“Pa, Ma.”Felicia berjalan mendekat, lalu menyapa kedua orang tuanya. Begitu Cakra melihat Felicia datang, dia seperti melihat penyelamatnya datang. Dia langsung bicara dengan Felicia. “Fel, cepat bujuk mamamu. Dia nggak mau makan apa pun. Biar ada masalah sebesar apa pun, juga tetap harus makan. Habis makan baru ada tenaga untuk selesaikan masalah,” kata Cakra sambil memasang raut wajah sedih dan tidak tega.“Iya, Fel. Cepat bantu bujuk Mama. Mama nggak mau makan dan minum,” timpal Ivan dan adik-adiknya yang lain.Namun, Ivan tampak sedikit takut ketika melihat Felicia pulang. Karena masalah dia mengatur orang untuk menabrak Odelina. Dia takut Felicia tahu dan akan melaporkannya kepada ibu mereka.Tanpa menunggu Felicia duduk dan bicara, Patricia sudah berdiri dan berkata dengan tegas, “Felicia, kamu ikut Mama ke atas. Kalian semua nggak boleh pergi ke ruang kerja ganggu kami tanpa izin dariku.”Usai berkata, Patricia meninggalkan suami dan putranya yang sedang menunjukkan perhatian p
Dari luar kelihatannya mereka berada di pihak yang sama. Patricia menatap Felicia dalam diam. Felicia adalah putri kandungnya, yang dilahirkannya setelah mengandungnya selama sepuluh bulan.Patricia punya empat anak. Tiga anak pertama adalah anak laki-laki. Bukan berarti dia tidak sayang anak laki-laki. Semuanya lahir dari rahimnya sendiri. Bagaimana mungkin Patricia tidak sayang mereka?Namun, keluarga Gatara memiliki aturannya sendiri yang membuat Patricia lebih suka dan sayang anak perempuan. Saat mengandung Felicia, dia tahu kalau dia mengandung seorang anak perempuan. Karena reaksinya selama kehamilan berbeda dengan saat dia mengandung tiga anak lainnya.Kemudian, dokter keluarga memeriksa denyut nadi Patricia dan mengatakan kalau Patricia mengandung anak perempuan. Akhirnya dia mendapatkan anak perempuan yang telah dinanti-nantikan olehnya. Saat melahirkan Felicia, usia Patricia sudah cukup tinggi untuk melahirkan. Dia pun berpikir, setelah melahirkan anak keempat, dia akan berhe
“Ma, Mama mau ngomong apa, ngomong saja langsung. Nggak peduli kita sehati atau nggak, Mama boleh cerita apa saja.”Patricia mengatupkan bibirnya. Kemudian, ekspresi wajahnya seperti sedang menertawakan dirinya sendiri.“Felicia, kamu ngomong seperti ini, seolah-olah jadi putri kandungku membuat kamu sangat sedih. Kalau bisa memilih, kamu nggak akan memilih aku jadi mamamu, kan?”“Sebagai anak kami nggak bisa memilih. Nggak ada yang bisa memilih orang tua mereka sendiri,” kata Felicia.“Hal terburuk yang pernah aku lakukan dalam hidupku adalah kematian kedua tantemu,” ujar Patricia. “Aku nggak terima, nggak rela. Aku juga bisa. Kenapa bukan aku? Pria yang aku sukai meremehkan aku, yang meninggalkan penyesalan seumur hidupku. Mungkin saja, hari tuaku akan hancur di tangannya. Kenapa Langit begitu nggak adil?”Patricia tidak mengatakan secara langsung kalau dia yang membunuh kakak dan adiknya. Namun, dari ucapannya barusan, secara tidak langsung dia sudah mengakui kalau dia yang membunuh
