“Baik” Felicia merasa tenang dengan Vandi di sisinya. Dia terlelap dalam sesaat.Setelah Vandi melihat perempuan itu tertidur pulas, dia perlahan menepi dan melepaskan jaketnya untuk menyampirkannya di tubuh Felicia. Perempuan itu tidak menyadarinya karena tertidur lelap.Ketika mereka tiba di rumah keluarga Gatara, waktu sudah menunjukkan lebih dari pukul dua dini hariVandi menghentikan mobil di depan gerbang rumah. Dia tidak memiliki kunci gerbang sehingga harus membangunkan Felicia terlebih dahulu. Dengan setengah sadar, Felicia menatap Vandi dan bertanya, “Pak Vandi, kenapa kamu ada dalam mimpiku?”Lelaki itu tersenyum dan berkata, "Bu Felicia, aku nggak ada di dalam mimpimu. Kamu sudah bangun karena aku membangunkanmu.”Namun, tampaknya perempuan itu masih belum sepenuhnya sadar. Felicia mengedipkan matanya dan duduk tegak. Jaket yang menutupi tubuhnya melorot. Dia secara refleks menangkap jaket itu. “Pantas saja aku merasa panas, ternyata kamu menyelimutiku. Di mobil ada pengha
Felicia menuangkan segelas air hangat untuk dirinya sendiri, lalu berjalan ke sofa dan duduk. Dia bersandar di kursi dan perlahan meminum airnya. Keheningan saat ini memberinya waktu singkat untuk bersantai.Ketika dia mendengar langkah kaki di lantai atas, mendadak Felicia menjadi tegang. Dia tetap duduk tanpa mengangkat kepalanya untuk melihat ke atas. Tidak perlu menebak, dia tahu itu adalah ibunya.Tidak lama kemudian, Patricia turun dari lantai atas. Dia berjalan ke samping Felicia dan duduk kemudian bertanya, "Kenapa pulang larut sekali?"Melihat kelelahan di wajah putrinya, perempuan paruh baya itu mengulurkan tangan untuk menyentuh wajahnya, lalu menghela napas, "Nggak tahu juga ini benar atau salah, berkah atau bencana.""Ma, aku baik-baik saja."Felicia mengerti maksud dari kata-kata ibunya. Tentu saja itu merujuk pada dirinya yang kembali ke keluarga Gatara, bahwa putri sejati dan palsu kembali ke tempat masing-masing, dan apakah ini hal baik atau buruk baginya.Terkadang, F
Patricia tidak segera menjawab pertanyaan putrinya. Dia hanya berkata, "Ivan sudah dua hari nggak pulang ke rumah, dan istrinya mencurigai dia punya selingkuhan di luar."Sambil menghela napas, dia menambahkan, "Kalau masalah genetika, gen-ku bagus, tetapi gen papamu terlalu kuat. Ketiga kakak laki-lakimu mewarisi gen papamu yang suka berselingkuh."“Felicia, dari sudut pandanganmu, kamu merasa apakah Mama salah?”"Aku nggak bisa menerima pengkhianatan. Kalau cinta sudah hilang, lebih baik bercerai daripada berselingkuh Ketika masih menikah."Jawaban Felicia membuat Patricia tersenyum lembut. Tatapannya penuh kasih dan berkata, "Orang-orang bilang gen baik dari keluarga Gatara diwarisi oleh anak perempuan. Dulu Mama nggak percaya. Tapi setelah menemukanmu kembali, Mama mulai percaya. Karaktermu dan cara bertindakmu, mirip dengan Mama.”Dulu, dia merasa putrinya tidak mirip dengannya dalam hal karakter dan cara bertindak. Belakangan, dia menyadari bahwa putri yang dia banggakan adalah a
