"Aku ...." Lorraine ragu-ragu. Dia ingin menjenguk Suzy, tetapi juga tidak tega meninggalkan Daniel sendirian.Daniel tahu isi hati Lorraine. Dengan lembut, Daniel pun berkata, "Lorraine, kamu ikut Lance saja. Tidak perlu mengkhawatirkan aku. Siapa tahu Suzy akan bangun begitu mengetahui kedatanganmu.""Baik." Lorraine mengangguk sambil terisak."Ayah, aku juga mau ikut," kata Christina.Daniel mengangguk setuju. Christina adalah dokter, siapa tahu dia bisa membantu Suzy.Setelah Lance, Lorraine, dan Christina pergi, hanya terisa Daniel dan kedua putranya di dalam ruangan. Wallace dan Joris mengkhawatirkan keadaan Suzy, tetapi Daniel juga perlu ditemani.Melihat Daniel yang terlihat cemas, Joris pun berusaha menghiburnya. "Ayah, Suzy bukanlah orang biasa. Aku yakin, dia akan segera sadar."Wallace mengangguk setuju. "Suzy adalah muridnya Pak Gilbert. Kalau keadaan Suzy parah, Pak Gilbert tidak mungkin setenang itu. Semua tidak separah yang kita bayangkan."Wallace dan Joris terus meyak
Robert membuka pakaian Suzy, lalu memeriksa luka di setiap tubuhnya. Semua luka Suzy sudah kering dan boleh terkena air.Setelah mengisi bak mandi dengan air hangat, Robert menaruh tubuh Suzy ke dalam bak secara perlahan-lahan.Robert sama sekali tidak canggung, dia sudah sering melihat tubuh Suzy. Hanya saja, Robert kasihan saat mengusap tubuh Suzy yang dipenuhi luka."Suzy, kamu pasti kesakitan." Robert agak menyalahkan diri sendiri. Sebagai seorang pria, dia gagal melindungi wanita yang dicintainya.Apalagi, Suzy menjadi seperti ini untuk menyelamatkan Robert.Berdasarkan penjelasan Canelius, Suzy pingsan karena memberikan terlalu banyak darah dan mengerahkan terlalu banyak tenaga.Seandainya Suzy tidak kehilangan darah, dia tidak mungkin seperti ini.Robert mengusap tubuh Suzy secara perlahan-lahan. Robert takut menyentuh luka Suzy dan membuatnya kesakitan.Tiba-tiba, sebuah pikiran melintas di benak Robert. Ini bukanlah pertama kalinya Suzy menyelamatkan Robert.Sebelumnya, Suzy j
Begitu masuk, Welly ingin memeluk Suzy, tetapi Robert menarik dan menghentikannya."Ibumu lagi tidur, jangan ribut." Suara Robert terdengar galak.Welly melirik Suzy yang berbaring di atas tempat tidur dan bertanya, "Ibu lagi tidur? Tapi ...."Welly berpikir sebentar. "Tapi kok tidak bergerak?""Berarti tidurnya nyenyak, makanya tidak gerak," jawab Robert.Kondisi Suzy agak rumit, jangankan Welly yang berumur 4 tahun, orang dewasa pun sulit memahaminya. Jadi, Robert malas menjelaskan lebih panjang.Welly bukanlah anak yang mudah dibohongi. Selagi Robert tidak memperhatikan, Welly menjulurkan lehernya dan berbisik di telinga Suzy, "Mami, Mami, bangun!"Melihat Suzy yang tidak merespons, Welly pun marah dan menuduh Robert. "Ayah, kamu bohong! Masa Ibu tidak bangun mendengar teriakanku?"Kemudian, Welly menangis sambil membelai wajah Suzy. "Ibu, Ibu kenapa? Ayo, bangun!"Simon tidak tega melihat cucunya yang menangis histeris. Dia segera memeluk Welly dan menghiburnya, "Welly, anak baik,
Lorraine menangis tersedu-sedu. Air matanya pun menetes dan mengenai pipi Suzy.Robert dan yang lainnya tidak bisa berbuat apa-apa, mereka tidak berani mengganggu Lorraine.Emosi Lorraine tidak terkendali, tangisannya pecah dan air mata mengalir semakin deras.Di saat menangis, tiba-tiba Lorraine seperti melihat mata Suzy yang berkedip. Lorraine terdiam sejenak, dia bergegas mengusap air matanya dan menatap wajah Suzy."Ada apa?" Robert merasa ada yang aneh dengan sikap Lorraine."Suzy, kayaknya dia ...." Lorraine tidak yakin dengan yang dilihatnya. Jadi, dia menelan kembali ucapannya.Suzy masih tertidur pulas, sama sekali tidak ada tanda-tanda bangun. Mungkin Lorraine salah lihat.Lorraine menyeka air matanya sambil menenangkan diri. Kemudian, menoleh ke arah Robert dan meminta maaf. "Maaf, aku tidak bisa menahan emosiku.""Aku bisa memahaminya. Orang tua mana yang tidak khawatir melihat anaknya sakit," jawab Robert sambil tersenyum. "Suzy pasti akan segera sadar. Kalian akan segera
