Vandi berkata dengan hangat, “Aku akan ikut berbelanja denganmu.”Felicia tersenyum lalu berkata, “Kamu sangat sibuk setiap harinya. Bahkan pekerjaanmu jauh lebih banyak daripada aku. Aku akan beristirahat satu hari penuh, jadi kamu juga beristirahat, ya”“Kamu kan juga bilang kalau aku pasti bisa sakit kalau terus-menerus bekerja seperti ini, sama sepertimu.”Bagaimanapun juga, pekerjaan Vandi jauh lebih banyak daripada Felicia. Ada banyak hal yang harus diurus laki-laki itu setiap harinya. Vandi harus mencari jawaban dari setiap hal yang ditanyakan oleh Felicia. Bahkan ada beberapa hal kecil yang harus diselesaikan Vandi tanpa perlu menunggu perintah dari Felicia. “Aku baik-baik saja dan sudah terbiasa dengan semua pekerjaan itu. Lagi pula, pekerjaanku sekarang, jauh lebih mudah daripada masa pelatihan.”Vandi terus menemani Felicia berjalan di jalanan depan hotel sambil terus memperhatikan gerak-gerik Felicia. Dia akan langsung memberikan mantelnya kepada Felicia ketika melihat per
Karena Rika sudah menyamar menjadi lelaki selama 20 tahun sehingga sifatnya sudah mirip lelaki.Pak Vandi tersenyum pengertian dan berkata, “Kalau begitu, biarkan aku menemanimu berbelanja. Aku bisa membantu membawa barang-barang secara gratis, jadi kamu nggak perlu capek.” Felicia menoleh menatapnya dan ikut tersenyum sambil berkata, “Benar juga. Tapi besok aku ingin mengajak Odelina untuk berbelanja.”“Anaknya baru datang. Aku lumayan suka karena dia lucu.”“Aku dan mamanya Odelina adalah seangkatan, jadi Odelina harus memanggilku bibi. Anaknya seharusnya memanggilku nenek buyut. Ternyata sebelum menikah pun aku sudah menjadi nenek.” Odelina yang menjadi keponakannya bahkan lebih tua beberapa tahun darinya.Pak Vandi berkata, “Keturunan anak sulung lahirnya terlambat, jadi keturunan anak bungsu menjadi yang lebih tua.” “Bu Patricia dan neneknya Bu Odelina itu seangkatan, usianya juga berbeda jauh. Dengan begitu, usiamu dan Bu Odelina juga menjadi jauh.”Patricia dibesarkan oleh ka
Vandi berkata, “Bu, kalau dikatakan mungkin akan membuat telingamu tercemar.”"Dia melakukan hal-hal yang kadang-kadang mendengar saja bisa membuat telingaku tercemar, tapi aku akan tetap mendengarnya. Makin sering aku mendengar, makin kebal. Sekarang, apa pun gosip buruk yang dia buat, aku sudah nggak terkejut lagi." “Fani sepertinya ingin merayu ketiga kakakmu.”“Dia benar-benar mulai balas dendam pada ketiga kakak iparku.”Vandi menjawab dengan hati-hati, “Nggak tahu apa yang ada dalam pikirannya. Dengan keadaannya sekarang, nggak mungkin bisa memulai bisnis sendiri. Bu Patricia nggak akan membiarkannya bangkit. Dia juga nggak akan bekerja, karena Bu Patricia juga nggak akan biarkan dia dapat pekerjaan yang baik." "Dia juga nggak rela keluar dari Cianter begitu saja. Dia menyimpan dendam pada kalian semua, jadi satu-satunya jalan yang bisa ditempuh adalah itu." Felicia menyeringai dan berkata, "Kalau aku jadi dia, sejak aku tahu kalau aku bukan anak kandung dari keluarga Gatara d