Patricia langsung mengerti kekhawatiran yang dipikirkan oleh putrinya. Satu-satunya aset yang dimiliki Fani adalah kecantikannya. Ketiga putranya sudah pernah berselingkuh dan kemungkinan lebih dari satu kali.Sifat mereka yang satu ini memang diturunkan dari Cakra. Kalau Fani berniat untuk merayu mereka, kemungkinan besar akan berhasil. Mereka memang sangat menyayangi gadis itu dan tidak ada rasa apa pun pada Felicia yang notabene adalah adik kandung mereka. Tentu saja Fani bisa mendapatkan keuntungan dari mereka.Pemikiran tersebut membuat wajah Patricia seketika menjadi keruh. Kalau Fani benaran berhasil merayu Ivan, maka kedua ayah dan anak itu terjerat dengan Fani. Cakra mungkin bisa berdalih bahwa dia dijebak, tetapi Ivan tentu saja keinginannya sendiri.“Felicia, Mama akan mengurus masalah ini. Kamu nggak perlu khawatir. Mama akan utus orang untuk pantau gerak-gerik Fani. Kalau dia berani memanfaatkan kakakmu, Mama akan kasih tahu kakak iparmu dan minta mereka menjaga keutuhan k
“Kalau dia bersaing dengan kita dan berusaha merebut bisnis kita, maka dia adalah lawan kita.”“Dalam menghadapi musuh, nggak perlu ada belas kasihan. Mumpung perusahaannya masih dalam tahap awal dan rentan, kita harus bertindak cepat.”Felicia terdiam sejenak sebelum berkata, “Ma, bisnis yang didapatkan oleh Odelina kebanyakan adalah dari Aurora Group. Beberapa lainnya adalah dari perusahaan besar yang terhubung dengan keluarga Adhitama, keluarga Lumanto, dan keluarga Sanjaya. Mereka nggak akan menganggap kita sebagai pesaing yang serius.”“Kamu pikirkan sendiri bagaimana cara bertindak. Mama nggak ingin melihat Odelina sukses di Cianter.”Patricia mengerti jika putrinya tidak ingin bermusuhan dengan Odelina. Dia juga tidak ingin bermusuhan dengan perempuan itu jika Odelina bukan keturunan kakaknya dan berniat untuk menyerang keluarga Gatara.Di belakang Odelina ada tiga keluarga besar. Meski mereka berada di Mambera, tidak ada yang berani meremehkannya. Ketiga keluarga itu jika beker
Kalau memang seperti itu, maka tanpa perlu Odelina yang merebutnya, dia yang secara otomatis mengembalikannya pada keturunan tantenya. Lalu Felicia akan pergi jauh dari Gatara Group dan membangun usahanya sendiri. Dia juga bisa hidup dengan baik.Patricia melihat putrinya. Dia bisa mendengar adanya nada menghindar dalam kata-kata putrinya. Dia menatap putrinya dengan tajam. Felicia hanya membalas tatapan ibunya dengan tenang.Beberapa saat kemudian, Patricia menghela napas dan mengulurkan tangan untuk mengelus wajah putrinya. Dengan lembut dia berkata, “Kamu adalah gadis yang punya pendirian, Mama hanya punya dua atau tiga tahun hubungan denganmu. Kalau kamu nggak mau mendengarkan Mama, Mama juga nggak bisa berbuat apa-apa.”“Tadi apakah Pak Vandi yang mengantarmu pulang?”“Ya.”“Kalian berdua masih muda, setiap hari bersama-sama. Apa Pak Vandi punya perasaan terhadapmu?”Felicia terbelalak dan berkata, “Ma, apa yang bisa aku pikirkan pada Pak Vandi? Bukankah Mama sudah bilang, dia ada
Asisten di sisinya menghormatinya dan setia, tetapi tidak memiliki perasaan cinta. Demikian pula, Patricia juga tidak memiliki perasaan cinta terhadap asistennya, jadi hubungan mereka hanya sebatas antara kepala keluarga dan asisten.Jika saja dulu Patricia jatuh cinta pada asistennya, mungkin anak-anak yang dilahirkannya akan lebih unggul, dan insiden anak yang tertukar mungkin tidak akan terjadi.Felicia tersenyum dan berkata, “Ma, saat ini aku nggak ingin memikirkan soal cinta dan aku juga nggak punya waktu untuk berkencan. Aku sudah bilang sama Mama, kalau aku benar-benar membutuhkan penerus, aku akan melahirkan seorang anak perempuan, tapi tanpa sosok ayah.”“Agar tidak mengalami pengkhianatan seperti yang Mama alami dari Papa.” Patricia terdiam seketika.Dia sebenarnya ingin menjodohkan putrinya dengan Vandi. Lelaki itu seorang yatim piatu, tidak memiliki beban keluarga. Apakah dia akan menikah masuk ke dalam keluarga Gatara atau tidak, Vandi akan tetap setia pada Felicia.Namun
