Di rumah besar itu, selain pelayan dan pengawal, hanya ada Felicia sendiri saja sebagai majikan. Ibu dan kakak serta kakak iparnya sedang pergi keluar. Felicia malas untuk bertanya ke mana mereka pergi.Setelah mencuci muka dan mengganti pakaian, Felicia keluar dari kamarnya. Sambil menuruni tangga, dia menelepon Odelina dan berkata, “Odelina, siang nanti makan bersama. Kamu ada waktu?”Tanpa menunggu jawaban Odelina, dia melanjutkan, “Aku dengar Pak Daniel datang bersama Russel, aku juga kangen sama Russel dan mau ajak kalian sekeluarga makan siang bersama. Kamu nggak boleh menolak aku.”“Aku sudah minta Pak Vandi untuk memesan tempat di Blanche Hotel. Sampai ketemu nanti siang.”Odelina tersenyum dan berkata, “Apa ini kamu minta pendapatku? Ini lebih seperti mengabari aku.”“Apakah kamu mau menolak? Aku ini termasuk orang tua buatmu. Kalau orang tua mengajakmu makan, nggak sopan kalau ditolak.”“Aku nggak bilang mau menolak. Kami memang berencana makan siang di hotel, jadi kalau kamu
Odelina berkata, "Benar sekali, mereka benar-benar menikmati hidup, sudah lama aku nggak berlibur." Sejak menikah dengan Roni, aku sudah nggak pernah pergi berlibur. Biasanya, perjalanan dinasnya juga hanya sebentar, pergi dengan terburu-buru dan pulang dengan cepat, tidak punya waktu untuk bersantai dan bermain.“Pak Riko sekarang berbeda sejak bersama Pak Ricky,” ujar Felicia sambil menghela napas. “Pak Ricky yang jatuh cinta terlihat lebih feminin.”Rika memiliki saudara kembar laki-laki. Selama dia tidak berada di perusahaan, Ronald masih ada untuk memegang kendali, sehingga dia bisa pergi dengan tenang.Sementara itu, Felicia masih berusaha keras belajar dan beradaptasi dengan persaingan di keluarga Gatara. Bahkan, dia tidak berani pergi jauh atau lama untuk perjalanan dinas, paling hanya pergi hari ini dan kembali besok. Dia takut jika terlalu lama pergi, wibawanya yang susah payah dibangun akan lenyap.Meski tidak ada Fani, masih ada ketiga kakaknya yang mengawasinya. Di kantor,
Felicia menghentikan mobil dan menurunkan jendela. Dia mengintip ke luar sambil bertanya, "Apakah kamu sudah menyiapkan hadiah pertemuan untuk Russel dan Pak Daniel?"Vandi tersenyum dan berkata, "Apa aku pernah mengecewakan Bu Felicia? Semuanya sudah siap. Bu Felicia mau menyetir sendiri ke sana?""Apa ada masalah?"Vandi berkata, "Kalau Bu Felicia minum alkohol, maka nggak bisa menyetir. Jadi, biar aku antar saja, jadi Bu Felicia bisa minum dengan tenang.""Kali ini nggak minum, semalam sudah minum cukup banyak. Kurasa Odelina juga nggak akan minum, Russel juga masih anak-anak, dan Pak Daniel kakinya masih dalam masa pemulihan. Odelina pasti nggak akan membiarkannya minum."Mendengar itu, Vandi tidak berdebat lagi. Setelah Felicia melajukan mobilnya melewati mobil Vandi, lelaki itu pun naik ke mobilnya dan mengikutinya. Mereka tiba di Blanche Hotel sekitar setengah jam kemudian.Odelina sudah menunggu di lobi hotel bersama Russel. Felicia tidak tahu kalau perempuan itu menunggunya. S
