Vandi berkata, “Bu, kalau dikatakan mungkin akan membuat telingamu tercemar.”"Dia melakukan hal-hal yang kadang-kadang mendengar saja bisa membuat telingaku tercemar, tapi aku akan tetap mendengarnya. Makin sering aku mendengar, makin kebal. Sekarang, apa pun gosip buruk yang dia buat, aku sudah nggak terkejut lagi." “Fani sepertinya ingin merayu ketiga kakakmu.”“Dia benar-benar mulai balas dendam pada ketiga kakak iparku.”Vandi menjawab dengan hati-hati, “Nggak tahu apa yang ada dalam pikirannya. Dengan keadaannya sekarang, nggak mungkin bisa memulai bisnis sendiri. Bu Patricia nggak akan membiarkannya bangkit. Dia juga nggak akan bekerja, karena Bu Patricia juga nggak akan biarkan dia dapat pekerjaan yang baik." "Dia juga nggak rela keluar dari Cianter begitu saja. Dia menyimpan dendam pada kalian semua, jadi satu-satunya jalan yang bisa ditempuh adalah itu." Felicia menyeringai dan berkata, "Kalau aku jadi dia, sejak aku tahu kalau aku bukan anak kandung dari keluarga Gatara d
“Baik” Felicia merasa tenang dengan Vandi di sisinya. Dia terlelap dalam sesaat.Setelah Vandi melihat perempuan itu tertidur pulas, dia perlahan menepi dan melepaskan jaketnya untuk menyampirkannya di tubuh Felicia. Perempuan itu tidak menyadarinya karena tertidur lelap.Ketika mereka tiba di rumah keluarga Gatara, waktu sudah menunjukkan lebih dari pukul dua dini hariVandi menghentikan mobil di depan gerbang rumah. Dia tidak memiliki kunci gerbang sehingga harus membangunkan Felicia terlebih dahulu. Dengan setengah sadar, Felicia menatap Vandi dan bertanya, “Pak Vandi, kenapa kamu ada dalam mimpiku?”Lelaki itu tersenyum dan berkata, "Bu Felicia, aku nggak ada di dalam mimpimu. Kamu sudah bangun karena aku membangunkanmu.”Namun, tampaknya perempuan itu masih belum sepenuhnya sadar. Felicia mengedipkan matanya dan duduk tegak. Jaket yang menutupi tubuhnya melorot. Dia secara refleks menangkap jaket itu. “Pantas saja aku merasa panas, ternyata kamu menyelimutiku. Di mobil ada pengha
Felicia menuangkan segelas air hangat untuk dirinya sendiri, lalu berjalan ke sofa dan duduk. Dia bersandar di kursi dan perlahan meminum airnya. Keheningan saat ini memberinya waktu singkat untuk bersantai.Ketika dia mendengar langkah kaki di lantai atas, mendadak Felicia menjadi tegang. Dia tetap duduk tanpa mengangkat kepalanya untuk melihat ke atas. Tidak perlu menebak, dia tahu itu adalah ibunya.Tidak lama kemudian, Patricia turun dari lantai atas. Dia berjalan ke samping Felicia dan duduk kemudian bertanya, "Kenapa pulang larut sekali?"Melihat kelelahan di wajah putrinya, perempuan paruh baya itu mengulurkan tangan untuk menyentuh wajahnya, lalu menghela napas, "Nggak tahu juga ini benar atau salah, berkah atau bencana.""Ma, aku baik-baik saja."Felicia mengerti maksud dari kata-kata ibunya. Tentu saja itu merujuk pada dirinya yang kembali ke keluarga Gatara, bahwa putri sejati dan palsu kembali ke tempat masing-masing, dan apakah ini hal baik atau buruk baginya.Terkadang, F
