Semua orang menghela napas lega setelah mendengar kata-kata Stefan.Mereka pikir Stefan akan menarik kembali kata-katanya.Untungnya bukan.Odelina cepat-cepat berkata, “Stefan, jangan khawatir. Aku akan mengawasi Oliv selama beberapa hari ini, nggak akan membiarkannya menyetir dengan gila dan banyak minum alkohol!”Akhirnya, dia juga menambahkan lagi, “Dia benar-benar ingin minum alkohol, jadi aku akan membiarkannya minum dua botol bir di rumah. Aku nggak akan mengizinkannya pergi ke bar lagi.”“Kak, aku minta tolong pada Kakak ya selama beberapa hari ini.”Stefan berkata kepada Olivia lagi, “Oliv, kamu tinggal di rumah Kak Odelina dulu selama beberapa hari. Kalau kamu mau pulang, bilang saja padaku. Aku akan pergi menjemputmu. Kalau kamu nggak mau tinggal bersamaku, kamu bisa pulang ke rumah di Lotus Residence. Aku akan tinggal di sini.”Olivia menatap pria itu lama sekali dan berkata, “Take care.”Setelah itu, dia masuk ke mobil.“Stefan, kamu juga jaga kesehatan. Oliv ada Kakak yan
Pak Marwan menjawab dengan sopan, tetapi kemudian berkata dengan cemas, “Den, di luar anginnya kencang dan udaranya dingin, masuklah ke rumah. Den Stefan belum makan apa-apa sejak bangun tidur hari ini.”Stefan terdiam dan bertanya kepada Pak Marwan, “Kalau aku pingsan karena kelaparan, apa Olivia akan kembali?”Pak Marwan diam saja.Stefan menertawakan dirinya sendiri dan berkata, “Aku hanya iseng bertanya, aku nggak akan mempertaruhkan kesehatanku. Aku masih mau punya banyak anak dengan Oliv dan hidup sampai tua dengannya. Kalau aku kelaparan sampai sakit dan nggak bisa hidup sampai rambutku beruban, rasanya rugi sekali.”Pak Marwan cepat-cepat berkata, “Non Oliv tetap makan dan minum sesuka hatinya. Menurutku sikap Non Oliv itu sangat benar.”Dia takut kalau Den Stefan sengaja membuat diri sendiri kelaparan, tapi ternyata Non Olivia tega dan tidak mau pulang. Jadinya Den Stefan kan akan mati kelaparan?“Non Oliv kalian itu .... Cintanya padaku nggak selam cintaku padanya.”“Dimas,”
Sarah tercekat dan berkata dengan rasa bersalah, “Mama pikir semua orang mengerti caranya dari lahir, jadi kita nggak perlu mengajarkannya lagi.”Dia bergumam pada diri sendiri lagi, “Tapi, dengan adanya masalah ini, mereka jadi lebih menghargai satu sama lain.”Dewi diam saja.Seorang pelayan masuk.“Nyonya Sarah, Nyonya Dewi, Den Stefan datang.”Mendengar hal itu, Sarah langsung bangkit dengan kaget. Gerakannya sangat lincah, sama sekali tidak terbatasi oleh usianya.“Dewi, Mama mau berbaring di kamar. Kalau Stefan menanyakan tentang Mama, bilang saja padanya, Mama mengkhawatirkan dia dan Olivia sampai jatuh sakit.”Dewi berkata, “ …. Nanti kalau Stefan bawa Mama ke rumah sakit, jangan salahkan aku, ya. Aku sudah mengingatkan Mama.”“Asalkan dia nggak mengantar Mama ke krematorium.”Sarah merunduk lagi dan pergi ke kamarnya secepat mungkin. Lalu, dia berbaring di tempat tidur dan berpura-pura sakit.Setelah berbaring cukup lama, dia tidak mendengar ketukan di pintu.Dia berpikir dala