Pria itu tidak akan membiarkan Sofia mati sia-sia. Apa pun yang terjadi, pria itu akan membuktikan kalau Patricia yang membunuh mereka. Dia akan membongkar kejahatan Patricia dan menghancurkan reputasinya. Kemudian, Patricia harus mengembalikan semua yang telah diambilnya walau tangannya harus berlumuran darah. Semua harus dikembalikan ke tangan keturunan kakaknya.Patricia tidak terima, juga tidak rela. Kenapa dia tidak sebaik kakaknya? Hanya karena kakeknya lahir 18 tahun lebih awal darinya, jadi posisi kepala keluarga diberikan kepada kakaknya.“Apakah Mama pernah menyesal? Tante yang besarkan Mama, kan? Orang bilang, kakak itu seperti ibu. Ungkapan itu sangat tepat untuk Tante.”Sofia yang membesarkan Patricia dan adiknya. Sofia malah meninggal di tangan adik yang dibesarkannya. Sofia masih sangat percaya kepada adiknya itu.Patricia diam seribu bahasa. Ada kalanya, dia menyesal. Namun ada kalanya, dia merasa dirinya tidak salah. Setiap orang pasti lebih peduli pada dirinya sendiri
“Felicia, Mama hanya ingin kamu tidur sebentar. Mama nggak akan bunuh kamu. Mama akan lakukan sesuatu yang nggak kamu sukai. Maaf, Mama buat kamu malu. Maaf kamu sudah terlahir jadi anak Mama. Kalau Mama nggak lakukan hal-hal itu, kamu pasti bisa menjadi orang yang lebih baik lagi.”Patricia mengambil tisu dan menyeka air matanya. Dia menghela napas sambil melihat putrinya yang sedang tidur. Dia tahu kalau Felicia sebenarnya sangat unggul. Namun karena punya ibu seperti dia, Felicia jadi bimbang dan menderita. Apa yang patut diketahui, apa yang tidak patut diketahui, Felicia sudah tahu semuanya.Namun, Felicia tidak dapat berbuat apa-apa, juga tidak bisa berkata apa pun pada Patricia karena statusnya. Siapa suruh Felicia terlahir sebagai putri kandungnya?Setelah melihat Felicia dalam diam selama beberapa menit, Patricia menata kembali perasaannya. Dia mengambil ponsel Felicia. Dia ingin menghubungi Vandi dengan ponsel Felicia. Akan tetapi, Felicia menggunakan kata sandi. Patricia menc
Sedangkan wajah Patricia tampak tidak senang. Tanpa perlu bertanya pun Ivan tahu kalau Patricia dan Felicia mungkin bertengkar. Jangan-jangan Felicia sudah jadi korban kekejaman ibunya?Ivan yang ketakutan segera menarik kembali pandangannya dan berkata dengan hati-hati kepada sang ibu, “Ma, sekalipun Mama mau bicara dengan Felicia, Mama tetap harus makan.”“Pergi!” bentak Patricia.Ivan langsung berbalik dan hendak kabur. Karena gerakannya terlalu cepat, dia terjatuh. Nampan yang dipegangnya beserta semua makanan jatuh ke lantai. Makanan pun berserakan di mana-mana. Ivan terlihat sangat menyedihkan.Kemudian, Ivan mendengar suara pintu yang dibanting dengan keras. Setelah itu, dia baru berani menoleh kembali dan melihat pintu itu sebentar, lalu dia cepat-cepat bangun. Dia tidak berani langsung pergi. Dia harus membersihkan makanan di lantai dulu.Ivan membersihkan kekacauan di lantai dengan terburu-buru lalu bergegas turun ke bawah. Cakra dan kedua putranya juga merasa gugup ketika me
Julio dan Erwin saling memandang satu sama lain. Ekspresi mereka juga telah berubah. Felicia adalah satu-satunya adik perempuan kandung mereka. Awalnya Patricia tidak begitu baik pada Felicia. Namun dalam enam bulan terakhir, Patricia semakin percaya dengan Felicia dan secara bertahap memberinya lebih banyak kekuasaan. Tidak disangka, Patricia tega menyakiti Felicia.“Felicia nggak akan mati. Sekejam-kejamnya mamamu, dia nggak akan bunuh felicia. Kalau bunuh kita, kemungkinannya lebih besar.”Aturan keluarga Gatara sudah jelas, yang menyebabkan orang yang jadi kepala keluarga selalu lebih sayang anak perempuan daripada anak laki-laki. Penerus lebih penting daripada nyawanya sendiri.Saat Fani mati, tidak peduli seberapa marah atau jahatnya Patricia, dia juga tidak melakukan apa pun pada Felicia.“Kalau begitu, kenapa Felicia nggak bergerak?”Ivan juga tidak ingin Felicia mati. Bukan karena dia sayang adiknya, lebih seperti sedih karena mangsanya mati. Jika Felicia benar-benar dibunuh o