“Sini, biarkan Bibi Nenek menggendongmu. Bibi Nenek membelikanmu banyak sekali mainan dan juga baju baru. Ada gelang dan kalung juga.”“Mainan Russel sudah banyak sekali. Kamu membelikan dia mainan lagi? Bajunya juga ada banyak, nggak akan ada habisnya untuk dipakai. Anak kecil itu tumbuh dengan cepat. Nggak lama lagi sudah nggak muat.”"Sebanyak apa pun mainan Russel, tetap bukan aku yang membelikannya. Ini pertama kalinya aku menjadi Bibi Nenek, tentu saja aku harus memberikan sesuatu untuk Russel.""Kalau pakaian Russel terlalu banyak hingga nggak sempat dipakai dan sudah nggak muat, kamu dan Pak Daniel segera menikah dan punya anak lagi, jadi adiknya bisa pakai itu semua. Sebaiknya baju baru Russel diberikan pada anak keduamu saja.”Wajah Odelina langsung memerah dan Daniel hanya tersenyum lebar. Dia juga ingin memiliki anak dengan Odelina. Tentu saja, itu harus atas keinginan perempuan itu sendiri. Jika Odelina enggan memiliki anak kedua, Daniel juga tidak akan memaksanya.Dia aka
Odelina menyuapkan beberapa potong makanan ke piring putranya, dan juga memberi makanan ke piring Daniel. Lelaki itu memandangnya dengan tatapan penuh kasih sayang. Di sebelah Daniel ada Vandi yang tidak terpengaruh sama sekali dan hanya mengambilkan makanan untuk Felicia.Hal tersebut tidak luput dari pandangan Odelina. Perhatian Vandi pada Odelina begitu berlebihan. Lelaki itu bahkan dengan telaten membuang duri ikan terlebih dahulu sebelum diberikan pada Felicia. Jika dia mengambilkan daging yang bertulang, Vandi akan membuang tulangnya sebelum menaruh daging di piring Felicia.Sedangkan Felicia sendiri tidak menyadari hal itu karena sibuk berbicara dengan Odelina dan Russel. Dia hanya tahu bahwa piringnya selalu penuh dengan makanan yang dia sukai. Dan semuanya sudah mudah dimakan. Setiap kali dia menghabiskan sup, mangkuknya segera diisi lagi dengan setengah mangkuk sup.Sebagai seseorang yang berpengalaman, Odelina bisa melihat bahwa Vandi memiliki perasaan terhadap Felicia. Mung
Odelina cukup sukses ketika membuka bisnis kedai dan restorannya di Mambera karena ada pengaruh dari keluarga suami adiknya. Walaupun Odelina percaya akan kemampuannya sendiri, dia tetap tidak bisa menghapus pengaruh keluarga suami Olivia dalam bisnisnya. “Kamu bisa menjalankan bisnismu dengan mulus di Mambera karena pengaruh Olivia dan Stefan. Namun, akhirnya kamu tidak merasa memiliki pencapaian yang berarti.”“Sama seperti aku yang sekarang bekerja di perusahaan keluargaku. Padahal aku sudah berusaha mati-matian, tapi mereka tetap saja menganggapku bergantung pada perusahaan keluargaku, sekalipun aku berhasil meraih kesuksesan.”“Kamu nggak usah peduli perkataan orang lain, selama kamu yakin dengan kerja kerasmu.”Kemudian Felicia tersenyum seraya berkata, “Aku nggak peduli dengan semua itu. Lagi pula, mana mungkin mereka sanggup menjadi kepala keluarga Gatara.”Odelina menepuk pundak Felicia lalu berseru, “Semangat!”“Selalu!”Mereka berdua saling bersaing, tap jugai saling mengag
Russel tetap merasa kedinginan, sekalipun sudah memakai banyak pakaian tebal. “Mama dan Om Daniel sudah pergi berbelanja tadi pagi,” ujar Russel yang menjadi alasan utama dia menolak ajakan Felicia.Felicia langsung tersenyum lalu berkata, “Baiklah, kalau begitu. Nanti, Tante akan mengajakmu pergi ke taman hiburan kalau ada waktu, ya.”“Oke,” jawab Russel setuju. Felicia berada di Blanche Hotel selama 2-3 jam sebelum dia pergi dan masuk ke dalam mobil. “Pak Vandi, tolong bawa aku ke taman bermain anak-anak indoor terbesar yang ada di Cianter,” ujar Felicia setelah berada di dalam mobil. “Kamu mau main ke sana?” tanya Vandi bingung.Felicia langsung mengerucutkan bibirnya seraya berkata, “Aku tidak mau main. Aku cuma mau lihat keadaan di sana. Aku ingin melihat senyuman polos anak-anak untuk menyembuhkan hatiku yang penuh lubang ini.”“Bu Felicia, kamu masih sangat muda, jadi janganlah mengatakan hal-hal seperti itu.”“Aku sudah mengalami berbagai hal. Mungkin tubuhku belum menua, t