“Ma.” Stefan merasa, kalau dia tidak menjelaskan dengan jelas, ibunya akan benar-benar mengatur jadwal kencan butanya dengan putri-putri keluarga kaya itu, yang akan menyebabkan kesalahpahaman.Dia berkata dengan suara yang dalam, “Olivia pergi dengan kakaknya, artinya dia pulang ke rumah kakaknya untuk beberapa waktu, untuk menenangkan diri. Aku nggak bilang dia nggak akan kembali lagi. Aku juga nggak akan membiarkan dia nggak kembali lagi.”Tuhan tahu betapa sulitnya dia melepaskan Olivia dan membiarkannya pergi dengan Odelina.“Aku juga perlu menenangkan diri, tapi sulit bagiku untuk melakukannya. Jadi, aku harus melompat ke dalam kolam dan berendam sebentar di sana. Mungkin ini bisa menenangkanku. Ma, aku nggak ada niat untuk menggunakan kesehatanku untuk memancing Olivia pulang, kok.”Dewi mengerjapkan mata dan bertanya, “Kalian berdua masih belum bercerai?”“Mama benar-benar ingin aku bercerai dengannya?”“Dibilang iya, nggak juga. Mama selalu merasa kalian berdua nggak cocok. Ka
“Dewi, suruh orang untuk memasakkan sup jahe untuk anak itu. Jahenya pakai yang banyak. Biar dia kepedasan,” ujar Sarah, memberi perintah pada menantunya sambil berjalan keluar.Dewi menggumam mengiyakan, lalu menyuruh pelayan untuk memasak sup jahe.Saat Sarah dan Dewi tiba di depan kolam renang, Stefan masih berenang.“Stefan.” Sarah berteriak marah.Stefan hanya menoleh untuk melihat neneknya, kemudian terus berenang sampai ke tepi kolam. Dia naik ke atas dan duduk di sana.Sarah berjalan mengitari kolam renang, berjalan ke arah cucunya itu, dan berkata dengan sedih, “Apa yang kamu lakukan duduk di sini? Cepat masuk ke rumah.”“Nenek, aku ingin menenangkan diri.”Sarah berkata marah, “Kalau kamu ingin menenangkan diri, kamu bisa mengunci diri di kamar. Nenek jamin nggak ada yang berani mengganggumu. Kamu bisa menenangkan diri sesukamu, tapi apa kamu perlu melompat ke kolam ini?”“Ini cukup efektif,” ujar Stefan dengan acuh tak acuh. “Air kolam yang dingin bisa menjernihkan pikiranku
Setelah berganti pakaian, di bawah pengawasan ibunya, Stefan dia meminum semangkuk sup jahe yang membuatnya mengerutkan kening karena sangat pedas.“Ma, kenapa jahenya banyak sekali, sih? Pedas sekali.”“Nenekmu yang menyuruh orang untuk pakai lebih banyak jahe, supaya kamu nggak masuk angin. Kalau kamu nggak mau minum sup jahe, jangan lakukan hal bodoh seperti itu lagi di masa depan.”Stefan meletakkan mangkuknya dan berkata, “Ma, aku benar-benar sedang berusaha menenangkan diri tadi. Aku nggak bermaksud melakukan hal bodoh.”“Iya, iya, kamu mau menenangkan diri. Jadinya sudah cukup tenang belum sekarang? Bicaralah dengan nenekmu. Dia adalah orang yang memulai semua ini. Kalau bukan karena nenekmu, kamu juga nggak akan seperti ini.”Dewi sedikit kesal dengan ibu mertuanya.Putranya sangat hebat dan bukannya tidak bisa mendapatkan wanita untuk dinikahi. Ibu mertuanya yang bersikeras menyuruh Stefan menikahi orang yang menyelamatkannya.Awalnya, mereka sangat berterima kasih kepada Oliv
Dewi berpikir, kebanyakan orang hanya menikah sekali seumur hidup. Olivia tidak mendapatkan apa-apa ketika menikah dengan anaknya. Anak itu memang kasihan.Dia berkata, “Mahar bisa diberikan dan resepsi pernikahan bisa diadakan.”Stefan tahu itu bisa dilakukan, tapi tetap saja, dia tidak memberikannya di awal.Dia bangkit dan berkata, “Ma, aku akan bicara dengan Nenek. Mama nggak perlu menyalahkan nenek. Mungkin ini adalah cobaan yang harus kujalani dalam hidupku. Cobaan cinta.”Hidupnya begitu mulus dari lahir sampai sekarang, tanpa satu kendala apa pun.Tuhan tidak suka melihatnya, jadi Tuhan memberinya cobaan ini.“Stefan, Mama tetap harus mengingatkanmu. Orang-orang terdekat Olivia sudah tahu siapa kamu sebenarnya. Sanak keluarga Olivia dan mantan suami kakaknya pasti akan mengganggumu terus. Kamu nggak boleh memberikan mereka bantuan hanya karena Olivia. Orang-orang itu licik dan suka memanfaatkan orang. Kalau diberi sekali, mereka akan datang lagi untuk kedua kali.”“Ke depannya,
