Charles menyembunyikan kegelisahannya, lalu mengangguk dan berkata dengan ramah, "Aku sudah mengerti, terima kasih telah menangkap mereka. Keluarga Calvin telah banyak membantu dalam kasus ini. Setelah semuanya beres, aku akan memberikan kalian penghargaan. Baiklah, kamu boleh pergi."James hanya mengangguk dan pergi tanpa mengucapkan sepatah kata pun.Di belakang sana, ternyata Samantha sudah sadarkan diri, dia hanya tidak membuka mata.Setelah mendengar pembicaraan Charles dan James, Samantha mengepalkan tangan sambil menahan air matanya. Tak lama setelah James pergi, Samantha baru membuka mata, tatapannya terlihat dipenuhi kebencian."Kamu sudah dengar, 'kan?" kata Charles sambil berjalan ke samping Samantha. "Aku sudah bilang, dia tidak mencintaimu." Samantha menggertakkan gigi, dia memejamkan matanya dan menarik napas panjang. Setelah lebih tenang, Samantha mengesampingkan semua cinta dan kebenciannya, lalu memandang Charles dan menjelaskan, " Ayah, aku tidak bekerja sama dengan
"Ayo, silakan." Nick membawa Wallace, Joris, dan Lance masuk ke rumah sakit."Ramai sekali, Pak Gilbert bisa mengurus pasien sebanyak ini?" tanya Joris.Di saat bersamaan, mereka berpapasan dengan Gilbert yang sedang berjalan ke luar. Ketika melirik Daniel yang masih pingsan, kurang lebih Gilbert sudah mengetahui kondisinya.Kemudian, Gilbert mengangkat kepalanya sambil mendengus dingin. "Semua yang bekerja di Rumah Sakit Nasional adalah dokter yang kompeten. Mengurus luka sekecil ini tidak ada apa-apanya ....""Eh, sebentar. Kalian berpikir aku sendiri yang akan akan mengobati kalian?" tanya Gilbert sambil mengangkat dia alisnya."Em?" Wallace dan kedua saudaranya tertegun.Gilbert tersenyum licik dan menjawab, "Tahun ini lagi banyak dokter magang. Kapan lagi dapat kesempatan praktek seperti ini? Jadi harus dimanfaatkan sebaik mungkin."Wallace, Joris, dan Lance menyadari niat licik Gilbert, tetapi di sisi lain, mereka juga sadar bahwa Gilbert tidak mungkin berniat jahat.Semua orang
Salah satu tangan Daniel baru selesai dioperasi. Jadi, dia belum bisa bergerak secara leluasa.Daniel hanya bisa menggenggam tangan Lorraine dengan menggunakan satu tangan. "Tidak apa-apa, semua sudah berakhir."Setelah menghibur istrinya, Daniel menatap putra dan juga menantinya. "Aku bangga kepada kalian. Putraku tidak salah memilih istri."Selama ini, Daniel dikenal sebagai sosok yang keras. Dia lebih sering memarahi anak-anaknya daripada memuji mereka.Ketika mendengar pujian Daniel, Wallace dan Joris tampak terkejut. Terutama Wallace, dia paling sering ditegur Daniel.Wallace sontak menundukkan kepala untuk menyembunyikan emosi di balik matanya.Daniel tidak memedulikan respons ketiga putranya. Sekarang, hanya ada satu hal yang mengganjal di hatinya. "Oh iya, di mana putri kita? Di mana Suzy? Bagaimana keadaannya?"Di saat bersamaan, Lance kembali sambil menelepon seseorang.Semua orang langsung menatap Lance dengan penuh harap.Lance segera menutup panggilannya dan berkata, "Aku
"Aku ...." Lorraine ragu-ragu. Dia ingin menjenguk Suzy, tetapi juga tidak tega meninggalkan Daniel sendirian.Daniel tahu isi hati Lorraine. Dengan lembut, Daniel pun berkata, "Lorraine, kamu ikut Lance saja. Tidak perlu mengkhawatirkan aku. Siapa tahu Suzy akan bangun begitu mengetahui kedatanganmu.""Baik." Lorraine mengangguk sambil terisak."Ayah, aku juga mau ikut," kata Christina.Daniel mengangguk setuju. Christina adalah dokter, siapa tahu dia bisa membantu Suzy.Setelah Lance, Lorraine, dan Christina pergi, hanya terisa Daniel dan kedua putranya di dalam ruangan. Wallace dan Joris mengkhawatirkan keadaan Suzy, tetapi Daniel juga perlu ditemani.Melihat Daniel yang terlihat cemas, Joris pun berusaha menghiburnya. "Ayah, Suzy bukanlah orang biasa. Aku yakin, dia akan segera sadar."Wallace mengangguk setuju. "Suzy adalah muridnya Pak Gilbert. Kalau keadaan Suzy parah, Pak Gilbert tidak mungkin setenang itu. Semua tidak separah yang kita bayangkan."Wallace dan Joris terus meyak