“Baik, kita bicarakan masalah ini nanti. Aku bersedia melayani Bu Felicia selama Ibu membutuhkanku.”Felicia tersenyum lalu berkata, “Jangan berbicara seakan kamu adalah seorang penggembala.”Telinga Vandi langsung tampak memerah. “Pak Vandi, apa kamu tidak pernah membicarakan tentang perasaan sebelumnya? Kenapa telingamu langsung memerah setelah aku membicarakan hal tadi?”“Kamu pasti orang yang polos secara emosional.”Vandi mulai mengemudi seraya berkata, “Kami sudah mempelajari berbagai macam hal, tapi tidak dengan perasaan.”Cinta adalah naluri dasar seluruh umat manusia yang tidak perlu dipelajari. Vandi sangatlah keras dan dingin kepada perempuan lain, kecuali Felicia. Mungkin, karena dia tahu kalau dirinya hanya diperbolehkan jatuh cinta kepada Felicia yang merupakan tuannya, jadi dia tidak terlalu membentengi perasaannya kepada gadis itu.Felicia sudah terlukis cukup dalam di dalam hatinya setelah mereka melewati banyak waktu bersama. Vandi sudah merasa cukup puas dengan bisa
Yuna menangis sejadi-jadinya di depan nisan adiknya. Namun, tidak peduli seberapa keras tangisnya, dia tidak dapat menghidupkan kembali adiknya. Satu hal yang bisa dia lakukan hanyalah menjadi sosok ibu bagi kedua keponakannya dan memberikan mereka lebih banyak kasih sayang.Yuna dan adiknya mengalami masa kecil yang tragis. Kemudian, keduanya dipisahkan oleh dua alam yang berbeda. Setelah mengetahui penyebab kematian orang tuanya, Yuna sangat membenci Patricia.“Kalau nggak ingin orang tahu apa yang kamu lakukan, lebih baik nggak usah lakukan. Dia akan membayar harga atas semua perbuatannya,” ujar Setya dengan penuh kebencian.“Benar, Om. Dia akan bayar harga atas semua yang telah dia lakukan.”“Aku yang nggak berguna. Aku nggak punya banyak bukti. Hanya ada sedikit. Karena orang-orang yang tahu masalah ini sudah mati semua, jadi sulit untuk memberatkannya dengan bukti yang sedikit ini.” Usai berkata, Setya kembali menyalahkan dirinya sendiri dan menangis.“Aku nggak peduli ada bukti
Tahun lalu, Setya baru saja kembali dari gerbang kematian. Setelah mendengar perkataan Panca, Setya pun berusaha menenangkan dirinya. Dia menganggukkan kepala kepada teman-temannya, lalu berkata kepada yuna, “Non Yuna, aku akan berusaha tetap hidup. Sampai kalian membalaskan dendam orang tuamu, agar Bu Patricia terima hukuman atas perbuatannya. Kalau nggak, aku nggak bisa mati dengan tenang.”“Ini juga salahku. Selama bertahun-tahun, aku nggak bisa membalaskan dendam orang tuamu. Aku juga nggak bisa temukan keberadaan kamu dan adikmu.”Kalau saja Setya menemukan Yuna dan Reni lebih awal, Reni tidak akan meninggal secepat ini. Setya gagal melindungi kepala keluarga Gatara sebelumnya, juga gagal melindungi kedua putri kepala keluarga Gatara sebelumnya. Setya merasa sangat bersalah.Setya yang telah menjalani pelatihan khusus menjadi asisten terpercaya kepala keluarga Gatara. Dia telah melakukan banyak hal untuk kepala keluarga Gatara. Namun pada akhirnya, dia gagal melaksanakan dua hal t