Patricia tidak segera menjawab pertanyaan putrinya. Dia hanya berkata, "Ivan sudah dua hari nggak pulang ke rumah, dan istrinya mencurigai dia punya selingkuhan di luar."Sambil menghela napas, dia menambahkan, "Kalau masalah genetika, gen-ku bagus, tetapi gen papamu terlalu kuat. Ketiga kakak laki-lakimu mewarisi gen papamu yang suka berselingkuh."“Felicia, dari sudut pandanganmu, kamu merasa apakah Mama salah?”"Aku nggak bisa menerima pengkhianatan. Kalau cinta sudah hilang, lebih baik bercerai daripada berselingkuh Ketika masih menikah."Jawaban Felicia membuat Patricia tersenyum lembut. Tatapannya penuh kasih dan berkata, "Orang-orang bilang gen baik dari keluarga Gatara diwarisi oleh anak perempuan. Dulu Mama nggak percaya. Tapi setelah menemukanmu kembali, Mama mulai percaya. Karaktermu dan cara bertindakmu, mirip dengan Mama.”Dulu, dia merasa putrinya tidak mirip dengannya dalam hal karakter dan cara bertindak. Belakangan, dia menyadari bahwa putri yang dia banggakan adalah a
Patricia langsung mengerti kekhawatiran yang dipikirkan oleh putrinya. Satu-satunya aset yang dimiliki Fani adalah kecantikannya. Ketiga putranya sudah pernah berselingkuh dan kemungkinan lebih dari satu kali.Sifat mereka yang satu ini memang diturunkan dari Cakra. Kalau Fani berniat untuk merayu mereka, kemungkinan besar akan berhasil. Mereka memang sangat menyayangi gadis itu dan tidak ada rasa apa pun pada Felicia yang notabene adalah adik kandung mereka. Tentu saja Fani bisa mendapatkan keuntungan dari mereka.Pemikiran tersebut membuat wajah Patricia seketika menjadi keruh. Kalau Fani benaran berhasil merayu Ivan, maka kedua ayah dan anak itu terjerat dengan Fani. Cakra mungkin bisa berdalih bahwa dia dijebak, tetapi Ivan tentu saja keinginannya sendiri.“Felicia, Mama akan mengurus masalah ini. Kamu nggak perlu khawatir. Mama akan utus orang untuk pantau gerak-gerik Fani. Kalau dia berani memanfaatkan kakakmu, Mama akan kasih tahu kakak iparmu dan minta mereka menjaga keutuhan k
“Kalau dia bersaing dengan kita dan berusaha merebut bisnis kita, maka dia adalah lawan kita.”“Dalam menghadapi musuh, nggak perlu ada belas kasihan. Mumpung perusahaannya masih dalam tahap awal dan rentan, kita harus bertindak cepat.”Felicia terdiam sejenak sebelum berkata, “Ma, bisnis yang didapatkan oleh Odelina kebanyakan adalah dari Aurora Group. Beberapa lainnya adalah dari perusahaan besar yang terhubung dengan keluarga Adhitama, keluarga Lumanto, dan keluarga Sanjaya. Mereka nggak akan menganggap kita sebagai pesaing yang serius.”“Kamu pikirkan sendiri bagaimana cara bertindak. Mama nggak ingin melihat Odelina sukses di Cianter.”Patricia mengerti jika putrinya tidak ingin bermusuhan dengan Odelina. Dia juga tidak ingin bermusuhan dengan perempuan itu jika Odelina bukan keturunan kakaknya dan berniat untuk menyerang keluarga Gatara.Di belakang Odelina ada tiga keluarga besar. Meski mereka berada di Mambera, tidak ada yang berani meremehkannya. Ketiga keluarga itu jika beker
Kalau memang seperti itu, maka tanpa perlu Odelina yang merebutnya, dia yang secara otomatis mengembalikannya pada keturunan tantenya. Lalu Felicia akan pergi jauh dari Gatara Group dan membangun usahanya sendiri. Dia juga bisa hidup dengan baik.Patricia melihat putrinya. Dia bisa mendengar adanya nada menghindar dalam kata-kata putrinya. Dia menatap putrinya dengan tajam. Felicia hanya membalas tatapan ibunya dengan tenang.Beberapa saat kemudian, Patricia menghela napas dan mengulurkan tangan untuk mengelus wajah putrinya. Dengan lembut dia berkata, “Kamu adalah gadis yang punya pendirian, Mama hanya punya dua atau tiga tahun hubungan denganmu. Kalau kamu nggak mau mendengarkan Mama, Mama juga nggak bisa berbuat apa-apa.”“Tadi apakah Pak Vandi yang mengantarmu pulang?”“Ya.”“Kalian berdua masih muda, setiap hari bersama-sama. Apa Pak Vandi punya perasaan terhadapmu?”Felicia terbelalak dan berkata, “Ma, apa yang bisa aku pikirkan pada Pak Vandi? Bukankah Mama sudah bilang, dia ada