“Papa tahu sesuatu? Mama habis melakukan perjalanan jauh. Pulang-pulang, dia bahkan nggak pergi ke perusahaan. Suasana hatinya nggak bagus, sampai nggak makan pula. Baru satu hari, Mama mau .... Sebenarnya apa yang terjadi?” tanya Erwin.“Iya, Pa. Sudah di saat seperti ini, nggak perlu tutupi dari kami lagi. Cepat beritahu kami, Pa. Kami baru bisa cari cara untuk hadapinya,” kata Julio ikut menimpali.Bahkan Ivan juga sangat bingung. Karena ibunya sama sekali tidak mengatakan apa pun setelah kembali dari perjalanan jauh. Dia hanya tahu suasana hati ibunya sedang tidak bagus, kelihatan sangat cemas. Namun, mereka tidak tahu apa yang terjadi.Meskipun ayah mereka tidak ikut campur, bagaimanapun juga Cakra telah menikah dengan Patricia selama puluhan tahun. Mungkin saja benar-benar ada hal yang disembunyikan dari mereka.Cakra terdiam sejenak, lalu berkata, “Lebih baik kalian nggak usah tahu. Pokoknya, siapa pun bisa celakai kalian, hanya Papa yang nggak akan celakai kalian. Kalian dengar
"Sekarang melihatmu baik-baik saja, kami pun merasa lega. Mulai sekarang, kalau mamamu menyuruhmu makan sesuatu, jangan pernah sentuh, bahkan secangkir air pun jangan diminum. Mamamu itu orang yang berhati sangat kejam, bahkan dia juga tega dengan kakak kandung yang membesarkannya.""Dia adalah orang yang sangat egois, sebenarnya dia hanya mencintai dirinya sendiri." "Selama kalian, anak-anaknya, menurut dan selalu mendengarkannya, dia masih akan menunjukkan sedikit kasih sayang sebagai seorang ibu. Tapi begitu kalian menentangnya, dia nggak akan segan-segan bertindak kejam." Cakra terus-menerus membicarakan keburukan Patricia di depan anak-anaknya. Namun, ini sebenarnya bukan hanya sekadar keburukan, melainkan fakta. Patricia memang seorang wanita yang sangat egois, hanya mencintai dirinya sendiri. "Papa, aku baik-baik saja. Papa dan Kakak-kakak pulang saja. Papa jaga kesehatan baik-baik, jangan sering-sering mengganggu Mama," kata Felicia. Dia sangat paham bahwa kedua orang tuan
"Pak Vandi," ujar Cakra dengan senyum paksa. Namun, di dalam hatinya, dia merasa sangat tertekan. Bagaimanapun juga, dia adalah suami kepala keluarga. Namun, di hadapan para asisten ini, dia sama sekali tidak memiliki kedudukan. Bahkan berbicara dengan mereka pun harus memasang wajah ramah. "Kami datang menjenguk Felicia. Bagaimana kondisinya sekarang? Semalam, kami khawatir sepanjang malam. Baru pagi ini kami tahu bahwa kamu membawanya ke rumah sakit, jadi kami segera datang menjenguk." Cakra berbohong karena tadi malam, setelah dimarahi oleh Patricia, dia dan ketiga putranya langsung pergi dari rumah utama keluarga Gatara. Setelah itu, mereka hanya mengamati situasi di dalam rumah utama. Namun, semalaman tidak ada pergerakan yang mencurigakan. Selain Dikta yang datang beberapa kali, tidak ada hal lain yang terjadi. Cakra pun mulai ragu. Apakah dugaannya salah? Atau ini adalah jebakan yang dipasang oleh Patricia? Jebakan untuk menyingkirkan keponakan dan cicitnya sendiri?Vandi d