Stefan mengerutkan bibirnya dan berkata, “Dia mau menenangkan diri. Jangan ganggu dia. Setidaknya, jangan sekarang.”Sarah bergumam mengiyakan dan berkata, “Stefan, Nenek senang kamu bisa melepaskannya dan membiarkannya pulang ke rumah kakaknya. Kamu sudah ada kemajuan, nggak seperti sebelumnya yang terlalu mendominasi dan memaksanya untuk tinggal. Kamu mengerti kapan harus melepaskannya dan tahu kamu harus memberinya ruang dan kebebasan. Itu hal yang bagus.”Ekspresi Stefan muram.“Nenek akan pergi menemui Olivia dua hari lagi, bukan untuk membantumu mendapatkan maaf darinya. Nenek yang mau meminta maaf padanya, karena Nenek yang berbohong terlebih dahulu padanya.”Stefan mendengus dingin.Mereka, nenek dan cucu, sama saja.“Apa rencanamu selanjutnya?”“Menurut Nenek, apa yang harus aku lakukan?” Stefan bertanya balik.Sarah tersenyum, mengulurkan tangannya untuk menyentuh wajah tampan cucu pertamanya dengan penuh kasih, lalu mengetuk kepala anak itu dan berkata, “Kamu punya otak, cob
“Pa, kenapa?” Ivan menyuarakan pertanyaan yang ada di dalam benaknya.Dengan suara lirih Cakra menjawab, “Mama kamu mau mengundang yang dari Mambera untuk makan-makan di rumah ini. Kamu pikir itu hal yang baik? Kalaupun mama kalian mengadakan acara makan-makan itu dengan niat yang baik, mereka nggak akan berubah pikiran. Mereka datang murni dengan tujuan untuk balas dendam.”“Mereka juga cuma mencurigai Mama yang membunuh kepala keluarga Gatara sebelumnya, tapi mereka nggak punya buktinya,” kata Julio.Erwin mengangguk setuju. “Mereka semua orang-oran yang punya jabatan tinggi. Mereka nggak mungkin menuduh Mama tanpa bukti yang kuat, kecuali kalau mereka mau masuk penjara. Yang rugi juga mereka sendiri.”Ivan berkata, “Dengar-dengar, asistennya kepala keluarga sebelum Mama juga datang. Pak tua itu kuat juga bisa hidup sampai hampir seratus tahun. Dia termasuk satu-satunya orang yang masih hidup yang tahu tentang kejadian itu,” ujar Ivan.”Aku takutnya yang kita hadapi nggak semudah itu.
Patricia memang pilih kasih. Dia lebih menyayangi anak perempuan daripada anak laki-laki. Namun apa boleh buat, siapa suruh Ivan dan adik-adiknya terlahir di keluarga Gatara. Bahkan anak-anak perempuan mereka juga tidak pernah teralu dianggap. Yang Patricia anggap layak sebagai penerus keluarga Gatara di masa depan hanyalah anak perempuan yang lahir dari rahimnya Felicia.Andaikan Ivan tidak terlahir di keluarga Gatara dan harus mengandalkan Gatara Group untuk bertahan hidup, dia ingin menghancurkan perusahaan itu dan merombak tradisi keluarga yang tidak masuk akal.Keluarga lain di mana-mana menjadikan laki-laki sebagai kepala keluarga, tetapi di keluarga Gatara terbalik. Justru wanitalah yang menjadi kepala keluarga.“Pa, kira-kira Mama dan Felicia pergi ke mana pagi-pagi begini? Kalau cuma jalan-jalan rasanya terlalu pagi. Di luar kan dingin, apa mereka nggak takut?”Udara di luar tidak seperti di dalam ruangan yang nyaman karena terdapat penghangat ruangan. Meski di luar tidak trun