Dalam sekejap, amarah Daniel langsung mereda. Dia menatap Lorraine dengan ragu-ragu, lalu menjawab, "Di sini tidak senyaman di rumah."Joris mendekati Lorraine dan berbisik di telinganya, "Ibu, setelah tahu ini adalah Rumah Sakit Nasional dan Pak Gilbert yang menyelamatkannya, Ayah langsung minta pulang. Mungkin Ayah tidak enak."Daniel memiliki pendengaran yang tajam. Sesaat mendengar Joris yang mengadu, Daniel langsung memelototinya.Lorraine meraih pergelangan Daniel, lalu memandangnya sambil menghela napas. "Suamiku, kamu dan Pak Gilbert sudah belasan tahun bertengkar. Masih belum cukup?"Melihat tatapan Lorraine yang tegas, semua arogansi dan kekesalan Daniel langsung sirna. "Bukan, aku ....""Aku tahu, kamu merasa bersalah kepada Pak Gilbert. Kamu tidak enak menerima kebaikannya, 'kan?" tanya Lorraine sambil mengusap punggung Daniel.Ucapan Lorraine sontak membuat wajah Daniel memerah.Setelah beberapa saat, Daniel menghela napas dan menjawab dengan frustasi, "Lorraine, sebenarny
Sekujur tubuh Daniel terasa panas.Kemudian, Daniel berusaha menopang dirinya sendiri untuk bangun."Suamiku!""Ayah!" "Ayah!""Ayah!"Sambil menahan rasa sakitnya, Daniel berusaha turun dari tempat tidur ...."Bugh!" Daniel terjatuh dari tempat tidur.Meskipun masih lemah, Daniel menolak untuk dibantu siapa pun. Dia memegang kursi yang ada di samping, lalu berusaha bangkit berdiri dan berjalan mendekati Gilbert.Selangkah demi selangkah .... Daniel berjalan terhuyung-huyung.Sesampainya di depan Gilbert, Daniel langsung berlutut dan meminta maaf. "Pak Gilbert ...."Setelah sekian lama, ini adalah pertama kalinya Daniel memanggil Gilbert dengan tulus."Aku minta maaf. Selama 20 tahun ini, aku telah tertipu, aku sampai memfitnah dan merusak reputasimu. Maafkan aku," kata Daniel sambil bersujud."Sudahlah, semua sudah lewat." Gilbert melambaikan tangan sambil tersenyum kecil. Dia sangat puas melihat permintaan maaf Daniel yang tulus.Daniel mengangkat kepalanya dan berkata, "Pak Gilbert
Pada sore hari, Robert, Simon, Lucy, dan Welly duduk di meja makan."James belum pulang? Dia ke mana?" tanya Simon sambil melihat jam tangannya."Mungkin masih ada urusan," jawab Lucy."Aku coba telepon." Simon buru-buru mengeluarkan ponselnya.Selagi Simon menelepon James, Lucy bertanya kepada Robert, "Suzy masih belum sadarkan diri. Dia tidak makan, bagaimana ini?"Welly memutar bola matanya dan berkata dengan antusias, "Kalau sudah lapar, Ibu pasti bangun, 'kan?"Lucy hanya tersenyum kecut.Suzy tidak boleh dibiarkan kelaparan. Meskipun tidak sadarkan diri, tubuhnya tetap memerlukan asupan. Robert memutar otaknya, lalu berkata, "Nanti aku akan memberikannya cairan vitamin.""Cairan Vitamin? Kalau begitu aku akan memanggil dokter," jawab Lucy."Tidak perlu, biar aku saja.""Kamu?" Lucy tampak curiga, tetapi melihat Robert yang tampak tegas, Lucy pun tidak mendesaknya."James sudah pulang. Katanya dia capek, jadi tidak singgah lagi." Simon menutup ponselnya dan kembali ke meja makan.
Robert menghela napas.Setelah makan malam tadi, Robert sengaja menyayat pergelangan tangannya dan menampung darahnya di sebuah gelas.Robert mengambil gelas yang berisi darah tersebut dan menyuapinya ke mulut Suzy.Darah Robert dan Suzy telah menyatu, seharusnya darah Robert juga memiliki kekuatan yang sama dengan Suzy. Ternyata yang Robert maksud dengan "cairan" vitamin adalah darahnya sendiri.Robert tidak tahu apakah cara ini akan berhasil, tapi setidaknya dia mencoba semua yang dia bisa.Setelah selesai menyuapi Suzy, Robert mematikan lampu dan menyelimuti Suzy.Suasana di dalam kamar pun menjadi gelap.Robert mendekap Suzy erat-erat sambil bergumam, "Semoga besok kamu sudah bangun."Malam ini Robert beberapa kali memimpikan Suzy. Di dalam mimpinya, Suzy tampak tersenyum dan mengucapkan selamat pagi kepada Robert.Robert sangat terkejut, dia langsung bangun dan melihat ke luar jendela. Langit di luar masih gelap dan berkabut.Robert menundukkan kepala dan menatap Suzy berada di da