“Karena Olivia sudah menentukan pilihannya, maka aku juga akan menemani kalian untuk pergi berakting bersama orang-orang itu. Olivia, kamu juga harus berakting sama aku ya di tempat itu,” ujar Amelia acuh tak acuh. Yuna benar-benar kesal setelah mendengar ocehan putrinya. Olivia pun tersenyum seraya berkata, “Kayaknya kita memang harus mentolerir banyak hal setelah memutuskan untuk berbisnis.”“Tante pasti akan sangat bersyukur kalau saja Amelia bisa sebijakmu,” ujar Yuna sambil tersenyum puas. Yuna tidak bisa membanggakan putrinya di depan banyak orang. Karena Amelia selalu saja bersikap ceroboh dan sulit diatur. Dia tidak bisa bertingkah palsu di depan orang-orang. Dia melakukan apa pun yang ingin dilakukannya. “Amelia juga baik, kok. Aku suka dengan sikap lugasnya,” ujar Olivia sambil tersenyum tenang. “Mama dengar sendiri, kan? Mama berpendapat kalau Olivia lebih baik dariku. Tapi nyatanya, dia justru menanggapku baik,” ujar Amelia sambil tersenyum puas. “Kamu nih, ya! Awas s
Yuna melirik keponakannya seraya berkata, “Kayaknya baru sekali ini Stefan datang ke sini.”Olivia meletakkan makanan ke piring Russel lalu berkata, “Dia masih merasa bersalah.”“Sudah seharusnya dia datang ke sini kalau memang dia benar-benar merasa bersalah. Tante pasti akan memarahinya karena telah menipumu. Dia harus tunjukkan ketulusannya kepadamu. Kamu baru mengenalnya beberapa bulan, tapi Tante sudah mengenalnya selama sepuluh tahun. Tante lebih mengenalnya daripada kamu,” ujar Yuna tegas.Keluarga Adhitama sangat melindungi kehidupan pribadi para anggota keluarga mereka yang masih anak-anak. Mereka tidak akan memperkenalkan anak-anak itu ke dunia luar sampai anak-anak itu tumbuh dewasa dan bisa masuk ke dunia bisnis. Mereka juga terkenal akan ke rendah hatian mereka. Bahkan anak-anak dari keluarga Adhitama tumbuh dewasa layaknya anak-anak dari keluarga biasa. Karena hal inilah Yuna bisa mengatakan kalau dirinya sudah mengenal Stefan selama sepuluh tahun. Kakek dan neneknya mem
Amelia terus menyantap makanan yang ada di piringnya. Dia terlihat seperti tidak peduli dengan kedatangan Stefan. Namun, dia menyadari tatapan ibunya yang terus tertuju ke arahnya.“Mama, kenapa ngeliatin aku terus? Suami dari keponakanmu sudah datang. Kalau menantumu entah kapan datangnya. Jadi, Mama masih harus merawatku beberapa tahun lagi,” ujar Emilia tanpa mengangkat kepalanya sedikit pun.“Walaupun kamu nggak menikah, Mama akan tetap merawatmu,” balas Yuna cepat. “Pantas dong kalau aku ngomong begitu. Tahun ini umurku dua puluh tujuh tahun. Sebentar lagi aku akan memasuki usia kepala tiga. Aku takut Mama cemas karena aku nggak kunjung menikah. Lalu Mama akan buru-buru menyuruhku menikah dengan lelaki mana pun yang mengejarku agar aku segera keluar dari rumah ini kayak keluarga Santoso itu,” ujar Amelia.Bukankah Ibunya Junia memperlakukan Junia seperti itu? Reiki sangat ahli dalam membujuk keluarga Santoso untuk berada di pihaknya. Semua itu dilakukannya untuk mengikat seorang