“Baik” Felicia merasa tenang dengan Vandi di sisinya. Dia terlelap dalam sesaat.Setelah Vandi melihat perempuan itu tertidur pulas, dia perlahan menepi dan melepaskan jaketnya untuk menyampirkannya di tubuh Felicia. Perempuan itu tidak menyadarinya karena tertidur lelap.Ketika mereka tiba di rumah keluarga Gatara, waktu sudah menunjukkan lebih dari pukul dua dini hariVandi menghentikan mobil di depan gerbang rumah. Dia tidak memiliki kunci gerbang sehingga harus membangunkan Felicia terlebih dahulu. Dengan setengah sadar, Felicia menatap Vandi dan bertanya, “Pak Vandi, kenapa kamu ada dalam mimpiku?”Lelaki itu tersenyum dan berkata, "Bu Felicia, aku nggak ada di dalam mimpimu. Kamu sudah bangun karena aku membangunkanmu.”Namun, tampaknya perempuan itu masih belum sepenuhnya sadar. Felicia mengedipkan matanya dan duduk tegak. Jaket yang menutupi tubuhnya melorot. Dia secara refleks menangkap jaket itu. “Pantas saja aku merasa panas, ternyata kamu menyelimutiku. Di mobil ada pengha
Felicia menuangkan segelas air hangat untuk dirinya sendiri, lalu berjalan ke sofa dan duduk. Dia bersandar di kursi dan perlahan meminum airnya. Keheningan saat ini memberinya waktu singkat untuk bersantai.Ketika dia mendengar langkah kaki di lantai atas, mendadak Felicia menjadi tegang. Dia tetap duduk tanpa mengangkat kepalanya untuk melihat ke atas. Tidak perlu menebak, dia tahu itu adalah ibunya.Tidak lama kemudian, Patricia turun dari lantai atas. Dia berjalan ke samping Felicia dan duduk kemudian bertanya, "Kenapa pulang larut sekali?"Melihat kelelahan di wajah putrinya, perempuan paruh baya itu mengulurkan tangan untuk menyentuh wajahnya, lalu menghela napas, "Nggak tahu juga ini benar atau salah, berkah atau bencana.""Ma, aku baik-baik saja."Felicia mengerti maksud dari kata-kata ibunya. Tentu saja itu merujuk pada dirinya yang kembali ke keluarga Gatara, bahwa putri sejati dan palsu kembali ke tempat masing-masing, dan apakah ini hal baik atau buruk baginya.Terkadang, F
Patricia tidak segera menjawab pertanyaan putrinya. Dia hanya berkata, "Ivan sudah dua hari nggak pulang ke rumah, dan istrinya mencurigai dia punya selingkuhan di luar."Sambil menghela napas, dia menambahkan, "Kalau masalah genetika, gen-ku bagus, tetapi gen papamu terlalu kuat. Ketiga kakak laki-lakimu mewarisi gen papamu yang suka berselingkuh."“Felicia, dari sudut pandanganmu, kamu merasa apakah Mama salah?”"Aku nggak bisa menerima pengkhianatan. Kalau cinta sudah hilang, lebih baik bercerai daripada berselingkuh Ketika masih menikah."Jawaban Felicia membuat Patricia tersenyum lembut. Tatapannya penuh kasih dan berkata, "Orang-orang bilang gen baik dari keluarga Gatara diwarisi oleh anak perempuan. Dulu Mama nggak percaya. Tapi setelah menemukanmu kembali, Mama mulai percaya. Karaktermu dan cara bertindakmu, mirip dengan Mama.”Dulu, dia merasa putrinya tidak mirip dengannya dalam hal karakter dan cara bertindak. Belakangan, dia menyadari bahwa putri yang dia banggakan adalah a
Patricia langsung mengerti kekhawatiran yang dipikirkan oleh putrinya. Satu-satunya aset yang dimiliki Fani adalah kecantikannya. Ketiga putranya sudah pernah berselingkuh dan kemungkinan lebih dari satu kali.Sifat mereka yang satu ini memang diturunkan dari Cakra. Kalau Fani berniat untuk merayu mereka, kemungkinan besar akan berhasil. Mereka memang sangat menyayangi gadis itu dan tidak ada rasa apa pun pada Felicia yang notabene adalah adik kandung mereka. Tentu saja Fani bisa mendapatkan keuntungan dari mereka.Pemikiran tersebut membuat wajah Patricia seketika menjadi keruh. Kalau Fani benaran berhasil merayu Ivan, maka kedua ayah dan anak itu terjerat dengan Fani. Cakra mungkin bisa berdalih bahwa dia dijebak, tetapi Ivan tentu saja keinginannya sendiri.“Felicia, Mama akan mengurus masalah ini. Kamu nggak perlu khawatir. Mama akan utus orang untuk pantau gerak-gerik Fani. Kalau dia berani memanfaatkan kakakmu, Mama akan kasih tahu kakak iparmu dan minta mereka menjaga keutuhan k
