Pak Gilbert bisa mengurus pasien sebanyak ini?" tanya Joris.Di saat bersamaan, mereka berpapasan dengan Gilbert yang sedang berjalan ke luar. Ketika melirik Daniel yang masih pingsan, kurang lebih Gilbert sudah mengetahui kondisinya.Kemudian, Gilbert mengangkat kepalanya sambil mendengus dingin. "Semua yang bekerja di Rumah Sakit Nasional adalah dokter yang kompeten. Mengurus luka sekecil ini tidak ada apa-apanya ....""Eh, sebentar. Kalian berpikir aku sendiri yang akan akan mengobati kalian?" tanya Gilbert sambil mengangkat dia alisnya."Em?" Wallace dan kedua saudaranya tertegun.Gilbert tersenyum licik dan menjawab, "Tahun ini lagi banyak dokter magang. Kapan lagi dapat kesempatan praktek seperti ini? Jadi harus dimanfaatkan sebaik mungkin."Wallace, Joris, dan Lance menyadari niat licik Gilbert, tetapi di sisi lain, mereka juga sadar bahwa Gilbert tidak mungkin berniat jahat.Semua orang
Salah satu tangan Daniel baru selesai dioperasi. Jadi, dia belum bisa bergerak secara leluasa.Daniel hanya bisa menggenggam tangan Lorraine dengan menggunakan satu tangan. "Tidak apa-apa, semua sudah berakhir."Setelah menghibur istrinya, Daniel menatap putra dan juga menantinya. "Aku bangga kepada kalian. Putraku tidak salah memilih istri."Selama ini, Daniel dikenal sebagai sosok yang keras. Dia lebih sering memarahi anak-anaknya daripada memuji mereka.Ketika mendengar pujian Daniel, Wallace dan Joris tampak terkejut. Terutama Wallace, dia paling sering ditegur Daniel.Wallace sontak menundukkan kepala untuk menyembunyikan emosi di balik matanya.Daniel tidak memedulikan respons ketiga putranya. Sekarang, hanya ada satu hal yang mengganjal di hatinya. "Oh iya, di mana putri kita? Di mana Suzy? Bagaimana keadaannya?"Di saat bersamaan, Lance kembali sambil menelepon seseorang.Semua orang langsung menatap Lance dengan penuh harap.Lance segera menutup panggilannya dan berkata, "Aku
"Aku ...." Lorraine ragu-ragu. Dia ingin menjenguk Suzy, tetapi juga tidak tega meninggalkan Daniel sendirian.Daniel tahu isi hati Lorraine. Dengan lembut, Daniel pun berkata, "Lorraine, kamu ikut Lance saja. Tidak perlu mengkhawatirkan aku. Siapa tahu Suzy akan bangun begitu mengetahui kedatanganmu.""Baik." Lorraine mengangguk sambil terisak."Ayah, aku juga mau ikut," kata Christina.Daniel mengangguk setuju. Christina adalah dokter, siapa tahu dia bisa membantu Suzy.Setelah Lance, Lorraine, dan Christina pergi, hanya terisa Daniel dan kedua putranya di dalam ruangan. Wallace dan Joris mengkhawatirkan keadaan Suzy, tetapi Daniel juga perlu ditemani.Melihat Daniel yang terlihat cemas, Joris pun berusaha menghiburnya. "Ayah, Suzy bukanlah orang biasa. Aku yakin, dia akan segera sadar."Wallace mengangguk setuju. "Suzy adalah muridnya Pak Gilbert. Kalau keadaan Suzy parah, Pak Gilbert tidak mungkin setenang itu. Semua tidak separah yang kita bayangkan."Wallace dan Joris terus meyak