“Siapa kenalan lama Mama?” tanya Felicia dengan penasaran.Patricia tidak memberi tahu dia dan hanya berkata, “Pokoknya kenalan Mama. Kamu nggak perlu banyak tanya. Waktu Mama nggak ada di rumah, kamu urus kantor dan keluarga dengan baik. Siapa pun yang nggak mau mengikuti perintahmu. Mama yang akan menanganinya waktu pulang nanti.”“Lebih baik lagi kalau kamu bisa menyelesaikannya. Mama sudah tua, perlu pelan-pelan melepaskan semuanya padamu. Kamu juga nggak mungkin selamanya bergantung sama Mama.”Felicia berkata, “Ma, aku tahu. Mama tenang saja, lagi pula Mama juga bukan pertama kalinya pergi jauh. Waktu Mama ke Mambera setengah bulan, bukannya aku juga mengurus semuanya dengan baik?”Saat ibunya tidak di rumah, dia merasa lebih bebas. Orang-orang itu juga tidak bisa memanfaatkan Patricia untuk menekan dirinya, sehingga Felicia bisa melakukan apa pun yang diinginkannya."Iya, Mama percaya padamu. Sudah malam, naiklah ke atas dan istirahat. Mama akan menonton TV sebentar lalu tidur l
Wajah Patricia seakan berubah 10 tahun lebih tua dari usianya setelah peristiwa Fani dan Cakra Vikar. Sebelumnya, Patricia adalah perempuan tua yang sangat terawat, sampai dia terlihat seperti perempuan berusia 50 tahunan di usianya yang sudah 70 tahun. Namun sekarang, wajahnya berubah seakan dia sudah berusia 80 tahun. Felicia tidak lagi membalas perkataan Patricia. Dia tidak bisa mengatakan apa pun mengenai pernikahan orang tuanya. “Papamu selalu bilang kalau ada orang lain di hatiku, tapi selama ini aku nggak pernah berselingkuh darinya. Lagi pula, semua itu hanyalah masa lalu. Memangnya siapa di dunia ini yang nggak punya masa lalu? Papamu juga belum putus dari kekasihnya sebelum dia masuk ke dalam keluarga Gatara. Bukankah perempuan itu adalah masa lalunya?”“Aku juga nggak pernah lagi membahas tentang masa lalunya setelah kami menikah. Tapi, dia dengan seenaknya justru mengatakan kalau ada laki-laki lain di hatiku.”Mata Felicia langsung berbinar lalu berkata, “Orang yang ada d
Felicia ingin melihat kembali foto-foto itu, tapi Patricia segera mencegahnya dengan berkata, “Jangan lihat foto-foto itu. Kamu belum menikah, jadi jangan kotori matamu.”“Aku hampir 30 tahun, jadi aku bisa melindungi diriku sendiri. Tapi, tunggu sampai aku menghabiskan permen kapas ini agar aku nggak muntah nanti.”“Ma, aku sempat melihat foto-foto itu sekilas dan gambarnya sangat jelas. Apa mungkin Fani sengaja membuka tirai kamarnya agar orang lain bisa mengambil foto mereka? Apa mungkin Fani sudah tahu kalau Mama sedang menyelidikinya, makanya dia sengaja membuat orang lain bisa memotretnya dengan jelas?”“Dia pasti akan menutupi aibnya dengan rapat kalau memang benar-benar berniat selingkuh. Menurutku, Fani sengaja melakukannya karena ingin membalas dendam. Mama pasti nggak akan tahu tentang perselingkuhan mereka kalau saja dia menutupnya rapat-rapat.”Kemudian Patricia berkata dengan dingin, “Aku nggak peduli, dia sengaja atau nggak. Pokoknya, Mama nggak akan melepaskannya begitu