Asisten di sisinya menghormatinya dan setia, tetapi tidak memiliki perasaan cinta. Demikian pula, Patricia juga tidak memiliki perasaan cinta terhadap asistennya, jadi hubungan mereka hanya sebatas antara kepala keluarga dan asisten.Jika saja dulu Patricia jatuh cinta pada asistennya, mungkin anak-anak yang dilahirkannya akan lebih unggul, dan insiden anak yang tertukar mungkin tidak akan terjadi.Felicia tersenyum dan berkata, “Ma, saat ini aku nggak ingin memikirkan soal cinta dan aku juga nggak punya waktu untuk berkencan. Aku sudah bilang sama Mama, kalau aku benar-benar membutuhkan penerus, aku akan melahirkan seorang anak perempuan, tapi tanpa sosok ayah.”“Agar tidak mengalami pengkhianatan seperti yang Mama alami dari Papa.” Patricia terdiam seketika.Dia sebenarnya ingin menjodohkan putrinya dengan Vandi. Lelaki itu seorang yatim piatu, tidak memiliki beban keluarga. Apakah dia akan menikah masuk ke dalam keluarga Gatara atau tidak, Vandi akan tetap setia pada Felicia.Namun
Mereka sangat menyayangi Fani, dan itu tulus. Setelah pewaris yang sebenarnya kembali, mereka tetap tidak bisa menerimanya, selalu merasa Felicia adalah penyusup yang merebut semua yang seharusnya milik Fani. Di hati mereka, ada rasa benci terhadap Felicia. Karena sejak kecil dia hidup di lingkungan yang keras tanpa kasih sayang, Felicia tidak pernah berharap bahwa orang tua kandung atau saudara laki-lakinya akan memperlakukannya dengan baik, sebagaimana dia sendiri juga tidak memiliki banyak rasa terhadap mereka. Hubungan kasih sayang antara orang tua dan anak, saudara laki-laki dan perempuan, memang perlu dipupuk. Karena dia tidak tumbuh besar di sisi orang tua kandung atau saudara laki-lakinya, tidak ada hubungan emosional yang terbentuk. Meskipun sudah kembali ke sisi orang tua kandung selama dua tahun, tetapi itu tidak ada apa-apanya dibandingkan Fani yang tumbuh besar bersama keluarga Gatara sejak kecil. Sekarang, setelah Fani tiada, ayah dan tiga saudara laki-lakinya hanya
“Felicia, sekarang kamu ada waktu?” tanya Odelina.Felicia menjawab, “Selama kamu membutuhkan bantuan, aku selalu punya waktu.” “Kalau begitu, mari kita tentukan tempat untuk bertemu.” “Kamu yang pilih tempatnya.” Felicia mengangguk, lalu bertanya lagi, “Ada apa?” “Aku baru saja keluar dari Blanche Hotel, dan hampir saja tertabrak dua mobil di depan hotel. Pengemudinya bilang mereka gugup karena melihat banyak orang, lalu salah injak gas. Tapi ada kejanggalan, dan aku rasa ini bukan kecelakaan.” Felicia segera paham. Dia berkata, “Kamu curiga ini ulah mamaku yang menyuruh orang untuk menabrakmu? Mamaku sedang bepergian jauh, seharusnya bukan dia, 'kan?” Meski tahu ibunya bukan orang baik, Felicia tetap berharap ibunya tidak melakukan hal seperti itu. Odelina berkata, “Aku rasa ini bukan mamamu. Mamamu itu licik, kalau dia memang ingin aku mati, dia nggak akan menggunakan trik sepele seperti ini yang mudah ketahuan.” Sebelumnya, Waktu Ricky, dan Rika pergi ke pesta keluarga Gata