Robert membuka pakaian Suzy, lalu memeriksa luka di setiap tubuhnya. Semua luka Suzy sudah kering dan boleh terkena air.Setelah mengisi bak mandi dengan air hangat, Robert menaruh tubuh Suzy ke dalam bak secara perlahan-lahan.Robert sama sekali tidak canggung, dia sudah sering melihat tubuh Suzy. Hanya saja, Robert kasihan saat mengusap tubuh Suzy yang dipenuhi luka."Suzy, kamu pasti kesakitan." Robert agak menyalahkan diri sendiri. Sebagai seorang pria, dia gagal melindungi wanita yang dicintainya.Apalagi, Suzy menjadi seperti ini untuk menyelamatkan Robert.Berdasarkan penjelasan Canelius, Suzy pingsan karena memberikan terlalu banyak darah dan mengerahkan terlalu banyak tenaga.Seandainya Suzy tidak kehilangan darah, dia tidak mungkin seperti ini.Robert mengusap tubuh Suzy secara perlahan-lahan. Robert takut menyentuh luka Suzy dan membuatnya kesakitan.Tiba-tiba, sebuah pikiran melintas di benak Robert. Ini bukanlah pertama kalinya Suzy menyelamatkan Robert.Sebelumnya, Suzy j
Begitu masuk, Welly ingin memeluk Suzy, tetapi Robert menarik dan menghentikannya."Ibumu lagi tidur, jangan ribut." Suara Robert terdengar galak.Welly melirik Suzy yang berbaring di atas tempat tidur dan bertanya, "Ibu lagi tidur? Tapi ...."Welly berpikir sebentar. "Tapi kok tidak bergerak?""Berarti tidurnya nyenyak, makanya tidak gerak," jawab Robert.Kondisi Suzy agak rumit, jangankan Welly yang berumur 4 tahun, orang dewasa pun sulit memahaminya. Jadi, Robert malas menjelaskan lebih panjang.Welly bukanlah anak yang mudah dibohongi. Selagi Robert tidak memperhatikan, Welly menjulurkan lehernya dan berbisik di telinga Suzy, "Mami, Mami, bangun!"Melihat Suzy yang tidak merespons, Welly pun marah dan menuduh Robert. "Ayah, kamu bohong! Masa Ibu tidak bangun mendengar teriakanku?"Kemudian, Welly menangis sambil membelai wajah Suzy. "Ibu, Ibu kenapa? Ayo, bangun!"Simon tidak tega melihat cucunya yang menangis histeris. Dia segera memeluk Welly dan menghiburnya, "Welly, anak baik,
Lorraine menangis tersedu-sedu. Air matanya pun menetes dan mengenai pipi Suzy.Robert dan yang lainnya tidak bisa berbuat apa-apa, mereka tidak berani mengganggu Lorraine.Emosi Lorraine tidak terkendali, tangisannya pecah dan air mata mengalir semakin deras.Di saat menangis, tiba-tiba Lorraine seperti melihat mata Suzy yang berkedip. Lorraine terdiam sejenak, dia bergegas mengusap air matanya dan menatap wajah Suzy."Ada apa?" Robert merasa ada yang aneh dengan sikap Lorraine."Suzy, kayaknya dia ...." Lorraine tidak yakin dengan yang dilihatnya. Jadi, dia menelan kembali ucapannya.Suzy masih tertidur pulas, sama sekali tidak ada tanda-tanda bangun. Mungkin Lorraine salah lihat.Lorraine menyeka air matanya sambil menenangkan diri. Kemudian, menoleh ke arah Robert dan meminta maaf. "Maaf, aku tidak bisa menahan emosiku.""Aku bisa memahaminya. Orang tua mana yang tidak khawatir melihat anaknya sakit," jawab Robert sambil tersenyum. "Suzy pasti akan segera sadar. Kalian akan segera
Dalam sekejap, amarah Daniel langsung mereda. Dia menatap Lorraine dengan ragu-ragu, lalu menjawab, "Di sini tidak senyaman di rumah."Joris mendekati Lorraine dan berbisik di telinganya, "Ibu, setelah tahu ini adalah Rumah Sakit Nasional dan Pak Gilbert yang menyelamatkannya, Ayah langsung minta pulang. Mungkin Ayah tidak enak."Daniel memiliki pendengaran yang tajam. Sesaat mendengar Joris yang mengadu, Daniel langsung memelototinya.Lorraine meraih pergelangan Daniel, lalu memandangnya sambil menghela napas. "Suamiku, kamu dan Pak Gilbert sudah belasan tahun bertengkar. Masih belum cukup?"Melihat tatapan Lorraine yang tegas, semua arogansi dan kekesalan Daniel langsung sirna. "Bukan, aku ....""Aku tahu, kamu merasa bersalah kepada Pak Gilbert. Kamu tidak enak menerima kebaikannya, 'kan?" tanya Lorraine sambil mengusap punggung Daniel.Ucapan Lorraine sontak membuat wajah Daniel memerah.Setelah beberapa saat, Daniel menghela napas dan menjawab dengan frustasi, "Lorraine, sebenarny