“Kalau dia bersaing dengan kita dan berusaha merebut bisnis kita, maka dia adalah lawan kita.”“Dalam menghadapi musuh, nggak perlu ada belas kasihan. Mumpung perusahaannya masih dalam tahap awal dan rentan, kita harus bertindak cepat.”Felicia terdiam sejenak sebelum berkata, “Ma, bisnis yang didapatkan oleh Odelina kebanyakan adalah dari Aurora Group. Beberapa lainnya adalah dari perusahaan besar yang terhubung dengan keluarga Adhitama, keluarga Lumanto, dan keluarga Sanjaya. Mereka nggak akan menganggap kita sebagai pesaing yang serius.”“Kamu pikirkan sendiri bagaimana cara bertindak. Mama nggak ingin melihat Odelina sukses di Cianter.”Patricia mengerti jika putrinya tidak ingin bermusuhan dengan Odelina. Dia juga tidak ingin bermusuhan dengan perempuan itu jika Odelina bukan keturunan kakaknya dan berniat untuk menyerang keluarga Gatara.Di belakang Odelina ada tiga keluarga besar. Meski mereka berada di Mambera, tidak ada yang berani meremehkannya. Ketiga keluarga itu jika beker
“… kan bisa saja apa yang aku minta kalian nggak bisa bantu, makanya aku minta bantuannya ke kakak iparku. Kak Olivia sudah pergi ke Vila Ferda, Kak Rika masih belum resmi masuk keluarga Adhitama dan aku juga nggak begitu dekat sama dia. Cuma Kak Rosalina saja yang bisa kuminta bantuan. Memang nggak boleh aku minta tolong sama dia?”Rosalina adalah kakak iparnya yang paling tua, tetapi keluarga Adhitama ini terdiri dari beberapa anak lelaki dari ayah yang berbeda sehingga Olivia secara tidak langsung hanya ipar tiri statusnya. Hanya Rosalina saja yang bisa dianggap sebagai ipar dari saudara kandung.“Rosalina bahkan nggak kenal dan nggak pernah ketemu sama cewek yang kamu suka. Dia nggak bakal bisa bantu banyak juga, jadi mending kamu nggak usah ganggu dia. Kalau ada apa-apa, bilang ke aku saja. Kalau aku rasa Rosalina bisa bantu, nanti biar aku yang ngomong ke dia.”“Ini bukan soal si Rubah, tapi soal Nana. Kak Rosalina kan kenal sama Nana dan seharusnya mereka juga pernah berinteraks
“Ini mah banyak banget!” keluh Samuel.“Kamu pikir kami semua sesantai kamu? Kamu saja yang bisa santai, aku dan Kak Stefan setiap hari sibuknya bukan main.”“Kata siapa aku santai? Aku juga punya kesibukan sendiri, kok.”“Masa? Aku nggak pernah lihat kamu sibuk.”“.…”Samuel tidak ditempatkan di kantor pusat Adhitama Group, jelas saja para kakak yang lebih tua tidak pernah melihat Samuel sibuk. Ini salah Samuel sendiri yang tadi mengatakan kalau dia sedang senggang. Bukankah akan lebih baik jika dia terus terang saja apa tujuan dari kedatangannya ke sini?“Kak Stefan jauh lebih capek dari aku,” ucap Calvin.Stefan adalah kunci dari Adhitama Group. Meskipun urusan sepele tidak perlu melalui persetujuan Stefan lagi, tetap saja masih ada banyak urusan lain yang harus dia tangani secara langsung. Adhitama Group sangat besar. Setiap ari ada saja pekerjaan yang harus Stefan urus, belum lagi rapat yang tidak pernah ada habisnya dan sesekali harus pergi menjamu klien.Saat masih bertunangan,