Yuna memanggil pria itu Setya, adik Yuna juga ikut memanggilnya dengan nama itu. Setiap kali Yuna dan adiknya memanggil Setya, pria itu selalu menjawab sambil tersenyum.Dalam ingatan Yuna yang samar-samar, orang tuanya dan Setya sangat sibuk. Namun, kesehatan ibunya kurang baik, jadi ibunya sering meminta bibinya yang tidak lain adalah Patricia untuk melakukan sesuatu.Sekarang kalau dipikir-pikir, justru karena ibunya Yuna sakit. Jadi ibunya Yuna mau tidak mau sering minta Patricia mengurus perusahaan dan urusan keluarga, sehingga timbul keinginan di dalam hati Patricia untuk merebut kekuasaan.Patricia pasti merasa dia telah berbuat banyak, tapi semua orang tetap berpihak pada ibu Yuna. Oleh karena itu, Patricia ingin mengambil alih. Karena dia mengira hanya dengan menjadi kepala keluarga, semua orang akan sepenuhnya berpihak padanya.“Huh ....”Syuna memanggil Sety, Setya menghela napas sambil menahan air matanya. Keduanya sama-sama tidak memiliki kesan mendalam terhadap satu sama
Stefan tertawa pelan. “Oke, asal kamu nggak berebut dengan tantemu untuk dapat perhatian, sebenarnya kamu akan merasa sangat bahagia. Ada begitu banyak orang yang sayang sama kamu. Cepat gosok gigi dan cuci muka. Habis itu ambil tasmu dan turun untuk sarapan dulu. Nanti om sopir yang antar kamu ke sekolah. Om dan tantemu ada urusan, nggak bisa antar kamu.”Russel memanyunkan bibir lagi. Namun pada akhirnya, dia tidak mengatakan apa-apa lagi. Dia pun pergi mencuci muka dan menggosok gigi dengan tenang. Sedangkan Stefan kembali ke kamarnya untuk membangunkan Olivia. Dia memberitahu Olivia kalau Dokter Panca membawa asisten nenek Olivia ke rumah keluarga Sanjaya.Olivia langsung bangun dan mandi secepatnya. Selesai ganti baju, dia bergegas turun bersama suaminya. Di sisi lain, Aksa juga telah membangunkan orang tuanya. Begitu mengetahui kedatangan para pria tua dan salah satu di antaranya adalah guru Kellin, Yuna langsung keluar dari kamar. Namun, suaminya segera menghentikannya.“Yuna, k
Mereka berdua sedang bertelepon, tapi Stefan malah bilang kalau dia tidak bicara dengan Aksa. Karena Aksa tahu Stefan pasti sedang mengurus Russel, Aksa pun tidak marah.“Oke, kamu bisa bicara sekarang.” Stefan akhirnya bicara dengan Aksa.Kalau bukan karena tahu Olivia masih tidur saat ini, Aksa sungguh tidak ingin menelepon Stefan. Dengar saja nada bicara Stefan, sangat menjengkelkan, bukan? Seolah-olah Aksa akan melapor ke Stefan saja.Aksa pun berkata sambil menahan amarahnya, “Dokter Panca bawa asisten nenekku datang ke sini. Selain mereka berdua, ada beberapa pak tua lainnya. Mereka mungkin para master yang menguasai dunia beberapa puluh tahun yang lalu. Kamu bilang sama Olivia. Kalau kamu bisa datang, kamu temani Olivia datang ke sini sebentar.”“Dokter Panca?” Stefan spontan mengerutkan kening. “Kamu yakin orang itu Dokter Panca?”“Aku nggak yakin. Makanya aku suruh Jonas datang. Jonas pernah bertemu dengannya. Tapi aku rasa mereka nggak akan berbohong. Nggak akan ada yang bera
Panca mewakili Setya menjelaskan alasan sebenarnya mengapa Setya tidak mampu membalaskan dendam kepala keluarga Gatara sebelumnya selama puluhan tahun. Setya terbawa emosi. Air mata mengalir di wajahnya yang penuh kerutan. Dia merasa sangat bersalah kepada kepala keluarga Gatara.Begitu mengalami pergolakan emosi, Setya terbatuk-batuk lagi. Panca bergegas mengeluarkan obat yang selalu dibawanya. Dia mengeluarkan dua butir pil dan menyuruh Setya menelan pil itu.“Kamu yang tenang. Kamu masih belum bertemu dengan Yuna,” kata Panca.Yang lain juga terus menenangkan Setya, memintanya untuk tetap tenang. Setelah minum obat dan air, Setya terlihat sedikit lebih tenang.Aksa juga terlihat sangat tegang, khawatir dengan kondisi pria tua itu. Aksa tidak pernah bertemu Panca, tapi dia tahu kemampuan dokter tua itu. Kellin adalah murid terbaik Panca. Kellin menyembuhkan mata Rosalina. Panca sendiri sudah seperti besan dengan keluarga Junaidi.Sedangkan keluarga Sanjaya juga menjadi besan keluarga
