Beberapa bulan berlalu
Suara mesin penunjang dan deru monitor yang menampilkan grafik pergerakan jantung Riko membuat kedua orang tuanya gugup. Mereka takut sewaktu-waktu gerakan grafik itu akan berhenti dan hanya menyisakan satu garis lurus.
Pria paruh baya yang merupakan Papa Riko itu masuk ke dalam ruang ICU dengan memakai pakaian khusus. Ia perhatikan sekujur tubuh putranya dengan seksama. Perasaan sakit melihat kondisi putra satu-satunya yang lemah seperti itu. Ia masih tidak menyangka Riko akan berakhir seperti ini.
"Ko, bangun. Sampai kapan kamu mau tidur seperti ini? Bangun anak nakal! Ambil tanggungjawab mu! Masih banyak tanggung jawab yang harus kamu penuhi. Kamu belum memenuhi tanggung jawabmu sebagai seorang anak."
"Kamu juga belum melakukan tanggung jawabmu yang paling terpenting. Kamu harus bertanggung jawab penuh atas kehidupan Riyo! Itu tanggung jawab besar! Jangan jadi seorang pengecut dengan bersembunyi seperti ini! Bangunl
"Bagaimana kondisi anakku Dok?" pertanyaan itu meluncur begitu melihat dokter spesialis yang menjadi ketua tim berjalan diiringi tim dokter yang lain."Tenang Pak. Kondisi pasien baik-baik saja. Kami sudah memeriksa bagian vitalnya dan semuanya bekerja dengan normal. Ini bisa dikatakan sebagai keajaiban."Pasien yang mengalami koma lebih dari satu bulan memiliki resiko besar tidak akan pernah terbangun lagi. Namun kondisi Pak Riko sangat unik. Dia tersadar dengan kondisi tubuh yang secara keseluruhan stabil. Baik sistem gerak, saraf, respirasi, maupun sistem sirkulasinya stabil. Ini benar-benar suatu keajaiban. Selamat." Dokter memberikan ucapan selamat dan menyalami pria paruh baya yang tampak sempoyongan. Dokter segera mengangkat tubuhnya sebelum terjatuh."Dok... huuu... An-annakku sadar... huuu....""Iya Pak. Jangan menangis lagi." Dokter mengusap bahu Papa Riko."Kapan saya bisa menemui anak saya?" tanya pria paruh baya itu setelah mulai bisa menguasai
Ruangan dengan dekorasi bernuansa putih dan biru yang menjadi warna favorit calon mempelai perempuan kini mulai di penuhi oleh para sanak saudara dan tamu yang ingin menyaksikan acara sakral, akad nikah yang akan diadakan satu jam lagi."Aduh, babeh kenape baru ngabarin sekarang? Berabe nih tamu mulai rame tapi katering belom ada." Rara uring-uringan."Kenapa, Yang?" tanya Jodi yang berada di sebelahnya."Bang Diki sakit perut jadi kagak bisa nyetir mobil bakal katering hari ini," lirih Rara."Astaghfirullah aladzim. Yaudeh Abang aje nyang kesana terus bawain mobil nye." Jodi menawarkan diri ingin membantu."Kelamaan dong," Isak tangis langsung menghinggapi ibu hamil yang sedang dalam mode baper. Menginjak kehamilan kedua ini Rara memang jauh lebih mudah terbawa perasaan, bahkan oleh hal sepele apapun."Sayang, jangan nangis dong kasian dede utun." Jodi mengusap-usap perut Rara.Setelah merasa tenang Jodi membuka chat grup Mantan Jomblo yang ia bua
Siska bergegas mengeluarkan semua makanan dari dalam mobil katering begitu ia telah sampai di tempat acara. Andri pun tergerak ikut membantunya.Rara yang dari tadi resah menunggu pun sedikit tenang karena ia bisa melihat betapa gesit nya Siska bak kepala chef meletakkan dan mengatur semua karyawan katering saung hijau untuk menyajikan semua hidangan pesta."Thank ya, Sis." Rara langsung memeluk Siska."Ah, elo kek sama siapa aja deh." Siska mengusap punggung Rara."Aseli kehamilan ini tuh gue bener-bener gak berkutik banget dekat sama makanan langsung-" Rara mengungkapkan perasaannya namun terpotong oleh ucapan Siska."Iya gue paham, bumil. Ayo ah jangan baper gini yang penting masalah makanan udah beres nih. Happy happy aja kita di hari bahagianya Hilda. Hehehe." Siska mengeluarkan senyum klos ap nya."Hmmm.Enak bener nih romannya makanan-" Seorang gadis belia dengan dandanan flawless nya mendekati arah makanan dengan ekspresi lapar.
