Siska bergegas mengeluarkan semua makanan dari dalam mobil katering begitu ia telah sampai di tempat acara. Andri pun tergerak ikut membantunya.
Rara yang dari tadi resah menunggu pun sedikit tenang karena ia bisa melihat betapa gesit nya Siska bak kepala chef meletakkan dan mengatur semua karyawan katering saung hijau untuk menyajikan semua hidangan pesta.
"Thank ya, Sis." Rara langsung memeluk Siska.
"Ah, elo kek sama siapa aja deh." Siska mengusap punggung Rara.
"Aseli kehamilan ini tuh gue bener-bener gak berkutik banget dekat sama makanan langsung-" Rara mengungkapkan perasaannya namun terpotong oleh ucapan Siska.
"Iya gue paham, bumil. Ayo ah jangan baper gini yang penting masalah makanan udah beres nih. Happy happy aja kita di hari bahagianya Hilda. Hehehe." Siska mengeluarkan senyum klos ap nya.
"Hmmm.Enak bener nih romannya makanan-" Seorang gadis belia dengan dandanan flawless nya mendekati arah makanan dengan ekspresi lapar.
<"Woyyy! Loe berdua mojok mulu!" tegur Rosa sambil menepuk bahu Siska.Siska terlihat gelagapan dihampiri oleh Rosa. Bukan, ia bukan gelagapan karena terciduk sedang bersama Andri karena boncabe ini tak berarti baginya. Segala pertengkaran mereka baginya membuktikan bahwa mereka memang bukan sepasang kekasih yang layak untuk disandingkan dan di olok-olok bak orang sedang kasmaran."Sis, ngapa loe bengong? Omaigot... Loe jangan bilang barusan di lamar Andri? Gue jomblo terakhir dong di geng kita?! Hiks...hiks...hiks..." Rosa memasang wajah sedih."Astaghfirullah aladzim... Rosa, loe kata si boncabe cowok normal? Dia mah gak bakal nyetrum sama gue, beda server," sinis Siska ke arah Andri sambil menjulurkan lidahnya.Andri mengulum senyumnya melihat tingkah menyebalkan Siska. Eh, kenapa malah senyum gini? Protes Andri dalam hati. Ia lalu meninggalkan dua sahabat itu, Siska dan Rosa."Sa, loe ngapain disini? Ganggu aja." Dodit yang sejak tadi mengamati
Di sudut lorong arah kamar mandi terlihat para anggota genk mantan jomblo sedang bersitegang. Jodi tampak menarik kerah kemeja Samudra kasar lengkap dengan ekspresi emosi. Hal yang tak pernah terjadi dalam sejarah persahabatan mereka."Maksud loe apaan bawa cewek loe kemari? Mau pamer loe ke seluruh dunia udah berhasil move on dari Rosa?" Suara Jodi menggelegar mengisi ruangan yang masih tampak hilir mudik tamu yang ingin ke arah toilet."Di, istighfar loe. Kasian Rafli kalo acaranya kita bikin rusuh." Andri mencoba melerai pertikaian kedua sahabatnya."Loe bilangin tuh sama sobat loe kalo ampe bini sama calon anak gue kenapa-napa lantaran panik liat si Rosa sedih bakalan gue anggap dia orang asing!" Jodi mengarahkan telunjuknya ke wajah Samudra."Sorry, gue gak ada maksud apa-apa bawa dia kesini." Suara Samudra merendah, merasa bersalah."Sam, mendingan loe bawa pulang deh dede ketemu gede loe," saran Dodit seraya menyibukkan Dira yang berada dala
Pasangan suami istri muda itu tiba di rumah mereka menjelang petang. Jodi menggendong Dira yang masih tertidur sejak di perjalanan pulang."Dira masih tidur? Sini biar aku yang gantian gendong." Rara menyorongkan tangannya bermaksud menawarkan diri."Sssttt, jangan. Kamu lagi hamil gak boleh keseringan gendong Dira, ah." Jodi menolak halus permintaan istrinya."Iya tapi aku gumussshhh." Rara ingin mencubit gemas pipi anaknya."Eehhh, buna gimana sih Dira nanti bangun, nakal ya buna." Jodi mengedipkan sebelah matanya menggoda sang istri."Sebel ah, aku mau mandi aja kalo gitu." Rara langsung badmood dan meninggalkan Jodi begitu saja."Ck, dasar bumil manja tapi aku sayang banget. Hehehe," rayu Jodi.Rara tidak memperdulikan ucapan Jodi karena ia langsung beranjak ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya yang ia rasa lengket setelah seharian ini beraktivitas.DrrrtttDrrrtttPonsel Rara yang memang tidak di silent
Mendekati basecamp Mantan Jomblo yang berupa bengkel berukuran sedang yang di apit oleh tempat steam (cuci motor dan mobil) disebelah kanan dan toko onderdil motor di sebelah kiri membuat Siska mengemudikan motornya agak pelan untuk mengatur nafasnya.Entah mengapa walaupun sudah sering sakit hati mendengar ucapan pedas boncabe setiap bertemu tapi Siska selalu saja tersinggung. Ah, siapa lagi orang yang tega memberikan julukan mulut comberan kalau bukan si boncabe alias Andri.5 menit sudah Siska berdiam diri di depan bengkel tersebut. Siska pun sudah sejak tadi berkirim pesan dengan Rosa seraya ia diingatkan agar Siska tak melupakan misi darinya.Sementara itu Dodit yang merasa geram dengan kelakuan Andri tidak bergerak cepat menyambut kedatangan Siska langsung berjalan mendekati Siska. 'Lihat aja loe gimana gue beraksi'.Dodit mengancam dalam hati sambil menunjukkan smirk evil nya."Hai cantik, kok ragu gitu mau kesini?" sapa Dodit ramah."Eh elo,
