Kini Dodit dan Dina kembali melanjutkan perjalanan mereka ke arah pulang. Hmm, kenapa ada yang aneh sama ini mobil? Tadi kayaknya gak begini deh. Dodit si montir di bengkel mantan jomblo merasa adanya hal yang berbeda kala menyetir kali ini.
"Bee...." Suara panggilan dari Dodit untuk istrinya itu memecah keheningan diantara mereka semenjak memasuki mobil.
Sekilas Dina menoleh tak acuh karena sejak tadi ia selalu memandangi arah keluar jendela mobil. Tatapan matanya menghindari untuk tidak menatap suaminya itu.
"Ada apaan sih di luar? Kenapa diem aja dari tadi? Mm, kamu bisa nyetir gak?" tanya Dodit beruntun.
"Mau tanya apa ngerampok? Banyak bener," sinis Dina yang kini dengan mode senggol bacok.
Kening Dodit berkerut tiga mendengar jawaban istrinya itu. Haduh, situasi begini istri pake ngambek segala lagi, keluh Dodit dalam hati.
"Bee, tolong-" Dodit tak ada pilihan selain meminta bantuan istrinya karena memang hanya mereka berdua di dalam m
Riyadi yang telah mendapatkan kepercayaan penuh menjadi bodyguard bagi cucu kandung Eyang Soeroso kini sedang mengamati gerak-gerik mencurigakan seorang pria muda mengenakan jaket navy dengan topi yang menutupi hampir seluruh wajahnya.Pria itu entah bagaimana caranya begitu lihai membuka bagian dalam mobil lalu masuk kedalamnya. Sebenarnya Riyadi sudah gatal ingin bertindak menegur apa yang sedang dilakukan oleh pria itu, tetapi amanah sang senior, Pak Slamet kalau Riyadi hanya boleh menjaga dari jauh tuan muda nya yang di kenal kepala batu karena tidak mau mendapatkan pengawalan dalam bentuk apapun.Perlahan ia menyuruh anak buahnya mengambil foto dan video kegiatan yang dilakukan pria berjaket itu. Langkah ini ia lakukan agar nantinya tuan muda nya bisa melihat langsung bahwa keselamatan nyawanya selalu terancam sehingga membutuhkan pengawalan khusus seperti keinginan Eyang Soeroso.Lima menit berselang pria itu telah selesai melakukan misinya dan keluar dari
Pagi harinyaSeusai melaksanakan shalat subuh berjamaah di kamar mereka, Dodit dan Dina langsung bersiap untuk di make up oleh MUA profesional yang didatangkan khusus oleh Eyang Soeroso untuk mengubah penampilan calon raja dan ratu sehari.Seperti sebelumnya akad nikah yang berlangsung super kilat maka resepsi pun demikian hal nya karena adanya the power of money dan kuasa seorang Eyang Soeroso bisa dilaksanakan hari ini juga dari rencana awal seminggu yang akan datang resepsi akan diselenggarakan.Dina yang sejak tadi tampak tak bergairah menjalani proses ini mendapatkan kejutan dengan kehadiran babeh Rojali dan adiknya, Jason alias Jaka. Eyang Soeroso memang tidak setengah-setengah dalam memberikan kebahagiaan bagi sosok yang telah menjadi pendamping hidup cucunya itu."Babeeeehhh! Kok bisa ada disini?" pekik Dina kegirangan menyambut kedatangan Rojali.Airmata Dina mengalir deras, untunglah sentuhan MUA profesional menggunakan produk makeup nya
Menjelang soreSuasana di rumah utama begitu membagongkan karena hampir semua penghuninya terlihat kecewa dan di liputi amarah. Eyang putri bahkan sampai membuang semua benda apa saja yang terdapat di depannya.Untung hp othor gak ikutan nongol tuh di depan Eyang putri kalo iya mah alamat kagak bakalan bisa up cerita ini #iklan dikit.Wanita berusia senja itu tidak habis pikir bagaimana mungkin rencananya sudah diketahui oleh suaminya, sehingga semuanya berantakan seperti ini."Bambang! Kamu sudah bayar lunas belum jasa mata-mata kita?! Jangan-jangan dia berkhianat karena kurang bayaran nya!" pekik Eyang putri kepada putra pertamanya itu."Inggih, sampun," jawab Bambang lirih."Itu kamu bayar gak pake jasa pinjaman online 'kan? Awas aja ya kalau nanti ada yang teror kemari karena kamu gak sanggup bayar mereka lantaran bunga nya membengkak!" maki Eyang putri mengalihkan kemarahannya."Buk, biar pun bapak ndak kasih anak p
