Ucapan perempuan itu membuat sudut bibir Stefan tertarik. Akan tetapi karena dia tidak mengizinkan Olivia masuk ke kamarnya, berarti sama saja dengan Stefan tidak boleh masuk ke kamar perempuan itu.Sekali lagi Stefan merasa persyaratan yang dia tulis di surat perjanjian itu justru dia yang melanggarnya. Stefan tidak menyangka kalau dia akan menjadi orang pertama yang melanggar. Apakah dia boleh menyesalinya?Di mana dia sembunyikan perjanjiannya? Apakah Stefan perlu mengambilnya ketika Olivia tidak ada di rumah dan setelah itu memusnahkannya? Pemikiran tersebut secepat mungkin dienyahkan lagi oleh lelaki itu. Seorang tuan muda dari keluarga Adhitama tidak mungkin melakukan hal memalukan seperti itu.“Anjing yang lucu.”Junia mengelus bulu anjing itu dan memujinya lucu. Ternyata Stefan pintar memilih anjing dan kucing yang lucu. Russel berontak dan tidak membiarkan Stefan menggendongnya karena dia ingin bermain dengan anjing.Olivia mengeluarkan ponsel dan sibuk mengambil gambar anjing
“Stefan, ada kamu ternyata,” ujar Odelina sambil tersenyum lebar ketika melihat Stefan. Dia maju dan menggendong putranya dan mendaratkan ciuman yang tanpa henti ke wajah bocah itu hingga membuat Russel terbahak.“Kak,” panggil Olivia.“Eh? Anjing dan kucing dari mana? Lucu sekali!”Setelah Odelina selesai mengecup anaknya, dia baru menyadari ada anggota baru di dalam toko.“Stefan kasih aku. Kak, Kakak sudah dapat pekerjaan?” tanya Olivia lagi. Dia sudah lama sekali tidak pernah melihat wajah bahagia kakaknya itu.Odelina memuji binatang lucu yang dibeli oleh adik iparnya terlebih dahulu, kemudian menjawab, “Sudah ketemu, kejadiannya sangat di luar ekspektasi. Ternyata aku bertemu dengan orang yang aku kenal. Olivia, kamu tahu tempat kerjanya Kakak di mana?”“Lumanto Group.”Olivia tidak begitu mengikuti perusahaan-perusahaan besar. Dia tahu tentang Adhitama Group juga karena teman baiknya sering menyebut nama tuan muda perusahaan tersebut. Setelah itu, dia menikah dengan Stefan yang
Lelaki itu menoleh ke belakang dan menemukan Olivia tidak menatapnya sama sekali. Perempuan itu hanya mengambil piring dan menatap masakan tersebut. Selain satu piring sayur, sisanya adalah makanan seafood. Semuanya hasil pemberian Amelia.Stefan melangkah lebar-lebar dan mengambil piring dari tangan Olivia sambil berkata, “Karena aku sudah masuk, aku bantu bawa piringnya keluar. Setidaknya kamu nggak perlu bolak balik.”“Terima kasih, Pak.”Stefan menghentikan langkahnya dan menatap perempuan itu.“Kenapa?” Olivia mengambil dua piring lagi setelah piring yang sebelumnya diambil oleh Stefan. Melihat mata lelaki itu yang menatapnya dengan lurus membuat Olivia bingung. Dia menunduk dan melihat bajunya yang tidak kotor sama sekali.“Kamu … boleh nggak jangan panggil aku ‘Pak Stefan’?” tanya Stefan menyampaikan rasa tidak sukanya. Selama bersama dengan Olivia, sebaiknya dia langsung sampaikan rasa tidak sukanya pada perempuan itu.Jika meminta Olivia yang menebak, perempuan itu pasti tidak
Odelina tidak berkata apa pun lagi dan membantu putranya mengenakan sarung tangan. Setelah selesai makan, Stefan membantu istrinya membersihkan peralatan makan dan dibawa ke dapur.Kakaknya itu tidak bosan memuji adik iparnya di hadapan Olivia dan meminta adiknya untuk memperlakukan Stefan dengan baik. Yang paling Odelina takutkan adalah kegagalan dalam pernikahannya membuat adiknya juga timbul rasa kecewa di hatinya.Roni adalah lelaki berengsek, tetapi bukan berarti semua lelaki sama seperti Roni. Di dunia ini masih ada suami yang jauh lebih baik. Hanya saja nasib Odelina tidak sebaik itu dan tidak bertemu dengan orang tersebut.Dengan pasrah Olivia menjawab, “Kak, aku tahu. Kakak nggak perlu bilang kebaikan dia terus. Aku ke dapur buat cuci piring dulu.”Olivia bergegas masuk ke dapur agar kakaknya tidak lanjut mengatakan hal yang baik tentang Stefan lagi. Seakan-akan dirinya sering jahat dengan Stefan saja. Junia hanya menahan tawanya saja ketika mendengar percakapan itu.Stefan ba