“Adikku tidak tahan dengan cobaan itu. Akhirnya, dia melarikan diri dan mengalami kecelakaan. Setelah itu, semua urusan keluarga Gatara jatuh ke pundak ibu seorang.”Felicia jarang mendengar ibunya menyebutkan tentang kedua saudaranya. Sebenarnya, dia ingin menanyakan, apakah benar ibunya adalah dalang di balik kematian kedua saudarinya? Namun, Felicia kembali menelan pertanyaan itu dan tidak berani menanyakannya. Lagi pula, Felicia yakin kalau ibunya tidak akan menjawab pertanyaannya. Bahkan mungkin ibunya akan menuduh Felicia tidak mempercayainya sebagai putri kandungnya. “Ma, apa Mama punya foto mereka?”Felicia kembali menggigit permen manisan buahnya seraya bertanya dengan pura-pura penasaran, “Mama bilang kalau Odelina dan tanteku agak mirip, tapi aku nggak pernah melihat wajah Tante. Aku penasaran, seberapa mirip Odelina dan tanteku itu?”Patricia sempat terdiam cukup lama lalu berkata, “Dulu, Mama punya foto-foto mereka. Tapi foto-foto itu rusak dan sudah tidak jelas lagi, ma
Kemungkinan Felicia sengaja tidak menutup tirai apartemennya agar orang-orang bisa menyaksikan aksinya. Itu adalah bentuk balas dendam yang dilakukannya secara terang-terangan. “Pengurus rumah bilang kalau Mama nggak mau makan. Apa yang terjadi, Ma?”“Aku bisa menemani Mama makan malam karena aku juga belum makan.”Felicia sempat duduk di kursi yang berada di depan ibunya, tapi dia kembali berdiri untuk memberikan permen manisan buah untuk Patricia seraya berkata, “Ma, aku beli permen manisan buah tadi. Ini untuk Mama.”“Aku juga beli permen kapas, tapi aku sudah memakannya. Jadi, aku nggak bisa kasih Mama.”Patricia menatap permen manisan buah yang dipegang putrinya lalu melihat permen kapas berwarna pink yang biasanya disukai oleh anak kecil. Putrinya hampir berusia 30 tahun, tapi dia masih saja membeli permen seperti itu. Patricia tidak peduli jika orang dewasa lain memakan permen kapas seperti itu. Namun, putrinya adalah calon pewaris keluarga Gatara, jadi ….“Kenapa kamu membeli
“Kenapa Bu Felicia memakan makanan seperti ini?”“Memangnya kenapa kalau aku memakannya?” “Anak kecil yang biasa memakannya.”“Aku sedang menjadi anak kecil sekarang,” jawab Patricia yang langsung membuat si pengurus rumah terdiam. “Apa ada masalah?”Kemudian pengurus rumah berkata, “Bu Felicia, Bu Patricia makan sedikit sekali tadi siang. Malam ini dia juga tidak ingin makan apa pun. Apa Bu Felicia bisa ke atas dan berusaha membujuknya agar mau makan?”“Mamaku sedang tidak berselera makan, ya?”“Ya, beliau mengatakan seperti itu.”“Apa tadi ada yang datang?” tanya Patricia lagi. “Asisten kepala keluarga tadi datang. Bu Patricia mengatakan dia tidak ingin makan setelah asistennya pergi.”“Mungkin ada masalah yang mempengaruhi mood mamaku sampai dia tidak mau makan. Oke, aku akan ke atas dan menemuinya. Mamaku ada di ruang kerja, ya?”“Bu Patricia ada di ruang kerja. Tadi, beliau juga meminta Bu Dania untuk menemuinya di sana kalau Bu Dania sudah pulang. Apa Bu Felicia mau membawa ma
Hanya ada dua cucu Patricia dari putra ketiganya yang tidak tinggal di asrama karena mereka masih bersekolah di taman kanak-kanak. Namun, mereka biasanya tinggal di rumah keluarga menantunya karena rumah keluarga menantunya lebih dekat dengan sekolah mereka. Patricia juga membayarkan uang setiap bulannya untuk biaya kedua cucunya yang tinggal di sana. “Suruh dia menemuiku setelah dia kembali.”“Baik! Bu Patricia, waktu makan malam sudah tiba,” balas pengurus rumah sekaligus mengingatkan Patricia. Patricia sempat terdiam beberapa saat lalu berkata, “Aku tidak ada selera makan.”Dia tidak ingin makan sendirian karena suami dan anak-anaknya tidak ada di rumah. Selain itu, suasana hatinya juga sedang kurang baik.“Ibu makan sedikit sekali saat makan siang. Jadi, bagaimana mungkin Ibu tidak merasa lapar sekarang?”“Aku tidak ingin makan,” pungkas Patricia lalu menutup teleponnya. Tidak lama kemudian, Felicia tiba di rumah dengan diantar oleh Vandi. Felicia memegang permen bola kapas besa