“Kamu datang tepat waktu. Kami baru saja mulai makan,” ujar Olivia sambil membukakan pintu rumah untuk Stefan. “Aku datang untuk numpang makan, nih,” ujar Stefan dengan wajah jahil.“Dasar kamu ini,” ujar Olivia.Stefan rela datang ke kediaman keluarga Sanjaya hanya untuk Olivia. Olivia sebenarnya masih merasakan gejolak amarah di dalam hatinya setelah semua kebohongan Stefan kepadanya. Namun, dia juga melihat bagaimana Stefan perlahan berubah untuk memuaskan hati Olivia. Stefan menatap dalam ke arah Olivia lalu berkata, “Aku akan menghormati semua orang yang kamu sayangi. Aku akan terus berada di sisimu. Entah itu hujan badai, angin bahkan kebakaran sekali pun tidak akan menyulutkan niatku untuk menemuimu.”“Kamu jangan buat seakan rumah Tanteku ini menyeramkan, dong. Tanteku baik, loh. Oh iya, Amelia juga ada,” ujar Olivia. Olivia tidak akan salah paham dengan hubungan Stefan dan Amelia. Stefan sama sekali tidak pernah menerima perasaan Amelia dan tidak pernah menjanjikannya apa
Wajah Russel dipenuhi dengan nasi yang sedang dia santap. Bahkan di atas meja dan di atas lantai juga ada nasi yang berserakan. Yuna dan putrinya membiarkan Russel makan sendiri dan menggerakkan tangannya untuk membantu pertumbuhan Russel. Semakin sering bergerak, maka gerakan tangan Russel juga akan semakin terlatih. Lambat laun, Russel pasti bisa makan dengan lebih rapi layaknya orang dewasa.Russel akan berusia tiga tahun beberapa bulan lagi. Itu artinya dia seharusnya sudah bisa makan sendiri tanpa bantuan orang lain. Stefan membelai kepala Russel lalu menatap ke arah Yuna seraya berkata, “Tante.”Yuna mengangguk lalu berkata dengan ramah, “Ayo, kita makan dulu.”Para pelayan sudah menyiapkan peralatan makan yang akan digunakan oleh Stefan. Kemudian Stefan menoleh ke arah Amelia yang sedang menikmati makanannya tanpa menoleh ke arah Stefan. Tatapan matanya terlihat biasa saja ketika melihat Stefan dan tidak berbinar seperti dahulu. “Halo, Kakak Sepupu,” sapa Stefan ramah. “Pfff
Yuna langsung tersenyum seraya berkata, “Russel kan nggak suka sama bau parfum di badanmu itu. Sudahlah, sekarang makan saja dulu. Kamu nggak perlu memikirkan perkataan anak umur tiga tahun.”Amelia bergegas mengendus aroma tubuhnya yang dipenuhi dengan aroma parfum. Orang lain bisa mengira kalau Amelia benar-benar bau badan setelah mendengar perkataan Russel yang belum mengerti tentang aroma parfum. “Kalau begitu, aku nggak mau pakai parfum lagi, deh. Lumayan kan aku bisa hemat uang dengan nggak beli parfum,” ujar Amelia.Olivia langsung tersenyum seraya berkata, “Russel cuma asal bicara saja, kok. Amelia, kamu nggak perlu hiraukan dia. Anak ini juga nggak bermaksud nyakitin hatimu. Dia masih terlalu kecil, makanya dia sangat polos.”Amelia benar-benar memikirkan perkataan Russel yang mengatakan kalau dia bau. Dia sangat menyukai Russel, tapi Russel justru tidak menyukai aroma parfumnya. “Sudah, makan saja,” ujar Yuna cepat sambil tersenyum.Yuna juga tidak menggunakan parfum karena
Sebenarnya Stefan ingin agar Olivia tetap mempertahankan kehidupannya saat ini. Dia ingin Olivia tetap bahagia dan tidak memaksakan dirinya. Namun, Stefan hanya diam tanpa melontarkan sepatah kata pun. Dia hanya bisa menyesal di dalam hatinya karena Olivia harus rela mengubah kehidupannya yang dahulu agar bisa hidup bersama dengan Stefan. Stefan hanya bisa membiarkan Olivia memilih jalannya sendiri dan tidak bisa melepas Olivia dari genggamannya. Stefan sangat jarang sekali datang ke acara jamuan makan. Kalaupun dia datang, dia hanya menunjukkan wajahnya sebentar dan langsung buru-buru pergi dari tempat itu. Di sisi lain, para wanita dari keluarga Adhitama akan menjadi bintang dan selalu dipuji ketika mereka muncul di sebuah acara jamuan makan. Tidak akan ada orang yang berani mengritik mereka di acara tersebut. Namun, Stefan tidak bisa mengabaikan sebuah fakta dari kehidupannya. Ibu dan Neneknya lahir dan tumbuh dari keluarga kaya sebelum menjadi menantu keluarga Adhitama, jadi m