"Woyyy! Loe berdua mojok mulu!" tegur Rosa sambil menepuk bahu Siska.Siska terlihat gelagapan dihampiri oleh Rosa. Bukan, ia bukan gelagapan karena terciduk sedang bersama Andri karena boncabe ini tak berarti baginya. Segala pertengkaran mereka baginya membuktikan bahwa mereka memang bukan sepasang kekasih yang layak untuk disandingkan dan di olok-olok bak orang sedang kasmaran."Sis, ngapa loe bengong? Omaigot... Loe jangan bilang barusan di lamar Andri? Gue jomblo terakhir dong di geng kita?! Hiks...hiks...hiks..." Rosa memasang wajah sedih."Astaghfirullah aladzim... Rosa, loe kata si boncabe cowok normal? Dia mah gak bakal nyetrum sama gue, beda server," sinis Siska ke arah Andri sambil menjulurkan lidahnya.Andri mengulum senyumnya melihat tingkah menyebalkan Siska. Eh, kenapa malah senyum gini? Protes Andri dalam hati. Ia lalu meninggalkan dua sahabat itu, Siska dan Rosa."Sa, loe ngapain disini? Ganggu aja." Dodit yang sejak tadi mengamati
Di sudut lorong arah kamar mandi terlihat para anggota genk mantan jomblo sedang bersitegang. Jodi tampak menarik kerah kemeja Samudra kasar lengkap dengan ekspresi emosi. Hal yang tak pernah terjadi dalam sejarah persahabatan mereka."Maksud loe apaan bawa cewek loe kemari? Mau pamer loe ke seluruh dunia udah berhasil move on dari Rosa?" Suara Jodi menggelegar mengisi ruangan yang masih tampak hilir mudik tamu yang ingin ke arah toilet."Di, istighfar loe. Kasian Rafli kalo acaranya kita bikin rusuh." Andri mencoba melerai pertikaian kedua sahabatnya."Loe bilangin tuh sama sobat loe kalo ampe bini sama calon anak gue kenapa-napa lantaran panik liat si Rosa sedih bakalan gue anggap dia orang asing!" Jodi mengarahkan telunjuknya ke wajah Samudra."Sorry, gue gak ada maksud apa-apa bawa dia kesini." Suara Samudra merendah, merasa bersalah."Sam, mendingan loe bawa pulang deh dede ketemu gede loe," saran Dodit seraya menyibukkan Dira yang berada dala
Pasangan suami istri muda itu tiba di rumah mereka menjelang petang. Jodi menggendong Dira yang masih tertidur sejak di perjalanan pulang."Dira masih tidur? Sini biar aku yang gantian gendong." Rara menyorongkan tangannya bermaksud menawarkan diri."Sssttt, jangan. Kamu lagi hamil gak boleh keseringan gendong Dira, ah." Jodi menolak halus permintaan istrinya."Iya tapi aku gumussshhh." Rara ingin mencubit gemas pipi anaknya."Eehhh, buna gimana sih Dira nanti bangun, nakal ya buna." Jodi mengedipkan sebelah matanya menggoda sang istri."Sebel ah, aku mau mandi aja kalo gitu." Rara langsung badmood dan meninggalkan Jodi begitu saja."Ck, dasar bumil manja tapi aku sayang banget. Hehehe," rayu Jodi.Rara tidak memperdulikan ucapan Jodi karena ia langsung beranjak ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya yang ia rasa lengket setelah seharian ini beraktivitas.DrrrtttDrrrtttPonsel Rara yang memang tidak di silent
Mendekati basecamp Mantan Jomblo yang berupa bengkel berukuran sedang yang di apit oleh tempat steam (cuci motor dan mobil) disebelah kanan dan toko onderdil motor di sebelah kiri membuat Siska mengemudikan motornya agak pelan untuk mengatur nafasnya.Entah mengapa walaupun sudah sering sakit hati mendengar ucapan pedas boncabe setiap bertemu tapi Siska selalu saja tersinggung. Ah, siapa lagi orang yang tega memberikan julukan mulut comberan kalau bukan si boncabe alias Andri.5 menit sudah Siska berdiam diri di depan bengkel tersebut. Siska pun sudah sejak tadi berkirim pesan dengan Rosa seraya ia diingatkan agar Siska tak melupakan misi darinya.Sementara itu Dodit yang merasa geram dengan kelakuan Andri tidak bergerak cepat menyambut kedatangan Siska langsung berjalan mendekati Siska. 'Lihat aja loe gimana gue beraksi'.Dodit mengancam dalam hati sambil menunjukkan smirk evil nya."Hai cantik, kok ragu gitu mau kesini?" sapa Dodit ramah."Eh elo,
Siska melajukan motornya dengan berbagai perasaan berkecamuk. Ia juga bingung kenapa tadi begitu ketakutan menghadapi Andri padahal kalau di ingat lagi sikap Andri sudah jauh lebih baik kepadanya. Tapi ia malah pergi begitu saja.Saat melewati pertigaan lampu merah dari sebelah kiri terdengar suara seseorang memanggil namanya. Ia terhenyak karena pemilik suara itu ternyata adalah Dodit."Hahaha. Kita emang jodoh ya Sis," suara gelak tawa Dodit terdengar setelah berhasil membuat Siska melihat lalu mendekatinya."Pede abis loe! Hahaha." Siska ikutan tertawa."Eh, ketemu lagi sama mba katering." Vania langsung merangkul Siska."Enak bener loe bocah panggil gue mba katering." Siska mendelik kesal."Ampun deh loe Van, kelar hidup loe kalo kedengaran Andri sembarangan panggil ayang nya. Hahaha," ledek Dodit."Dih, kenapa boncabe pake di sangkutin sama gue?" Siska tak sudi namanya terkait dengan Andri."Ah, elo kurang nyata apa dia bucin sama e