“Kamu saja, ya. Bantu kakakku antar-jemput anak-anaknya ke sekolah, masak untuk mereka. Sekalipun mereka nggak makan di sini, kita juga tetap harus masak, kan. Cuma tambah anak dua kecil, paling-paling tambah dua piring dan sendok yang harus dicuci. Mereka masih anak-anak, makannya nggak banyak,” kata Roni.“Anggap saja kamu lagi bantu aku. Kita sudah jadi suami istri bertahun-tahun. Hal sepele begini, kamu pasti bersedia bantu aku, kan?” Roni menambahkan.Suara pria itu begitu lembut. Dia bahkan menatap Odelina ketika bicara, berusaha menggunakan perasaan untuk membujuk Odelina.“Kakakku bilang dia nggak akan suruh kamu kerja gratisan. Setiap bulan dia akan kasih kamu dua juta. Terakhir kali aku juga bilang aku akan kasih kamu tambahan tiga juta setiap bulannya untuk biaya hidup. Kalau ditambah dengan dua juta dari kakakku, kamu akan dapat lima juta sebulan. Bagus, dong.”Namun, Odelina justru tertawa. Dia tertawa karena saking marahnya dengan pemikiran Roni dan kakaknya.Hanya dengan
Roni sudah bicara baik-baik, bahkan bicara kasar, tapi tetap saja tidak berhasil membujuk Odelina. Dia pun kehilangan kesabarannya dan bertanya dengan geram, “Kamu kerja di mana? Perusahaan mana yang nggak punya mata, mau terima kamu sebagai karyawan?”Odelina tersenyum lebar dan menjawab, “Lumanto Group, aku direkrut oleh Pak Daniel sendiri.”Roni, “....”Lumanto bukan perusahaan yang bisa Roni jangkau. Tadinya dia berpikir kalau Odelina kerja di perusahaan kecil biasa, dia bisa menggunakan koneksinya di tempat kerja untuk menghalangi Odelina kerja. Dia bisa membuat Odelina kehilangan pekerjaannya lagi, sehingga perempuan itu akan diam dan jaga anak di rumah.Siapa sangka Odelina hebat juga. Setelah tidak kerja selama lebih dari tiga tahun dan berubah menjadi begitu gemuk dan tidak memiliki auranya yang dulu, Odelina masih bisa masuk ke perusahaan besar seperti Lumanto Group.Apalagi Daniel sendiri yang merekrutnya. Daniel pasti memiliki penglihatan yang buruk. Roni terus mengkritik O
Ibu Roni berpikir sejenak, lalu berkata, “Besok Mama coba bicara lagi dengannya besok, lihat Mama bisa nggak bujuk dia nggak usah pergi kerja saja. Tapi mulai sekarang kamu kasih dia lebih banyak uang bulanan. Batalkan sistem patungan, pokoknya jangan pakai sistem patungan lagi.”“Padahal Mama kira pakai sistem patungan lebih baik buat kamu. Sekarang kelihatannya itu sama sekali nggak menguntungkan bagi kamu. Lihat saja, sejak kembali ke rumah ini lagi, kamu harus melakukan semuanya sendiri. Suruh Odelina masak untuk kita, kita masih harus kasih dia gaji.”“Aku lihat kamu juga nggak hemat-hemat amat. Lebih baik batalkan sistem patungan. Dengan begitu, kamu akan jauh lebih santai. Sekalipun kamu harus kasih empat juta lebih banyak setiap bulan, itu juga sepadan, Ron.”Setelah terdiam sejenak, Roni pun berkata, “Ma, sekalipun aku batalkan sistem patungan, aku dan Odelina nggak bisa kembali seperti dulu. Aku ... sama sekali nggak tertarik padanya lagi. Kalau bukan demi Russel, demi Kak Sh
Olivia menelepon Junia sambil cekikikan. Junia yang berada di ujung lainnya juga ikut tertawa, “Oliv, akhirnya kalian berdua akur lagi, ya. Pak Stefan mau traktir aku sarapan, aku pun jadi lega. Aku takut banget dia bakal mengira aku yang jadi mak comblang.”Albert adalah adik sepupu Junia. Namun, dia tidak pernah berharap sahabatnya dan Albert menjadi pasangan. Karena keluarga Pratama tidak cocok untuk Olivia.Jangan kira tantenya, mama Albert, memperlakukan Olivia dengan sangat baik. Begitu tantenya tahu kalau Albert menyukai Olivia, sikap tantenya akan langsung berubah.Kalau Olivia memiliki ibu mertua seperti tantenya, Junia yakin hidup Olivia tidak akan pernah tenang. Oleh karena itu, Junia tidak akan membantu adik sepupunya.Junia bahkan berencana kalau ada kesempatan bisa berduaan dengan Albert saja, dia akan bicara baik-baik dengan Albert. Dia akan menyuruh Albert menyerah dan berhenti datang ke toko mereka, supaya Stefan tidak salah paham.Orang yang sudah menikah, tidak pedul