"Memang tidak melakukan apa pun, tapi Pak Dikta sudah beberapa kali menemui Bu Patricia. Nggak tahu apa yang mereka berdua rencanakan," kata Vandi sambil menarik kursi dan duduk di samping tempat tidur Felicia, lalu merapikan selimutnya. "Salju turun lagi hari ini, dan sangat lebat." Felicia menoleh ke luar jendela dan melihat butiran salju beterbangan di udara. "Bu Felicia langsung tersadar, jadi aku langsung memberi tahu Bu Odelina agar lebih waspada. Bahkan orang-orang dari Mambera pun sudah datang. Bu Patricia mungkin tahu situasi telah berubah, jadi mengubah rencana bukanlah hal yang mustahil." "Bu, beristirahatlah dengan baik, jangan terlalu banyak berpikir. Kamu sudah berbuat lebih dari cukup." Odelina juga tidak akan menyalahkan Felicia. Bagaimanapun, Patricia adalah ibu kandung perempuan itu, tetapi Felicia tetap memilih kebenaran dan tidak berpihak padanya. Itu sudah cukup untuk menunjukkan ketulusan kepada orang-orang dari Mambera. "Bu Felicia lapar? Aku bisa keluar un
Stefan untuk sesaat tidak tahu bagaimana menanggapi perkataan itu. Mereka hanya bisa merasa khawatir. Sementara itu, di Cianter, Patricia tidak mengambil tindakan terhadap Odelina meskipun malam sudah larut dan sepi. Patricia juga sudah mendengar kabar bahwa Aksa sudah datang.Dikta datang lagi dan masuk ke dalam ruang kerja Patricia. Mereka berdua membahas sesuatu di dalam ruangan, tetapi tidak ada yang tahu isi pembicaraan mereka. Malam berlalu tanpa kejadian berarti. Keesokan harinya, Cianter kembali diguyur salju lebat. Saat Felicia terbangun, hal pertama yang dilihatnya adalah langit-langit putih dan hidungnya dipenuhi dengan aroma obat-obatan. Ini bukan kamarnya. Benar, Vandi bilang akan mengantarnya ke rumah sakit. Jadi sekarang dia berada di rumah sakit.Ingatan mulai kembali, dan Felicia tiba-tiba duduk tegak. Namun, karena bergerak terlalu cepat, dia merasa pusing dan kehilangan keseimbangan, lalu kembali jatuh ke tempat tidur. Obat apa sebenarnya yang diberikan ibunya pa
Daniel bertanya, "Siapa Kakek Setya?" Stefan terdiam sejenak, lalu berkata, "Oh, aku lupa memberitahumu." Kemudian, dia menjelaskan tentang Kakek Setya kepada Daniel. Setelah mendengar bahwa mereka telah menemukan mantan asisten Kepala Keluarga Gatara sebelumnya, Daniel baru mengerti kenapa situasi di Cianter tiba-tiba menjadi sangat tegang. Dengan nada kecewa, dia berkata, "Aku tahu kalian menyembunyikan ini dariku karena nggak ingin aku khawatir dan cemas, tapi tetap saja aku merasa sedih dan bersalah." "Hari itu, kalau saja aku lebih berhati-hati saat mengemudi, kalau saja aku nggak melajukan mobil terlalu cepat, aku nggak akan mengalami kecelakaan. Kalau aku nggak kecelakaan, kakiku nggak akan lumpuh, dan kalian juga nggak akan merahasiakan semuanya dariku." Stefan hanya bisa berkata, "Daniel, beberapa hari ini terlalu banyak yang terjadi...." Stefan tidak melanjutkan lagi ucapannya.Memang benar, ada beberapa hal yang sengaja mereka sembunyikan dari Daniel karena keterbatasa
“Daniel, aku tahu kamu cemas.” Mendengar keluhan sahabatnya, Stefan merasa sedikit tidak tahu harus tertawa atau menangis. Seolah-olah dia sama sekali tidak peduli pada keselamatan kakak iparnya. Selama dia masih mencintai Olivia, dia pasti akan peduli pada keselamatan Odelina. Bagaimanapun, perempuan itu adalah satu-satunya kakak Olivia, yang telah membesarkannya sejak kecil. Bagi Stefan, Odelina bukan hanya kakak iparnya, tetapi juga seperti ibu mertua baginya. Setiap kali dia bertengkar kecil dengan istrinya, Stefan akan mengadu kepada Odelina. Bahkan ketika Olivia mengabaikannya, dia akan mengeluh pada Odelina. Olivia sendiri pernah mengatakan bahwa dia belum pernah melihat pria yang suka mengadu ke keluarga istrinya seperti ini. Namun, ternyata Stefan adalah tipe pria seperti itu. “Mana mungkin aku nggak peduli dengan kakakku sendiri? Dia adalah kakak kandung istriku, bahkan seperti ibu bagi Olivia.” Saat berusia 15 tahun, Odelina telah mengambil alih tanggung jawab mengurus