“Aku ke kantor dulu, ya,” ujar Stefan dengan raut wajah enggan meninggalkan Olivia di kediaman keluarga Sanjaya. Olivia melihat kepergiannya suaminya ditemani oleh Russel di sisinya. “Tante, kenapa Om Stefan sering banget manggil aku si lucu? Padahal namaku kan Russel,” ujar Russel sambil memegangi pipinya yang dicubit oleh Stefan. Olivia menggendong Russel masuk ke dalam rumah seraya berkata, “Om cuma bercanda saja, kok. Kamu tuh bukannya si lucu tapi si gemesin.”Olivia dan Stefan akan menahan emosi mereka ketika sedang bersama Russel agar tidak terjadi konflik di antara mereka. Hal ini bermanfaat untuk memperbaiki hubungan dan kepercayaan di antara mereka. Walaupun mereka bukan orang tua Russel, tapi mereka sangat menyayanginya. Lagi pula, Russel juga bisa menjadi mediator bagi kedua pasangan itu. “Namaku Russel!” seru Russel kesal.“Iya, namamu Russel,” balas Olivia. Russel langsung tersenyum puas setelah mendengar perkataan Olivia. Dia tidak menyukai semua panggilan itu. Dia
Meski disindir oleh ibunya, Felicia tetap tak goyah. Dia berkata, “Tentu saja aku perhatian sama mamaku sendiri. Mau sejahat apa pun, aku tetap bakal peduli.”“Memangnya aku apain kamu? Apa aku ada jahat sama kamu selama ini. Kalau kamu bukan anak kandungku, dari apa yang sudah kamu lakukan selama ini, punya sembilan nyawa pun nggak cukup.”“Iya, iya. Aku seharusnya berterima kasih karena karena aku masih dikasih hidup.”Mendengar itu, Patricia refleks mengangkat tangannya untuk memukul Felicia.“Waduh.”Felicia sengaja menjerit kesakitan, lalu menutup bagian bagian yang terpukul dan berjongkok di lantai. Patricia kaget melihatnya dan memelototinya. “Aku cuma mukul kamu pelan memangnya bikin tangan kamu patah? Dasar cengeng, begitu saja sampai teriak.”“Aduh … sakit! Sakit banget!” Alih-alih menanggapi ibunya, Felicia terus menjerit kesakitan sambil memegangi bagian tubuhnya yang tadi dipukul.Seketika Patricia terdiam untuk beberapa saat. Lalu dia berjongkok untuk memeriksa tangan Fel
“Vandi, menurut kamu, besok mamaku bakal apain aku? Apa dia bakal membiusku lagi? Atau bikin aku pingsan?”Vandi terdiam. Dia dapat memikirkan berbagai macam cara untuk membuat Felicia tak berdaya, tetapi dia tidak tahu cara mana yang akan Patricia gunakan. Felicia pun tidak menanya lebih jauh. Dia tahu ibunya suka berubah-ubah dan tidak mudah ditebak. Lagi pula Vandi bukan asistennya Patricia. Tidak mungkin dia langsung tahu apa saja yang Patricia rencanakan.“Sudah malam, kamu istirahatlah dulu. Aku juga sudah mau tidur.”Felicia mengirimkan pesan kepada Vandi untuk segera beristirahat. Dia meletakkan ponselnya di atas meja kecil samping kasur dan mematikan lampu kecil. Hanya saja, terlalu banyak hal yang mengusik hati Felicia, membuat dia kesulitan untuk tidur meski sudah berguling ke sana kemari cukup lama.Entah sudah berapa menit berlalu Felicia pun masih tidak bisa tidur, akhirnya dia pun duduk dan menyalakan lampu kecil, mengambil ponselnya dan melihat jam yang ternyata sudah m
