“Olivia.” Yoga dan Bobby mengikuti Kakek masuk, sementara yang lainnya tetap di luar.“Ini suamimu?” Adi mengamati dan menilai Stefan sejenak, menyimpulkan bahwa suami Olivia lebih baik dari suami Odelina.Pada saat yang sama, dia merasa tidak senang karena mereka tidak diberi uang mahar ketika kedua cucunya menikah. Mereka sudah membesarkan kedua cucu ini dengan sia-sia.Kalau putranya yang ketiga, ayah mereka, tahu akan hal ini, putranya pasti akan kesal.Meskipun orang tua mereka sudah tiada, kakek dan nenek mereka masih hidup. Seharusnya uang maharnya diberikan ke kakek dan nenek mereka.Namun, Odelina dan adiknya menurut pada mertua mereka dan tidak memberi uang mahar sedikit pun padanya.“Iya, dia suami cucumu. Gimana? Ganteng, ‘kan?” Olivia berjalan ke samping Stefan dan meletakkan satu tangan di bahu pria itu, lalu dengan sengaja bertanya kepada kakeknya, “Kami pasangan yang serasi, ‘kan?”Adi diam saja.Dia bertanya kepada Nenek Sarah, “Kamu?”“Aku neneknya Stefan.”Ternyata
Olivia langsung menunjuk ke pintu dan berkata dengan dingin, “Kakek, pintu tokoku ada di sana. Tolong bangun, balik badan dan keluar dari sini!”“Kalian nggak perlu ikut campur dalam urusan kakakku!”“Lalu, mereka sudah berkali-kali datang mencariku. Mereka sudah tahu apa yang akan aku katakan. Mereka nggak mau meminta maaf dengan tulus, yang mereka mau hanya memintaku untuk berdamai dengan mereka. Sebenarnya siapa yang salah?”Melihat Olivia tidak mendengarkan bujukannya, Adi berkata marah pada Stefan, “Anak muda, kamu melihatnya sendiri, ‘kan? Dia yang nggak mau keluarganya untuk mendukungnya. Kamu tindas saja dia semaumu, nggak perlu khawatir kami akan datang untuk menuntutmu.”Bahkan Stefan ingin mengusir lelaki tua ini keluar.Dia tidak pernah melihat kakek jenis seperti ini.Seberapa tidak sukanya dia terhadap cucunya, dia tidak seharusnya mengatakan hal itu.Stefan berkata dengan dingin, “Aku menikah Olivia untuk memanjakannya, bukan untuk ditindas. Pria macam apa yang menindas
“Kenapa kalian membela Roni si berengs*k itu?” kata Junia dengan rasa ingin tahu. “Apa yang sudah diberikan keluarga Pamungkas pada kalian?”Olivia tertawa dingin dan berkata, “Kakakku dan Roni sudah menandatangani surat cerai ulang. Menurut surat cerai tiu, Roni harus memberikan uang sebanyak dua miliar lebih kepada kakakku. Kurasa mamanya nggak rela anaknya mengeluarkan uang sebanyak itu, makanya meminta bantuan kakekku untuk datang membujuk kami.”Bagaimanapun juga, orang-orang tadi itu keluarganya dan kakaknya.“Aku penasaran berapa uang yang diberikan ibunya Roni pada kakekku? Uang itu nggak akan bisa kembali lagi. Dulu wanita itu perhitungan dan pelit sekali dengan kakakku, tapi sekarang malah bisa melakukan hal seperti ini. Sepertinya dia sudah sangat panik.”Kalau tahu akan begini, kenapa berbuat seperti itu dulu?“Stefan, nggak ada masalah lagi. Kamu cepat pergi kerja.”Begitu keluarganya pergi, Olivia langsung mendesak suaminya pergi kerja.Stefan menemaninya kemari, tapi jug
Olivia memeluk keponakannya yang sedang tidur dan bertanya kepada kakaknya, “Kak, Kakak sudah makan?”“Belum, aku langsung datang setelah menyuapi Russel makan. Aku sudah selesai mengemasi barang-barangku. Begitu buku cerai kuterima, tolong bantu Kakak untuk ke sana dan pindahkan barang-barang Kakak, ya.”“Kakak juga sudah cari rumah untuk disewa tadi pagi. Nggak jauh dari rumahmu. Transportasi di sana juga nggak susah, cuma belum dibersihkan saja rumahnya. Nanti tunggu Kakak selesai urus prosedur cerai baru pelan-pelan dibersihkan, deh.”Yang paling penting sekarang ini adalah mendapatkan buku cerai.Jangan sampai ada masalah lain lagi nanti.“Kak, makan dulu di toko, sudah itu istirahat sebentar. Nanti aku antar Kakak ke bank untuk menunggu Roni. Aku akan menemani Kakak. Setelah uangnya dipindahkan ke atas nama Kakak, aku baru pulang.”Odelina awalnya ingin menolak, tapi Nenek Sarah berkata, “Odelina, biarkan saja Olivia menemanimu. Kami semua nggak tenang kalau kamu ke sana sendiri.