Masih berbicara dengan suaminya di telepon, Rosalina berkata, “Kamu kan sibuk, beresin saja dulu sana. Aku mau menemani Nenek jalan-jalan lagi sebentar. Dia tadi habis marah-marah sama Dewi sampai mukanya merah semua.”Sarah, “….”Di telepon Calvin tertawa sangat keras, tetapi dia cukup sadar diri untuk tidak menanyakan apa yang Dewi katakan kepada neneknya, supaya neneknya tidak melampiaskan kekesalannya dengan cara mengumbar aib Calvin yang lain. Setelah pembicaraan di telepon berakhir, Calvin meletakan ponselnya dan menyeruput kopinya. Sebelum dia meletakkan kembali gelasnya di atas meja, dia mendengar suara ketukan pintu.“Masuk,” ujarnya.Lantas pintu ruang kantornya terbuka dimasuki oleh Samuel. Melihat kedatangan adik kecilnya itu, Calvin pun dengan rapi meletakkan gelasnya kembali ke tatakan gelas dan berkata dengan senyum tipis di wajah, “Tuben, ada angin apa kamu datang ke sini?”“Aku merasa sedikit tersinggung Kak Calvin ngomong begitu. Aku ini adik kandungmu, lho.”Samuel d
Terlalu banyak cucu juga bukan hal yang baik.“Nggak, kok. Nenek nggak bilang apa-apa tentang kamu. Jangan selalu berpikiran buruk tentang Nenek, ya,” ujar Rosalina dengan maksud bercanda.Mendengar itu, Nene Sarah dengan sengaja meninggikan suaranya, “Rosalina, aku kasih tahu, nih. Calvin waktu kecil suka ngompol. Waktu umur dia lima tahun saja kadang-kadang masih suka ngompol. Dia selalu ngaku cari kamar mandi di mimpinya. Pas lagi nyari, begitu ketemu langsung pipis.”“Nenek!” sahut Calvin di telepon.Ya, baiklah. Di antara kakak beradik itu, memang Calvin yang paling sering mengompol. Yang lain pada umumnya sudah tidak mengompol lagi di usia mereka sudah bisa berbicara. Begitu mereka ke kamar mandi sebelum tidur, mereka akan tertidur lelap sampai hari mulai terang. Berbeda dengan Calvin,dia justru banyak minum menjelang tidur dan tidak ke kamar mandi. Makanya, dia sering terbangun di tengah malam untuk pipis. Namun bagaimanapun juga, Calvin baru berusia 5-6 tahun dan masih dianggap
Nenek Sarah tersenyum, lalu dia berkata, “Aku nggak peduli apa kata mereka. Toh cucuku ya milikku. Aku yang membesarkan mereka dari kecil, aku dan suamiku yang bersusah payah mendidik mereka dengan sepenuh hati. Aku yang paling tahu seperti apa sifat mereka, dan wanita seperti apa yang cocok dengan mereka. Aku cuma mau cucuku bahagia dan memberikan mereka istri yang pantas. Apa itu salah? Orang-orang bilang Olivia nggak pantas untuk Stefan. Mereka sering kali bertanya memangnya sudah berapa lama Olivia masuk ke keluarga Adhitama? Atau bertanya dengan kemampuan yang Olivia miliki, apa dia pantas untuk Stefan?”Sarah dari dulu memang lebih menyayangi Olivia. Dia melanjutkan, “Aku justru sangat berterima kasih sama Olivia karena dia mau menikah sama Stefan. Dengan sifat Stefan yang temperamental itu, bisa jadi dia nggak akan dapat pasangan seumur hidup. Bahkan para ahli juga pada bilang kalau Stefan dan Olivia itu memang ditakdirkan untuk jadi suami istri seumur hidup. Mereka mendapatkan
Tante Rida pernah berpesan kepada Rosalina. Andaikan Rosalina sungguh mencintai Calvin, maka terimalah cintanya. Jangan sampai Rosalina melewatkan kesempatan ini atau dialah yang akan menyesal nantinya.Setiap anak lelaki yang terlahir di keluarga Adhitama, entah di urutan yang keberapa pun, mereka sama-sama mendapatkan pendidikan yang setara. Cara mereka menyikapi hubungan asmara juga sama, yaitu fokus dengan pasangan masing-masing bahkan sampai ke tahap buta asmara. Mereka tidak akan jatuh cinta dengan mudah, tetapi sekali jatuh cinta, maka itu akan menjadi komitmen seumur hidup.“Aku bisa mengerti. Memang ini sudah risiko menjadi bagian dari keluarga yang dikenal banyak orang,” ujar Sarah, seraya menepuk punggung tangan Rosalina dengan kasih sayang.Rosalina tersenyum dan berkata, “Nek, yang aku bilang itu dulu. Sekarang aku sudah nggak merasa tertekan atau merasa minder lagi. Dulu aku merasa beruntung karena Calvin sudah memilih aku. Sekarang aku merasa aku pasti punya suatu kelebi