Vandi menjawab, “Kalau diselidiki sekarang pun nggak akan dapat apa-apa, waktunya terlalu mepet. Bu Patricia sudah menyuruh pelayan rumah pergi ke rumah keluarga Arahan untuk mengantar undangannya supaya besok malam Bu Yuna dan yang lain datang. Dia juga mengundang beberapa anggota keluarga Gatara yang lain. Kurasa kalau Bu Patricia mau beraksi, pasti akan dia lakukan besok di pesta.”Undangan perjamuan yang Patricia adakan kali ini berbeda dengan yang pertama kali. Pertama kali dia mengundang Odelina, lalu Ricky dan Rika juga datang. Meski Patricia mau menghabisi Odelina dalam perjalanan sesuai dengan rencananya, sayang upaya itu gagal.Setelah itu, Patricia dan Odelina sempat beberapa kali bertemu, tetapi Patricia sudah tidak lagi mengundang Odelina ke rumah. Dalam perjuaman kali ini ada banyak yang datang dari Mambera. Yang datang semuanya adalah orang-orang kaya dan penting. Tanpa perlu ditanya pun sudah tahu kalau mereka datang bertujuan untuk memberi dukungan kepada Odelina.Alas
“Kalau ada waktu, Stefan juga suka baca-baca buku mengasuh anak supaya ada pengetahuan dasar untuk jadi papa.”Mulan tertawa, “Sama kayak Yose dulu.”Tak heran meski Stefan dan Yose jarang berhubungan, mereka saling percaya satu sama lain. Bisnis yang mereka jalani juga makin lama makin makmur. Mereka berdua adalah tipe orang yang serupa.Sekali lagi Olivia dan Mulan saling bertatapan dan bertukar senyum. Kebahagiaan mereka terpancar dengan sangat jelas melalui sorot mata. Baik itu Stefan atau Yose, mereka berdua adalah pria yang luar biasa, dan sama-sama bertanggung jawab sebagai kepala keluarga.Mereka begitu sibuk, tetapi tetap tidak melupakan keluarga dan anak istri. Mereka tetap bekerja keras menunaikan tanggung jawab sebagai ayah dan suami yang baik. Sebagai istri mereka berdua, Olivia dan Mulan merasa sangat bahagia. Pantas saja begitu banyak wanita lain di luar sana yang menambakan mereka.“Kamu juga cepat tidur, deh. Good night.”“Good night.”Setelah mengucapkan selamat malam
Dokter Panca mau Liam untuk menyalin tidak masalah, asal jangan terlalu banyak sehingga mengganggu waktu istirahat dan bermainnya. Sekarang sudah masuk musim liburan dan anak-anak seharusnya bisa bermain dengan gembira. Seiring dengan berjalannya usia, waktu untuk bersenang-senang akan makin berkurang. Studi dan karir menjadi prioritas, yang mana otomatis akan memotong waktu bermain.Dengan khawatir Liam bertanya, “Mama, apa Kakek Guru bakal dengar permintaan Mama? Dokter Kellin lagi nggak di rumah. Kalau Dokter Kellin yang ngomong pasti Kakek Guru mau dengar.”“Tenang saja, Dokter Panca pasti mau dengar,” kata Mulan dengan hangat. “Apa pun yang terjadi, kamu tetap anak Mama. Sekeras apa pun Dokter Panca, dia tetap harus mendengar pendapat dari orang tua murid. Sudah, tidur, gih. Besok pagi jangan lupa latihan. Habis sarapan, baru kamu lanjutkan tugas menyalinmu. Habis itu baru boleh main sama Russel. Sorenya juga sama, habis tidur siang, kerjain dulu tugasmu selama satu jam, baru sisa
Orang lain tidak pernah ada yang mengatakannya terang-terangan, dan Olivia juga anggap saja tida tahu apa-apa. Toh makin bahagia hidupnya, orang lain yang makin iri padanya.“... Sayang, sudah malam, nih. Kamu cepat tidur, deh. Kamu mungkin belum mau tidur, tapi anak kita sudah mau,” kata Stefan. Dia buru-buru mengganti topik obrolan dan membujuk istrinya untuk segera tidur. Namun di satu sisi, dia belum ingin menyudahi percakapannya dengan istri tercinta. Namun akhirnya Olivia-lah yang mengakhiri pembicaraan mereka.Setelah meletakkan ponselnya, Olivia mengelus perutnya sambil berkata kepada anak yang masih di dalam perutnya itu, “Sayang, Papa nggak mau jujur sama Mama. Walaupun maksudnya baik, dia tetap saja berbohong.”Setelah keheningan sesaat, Olivia berkata lagi, “Tapi kita nggak boleh nyalahin Papa. Dia berbohong demi kebaikan kita. Sekarang Mama nggak boleh gegabah karena harus menjaga kamu. Semua orang yang sayang sama kamu nggak mau Mama kenapa-napa. Sayang, menurut kamu, Pap