Nenek Sarah hampir tersedak makanan di mulutnya.Anak ini kenapa jadi mau mengajak Amelia Sanjaya untuk ikut?Kalau Amelia ikut, dia jadi tidak bisa ikut ke sana.Selain itu, orang-orang yang disuruh Stefan untuk ke sana pasti pengawal-pengawalnya. Sebagai penggemar nomor satu Stefan, Amelia pasti mengenali mereka. Tidak seperti Olivia.Kalau Amelia sampai melihat mereka, akan susah dijelaskan nanti.Untungnya, apa yang dikatakan Olivia selanjutnya membuatnya tenang.Olivia berkata, “Untuk masalah seperti ini, sebaiknya nggak usah ajak Amelia. Dia itu putri keluarga kaya, kemungkinan nggak pernah melihat hal seperti ini. Takutnya dia syok nanti.”“Aku rasa beberapa belas orang saja sudah cukup.” Olivia bilang begitu karena tidak ingin merepotkan teman-temannya Amelia.“Kita harus melakukannya dengan cepat. Kalau terlalu lambat, kita nggak akan bisa menghancurkan dan melepaskan semua dekorasi rumahnya hari ini. Oliv, kita ini teman. Kamu nggak perlu sungkan padaku. Aku akan menelepon ka
Odelina tahu apa yang ditertawakan adiknya. Dia berkata, “Aku nggak peduli apa mereka bisa akur. Setelah bercerai, aku nggak ada hubungannya lagi dengan Roni.”Dia diam sebentar, lalu berkata lagi, “Kurasa mereka nggak akan bisa tenang.”“Itu bagus. Mereka pantas mendapatkannya!”Olivia akui, pikirannya memang agak jahat saat ini. Dia berharap, setelah bercerai, hidup Roni dan satu keluarganya tidak tenang.Dia harap Yenny lebih berani dan membuat satu keluarga Pamungkas menjadi kacau. Dia harap wanita itu bisa menghadapi Shella.Odelina tidak mengangkat telepon Shella dan sudah mem-block akun WhatsApp-nya, jadi Shella mengirimkan pesan padanya. Nomor yang masih Odelina simpan hanya nomor Roni, untuk membahas masalah perceraian.Setelah mendapatkan buku cerai, Odelina juga akan mem-block akun WhatsApp pria itu.Setelah menerima pesan dari Shella, Odelina juga hanya membacanya dan langsung menghapusnya.Lalu, dia memasukkan nomor wanita itu ke daftar hitam. Dia tidak ingin menerima tele
Meskipun Stefan diajarkan untuk mandiri sejak kecil, dia tidak pernah menjadi tukang bersih-bersih.Namun, dia tidak kesal saat disuruh-suruh oleh istrinya, malahan sangat bersedia.“Oke, aku akan langsung ke sana setelah pulang kerja. Kamu nanti kirim alamat rumah yang disewa kakakmu ke aku, lalu jangan lupa memasak makanan untukku.”“Oke.”“Stefan, makasih,” ujar Odelina pada adik iparnya.Kalau bukan karena adik dan adik iparnya ini selalu membantu dan mendukungnya dari belakang, dia juga tidak mungkin bisa mencapai kesepakatan dengan Roni dan bercerai secara damai dalam waktu sesingkat ini. “Kak, kita ini satu keluarga. Kakak nggak perlu sungkan.”Odelina masih sangat berterima kasih. Setelah teleponnya dimatikan, dia berkata, “Oliv, Stefan ini pria yang sangat baik. Kamu harus memperlakukannya dengan baik.”“Kak, telingaku sudah muak mendengarnya. Tolong lepaskan telingaku.”Setiap kali pasti bilang hal yang sama.Odelina juga tertawa. Dia terbiasa mengatakannya.Sepuluh menit ke