“Duduk dulu di sana, kita bicarakan pelan-pelan,” kata Nenek Sarah seraya menunjuk ke sebuah gazebo yang terletak tidak jauh dari mereka.”Rosalina dengan lembut menanggapi ajakan itu dan menuntun Sarah menuju ke gazebo yang dimaksud. Setelah mereka sampai di sana dan duduk, Sarah memegang tangan Rosalina dan berkata kepadanya, “Rosalina, tekanan menjadi menantu di keluarga Adhitama pasti berat, ya. Nggak peduli apa pun yang kalian lakukan, pasti akan selalu ada mata yang terus mengawasi setiap pergerakan kalian kalaupun kalian melakukannya dengan baik, nggak banyak orang yang kasih pujian ke kalian, dan kalau mereka merasa kalian kurang baik, pasti banyak yang menghujat. Kalau privasi kalian nggak terjaga dengan baik, pasti akan dengan mudah tersebar ke luar dan menimbulkan rumor yang jadi hiburan untuk orang lain. Ini akan bikin kalian sangat frustrasi dan kerepotan.”Namun ketika mendengar itu, Rosalina hanya mengatupkan bibirnya dan menjawab, “Nek, aku baik-baik saja, kok. Awalnya
Sarah hanya ingin mencari topik pembicaraan dengan cucu menantunya itu, makanya dia pura-pura tertarik.“Aku rasa mereka orang yang sama. Mereka sampai cari satu pengganti untuk menyamar jadi Giselle. Habis itu, Lisa juga muncul di depanku. Dia ingin buat aku nggak curiga. Target mereka sepertinya Olivia. Tapi karena aku paling kenal Giselle, jadi mereka mau nggak mau harus libatkan aku juga.”Hanya dengan membuat Rosalina tidak curiga, Olivia baru akan berhenti curiga. Karena Rosalina kakaknya Giselle.“Aku hanya ingin beritahu Olivia, biar bisa analisis bersama. Rasanya mereka sedang main catur besar di belakang. Nggak perlu terburu-buru. Mereka nggak buru-buru, kita juga nggak buru-buru. Makanya aku pagi ini baru datang ke sini, tapi ternyata Olivia sudah pergi.”Rosalina merasa iri pada Olivia. “Aku juga ingin libur, bawa anak-anak pergi main. Tapi sayangnya aku nggak punya keponakan.”Rosalina memiliki adik perempuan, tapi Giselle juga belum menikah. Jadi dia belum memiliki kepona
“Iya, Mama sudah tua, nggak usah keliaran ke mana-mana dan buat anak-anak khawatir,” kata Dewi.Sarah sengaja melotot ke arah menantunya. “Kenapa kamu ikut-ikutan juga? Aku nggak keliaran. Sekarang aku diam saja di rumah, kan? Aku nggak ikut Oliv pergi gendong Audrey.”Dewi langsung mengungkap kebohongan ibu mertuanya. “Bukannya karena Mama selalu mau culik anak orang setiap kali pergi ke sana jadi sekarang mereka nggak mau terima kunjungan Mama?”Wajah Sarah memerah. Rosalina spontan tertawa cekikikan.“Rosalina, temani Nenek jalan-jalan. Suasana hati Nenek jadi nggak bagus karena tantemu. Dia nggak kasih aku cucu perempuan. Aku suka cucu orang lain, dia malah salahkan aku.”“Mama juga nggak punya anak perempuan, masih saja mau salahkan aku. Memangnya kami yang nggak mau punya anak perempuan? Ada masalah dengan feng shui keluarga Adhitama. Aku curiga rumah dan makam leluhur kita ada di tanah milik seorang biksu,” kata Dewi sambil menutup mulut untuk menahan tawa.Keluarga Adhitama han