Robert membuka pakaian Suzy, lalu memeriksa luka di setiap tubuhnya. Semua luka Suzy sudah kering dan boleh terkena air.Setelah mengisi bak mandi dengan air hangat, Robert menaruh tubuh Suzy ke dalam bak secara perlahan-lahan.Robert sama sekali tidak canggung, dia sudah sering melihat tubuh Suzy. Hanya saja, Robert kasihan saat mengusap tubuh Suzy yang dipenuhi luka."Suzy, kamu pasti kesakitan." Robert agak menyalahkan diri sendiri. Sebagai seorang pria, dia gagal melindungi wanita yang dicintainya.Apalagi, Suzy menjadi seperti ini untuk menyelamatkan Robert.Berdasarkan penjelasan Canelius, Suzy pingsan karena memberikan terlalu banyak darah dan mengerahkan terlalu banyak tenaga.Seandainya Suzy tidak kehilangan darah, dia tidak mungkin seperti ini.Robert mengusap tubuh Suzy secara perlahan-lahan. Robert takut menyentuh luka Suzy dan membuatnya kesakitan.Tiba-tiba, sebuah pikiran melintas di benak Robert. Ini bukanlah pertama kalinya Suzy menyelamatkan Robert.Sebelumnya, Suzy j
Begitu masuk, Welly ingin memeluk Suzy, tetapi Robert menarik dan menghentikannya."Ibumu lagi tidur, jangan ribut." Suara Robert terdengar galak.Welly melirik Suzy yang berbaring di atas tempat tidur dan bertanya, "Ibu lagi tidur? Tapi ...."Welly berpikir sebentar. "Tapi kok tidak bergerak?""Berarti tidurnya nyenyak, makanya tidak gerak," jawab Robert.Kondisi Suzy agak rumit, jangankan Welly yang berumur 4 tahun, orang dewasa pun sulit memahaminya. Jadi, Robert malas menjelaskan lebih panjang.Welly bukanlah anak yang mudah dibohongi. Selagi Robert tidak memperhatikan, Welly menjulurkan lehernya dan berbisik di telinga Suzy, "Mami, Mami, bangun!"Melihat Suzy yang tidak merespons, Welly pun marah dan menuduh Robert. "Ayah, kamu bohong! Masa Ibu tidak bangun mendengar teriakanku?"Kemudian, Welly menangis sambil membelai wajah Suzy. "Ibu, Ibu kenapa? Ayo, bangun!"Simon tidak tega melihat cucunya yang menangis histeris. Dia segera memeluk Welly dan menghiburnya, "Welly, anak baik,
Lorraine menangis tersedu-sedu. Air matanya pun menetes dan mengenai pipi Suzy.Robert dan yang lainnya tidak bisa berbuat apa-apa, mereka tidak berani mengganggu Lorraine.Emosi Lorraine tidak terkendali, tangisannya pecah dan air mata mengalir semakin deras.Di saat menangis, tiba-tiba Lorraine seperti melihat mata Suzy yang berkedip. Lorraine terdiam sejenak, dia bergegas mengusap air matanya dan menatap wajah Suzy."Ada apa?" Robert merasa ada yang aneh dengan sikap Lorraine."Suzy, kayaknya dia ...." Lorraine tidak yakin dengan yang dilihatnya. Jadi, dia menelan kembali ucapannya.Suzy masih tertidur pulas, sama sekali tidak ada tanda-tanda bangun. Mungkin Lorraine salah lihat.Lorraine menyeka air matanya sambil menenangkan diri. Kemudian, menoleh ke arah Robert dan meminta maaf. "Maaf, aku tidak bisa menahan emosiku.""Aku bisa memahaminya. Orang tua mana yang tidak khawatir melihat anaknya sakit," jawab Robert sambil tersenyum. "Suzy pasti akan segera sadar. Kalian akan segera
Dalam sekejap, amarah Daniel langsung mereda. Dia menatap Lorraine dengan ragu-ragu, lalu menjawab, "Di sini tidak senyaman di rumah."Joris mendekati Lorraine dan berbisik di telinganya, "Ibu, setelah tahu ini adalah Rumah Sakit Nasional dan Pak Gilbert yang menyelamatkannya, Ayah langsung minta pulang. Mungkin Ayah tidak enak."Daniel memiliki pendengaran yang tajam. Sesaat mendengar Joris yang mengadu, Daniel langsung memelototinya.Lorraine meraih pergelangan Daniel, lalu memandangnya sambil menghela napas. "Suamiku, kamu dan Pak Gilbert sudah belasan tahun bertengkar. Masih belum cukup?"Melihat tatapan Lorraine yang tegas, semua arogansi dan kekesalan Daniel langsung sirna. "Bukan, aku ....""Aku tahu, kamu merasa bersalah kepada Pak Gilbert. Kamu tidak enak menerima kebaikannya, 'kan?" tanya Lorraine sambil mengusap punggung Daniel.Ucapan Lorraine sontak membuat wajah Daniel memerah.Setelah beberapa saat, Daniel menghela napas dan menjawab dengan frustasi, "Lorraine, sebenarny