Siska melajukan motornya dengan berbagai perasaan berkecamuk. Ia juga bingung kenapa tadi begitu ketakutan menghadapi Andri padahal kalau di ingat lagi sikap Andri sudah jauh lebih baik kepadanya. Tapi ia malah pergi begitu saja.Saat melewati pertigaan lampu merah dari sebelah kiri terdengar suara seseorang memanggil namanya. Ia terhenyak karena pemilik suara itu ternyata adalah Dodit."Hahaha. Kita emang jodoh ya Sis," suara gelak tawa Dodit terdengar setelah berhasil membuat Siska melihat lalu mendekatinya."Pede abis loe! Hahaha." Siska ikutan tertawa."Eh, ketemu lagi sama mba katering." Vania langsung merangkul Siska."Enak bener loe bocah panggil gue mba katering." Siska mendelik kesal."Ampun deh loe Van, kelar hidup loe kalo kedengaran Andri sembarangan panggil ayang nya. Hahaha," ledek Dodit."Dih, kenapa boncabe pake di sangkutin sama gue?" Siska tak sudi namanya terkait dengan Andri."Ah, elo kurang nyata apa dia bucin sama e
Siska tertegun mendengar penuturan Andri mengenai alasan Rosa selalu menolak Samudra. Rupanya ucapan pedas dan sikap kasar Ibu dari Samudra penyebabnya. Tenggorokannya mendadak tercekat lantaran merasa sebagai sahabat yang buruk karena tidak mengetahui kesedihan sahabatnya."Lho, kok malah bengong?" Andri keheranan melihat ekspresi Siska terdiam."Mm, nyesel gue selalu mojokin Rosa yang selalu nolak Sam." Siska tertunduk menahan sesal di dalam hatinya."Apa yang aku ceritakan ke kamu itu kejadian tiga tahun lalu." Andri mengingatkan Siska."Iya tapi kan- Ah, enggak nyangka gue emaknya Sam julid banget," dengus Siska yang masih kesal mendengar cerita masa lalu yang diceritakan oleh Andri."Heh, kualat kamu itu seumuran Mama kamu. Aku bilang tadi kan kejadiannya tiga tahun lalu kalau sekarang mah udah beda jauh. Emak Jamilah nyesel dan berubah drastis jadi baik." Andri menjelaskan."Mana ada orang berubah secepat itu," solot Siska sambil melip
Sebulan setelah kejadian di cafe itu Jamilah selalu berupaya meminta maaf dan mendekati Rosa. Jamilah sadar kalau memaafkan tidak akan semudah membalikkan telapak tangan. Namun ia akan berusaha sekuat tenaga karena ini menyangkut kebahagiaan sang putra kesayangannya, Samudra.Sementara itu hubungan antara Andri dan Siska memasuki babak baru karena tepat di hari itu Andri langsung menemui kedua orangtua Siska. Ada rasa canggung yang menyertai mereka yang biasanya bicara sesuka hati kini lebih menjaga sikap entah mengapa.Seperti nya mereka semakin mantap menuju halal tahun ini juga. Siska pun kini berusaha bersikap jinak-jinak merpati karena biasanya ia bak singa betina yang akan menerkam boncabe. Ia juga jadi rajin membaca dan mempelajari ilmu tentang sakinah bersama mu dan seputar ilmu parenting karena Siska memang sangat menyukai anak kecil.Sore hari di bengkel mantan jombloDari rentetan kebahagiaan para anggota mantan jomblo hanya tersisa Dodit yang
"Bismillahirrahmanirrahim, Samudra Nata Dekoko, saya nikahkan engkau dengan putri kandung saya, Rosa Roslaina Handiyani binti Afgan Syah Reza dengan mas kawin seperangkat alat sholat dan seperangkat perhiasan seberat seratus lima gram, dibayar tunai." Afgan Syah Reza, ayah kandung Rosa melafalkan ucapan itu dengan bergetar tatkala mengingat bahwa mulai kini ia harus melepaskan putri tercintanya yang kini akan resmi menjadi istri dari pria yang sedang ia jabat tangannya.Samudra menggenggam erat tangan Afgan dan menjawab dengan cepat."Saya terima nikah dan kawinnya Rosa Roslaina Handiyani binti Afgan Syah Reza dengan mas kawin tersebut, di bayar tunai," ucap Samudra dengan suara lantang."Bagaimana sah?" tanya Pak penghulu sambil memandang ke arah para saksi."Sah, Sah." Beberapa orang menjawab bersamaan dengan suara lantang."Alhamdulillah. Mari kita sekarang berdoa bersama-sama." Kemudian Pak penghulu membacakan doa yang diaminkan oleh seluruh or