Sementara itu di kamar sebelah, setelah Russel pergi, sekarang giliran Olivia yang mengobrol dengan Stefan.“Sayang, kamu bawa Russel main di rumahnya keluarga Junaidi saja. Biar dia main di sana sampai puas tanpa perlu mikir apa-apa. Kalau aku sudah selesai, aku jemput kalian di sana,” kata Stefan.“Muka kamu kelihatannya capek banget. Kamu yang lebih butuh istirahat dari aku. Tugas yang bisa dioper ke orang lain dioper saja, nggak perlu semuanya kamu yang kerjain sendiri,” ujar Olivia membalas. “Kalau semuanya kamu yang kerjain sendiri pasti capek banget. Jangan pikir mentang-mentang masih muda jadi boleh bergadang. Kebanyakan bergadang nanti jadi cepat tua dan malah kasih dampak buruk ke badan kamu. Risiko meninggal tiba-tiba juga jadi meningkat. Stefan, kamu harus ingat, sekarang kamu nggak sendiri lagi. Kamu punya istri dan sebentar lagi punya anak. Aku dan anak kita menunggu kamu pulang.”“Iya, Sayang. Tenang saja. Aku selalu ingat kamu waktu mengerjakan apa pun. Aku bisa melindu
“Mama kamu sudah sibuk seharian pasti butuh istirahat, kita kasih dia waktu untuk istirahat sebentar, ya.”Russel sejenak berpikir, lalu dengan berat hati dia menyahut, “Oke, kalau begitu aku mau tidur dulu. Besok pagi baru aku telepon Mama. Tante Olivia, besok bangunin aku, ya.”“Oke. Jam 7.30 besok Tante bangunin, ya. Seharusnya jam segitu mama kamu lagi sarapan,” ujar Olivia.Dengan berat hati Russel melambaikan tangannya sambil berpamitan dengan Stefan, dia lalu meninggalkan amarnya Olivia dan kembali ke kamar tidur dia dan Liam.Di kamarnya Liam sedang menyalin nama-nama obat beserta khasiat dan larangan penggunaan dari setiap jenisnya. Saat melihat Russel kembali, dia langsung mengangkat kepalanya dan bertanya, “Russel, kamu sudah ketemu sama mama kamu?”Russel menghampiri dan melihat nama obat yang Lam tulis. Hanya sedikit saja huruf yang bisa dia baca. “Mama masih sibuk, jadi nggak ada waktu untuk ngobrol. Tante Olivia suruh aku untuk istirahat dulu. Besok pagi baru aku bisa ng
Tanpa pikir panjang Russel menjawab,”Jelas suka, dong! Aku suka Om Daniel. Asyik juga nambah satu papa lagi. Orang lain cuma punya satu papa, aku punya dua.”Pada saat awal-awal Daniel mencari tahu apakah Russel menginginkan ayah baru, Russel bilang kalau dia sudah punya ayah. Dia tidak ingin serakah, satu ayah saja sudah cukup. Sekarang ketika Russel sudah lebih besar, dia mulai membangun hubungan ayah dan anak dengan Daniel, dan sekarang dia sudah bisa menerima Daniel sebagai ayah barunya. Di luar itu, saat ini hubungan Russel dengan Daniel justru lebih dekat dibandingkan ayah kandungnya.Alasan utamanya adalah karena keluarga Pamungkas suka membuat masalah yang perlahan mengikis hubungan mereka dengan Russel. Russel sekarang masih kecil. Sebenarnya asal keluarga Pamungkas mau memperlakukan Russel dengan baik dan tidak memanfaatkannya untuk mendapat keuntungan pribadi, dan benar- benar menyayangi Russel dengan tulus, Russel juga pasti akan senang dengan mereka. Jika menunggu sampai R