Sekujur tubuh Daniel terasa panas.Kemudian, Daniel berusaha menopang dirinya sendiri untuk bangun."Suamiku!""Ayah!" "Ayah!""Ayah!"Sambil menahan rasa sakitnya, Daniel berusaha turun dari tempat tidur ...."Bugh!" Daniel terjatuh dari tempat tidur.Meskipun masih lemah, Daniel menolak untuk dibantu siapa pun. Dia memegang kursi yang ada di samping, lalu berusaha bangkit berdiri dan berjalan mendekati Gilbert.Selangkah demi selangkah .... Daniel berjalan terhuyung-huyung.Sesampainya di depan Gilbert, Daniel langsung berlutut dan meminta maaf. "Pak Gilbert ...."Setelah sekian lama, ini adalah pertama kalinya Daniel memanggil Gilbert dengan tulus."Aku minta maaf. Selama 20 tahun ini, aku telah tertipu, aku sampai memfitnah dan merusak reputasimu. Maafkan aku," kata Daniel sambil bersujud."Sudahlah, semua sudah lewat." Gilbert melambaikan tangan sambil tersenyum kecil. Dia sangat puas melihat permintaan maaf Daniel yang tulus.Daniel mengangkat kepalanya dan berkata, "Pak Gilbert
"Kakak!" Tim dan Sam menyapa Welly dan Rose.Di antara keempat anak ini, Welly yang paling besar, Rose nomor dua, lalu disusul Tim dan Sam.Jarak usia Tim dan Sam hanya berbeda 10 hari. Tim adalah anak Tori, sedangkan Sam adalah anaknya Christina.Tori dan Christina melahirkan anak laki-laki, sementara anak yang masih berada di kandungan Aluna pun berjenis kelamin laki-laki. Ditambah dengan Shad, anak dari James dan Samantha, Rose adalah satu-satunya cucu perempuan di keluarga ini.Rose memiliki wajah yang cantik dan menggemaskan, semua orang sangat menyayanginya.Semua mata tampak berbinar-binar melihat penampilan Rose yang cantik. Semua orang merentangkan tangan dan ingin memeluknya."Rose sayang, sini sama Kakek dan Nenek.""Aku mau sama Kakak dan adik-adik.," jawab Rose.Mobil melaju ke arah desa. Hari ini adalah hari peringatan kepergian Sheila.Setiap tahun Suzy selalu pergi melayat ke makam neneknya sekaligus menjenguk Gilbert.Sebelumnya anak-anak masih terlalu kecil, jadi Suzy
Ivan membawa istri dan anaknya untuk datang menjenguk Suzy. Mereka juga tak lupa membawakan hadiah."Selamat, keluarga kalian sudah lengkap. Satu anak laki-laki dan satu anak perempuan." Anna memberikan ucapan selamat."Terima kasih." Robert tersenyum sambil menatap Suzy dengan penuh cinta. "Semua berkat istriku."Di tengah suasana bahagia, Ivan memberikan sebuah kabar baik. "Sekarang kami sudah membangun sekitar 10 klinik amal, tapi belum diberikan nama. Bagaimana kalau kamu ...."Ivan melirik Robert, sedangkan Robert malah melirik Suzy."Ngapain melihat aku?" Suzy mengerutkan alis.Robert tersenyum. "Proyek ini adalah milikmu dan Ivan, kamu juga harus ikut memberikan ide. Kamu saja yang memberikan nama untuk kliniknya.""Aku?" Suzy membelalak.Ivan mengangguk. "Em."Suzy memang harus berkontribusi, meski hanya memberikan nama. Dia berpikir sebentar dan menjawab, "Tujuan klinik ini adalah membantu orang-orang susah yang tidak mampu berobat ke rumah sakit. Bagaimana kalau diberi nama P