Meski disindir oleh ibunya, Felicia tetap tak goyah. Dia berkata, “Tentu saja aku perhatian sama mamaku sendiri. Mau sejahat apa pun, aku tetap bakal peduli.”“Memangnya aku apain kamu? Apa aku ada jahat sama kamu selama ini. Kalau kamu bukan anak kandungku, dari apa yang sudah kamu lakukan selama ini, punya sembilan nyawa pun nggak cukup.”“Iya, iya. Aku seharusnya berterima kasih karena karena aku masih dikasih hidup.”Mendengar itu, Patricia refleks mengangkat tangannya untuk memukul Felicia.“Waduh.”Felicia sengaja menjerit kesakitan, lalu menutup bagian bagian yang terpukul dan berjongkok di lantai. Patricia kaget melihatnya dan memelototinya. “Aku cuma mukul kamu pelan memangnya bikin tangan kamu patah? Dasar cengeng, begitu saja sampai teriak.”“Aduh … sakit! Sakit banget!” Alih-alih menanggapi ibunya, Felicia terus menjerit kesakitan sambil memegangi bagian tubuhnya yang tadi dipukul.Seketika Patricia terdiam untuk beberapa saat. Lalu dia berjongkok untuk memeriksa tangan Fel
“Vandi, menurut kamu, besok mamaku bakal apain aku? Apa dia bakal membiusku lagi? Atau bikin aku pingsan?”Vandi terdiam. Dia dapat memikirkan berbagai macam cara untuk membuat Felicia tak berdaya, tetapi dia tidak tahu cara mana yang akan Patricia gunakan. Felicia pun tidak menanya lebih jauh. Dia tahu ibunya suka berubah-ubah dan tidak mudah ditebak. Lagi pula Vandi bukan asistennya Patricia. Tidak mungkin dia langsung tahu apa saja yang Patricia rencanakan.“Sudah malam, kamu istirahatlah dulu. Aku juga sudah mau tidur.”Felicia mengirimkan pesan kepada Vandi untuk segera beristirahat. Dia meletakkan ponselnya di atas meja kecil samping kasur dan mematikan lampu kecil. Hanya saja, terlalu banyak hal yang mengusik hati Felicia, membuat dia kesulitan untuk tidur meski sudah berguling ke sana kemari cukup lama.Entah sudah berapa menit berlalu Felicia pun masih tidak bisa tidur, akhirnya dia pun duduk dan menyalakan lampu kecil, mengambil ponselnya dan melihat jam yang ternyata sudah m
Vandi menjawab, “Kalau diselidiki sekarang pun nggak akan dapat apa-apa, waktunya terlalu mepet. Bu Patricia sudah menyuruh pelayan rumah pergi ke rumah keluarga Arahan untuk mengantar undangannya supaya besok malam Bu Yuna dan yang lain datang. Dia juga mengundang beberapa anggota keluarga Gatara yang lain. Kurasa kalau Bu Patricia mau beraksi, pasti akan dia lakukan besok di pesta.”Undangan perjamuan yang Patricia adakan kali ini berbeda dengan yang pertama kali. Pertama kali dia mengundang Odelina, lalu Ricky dan Rika juga datang. Meski Patricia mau menghabisi Odelina dalam perjalanan sesuai dengan rencananya, sayang upaya itu gagal.Setelah itu, Patricia dan Odelina sempat beberapa kali bertemu, tetapi Patricia sudah tidak lagi mengundang Odelina ke rumah. Dalam perjuaman kali ini ada banyak yang datang dari Mambera. Yang datang semuanya adalah orang-orang kaya dan penting. Tanpa perlu ditanya pun sudah tahu kalau mereka datang bertujuan untuk memberi dukungan kepada Odelina.Alas
“Kalau ada waktu, Stefan juga suka baca-baca buku mengasuh anak supaya ada pengetahuan dasar untuk jadi papa.”Mulan tertawa, “Sama kayak Yose dulu.”Tak heran meski Stefan dan Yose jarang berhubungan, mereka saling percaya satu sama lain. Bisnis yang mereka jalani juga makin lama makin makmur. Mereka berdua adalah tipe orang yang serupa.Sekali lagi Olivia dan Mulan saling bertatapan dan bertukar senyum. Kebahagiaan mereka terpancar dengan sangat jelas melalui sorot mata. Baik itu Stefan atau Yose, mereka berdua adalah pria yang luar biasa, dan sama-sama bertanggung jawab sebagai kepala keluarga.Mereka begitu sibuk, tetapi tetap tidak melupakan keluarga dan anak istri. Mereka tetap bekerja keras menunaikan tanggung jawab sebagai ayah dan suami yang baik. Sebagai istri mereka berdua, Olivia dan Mulan merasa sangat bahagia. Pantas saja begitu banyak wanita lain di luar sana yang menambakan mereka.“Kamu juga cepat tidur, deh. Good night.”“Good night.”Setelah mengucapkan selamat malam