Wajah pria tua itu penuh kerutan. Berdasarkan gambaran berdasarkan ingatan Yuna, hanya mirip sekitar 30 persen. Tidak heran Bram tidak bisa menemukannya.Yuna tidak mengingat orang itu dengan jelas. Meskipun orang yang di gambar tampak nyata, jika sejak awal gambarnya sudah salah, tetap saja tidak ada gunanya. Tidak peduli seberapa bagus keterampilan orang yang menggambarnya. Lantas, apakah pria itu adalah asisten serba bisa neneknya Aksa?“Maaf, Bapak-Bapak sekalian namanya siapa, ya?” tanya Aksa.“Siapa nama kami nggak penting. Sudah puluhan tahun nggak ada yang tanya nama kami. Kami juga hampir nggak ingat lagi nama lengkap kami sendiri.” Orang yang berbicara adalah Dokter Panca.“Pak Aksa, aku adalah seorang dokter tua, sudah praktik sebagai dokter selama puluhan tahun. Orang-orang panggil aku Dokter Panca. Kellin adalah muridku. Pak Aksa mungkin pernah dengar nama muridku.”Dokter Panca yang pertama memperkenalkan diri. Di usia Aksa, dia pasti tidak mengenal Dokter Panca. Dia mung
“Tentu saja,” kata Tiara sambil tersenyum. “Kalau bisa jadi teman dekat istri Bram, itu sama saja dengan jadi teman dekat Bram.”Sebagai menantu keluarga Sanjaya, Tiara tidak perlu mencari muka di depan orang lain, apalagi menjilat. Akan tetapi, dia harus berteman dengan istri Bram. Karena akan ada saatnya mereka membutuhkan keluarga Ardaba.Misalnya sekarang, jika mereka membutuhkan keluarga Ardaba, mereka harus melalui Stefan baru bisa mendapatkan bantuan keluarga Ardaba. Dalam lingkaran pertemanan nyonya-nyonya keluarga kaya, paling hanya satu dua yang benar-benar jadi teman sejati. Kebanyakan dari mereka berteman karena ada tujuan lain. Saling memanfaatkan satu sama lain.“Kamu cepat turun dan lihat mereka penipu atau bukan,” kata Tiara sambil menidurkan anaknya. “Ini anak sebentar lagi juga tidur. Aku juga tidur sebentar lagi. Nggak usah bangunkan aku untuk sarapan. Kamu sarapan dulu baru pergi kerja.”“Oke.”Aksa mendekat, lalu mencium wajah istrinya. Kemudian, dia menyentuh waj
Bayi cepat lapar tapi juga cepat kenyang. Setelah perut kenyang, dia pun berhenti menangis. Aksa menyerahkan si bayi kepada Tiara dengan hati-hati. Kemudian, dia menelepon Bram dan menanyakan apakah Bram mendapat informasi tentang asisten itu.“Kami sudah cari sekian lama, tapi masih belum dapat informasi apa pun. Pak Aksa, aku rasa orang yang kalian cari sudah meninggal,” kata Bram dengan tidak enak hati.Banyak orang tua yang berusia 70 atau 80 tahun. Namun, jarang orang yang bisa hidup sampai usia 90 tahun. Orang tua yang dicari Yuna usianya hampir seratus tahun. Bram menduga orang itu sudah tidak hidup lagi. Selain itu, kejadian itu terjadi puluhan tahun yang lalu. Bram hanya mendapat sedikit informasi.Itu juga menjadi masalah besar bagi mereka untuk mencari orang. Yuna bahkan sudah tidak mengingat siapa nama orang itu. Dia hanya ingat saat dia masih kecil, dia selalu memanggil orang itu paman. Namun, Yuna tidak tahu namanya. Bagaimana Bram bisa mencari orang itu?Keluarga Ardaba