“Itu yang buat orang curiga.” Dimas berkata, “Mereka kemungkinan besar memang menargetkanmu.” “Aku sedang berpikir, apakah ini perbuatan tanteku atau putranya?” Odelina menganalisis, “Aku rasa bibi nenekku nggak akan buat kesalahan sepele seperti ini. Kalau dia yang mengatur, mereka pasti akan mempercepat mobil saat benar-benar mendekatiku, sehingga aku hampir nggak punya kesempatan untuk menghindar.”“Felicia juga nggak mungkin. Kami cukup dekat.” Meski dalam bisnis mereka adalah saingan, terkadang Odelina merebut pelanggan Felicia, kadang sebaliknya. Di luar itu, mereka bisa berbincang dengan dengan baik. Jika Felicia bukan pewaris utama keluarga Gatara, mungkin mereka bisa menjadi teman baik. Odelina sangat menyukai sifat perempuan itu."Ketiga putra keluarga Gatara mungkin memang ingin membunuhku, terutama Ivan. Aku pernah kirim foto dia dan Fani ke istrinya. Dia pasti bisa menebak itu aku.” “Sekarang Fani sudah meninggal. Mungkin dia ingin membalas dendam untuk Fani.“Bibi ne
“Maaf, saya melihat ada banyak orang berdiri di depan hotel, saya langsung panik dan, meskipun berniat menginjak rem, saya malah menginjak gas.” Setelah memarkir mobilnya, pengemudi mobil kedua turun dari mobil sambil terus-menerus meminta maaf. Dia adalah seorang gadis muda, dan tampaknya dia benar-benar panik.Tatapannya melewati kerumunan orang dan jatuh pada Odelina, yang sedang dibantu berdiri. Dengan nada penuh perhatian dan penyesalan, dia bertanya,"Kamu nggak apa-apa? Maaf, benar-benar maaf, aku baru dapat SIM setengah bulan yang lalu, ini pertama kali aku mengemudi keluar rumah. Kalau lihat banyak orang, aku masih nggak bisa menahan diri untuk merasa gugup." Pengemudi mobil pertama sudah membawa mobilnya masuk ke tempat parkir bawah tanah dan menghilang. Odelina melihat gadis muda itu yang terlihat sangat gugup. Wajar gugup kalau dia baru mendapatkan SIM-nya. Karena Odelina tidak mengalami apa-apa, dia berkata,"Aku nggak apa-apa, tapi kamu harus lebih hati-hati. Sebaiknya
Mobil berhenti di depan Blanche Hotel.Dia mengambil dua tisu untuk mengusap hidungnya yang baru saja bersin, lalu membuang tisu itu ke tempat sampah di pintu hotel. Setelah itu, dia turun dari mobil dan berjalan masuk ke dalam hotel bersama sekretaris dan beberapa anggota tim manajer untuk bertemu dengan klien."Bu Odelina."Para staf Blanche Hotel menyapa Odelina dengan hormat saat melihatnya.Meskipun perempuan itu belum sepenuhnya masuk dalam dunia bisnis di Cianter, tetapi karena dia adalah kakak dari Olivia maka para staf hotel memperlakukannya dengan sangat hormat. Bahkan Ricky yang ada di sini juga bersikap hormat pada perempuan itu.Odelina membalas dengan senyuman tanpa menghentikan langkah kakina. Perempuan itu langsung menuju ruang rapat bersama timnya. Dia sudah mengatur pertemuan dengan klien, tetapi klien belum tiba.Klien tersebut sudah menelepon sebelumnya dan mengatakan bahwa mereka akan tiba dalam beberapa belas menit. Karena Odelina yang ingin bekerja sama dengan or
Daniel terdiam sejenak. Setelah membuka pembicaraan, Erik melanjutkan, “Selain itu, kita semua tahu alasan sebenarnya Odelina pergi ke Cianter. Sekarang sudah pasti bahwa mereka adalah keturunan keluarga Gatara. Kalau benar dia mengikuti rencana bibinya untuk menjatuhkan kepala keluarga saat ini dan menggantikannya, maka dia akan menjadi kepala keluarga Gatara.” “Kalau begitu, kamu harus bersiap masuk ke keluarga Gatara. Hal ini juga perlu kamu pertimbangkan. Kakak tahu kamu rela melakukannya demi Odelina, tapi Papa dan Mama mungkin nggak akan mudah menerima hal ini.” Daniel menjawab, “Kak, aku sudah memikirkannya. Aku nggak peduli selama aku bisa bersama Odelina. Bagaimanapun keadaannya, aku terima. Mengenai Papa dan mama, mungkin awalnya mereka akan menolak, tapi aku akan perlahan-lahan membujuk mereka sampai mereka bisa memahami dan menerima.” Erik terdiam sejenak sebelum berkata, “Kalau kamu sudah memikirkan semuanya, Kakak nggak ada lagi yang perlu dikatakan.” “Meski begitu,