Sementara tersangka utama pengirim foto tersebut pun terciduk sedang senyum sendiri menatap layar ponselnya.Sikap phubbing yang diperlihatkan Dodit jelas menimbulkan rasa kesal di hati para pembencinya di ruangan itu."Dasar anak ndak tahu sopan santun, kita ribut masalah dia eh dia senyam senyum ndak jelas lihat hape!" Ambar nyinyir dengan kelakuan Dodit.Hening seketika karena Eyang Soeroso pun tak mampu membantah ucapan Ambar yang terpampang nyata di depan mata. Suasana itu akhirnya menyadarkan Dodit untuk ikut berbicara."Eyang, saya juga ndak mau ribut dengan apa yang kalian permasalahkan jadi-" Dodit ingin berkelit sambil sesekali melirik ke arah lain."Maaf mengganggu. Saya izin mau pulang ini badan kok sakit ya." Dina menyela pembicaraan Dodit.Menjelang period Dina memang kerap merasakan pegal-pegal di seluruh tubuhnya. Terlebih kegiatan hari ini begitu melelahkan karena hampir sepanjang acara ia dan suaminya itu berdiri menyambut
Tangan Dodit dengan lembut mengusap rambut Dina, ia kaitkan rambut itu ke telinga. Dina menunduk malu. Tak lama kecupan hangat menyentuh kening. Rasa geli membuat Dina tertawa pelan. Ia pegang lengan Dodit. Pria itu semakin maju dengan mendekap Dina. Tangannya masih sibuk memainkan rambut Dina."Saaakiiit." Bisik Dina sambil menatap suaminya."Iya enggak apa-apa katanya memang sakit kalau untuk yang pertama kali." Bisik nya lagi di telinga, waktu terasa berjalan melambat.Sungguh Dodit tidak pernah menyangka kalau dunianya akan di buat jungkir balik kan oleh sosok yang sedang ia peluk saat ini. Ada rasa nyaman dan kehangatan yang menggelegak memenuhi rongga jiwanya. Luntur semua rasa kesal dan kegundahan yang ia rasakan sebelum menemui istrinya."Dit..." Dina memanggil suaminya.Bukannya menyahut panggilan istrinya itu tetapi Dodit malah mencium bibir istrinya. "Tiga huruf..." lalu bibir manis itu kembali menebal karena kesalahan tiga huruf.
Perempuan akan melipatgandakan apa yang saja yang kamu berikanKamu memberinya setetes air mani, dia akan memberi mu bayiKamu memberinya bangunan, dia akan memberi mu rumah tanggaKamu memberikan nya belanjaan, dia akan memberi mu makananJika kamu memberinya senyuman, dia akan memberi mu hatinya~ Dina yang kembali potek hatinya ~Asap tembakau yang memenuhi ruangan kamar itu tak pernah putus semenjak penghuninya terbangun dari tidur tak lelapnya. Puluhan puntung rokok berserakan lantaran asbak yang seharusnya menampung semua itu telah terisi penuh. Setiap hembusan asap yang Andri keluarkan ia berharap akan membuat semua rasa sakitnya menghilang, namun sepertinya hal itu tidak sesuai keinginannya.Menurut Andri patah hati sangat menyeramkan. Sakitnya seperti ada yang meremas paru-parunya. Membuatnya sulit tidur, tidak enak makan dan ingin mati saja. Setiap hari akan dihantui pertanyaan tentang kenapa harus dia yang mengalaminya? Ken
Dina sedang menikmati ice lemon tea yang menjadi minuman favoritnya. Sejam lalu ia baru saja berhasil mengelabui bodyguard keluarga Hadiningrat sehingga bisa leluasa berada di sebuah pusat perbelanjaan di kota Y."Dina? Ini beneran loe?" tanya seorang pria bertubuh tegap dan mengenakan pakaian kasual."Ya, ini gue Dina," jawab Dina yang mengenali sosok di depannya."Loe masih ngenalin gue?""Iya Riko partner in crime," kekeh Dina mengenang masa lalu mereka."Ah, gila loe masih inget aja!" pekik Riko."Hm, gitu deh sisi jelek gue yang susah lupa masa lalu," ujar Dina."Astaga, loe jan bilang masih suka jadi stalker Jodi?!" tebak Riko."Gila aje loe! Dia udah tua mau punya anak dua!" sahut Dina santai."Njir, masih update aja kabar mantan!" sarkas Riko yang mendapat toyoran di kepalanya."Eh, loe jan bikin wibawa gue jatoh dong," ujar Riko."Ups, sorry! Loe pasti udah jadi bos besar ya? Ngapa masih jomblo aja
Dua hari kemudianDodit sebenarnya merasa adanya perbedaan sikap yang sangat kentara dari istrinya yang terlihat lebih murung setiap kali ia terlihat diam. Senyumnya pun hanya sekadar formalitas saja tanpa ada canda tawa nan ceria seperti biasanya.Ah, apa Eyang Soeroso sudah..."Maaf mengganggu tuan muda, saat ini Nyonya Hani sedang dalam perjalanan menuju rumah tuan muda. Saya dapat laporan dari bodyguard pengawalnya." Riyadi membungkukkan badannya lalu memberikan informasi."Oke, aku pulang nyambut ibu di rumah." Dina merespon cepat dan berinisiatif untuk berdiri lalu bersiap pulang ke rumah."Bee... Mm, setengah jam lagi aku temani Eyang Soeroso meeting sama Mr. Hokkaido masalah proyek baru kami." Dodit agak sungkan menjelaskan mengingat dirinya tidak bisa menemani istrinya pulang menyambut kedatangan ibu nya."Well, never mind. Bye." Dina melenggang pergi meninggalkan Dodit tanpa sedikitpun menoleh kepadanya atau sekadar m