Pagi ini Rara sudah bangun terlebih dahulu. Dia tersenyum saat mendapati dirinya sudah tertidur di dalam kamar dan bahkan berada di dalam pelukan suaminya.
Dengan perlahan Rara melepaskan rengkuhan tangan Jodi. Ini pertama kalinya bagi Rara menatap wajah suaminya saat tidur. Dan hal itu kembali membuat Rara tersenyum karena saat tertidur pun Jodi nya tetap saja terlihat tampan dan imut.
Gerakan lembut tangan Rara mulai menyusuri setiap sisi wajah suaminya. Hingga kini fokusnya tertuju pada hidung Jodi yang sedikit mancung. Dan dengan gemasnya Rara mulai mentoel-toel hidung suaminya.
"Eemmm..." gumam Jodi dengan mata yang masih terpejam. Rara yang masih belum puas mulai kembali mentoel-toel lubang hidung Jodi.
Dan detik selanjutnya Rara berniat untuk berpura-pura tidur saat melihat kedua mata suaminya yang mulai bergerak-gerak gelisah. Namun sayang, sebelum dia sampai di posisi semula, tubuh Rara sudah di tarik kembali oleh Jodi hingga membuat dia menindih
Motor yang dikendarai oleh Jodi sudah berhenti di parkiran motor sekolah. Disana sudah ada Dodit, Samudra dan Rafli yang menunggu mereka.Seperti biasa, Jodi selalu merapihkan rambut Rara yang acak-acakan karena terkena terpaan angin di jalanan. Dan kali ini Rara melakukan hal yang sama. Merapikan rambut Jodi yang sempat turun akibat memakai helm."Hadeeehhh... pagi-pagi udah bikin orang panas aja," gerutu Rafli yang masih bisa di dengar Jodi."Apa sih loe. Sirik aja," ketus Jodi yang kini sudah menautkan jari jemarinya dengan milik Rara."Serah loe dah. Emang kalau lagi kasmaran dunia serasa milik berdua," sindir Dodit.Jodi tersenyum. "Loe pada udah sarapan belum? Gue sama Rara belum sarapan nih. Loe mau ikutan kita berdua ke kantin gak?" ajak Jodi pada ketiga sahabatnya.Dan mereka berlima pun berjalan ke kantin dengan Dodit, Samudra dan Rafli yang berjalan di belakang Jodi dan Rara."Perasaan kita berasa jadi pengawal raja dan ratu sejagad," bi
Seperti kemarin, saat bel pulang berbunyi Jodi sudah berdiri di depan pintu kelas Rara. Pemandangan itu tentu saja mengundang ledekan dari Rosa, Siska dan Hilda pada Rara."Ayo sayang." Jodi menautkan tangan mereka."Ckk... pacaran sih pacaran. Tapi tahu tempat dong. Dimana-mana kok mesra-mesraan," sindir Dina yang baru saja melewati Rara dan Jodi."Masalahnya apa buat loe," teriak Jodi kesal saat Dina berlalu begitu saja ketika dia hendak mengejar sosok tersebut."Please, udah deh. Jangan diladenin." Rara semakin menggenggam erat tangan Jodi agar tidak mengejar Dina."Tapi dia selalu cari masalah sama kita," ujar Jodi tak terima Rara melarangnya mengejar Dina."Kamu yang sabar. Di maklumi aja. Namanya juga orang patah hati dan lagi cemburu," ujar Rara menenangkan suaminya."Iya, tapi sampai kapan dia sadar kalau aku gak pernah cinta sama dia. Aku udah terlanjur mentok sama kamu," keluh Jodi yang membuat senyuman Rara mengembang.
Sore itu Rojak dan Rodiah datang untuk melihat kondisi anak dan menantunya yang kini sudah tinggal terpisah dari kedua orang tuanya."Rara mana Di?" tanya Rodiah."Ke minimarket depan, Nyak," jawab Jodi sembari duduk santai."Sama siapa?" tanya Rojak."Sendiri Beh," jawab Jodi."Punya bini nyang mandiri itu emang enak Di, tapi jadi laki jangan keenakan kalo punya bini kelewat mandiri," ujar Rodiah yang kini sudah duduk di hadapan Jodi."Bahaya pegimane Nyak?" tanya Jodi tak mengerti. Rara memang sosok mandiri. Bahkan karena hal itu juga semakin menambah rasa sayang Jodi terhadap istrinya tidak pernah merepotkan dirinya."Ya iya lah. Kalo apa-apa bisa sendiri, terus apa gunanya loe? Bisa-bisa kagak di anggap loe. Jadi ada dan kagak ada sama bae. Apa loe mau kayak gitu?" tanya Rodiah."Ya gak mau lah Nyak," jawab Jodi bergidik ngeri membayangkan bagaimana jika Rara berfikir seperti itu."Loe emang kagak pernah liat di luaran sana perempuan