Dokter Panca mau Liam untuk menyalin tidak masalah, asal jangan terlalu banyak sehingga mengganggu waktu istirahat dan bermainnya. Sekarang sudah masuk musim liburan dan anak-anak seharusnya bisa bermain dengan gembira. Seiring dengan berjalannya usia, waktu untuk bersenang-senang akan makin berkurang. Studi dan karir menjadi prioritas, yang mana otomatis akan memotong waktu bermain.Dengan khawatir Liam bertanya, “Mama, apa Kakek Guru bakal dengar permintaan Mama? Dokter Kellin lagi nggak di rumah. Kalau Dokter Kellin yang ngomong pasti Kakek Guru mau dengar.”“Tenang saja, Dokter Panca pasti mau dengar,” kata Mulan dengan hangat. “Apa pun yang terjadi, kamu tetap anak Mama. Sekeras apa pun Dokter Panca, dia tetap harus mendengar pendapat dari orang tua murid. Sudah, tidur, gih. Besok pagi jangan lupa latihan. Habis sarapan, baru kamu lanjutkan tugas menyalinmu. Habis itu baru boleh main sama Russel. Sorenya juga sama, habis tidur siang, kerjain dulu tugasmu selama satu jam, baru sisa
Orang lain tidak pernah ada yang mengatakannya terang-terangan, dan Olivia juga anggap saja tida tahu apa-apa. Toh makin bahagia hidupnya, orang lain yang makin iri padanya.“... Sayang, sudah malam, nih. Kamu cepat tidur, deh. Kamu mungkin belum mau tidur, tapi anak kita sudah mau,” kata Stefan. Dia buru-buru mengganti topik obrolan dan membujuk istrinya untuk segera tidur. Namun di satu sisi, dia belum ingin menyudahi percakapannya dengan istri tercinta. Namun akhirnya Olivia-lah yang mengakhiri pembicaraan mereka.Setelah meletakkan ponselnya, Olivia mengelus perutnya sambil berkata kepada anak yang masih di dalam perutnya itu, “Sayang, Papa nggak mau jujur sama Mama. Walaupun maksudnya baik, dia tetap saja berbohong.”Setelah keheningan sesaat, Olivia berkata lagi, “Tapi kita nggak boleh nyalahin Papa. Dia berbohong demi kebaikan kita. Sekarang Mama nggak boleh gegabah karena harus menjaga kamu. Semua orang yang sayang sama kamu nggak mau Mama kenapa-napa. Sayang, menurut kamu, Pap
Sementara itu di kamar sebelah, setelah Russel pergi, sekarang giliran Olivia yang mengobrol dengan Stefan.“Sayang, kamu bawa Russel main di rumahnya keluarga Junaidi saja. Biar dia main di sana sampai puas tanpa perlu mikir apa-apa. Kalau aku sudah selesai, aku jemput kalian di sana,” kata Stefan.“Muka kamu kelihatannya capek banget. Kamu yang lebih butuh istirahat dari aku. Tugas yang bisa dioper ke orang lain dioper saja, nggak perlu semuanya kamu yang kerjain sendiri,” ujar Olivia membalas. “Kalau semuanya kamu yang kerjain sendiri pasti capek banget. Jangan pikir mentang-mentang masih muda jadi boleh bergadang. Kebanyakan bergadang nanti jadi cepat tua dan malah kasih dampak buruk ke badan kamu. Risiko meninggal tiba-tiba juga jadi meningkat. Stefan, kamu harus ingat, sekarang kamu nggak sendiri lagi. Kamu punya istri dan sebentar lagi punya anak. Aku dan anak kita menunggu kamu pulang.”“Iya, Sayang. Tenang saja. Aku selalu ingat kamu waktu mengerjakan apa pun. Aku bisa melindu