Ukuran kandungan Suzy lumayan besar sehingga dia tidak bisa kembali ke Kota Hanggola. Akhirnya dia dan Robert memutuskan untuk melahirkan di ibu kota.Sejak tiga bulan lalu, Lucy membawa Welly untuk datang menemani dan menjaga Suzy. Seiring perut Suzy yang makin membesar, Keluarga Xin meminta Suzy untuk pulang ke rumah keluarganya agar bisa ikut merawatnya.Karena Keluarga Xin terus mendesak, akhirnya Suzy, Lucy, dan Welly pindah ke rumah Keluarga Xin. Semuanya adalah satu keluarga, kehidupan sehari-hari dilewati dengan harmonis.Selain Daniel dan Lorraine, rumah Keluarga Xin juga ditempati oleh Wallace dan Tori, Joris dan Christina, serta Lance dan Aluna. Suasana di rumah selalu dipenuhi tawa.Saat usia kandungan Suzy menginjak 9 bulan, Tori dan Christina memberi tahu berita kehamilan mereka. Keluarga Xin sangat bahagia, Daniel dan Lorraine langsung menyiapkan berbagai suplemen untuk ibu hamil.Memasuki usia kandungan 10 bulan, akhirnya hari persalinan telah tiba. Robert menyerahkan p
Ketika masuk ke kamar, Robert melihat Suzy yang serius membaca dokumen. "Kamu lagi ngapain?"Suzy mengangkat kepala dan menceritakan rencana pembangunan klinik amal kepada Robert."Ide yang bagus. Kalau perlu bantuan, jangan ragu memberitahuku." Robert mendukung Suzy.Suzy pun tidak ragu-ragu dan menjawab, "Aku perlu bantuan uang dan orang."Robert tertawa kecil, Suzy sudah tidak sungkan-sungkan kepadanya. "Baik. Kamu perlu berapa banyak dana? Tapi ...."Robert mengambil dokumen yang dibaca Suzy. "Kamu lagi hamil, jangan terlalu capek.""Tapi ....""Biar aku yang mengurusnya." Robert memotong ucapan Suzy.Kemudian Robert duduk di samping Suzy dan membaca proposal tersebut.Suzy menatap wajah Robert yang sedang fokus bekerja, tampak dan menawan.Setelah selesai membaca, Robert meminta Suzy untuk menghubungi Ivan.Suzy menyalakan pengeras suara sehingga Robert bicara berbicara kepada Ivan secara langsung. "Aku sudah baca proposalnya. Ada beberapa tambahan ...."Saat ini kerajaan, Rumah S
"Oh ...." Welly mengangguk, dia terlihat bingung. "Aku mau punya dua adik, kalau bisa kembar.""Dasar, anak ini." Simon dan Lucy tertawa melihat tingkah cucunya."Ibu dan Ayah tidak punya genetik untuk melahirkan anak kembar. Kemungkinannya sangat kecil." Suzy mengusap kepala Welly.Welly mengangguk, seolah memahami maksud penjelasan Suzy.....Begitu mengetahui kabar kehamilan Suzy, Anna dan Ivan membawa Sisi datang untuk menjenguknya.Anna dan Ivan memberikan anaknya nama Sienna yang dipanggil Sisi, sebuah nama yang cantik dan indah. Sisi memiliki mata yang bulat dan hitam, serta wajah cantik bak putri kecil.Keluarga Calvin dan Keluarga Xin kagum melihat kecantikan Sisi."Anak pintar, anak cantik." Simon terkesima melihat mata Sisi yang bulat."Semoga Suzy mengandung anak perempuan," kata Lucy.Lorraine menghela napas. "Aku punya 3 anak laki-laki dan seorang anak perempuan. Suzy, maafkan Ibu yang tidak menemanimu di saat masa kecilmu ....""Semua sudah lewat." Daniel menepun pundak
Sebagian orang masih berusaha mencerna informasi yang diberikan Suzy.Suzy terlihat gugup. Di saat Suzy kebingungan, Robert mewakilinya menjawab, "Kami terlalu sibuk, baru tahu belum lama ini."Tidak ada yang curiga, Suzy dan Robert memang sibuk.Lucy berdecak dan mengomeli mereka, "Kalian berdua ini .... Jangan terlalu sibuk, apalagi Suzy sedang hamil. Ingat, jaga kesehatan.""Robert, jaga Suzy baik-baik," Simon berpesan."Ayah, Ibu, tenang saja, Robert sangat melindungi aku." Suzy membela suaminya.Semua orang tersenyum melihat Suzy yang membela Robert.Berita kehamilan Suzy berhasil mencairkan suasana yang tengah berkabung. Untuk sesaat, semua orang melupakan kesedihan pasca kepergian Jenny.Sebenarnya bukan sedih, tetapi tidak rela karena semua terjadi secara tiba-tiba. Sejujurnya Keluarga Calvin lega melihat Jenny yang pergi dalam keadaan tenang.Sekarang Suzy sedang mengandung kehidupan kecil di dalam perutnya. Ketika orang-orang sedang mengobrol, Robert dan Suzy memperhatikan We