Setelah memberi beberapa pesan singkat, Stefan pun menutup telepon. Biasanya, jika dia menelepon istrinya, dia akan berbincang lama, bahkan hingga berjam-jam. Namun, kali ini ada sesuatu yang dia sembunyikan dari Olivia. Dia takut tanpa sadar keceplosan jika terlalu lama mengobrol, jadi dia buru-buru mengakhiri panggilan. Olivia sama sekali tidak curiga. Menjelang Tahun Baru, semua orang memang sibuk. Sebagai kepala keluarga Adhitama, Stefan adalah orang yang paling sibuk. Adik-adiknya memang sudah dewasa dan mampu mengurus banyak hal sendiri, tetapi tidak banyak dari mereka yang tinggal di Mambera dalam jangka panjang. Yang sering ada di kota hanya Calvin, Jordy, dan Nicho. Samuel dan Hansen sering bepergian ke berbagai tempat, sementara Ricky dan Ronny belum kembali karena masih mengejar cinta mereka masing-masing. Stefan terlalu sibuk melayani para tetua yang datang berkunjung selama beberapa hari ini , hingga lupa memerhatikan perkembangan adiknya yang keenam itu.Dia tidak tah
Olivia pun harus menurunkan Russel dan berkata, "Tante mau angkat telepon, mungkin ini dari Om Stefan." Dia mengeluarkan ponselnya dan melihat layar panggilan masuk. Ternyata benar, itu panggilan dari Stefan. "Tante, apakah itu dari Om Stefan?" "Iya, ini dari Om Stefan."Russel langsung mengulurkan tangannya yang kecil, "Tante, biarkan aku yang menjawab!"Olivia tertawa dan menyerahkan ponselnya kepada Russel. Dengan lincah, bocah itu menekan tombol jawab dan berseru dengan suara nyaring, "Om Stefan!" "Russel, di mana tantemu? Sudah malam, kamu sudah mandi?" Stefan tahu kalau Russel suka bermain hingga lupa waktu. Biasanya, Olivia lah yang harus mengejarnya untuk pulang dan mandi. Di rumah, para orang tua selalu memanjakan bocah ini. Hanya Olivia dan kakaknya yang bisa menegurnya, sehingga Russel tidak tumbuh menjadi anak yang manja. "Belum, Tante bilang mau membawaku pulang untuk mandi, tapi aku belum puas bermain. Aku minta main sebentar lagi, tapi Tante nggak mengizinkan. Om
Setelah diam beberapa saat, Russel mendongak dan bertanya kepada Olivia, "Tante, apakah mamaku akan melahirkan adik perempuan?" Dia masih kecil, tidak mengerti soal cinta, tapi dia tahu bahwa ibunya akan segera menikah dengan Daniel. Dia sendiri juga tidak terlalu paham apa yang dimaksud dengan menikah. Yang dia tahu, setelah menikah, berarti mereka akan tinggal bersama. Entah Daniel yang akan pindah ke rumah mereka, atau mereka yang akan pindah ke rumah Daniel. Setelah menikah, pasti akan ada bayi, seperti Tante dan Om yang menikah, sekarang perut tantenya sudah ada adik laki-laki. Jadi, Russel bertanya-tanya, apakah ibunya juga akan melahirkan adik perempuan untuknya? "Itu nggak bisa dipastikan. Mungkin iya, mungkin juga nggak." Olivia tidak berani memastikan bahwa setelah menikah, kakaknya pasti akan memiliki anak lagi. Semua tergantung pada keinginan kakaknya. Keluarga Lumanto tentu saja berharap kakaknya melahirkan anak lagi. Laki-laki atau perempuan, yang penting ada keturun