Olivia ingin tahu, berapa banyak uang yang Rita berikan pada kakeknya, agar kakeknya mau membantu membujuk Odelina, agar mereka tidak harus memberi Odelina 2 miliar?Kalau tidak sampai 50 juta ke atas, kakeknya mungkin tidak akan menyetujuinya.Rasain, tuh.Olivia juga sangat berharap Rita menemui kakeknya lagi, untuk meminta uangnya kembali. Kemudian, kedua keluarga itu akan bertengkar.Dia semakin jahat sekarang. Apa suaminya akan tidak menyukainya kalau dia seperti ini?“Ma.” Roni cepat-cepat menghampiri Rita, menarik ibunya, lalu menoleh ke ayahnya dan berkata, “Pa, tolong awasi Mama.”Rita melepaskan tangannya, lalu mencubit lengannya sambil berkata, “Semua gara-gara kamu. Kamu yang menghancurkan rumah tanggamu yang awalnya masih baik-baik saja.”Setelah itu, dia duduk di tanah, memukul tanah dan menangis di depan putranya.Roni saja malu melihat ibunya begitu.Raut mukanya sangat masam.Andi datang dan menarik istrinya untuk bangun. Raut mukanya juga sangat masam. Dia berkata pad
Gadis berbaju merah tidak jadi makan bubur dan pergi, sementara Samuel tidak ingin hasil kerja kerasnya terbuang sia-sia, makanya dia mengundang kedua saudara untuk makan malam. Takut kalau bubur putih dengan asinan dan masakan sayur terlalu sederhana untuk kedua saudara, lelaki itu lalu memutuskan untuk membuat kue telur daun bawang."Silakan masuk. Saya juga selesai bekerja. Nanti kalau kalian pulang, cukup buka pintunya sendiri, saya tidak menguncinya. Jika kalian berdua ingin menginap, nggak masalah. Kamar tamu selalu bersih dan peralatannya juga baru." Pak Bagas berkata sambil mengantar kedua lelaki itu masuk, lalu buru-buru pergi. "Kak Samuel, aku datang." “Kak, kamu masak apa? Kenapa aku mencium aroma asinan dan juga nasi? Itu aroma bubur, ‘kan?”Hansen berkata kepada Jordy, "Nasi, kamu nggak mencium aroma nasi?" "Aroma nasi dan bubur memang agak berbeda, Kak Hansen nggak bisa mencium, jadi aku nggak perlu berdebat dengan Kakak," jawab Jordy. Kedua pemuda itu langsung menu
Inilah manfaat dari memiliki banyak saudara yang akur. "Aku tunggu kalian." "Oke." Setelah menelepon, Hansen berkata pada Jordy, "Kak Samuel mengajak kita makan malam, ayo, kita ke rumah dia. Dia yang masak sendiri, mungkin dia sedang dalam perasaan yang sangat baik, jadi kita bisa sekalian makan malam di sana." Sebelum masuk mobil, Jordy tertawa dan berkata, "Kakakku tadi siang pulang ke rumah besar untuk menemui nenek, mungkin nenek tidak lagi mengurus masalahnya, jadi dia merasa senang dan masak untuk kita makan." Hansen lebih tahu banyak hal daripada Jordy. Samuel punya hubungan yang paling dekat dengan dia, karena usia mereka hampir sama. Sedangkan dengan adik kandungnya sendiri, Jordy, jaraknya lebih jauh.Meskipun dia sangat menyayangi adik kandungnya, tetapi yang lebih akrab dan bermain bersama paling sering adalah Hansen. Hansen tersenyum dan tidak berkata banyak, "Pokoknya, kalau Kak Samuel mengundang kita makan malam, kita pergi saja, lagipula kita juga lapar." "Mala
Samuel kembali dengan kecewa karena tidak bisa mengejar perempuan itu. Pertemuan malam ini berakhir begitu saja. Entah kapan dia bisa bertemu lagi dengannya. Kalau saja Samuel tahu di mana dia tinggal, lelaki itu masih bisa sering mencarinya. Namun, karena tidak tahu tempat tinggalnya, bahkan namanya pun tidak tahu, Samuel hanya bisa menunggu. Menunggu kapan perempuan itu ada waktu untuk datang mencarinya dan meminta barang miliknya kembali. Kalau sibuk, bisa sebulan penuh tanpa melihatnya. Dia juga