Setelah sarapan nanti, Olivia harus kembali ke toko, sedangkan Stefan pergi ke perusahaan sehingga mereka tidak sejalan. Oleh karena itu, keduanya mengendarai mobil masing-masing. Mereka pergi ke Astute Residence dulu untuk menjemput Odelina.Begitu sampai di sana, mereka melihat Odelina sedang berjalan keluar sambil mendorong stroller.“Kak.”Setelah memarkir mobilnya di pinggir jalan, Olivia segera keluar dari mobil dan menghampiri kakaknya.“Tante.” Russel mengulurkan tangan dan meminta Olivia menggendongnya.Olivia langsung membungkuk dan menggendong keponakannya itu. Kemudian, dia mencium Russel dan membuat anak itu tertawa cekikikan.Saat Stefan melihat pemandangan itu, dia ingin mengecilkan dirinya menjadi seorang anak berusia dua tahun. Supaya Olivia juga menciumnya.“Russel bangunnya pagi amat hari ini.”“Aku yang bangunkan dia. Sudah kasih susu baru aku ajak keluar,” kata Odelina. Kemudian, dia mengangguk kepada adik iparnya dan menyapa, “Stefan.”“Ayo masuk ke mobil, Kak.” S
Olivia membeli satu setel jas seharga lebih dari 20 juta, dia bahkan menghafal mereknya. Karena itu, dia yakin tidak salah lihat.Olivia diam-diam tertawa sendirian. Stefan pasti ingin memakai baju baru, makanya dia melakukan hal seperti itu.Pantas saja nenek pernah bilang kalau Stefan hanya terlihat dingin dari penampilan luar saja. Stefan tidak membuang pakaian yang Olivia belikan untuknya. Memang nenek yang lebih memahami Stefan. Nenek tahu jelas sifat dan temperamen Stefan.Setiba mereka di Mambera Hotel, Junia telah menunggu mereka di sana. Mereka pun masuk ke dalam hotel bersama-sama.Manajer lobi hotel mengenali Stefan, dia pun hendak menyapa Stefan dengan senyum lebar di wajahnya. Namun, Stefan langsung memelototinya dengan tajam, membuat manajer itu spontan terdiam. Manajer itu pun bertanya-tanya apakah dia telah melakukan kesalahan..Manajer itu tidak hanya tidak berani menyapa Stefan, dia juga tidak berani mengikuti pria itu. Dia hanya berdiri diam di tempat sambil melihat
Setelah Junia pergi, Stefan langsung menelepon pengawalnya dan menyuruh mereka datang menjemputnya.Para pengawal selalu mengikuti Stefan. Hanya saja, mereka tidak menunjukkan diri. Setelah menerima telepon dari Stefan, mereka pun bergegas ke hotel untuk menjemputnya.“Ke toko perhiasan dulu.” Begitu masuk ke mobil, Stefan langsung memberi perintah kepada sopirnya.“Baik,” jawab sopir dengan hormat.Di kota besar seperti Kota Mambera, terdapat banyak toko perhiasan. Ada toko perhiasan di sepanjang jalan dari hotel ke perusahaan. Setelah tiba di depan sebuah toko perusahaan, sopir menghentikan mobil.“Kalian nggak usah ikut.”Stefan memberi perintah dengan suara berat. Kemudian dia turun dari mobil dan masuk ke toko perhiasan.Stefan membeli barang dengan sangat cepat. Dia memilih sepasang cincin emas, membayarnya, lalu menunggu karyawan toko membantunya memasukkan kedua cincin itu ke dalam kotak berwarna merah. Kemudian, kotak kecil itu dimasukkan ke dalam paper bag. Setelah mengambil
Amelia sangat senang ketika melihat Stefan turun dari mobil. Penantiannya tidak sia-sia, dia pun merasa kegigihannya telah membuat beberapa kemajuan. Lihat saja, Stefan yang selama ini hanya mengabaikannya, kini mau turun dari mobil untuk menemuinya. Tentu saja ini sudah ada kemajuan.“Stefan, aku ada siapkan sarapan untukmu.”Amelia segera menyerahkan sarapan penuh cinta yang dia bawa kepada Stefan. Pada saat yang sama, dia juga menyerahkan bunga kepada pria itu sambil tersenyum lebar, “Aku sendiri yang ambil bunga ini dari kebun bunga rumahku. Aku rapikan tangkai bunga lalu aku buat jadi buket bunga ini. Nih, buat kamu.”Stefan menatap Amelia dengan wajah tanpa ekspresi. Seorang perempuan memberi bunga kepada seorang pria. Sebenarnya apa yang Olivia ajarkan kepada Amelia untuk mengejarnya? Apakah dengan menganggap Stefan sebagai seorang perempuan?Stefan mengulurkan tangan kanannya, lalu mengambil buket bunga itu dulu. Kemudian, dia mengulurkan tangan kirinya untuk mengambil kotak be