Foto-foto itu berisikan gambar Ivan dan Fani yang sedang asyik bermesraan. Bahkan Julio yang merupakan putra keduanya juga sering muncul di Famous Garden. Kedua putranya datang dengan membawa berbagai macam hadiah yang pasti akan mereka berikan kepada Fani. Hati Patricia terasa sangat sakit sekaligus marah. Dia benar-benar sudah membenci Fani. Sebenarnya, dia sudah menduga hal seperti akan terjadi di antara Fani dan Ivan. Fani bukanlah perempuan yang bisa menahan diri dengan baik. Oleh karena itu, Patricia segera mengusirnya keluar dari rumah keluarga Gatara. Patricia juga akan mengambil kembali semua yang diberikannya kepada Fani. Dia juga tidak peduli kalau Fani marah padanya. Lagi pula, gadis itu juga bukan putri kandungnya. Sebenarnya, Patricia berencana memberikan Fani uang untuk menjamin hidup gadis itu kalau saja Fani memutuskan untuk meninggalkan Cianter setelah berbagai hal yang terjadi. Namun, Fani tidak melakukannya. Dia justru memilih untuk membalas dendam kepada Patrici
Wajah Patricia seketika melembut lalu berkata sambil tertawa ringan, “Anak itu mungkin tidak pernah pergi ke taman hiburan sejak dia kecil, makanya dia pergi ke sana sekarang.”Patricia tiba-tiba kembali membenci Fani setelah teringat bagaimana keluarga itu memperlakukan putri kandungnya dengan sangat buruk. Anehnya, Fani masih saja terus menyalahkan Felicia dan Patricia tanpa berpikir bagaimana kedua orang tua kandungnya sudah memperlakukan Felicia dengan sangat buruk. Padahal Feni sudah menjalani kehidupan mewah dengan segala kebutuhan yang dipenuhi sejak dia kecil. Dia sudah sangat sering bermain di taman bermain, bahkan taman bermain di luar negeri sekalipun. Di sisi lain, Felicia baru memiliki kesempatan pergi ke taman bermain ketika dia sudah dewasa. “Kehidupan gadis itu sebelumnya sangatlah sulit,” ujar si asisten seakan dia merasa kasihan dengan kehidupan Felicia dahulu. Asisten itu juga tidak menyukai Fani. Namun, dia harus menahan semua perasaan kesalnya karena dia pikir F
Odelina menemukan alasan untuk mengakhiri panggilan telepon. Dia berbalik sambil menggenggam ponsel di tangannya setelah selesai menelepon Yuna. Dia menatap Daniel yang sedang asyik bermain dengan Russel. Kemudian dia duduk di antara Daniel dan Russel lalu bertanya kepada putranya sambil tersenyum, “Russel, bagaimana kalau kita merayakan tahun baru bersama Om Daniel?”Namun, Russel justru balik bertanya, “Kita mau merayakan sama siapa lagi kalau bukan sama Om Daniel?”Odelina langsung terdiam. Russel sudah terbiasa melewati hari-harinya dengan menganggap Daniel sebagai anggota keluarganya. Odelina langsung membelai kepala Russel dengan lembut lalu bertanya kepada Daniel, “Kita bisa meresmikan pernikahan kita dan mendapatkan surat nikah di Catatan Sipil sebelum tahun baru. Kita baru akan melaksanakan resepsi pernikahan setelah kakimu pulih. Bagaimana menurutmu?”Namun, Daniel menolak rencana Odelina dengan berkata, “Odelina, aku nggak mau menikah secara diam-diam begitu. Aku ingin me