tidak tahu apa pekerjaan sebenarnya si Rubah yang tampak begitu sibuk. Bahkan lebih sibuk dari dirinya yang merupakan putra keempat keluarga Adhitama. Meskipun dia tidak bekerja di kantor pusat Adhitama Group, dia tetap mengurus beberapa bisnis, mengelola dua cabang perusahaan, dan memiliki beberapa perusahaan kecil sendiri. Setiap hari pun sibuk dengan banyak pekerjaan. Pak Bagas Kembali muncul. Dia berdiri tidak jauh, menatap Samuel yang kembali dengan wajah kecewa. "Pak Samuel, ngg
Suara Samuel terdengar dari dapur, "Kalau begitu, aku akan memasak bubur saja." Memasak bubur membutuhkan waktu lebih lama, jadi dia bisa menahan wanita itu lebih lama di rumahnya. “Kamu bisa jalan-jalan sesukamu, kenali tempat ini.” Di dalam hati, perempuan itu membatin bahwa dia sudah menjelajahi seluruh rumah lelaki itu, tetapi tetap tidak menemukan barang miliknya. Namun, dia tidak mengungkapkan hal ini. Jika Rubah mengatakannya, itu berarti dia mengakui tindakannya yang seperti pencuri, sama buruknya dengan Samuel. Rubah memakan setengah buah yang ada di piring, lalu meletakkan garpu. Dia berdiri dan mulai berjalan-jalan di ruang tamu, akhirnya berhenti di depan pintu dapur. Dengan tangan menyilang di dada, dia bersandar di pintu dapur. Kakinya yang panjang menendang-nendang pelan. Dia mengenakan sepatu bot panjang berwarna hitam. Setelah melepas mantel panjangnya, dia tampak mengenakan pakaian ketat berwarna merah. Sebenarnya, dia tidak terlalu suka warna merah. Hanya saja,
Tidak ada yang berani menyinggung Dokter Dharma karena dia dikenal ahli dalam meracik racun. Tentu saja, dokter tidak akan menggunakan racun hasil buatannya untuk mencelakai orang. Dia pernah menjelaskan bahwa beberapa racun bisa menjadi obat jika digunakan dalam dosis kecil.Namun, manusia cenderung berpikir dengan cara yang berbeda. Hanya mengetahui bahwa Dokter Dharma sangat ahli dalam racun saja sudah cukup membuat mereka takut, meskipun dia memiliki prinsip dan moral.Mereka tetap khawatir jika suatu saat tanpa sengaja mereka menjadi korban. Karena itu, bahkan jika Dokter Dharma menolak permintaan untuk mengobati, mereka tidak berani mencari masalah dengannya. Samuel mencoba bertanya dengan hati-hati, “Apakah kamu murid dari para ahli yang tinggal di tempat terpencil?” “Apakah kamu kenal dengan istri kepala keluarga Lambana di Kota Dawan saat ini?” Rubah tersenyum tipis, “Kalau kamu penasaran sekali dengan asal-usulku, cari tahu saja sendiri. Kalau kamu berhasil, aku akan menga
Nenek selalu berkata, mengejar istri tidak perlu tahu malu. Kalau terlalu peduli soal harga diri, tidak akan bisa mendapatkan istri. Bahkan Stefan yang begitu sombong rela menundukkan kepalanya demi mendapatkan kakak ipar. Lelaki itu kehilangan muka sampai tingkat tertinggi, sering dipermalukan, tetapi akhirnya mendapatkan kehidupan yang begitu membahagiakan hingga membuat semua orang iri. Samuel merasa itu sangat berharga. Jadi, dia juga memutuskan untuk tidak memedulikan harga diri. Lagipula, dia sudah berbicara terus terang dengan neneknya, dan juga menjelaskan segalanya pada Katarina. Sekarang, dia tidak ada beban mental lagi dan bisa dengan terang-terangan mengejar gadis yang benar-benar dia sukai. “Aku hanya mau tahu namamu saja, selalu memanggilmu Rubah rasanya seperti sedang menghina kamu.”“Julukanku memang Rubah. Semua orang akan tahu itu aku.” Perempuan itu memang tidak ingin memberi tahu identitasnya.“Kalau kamu bisa, cari tahu saja sendiri. Bukankah kamu sudah mencoba