Jodi menganggukkan kepalanya sambil tersenyum. "Iya kamu nyebelin. Tapi aku suka. Suka banget," ujar Jodi kembali menarik Rara ke dalam pelukannya."Kamu ngeselin," ucap Rara sembari membalas pelukan suaminya."Tapi kamu suka kan?" tanya Jodi.Rara menganggukkan kepalanya. "Iya suka benget.""Sekarang kalau ada apa-apa yang mengganjal di hati, kamu harus cerita sama aku. Kalau ada y ngomong aneh-aneh, kamu juga ngomong sama aku. Jangan suka bikin aku bingung dengan perubahan sikap kamu yang tiba-tiba aneh kayak kemarin," ungkap Jodi."Kok aneh? Kan aku cuman belajar mandiri." Rara mengerutkan dahinya."Gak usah mandiri-mandirian. Kamu kayak gini aja, aku udah banyak saingannya. Apalagi kamu mandiri. Bisa-bisa aku kalah saing sama yang lebih hebat. Aku gak mau ya, sampai kamu berpaling. Kamu sekarang punya aku. Dan selamanya hanya akan menjadi milik aku! SELAMANYA," ucap Jodi dengan menekan kata selamanya."Iya suamiku sayang," jawab Rara menengadah
"Tapi apa kamu yakin kalau aku enggak bakalan hamil?" tanya Rara masih belum yakin."Yakin. Teman aku bilang enggak bakalan hamil kalau ngelakuin cuman sekali. Lagian sekarang bukan masa subur kamu. Apalagi kalau adik aku pakai sarung. Jadi jangan khawatir ya," ucap Jodi mencoba meyakinkan. Padahal sebenarnya dia tidak pernah bertanya kepada siapapun mengenai hal tabu seperti ini kepada siapapun. Iya lah secara semua sahabatnya masih sekolah dan tergolong anak baik yang tidak pernah mengenal pergaulan bebas. Jadi sangat mustahil dia bertanya mengenai hal ini dari orang lain.Namun karena Jodi sudah sangat ingin menjebol gawang istrinya, membuat dia berbohong."Sarung? Pengaman yang kayak balon itu maksud kamu?" tanya Rara yang justru mendapatkan tatapan horor dari suaminya."Kamu tau dari mana?" tanya Jodi tak menyangka jika istrinya tak sepolos yang dia pikirkan."Temen," jawab Rara. Dia menarik selimut untuk menutupi tubuhnya yang sudah hampir polos. Ini b
Jodi terus mengecupi bahu polos Rara. Rasanya Jodi masih tak menyangka jika semalam dia benar-benar berhasil membuka segel sang istri."Umm, Jan ganggu... Aku masih ngantuk," gumam Rara yang merasa tidurnya mulai terusik akibat kecupan-kecupan sang suami di bahunya.Jodi membalik tubuh Rara agar menghadap kearahnya. "Bangun Yang, udah pagi," ujar Jodi sembari merapikan helaian rambut yang menutupi wajah cantik istrinya."Lima menit lagi Yang," jawab Rara menggumam dengan kedua mata masih tertutup rapat."Bangun dulu sarapan. Nanti tidur lagi." Jodi kini sudah mulai mengecupi setiap sisi wajah istrinya. Dia selalu merasa gemas dengan wajah Rara yang kini terlihat sedikit chubby."Yang stop!" Rara mendorong wajah Jodi agar menjauh."Ayo bangun. Kamu nanti biasanya uring-uringan kalau aku telat bangun ke sekolah," ujar Jodi.Dengan malas Rara mencoba membuka kedua mata yang masih sangat lengket dan berat. "Jam berapa sekarang?" tanya Rar
Jodi menggendong Rara menuju kamar mandi dengan ala-ala bridal style, bahkan tanpa mempedulikan Rara yang mengomel karena saat ini tubuhnya tak tertutup sehelai benangpun.Setelah mendudukkan tubuh istrinya di kloset kamar mandi, Jodi mengisi bak khusus untuk mandi Rara.Jodi kembali mendekat ke arah Rara dan hendak mengangkat tubuh istrinya. "Kamu mau ngapain lagi?" tanya Rara dengan kedua tangan sudah menutupi bagian sensitifnya bahkan dia sudah memalingkan wajahnya saat kedua matanya melihat benda pusaka milik suaminya yang terlihat menonjol di balik boxer. Ya sejak percintaan panas mereka semalam, Jodi sempat memakai kembali boxer tipis miliknya."Aku mau bantuin kamu. Katanya sakit." Rara menoleh ke arah istrinya."Udah gak usah, aku bisa sendiri." Rara berdiri dengan menahan sedikit rasa sakit di bagian intinya agar sang suami tidak terlalu khawatir."Yang..." pekik Rara saat Jodi justru kembali mengangkat tubuhnya."Aku gak bakalan ga
Beberapa hari berlaluSetelah selesai makan malam, Jodi mengajak istrinya masuk ke dalam kamar. Dia ingin mewujudkan keinginannya yang sudah terpendam sejak tiga hari lalu. Apalagi kalau bukan bermain kuda-kudaan dengan Rara."Yang..." panggil Jodi."Hmm..." sahut Rara datar."Sini!" Jodi melambaikan tangannya agar Rara mendekat ke arahnya."Bentar. Aku lagi masukin baju-baju kamu ini," ujar Rara yang memang sedang melipat pakaian mereka ke dalam lemari pakaian."Biarin aja. Nanti aku aja yang masukin baju-baju aku," ujar Jodi."Tapi..." Rara merasa terganggu kegiatannya."Udah sini sayang!" perintah Jodi tak mau di bantah."Kamu kenapa sih?" Rara berjalan mendekat dan mendudukkan tubuhnya di sisi ranjang."Naik. Bobokan disini." Jodi menepuk ranjang kosong di sampingnya. Tanpa curiga sedikitpun, Rara mengikuti perintah sang suami."Yang... aku pengen lagi. Bolehkan?" tanya Jodi dengan wajah memelas.