Daniel membayangkan pernikahannya dengan Odelina membuat matanya bersinar penuh harapan. Erik tersenyum dan berkata, “Tentu saja, pernikahan kamu nggak boleh kalah dengan dua sahabatmu itu.” “Nggak perlu tunggu sampai pulang ke rumah malam ini untuk bilang sama Papa dan Mama. Bilang sama mereka saja di grup keluarga.” “Oke,” jawab Daniel. “Odelina di Cianter baik-baik saja, 'kan? Kalau dia butuh bantuan, suruh dia jangan ragu untuk mengatakannya. Meskipun kita berjauhan, kita tetap bisa membantunya kalau dia butuh.” Sejak Daniel mengalami kecelakaan dan Odelina datang merawatnya, keluarga Lumanto mulai menganggap Odelina sebagai menantu mereka. Jika Odelina membutuhkan bantuan di sana, keluarga Lumanto tidak akan tinggal diam. “Untuk saat ini, dia belum butuh bantuan. Bahkan kalau ada masalah, dia pasti akan cari cara untuk selesaikan sendiri,” kata Daniel sambil bersandar di kursi.“Melihat dia perlahan-lahan jadi lebih kuat dan terus berkembang, rasanya sangat berbeda. Setelah
"Apa yang barusan membuatmu tertawa?" tanya Erik lagi.Daniel dengan jujur menjawab, "Baru saja telepon Odelina. Aku memikirkan bahwa kami akan segera menikah, jadi aku nggak bisa menahan senyum." "Kamu sudah melamarnya?" tanya Erik."Sudah, tapi dulu saat aku melamar, dia nggak menerimanya. Kak, aku nggak tidak akan membiarkannya merasa direndahkan.""Aku akan melamarnya lagi nanti saat dia kembali ke Mambera. Aku akan mengatur semuanya di luar, mendekorasi tempat lamaran dengan baik, dan aku mau melamarnya di depan umum. Aku ingin menunjukkan ke Roni dan keluarganya bahwa melepaskan Odelina adalah kerugian terbesar mereka." "Roni memang nggak pantas untuk Odelina." Daniel memendam tekad untuk membuat keluarganya Roni menyesal. Erik tertawa dan berkata, "Mereka sudah lama menyesal, tapi penyesalan itu nggak ada gunanya sekarang." "Benar, setelah mengalami satu pernikahan yang gagal, dia pasti ada trauma. Kalau bukan karena ketulusanmu, keteguhan hatimu, dan fakta bahwa dia melihat
Mereka akan terlebih dahulu mendaftarkan pernikahan mereka, tetapi tidak akan segera mengadakan upacara pernikahan. Setelah dia bisa berjalan seperti orang normal, barulah mereka akan mengadakan resepsi pernikahan. “Kalau begitu, sampai jumpa akhir pekan.” “Iya, sampai jumpa akhir pekan.” Dengan penuh rasa enggan, Daniel berkata, “Kamu lanjut bekerja dulu, aku juga akan bekerja. Aku nggak akan menyita waktumu, tapi ingatlah untuk menjaga kesehatan. Kesehatan adalah yang terpenting.” “Uang nggak akan pernah habis untuk dicari, dan kestabilan perusahaan juga bukan sesuatu yang bisa dicapai dalam satu hari. Itu memerlukan waktu dan usaha.” Daniel khawatir Odelina akan terlalu terburu-buru sehingga melelahkan dirinya sendiri. Perempuan itu mengangguk dan menjawab, “Aku tahu, aku akan menjaga kesehatanku. Kamu juga, ya. Kalau begitu, kita lanjut bicara nanti malam.” Setelah menutup telepon, Daniel masih enggan meletakkan ponselnya. Dia memandangi ponselnya sambil tersenyum, membayangk