Suzy kembali ke kamar, tetapi tidak menyalakan lampu. Dia beranjak ke balkon dan menatap langit gelap yang diselimuti awan.Ketika Robert masuk, dia melihat Suzy yang duduk di balkon. Karena takut Suzy masuk angin, Robert membawakan jaket untuknya.Suzy tersadar dari lamunan. "Kamu sudah kembali?""Nenek akan dimakamkan tiga hari lagi bersama barang peninggalan Kakek," kata Robert."Em." Suzy mengangguk.Robert memeluk Suzy. "Ada apa?"Suzy bersandar di pundak Robert. "Aku lagi berpikir, seandainya aku memberi tahu kehamilanku lebih awal, mungkin Nenek tidak akan pergi secepat ini ...."Tangan Robert bergetar saat mendengar ucapan Suzy. Robert terdaim sejenak, lalu menghela napas. "Tidak ada gunanya, hati Nenek sudah tidak sabar untuk pergi menemui Kakek. Tidak ada seorang pun bisa membaca isi hati Nenek.""Aku sedih, aku tidak siap .... Semuanya terjadi terlalu tiba-tiba." Suzy menatap mata Robert."Semuanya akan baik-baik saja. Aku rasa Nenek sudah bahagia di atas sana." Robert menat
Suzy melepaskan benda yang dipegang Jenny, ternyata benda tersebut adalah sebuah sisir.Sisir ini terbuat dari bambu yang dihiasi bunga mawar."Kakek memberikan sisir itu kepada Nenek saat menyatakan cintanya. Kakek sendiri yang memahat sisir itu. Saat meninggalkan rumah, Kakek hanya membawa sisir itu bersamanya," kata Robert dengan mata berkaca-kaca.Suzy memegang sisir tersebut sambil menatap Jenny yang memejamkan matanya dengan tenang.Jenny tidak pernah berhenti mencintai Ambar. Sejak mengetahui Ambar yang masih hidup, tetapi mengorbankan diri demi melindungi ribuan nyawa, Jenny pasti sedih dan menyayangkannya.Setiap hari Jenny tampak tersenyum dan bahagia, tapi sebenarnya dia merindukan Ambar ...."Akhir-akhir ini Nyonya Besar tidak bisa tidur nyenyak," kata Paman Ming. "Aku dengar dari pelayan, Nyonya Besar sering terbangun di tengah malam. Saat kalian tidak ada, Nyonya tidak nafsu makan. Aku mau memanggil dokter, tapi Nyonya Besar melarangku untuk memberi tahu kalian. Siapa san
Suzy tidak bisa tidur. Sebentar lagi dia dan Robert akan pulang ke ibu kota, tetapi mereka belum memberi tahu kehamilannya kepada keluarganya."Sayang, bagaimana kalau besok kita umumkan kehamilanku?" tanya Suzy."Terserah kamu." Robert tersenyum manis.Suzy merenungkan keputusannya secara serius. Setelah membuat keputusan, dia baru memejamkan mata dan memaksakan diri untuk tidur.Manusia hanya bisa berencana, terlalu banyak hal yang tidak bisa diprediksi.Sebelum matahari terbit, pelayan berteriak membangunkan semua orang, "Gawat, gawat ...."Semua orang terkejut mendengar teriakan pelayan. Kemudian mereka keluar dari kamar dan berkumpul di kamar Jenny.Ketika Robert dan Suzy tiba, semua orang telah memenuhi kamar Jenny.Lucy menangis di dalam pelukan Simon yang terlihat sedih.Suzy dan Robert saling bertatapan, mereka merasakan firasat buruk.Robert menarik Suzy ke dalam kamar. Begitu melihat mereka, Lucy berkata dengan terisak-isak, "Nenek ...."Robert dan Suzy melihat ke arah Jenny