Pak Bagas menatap Samuel kemudian mempersilakan Rubah tersebut masuk.Samuel menyentuh hidungnya dan tertawa pelan lalu mengikuti mereka masuk ke vila, menuju bangunan utama. Di ruang tamu utama, lampu-lampu menyala terang benderang hingga membuat suasana seperti siang hari. Pak Bagas sudah mempersilakan gadis berbaju merah itu duduk di sofa. Setelah masuk ke dalam rumah, udara terasa hangat. Rubah itu melepas mantel panjang merahnya lalu melipatnya rapi dan meletakkannya di sampingnya. Saat Samuel masuk, Pak Bagas sudah membawakan segelas air hangat untuk si Rubah. Lelaki itu memberi isyarat kepada Pak Bagas untuk beristirahat, menunjukkan bahwa dia sendiri yang akan melayani tamunya. Pak Bagas berkata pelan, "Pak Samuel, bersikaplah sedikit lebih sopan dan lembut. Merayu gadis nggak seperti caramu tadi." Samuel menjawab lirih, "Aku nggak sedang merayunya." Pak Bagas hanya terkekeh dan tidak membantah. Lalu, dia pergi. Dasar keras kepala. Mengundang seorang gadis masuk ke rumahn
Benda itu memang tidak besar, dan dia tahu Samuel tidak akan meninggalkannya di rumah. Pasti benda itu selalu dibawanya, tetapi tadi saat dia memeriksa kantong celananya, perempuan itu tetap tidak menemukannya. Dia benar-benar tidak tahu di mana benda itu disembunyikan. "Aku sudah bilang, kalau kamu nggak percaya, aku juga nggak bisa apa-apa. Silakan masuk dan bongkar saja rumahku sampai berantakan. Kalau kamu menemukannya, silakan ambil. Aku benar-benar lupa di mana menyimpannya." "Rubah, kamu nggak merasa tindakanku mirip denganmu? Kamu juga sering melakukan hal-hal seperti ini secara diam-diam, bukan?" Rubah itu menatap Samuel dengan tajam, ingin sekali menendangnya lagi. Namun, pada akhirnya dia tidak melakukannya, karena merasa sedikit bersalah. Dia mengandalkan keahliannya dalam bela diri dan memang terkadang melakukan hal-hal serupa. Dia mengakui bahwa dia pernah terpengaruh oleh seorang senior saat bersama murid-murid unggulan Kakek Jaki, sehingga sedikit kebiasaan itu menu
Rubah itu menatap Samuel dengan wajah gelap. Lelaki itu mengangkat tangannya dengan santai dan berkata, "Aku nggak bohong. Sekarang kau memintaku mengambilnya, aku benar-benar nggak ingat di mana menyimpannya. Bagaimana kalau kamu masuk saja, dan bongkar saja rumahku. Lihat kamu bisa menemukannya atau nggak?" "Atau, kamu bisa memeriksaku sampai telanjang untuk melihat apakah aku menyembunyikannya di tubuhku." Rubah itu melompat turun dari tembok. Samuel langsung menegang. Dia merentangkan kedua tangannya, bermaksud menangkapnya, tetapi ketika perempuan itu melompat turun, Rubah tersebut malah menendangnya dengan satu tendangan dan membuatnya mundur beberapa langkah. Akibatnya, Samuel tidak berhasil menangkap perempuan itu. Rubah itu mendarat dengan mantap di depannya. Samuel menghela napas lega. Meskipun dia terkena satu tendangan yang cukup menyakitkan, lelaki itu tampak santai. Dia hanya menepuk-nepuk tempat yang terkena tendangan, seolah ingin menghilangkan bekas jejak kaki. "T