Stefan duduk di luar sesaat dan hendak kembali ke kantor. Kebetulan Olivia baru selesai mencuci piring dan melihat lelaki itu hendak pergi. Dia mengejar lelaki itu keluar dari toko.Dia mengeluarkan amplop besar dari dalam mobil dan memberikannya pada Olivia sambil berkata, “Semuanya ada di dalam sini.”Olivia menerima bukti tersebut dan mengucapkan terima kasih lagi. Mata mereka bertemu dan membuat Olivia bergegas membuang tatapan dan sibuk melihat sekitar. Akan tetapi melihat ada orang lain di sana membuat perempuan itu mengenyahkan pemikiran tersebut.“Hati-hati di jalan, sampai kantor ingat kabari aku.” Stefan hanya berdeham merespons kalimat Olivia tadi.Setelah masuk mobil, lelaki itu masih menatap Olivia dalam-dalam sesaat. Setelah itu dia melajukan mobilnya meninggalkan toko istrinya. Olivia hanya berdiri di tempatnya menatap mobil yang perlahan semakin menjauh. Dia merasa di antara dirinya dan Stefan ada sesuatu yang berubah aneh. Seperti ada sebuah perasaan cinta di sana.Mun
Odelina menggigit bibirnya dengan kuat dan berusaha keras untuk tidak menangis. Dia sudah cukup membuang air matanya demi Roni dan tidak akan ada yang kedua kalinya. Air matanya juga tidak akan mendapatkan rasa iba dari lelaki itu, lalu untuk apa Odelina membuat matanya sembab?“Kakak nggak apa-apa.”Odelina memasukkan semua dokumen dan foto ke dalam amplop dan berusaha bersikap kuat dan tegar sambil berkata, “Sekarang Kakak sudah jauh lebih tenang. Dia bukan baru sekarang mengkhianati Kakak.”“Olivia,” panggil Odelina sambil memberikan amplop itu pada adiknya.“Kamu bantu Kakak jaga semua bukti ini. Kalau Kakak bawa pulang dan ketahuan sama dia, dia pasti akan langsung membuat perpindahan harta yang akan membuat Kakak dirugikan.”“Baik,” jawab Olivia sambil menerima amplop tersebut.“Aku akan bersikap pura-pura nggak terjadi sesuatu seperti saran kamu. Setelah pekerjaan Kakak stabil, baru akan mengajukan cerai. Apa yang harus jadi milik Kakak, akan Kakak perjuangkan sampai dapat!” kat
“Adik aku nggak ada hutang kamu. Mama dan kakak kamu yang mau makan, kenapa adik aku yang bayar? Roni, selama tiga tahun ini kita menikah, aku nggak ada kerja dan dapat penghasilan, tapi aku sudah berkorban banyak sekali! Tanpa ada aku di belakangmu, memangnya karir kamu bisa seperti hari ini?!”“Kalau kamu nggak kirim uang, aku nggak akan beli. Selain itu harus ada uang jasa! Kamu sendiri yang bilang kalau kita bagi rata, berarti aku nggak ada kewajiban untuk masak buat keluargamu. Kalau kamu mau aku masak, bayar aku jasa masak!”“Karena aku memikirkan hubungan pernikahan kita selama tiga tahun ini, aku hanya kasih kamu harga 400 ribu.”Roni mengumpat di telepon, “Kamu hanya bisa hamburkan uang dan makan saja! Lihat saja tubuhmu sampai begitu gemuk! Apa yang sudah kamu korbankan? Aku nggak ada lihat sama sekali! Semua kesuksesan di karirku itu adalah hasil kerja kerasku! Nggak perlu terlalu percaya diri.”“Uang jasa? Memangnya mamaku bukan mama kamu? Menantu mana yang meminta uang bay
Setelah meminta Odelina untuk pulang sebanyak dua kali, akhirnya Shella marah dan memutuskan sambungan telepon. Dia berkata pada ibunya, “Ma, Odelina ada di toko adiknya. Katanya Russel tidur dan mau pulang setelah Russel bangun nanti. Dia minta kita yang ambil kuncinya di sana.”Kening ibunya berkerut, dengan nada tidak senang dia berkata, “Kalau Russel tidur, dia bisa gendong Russel pulang. Olivia ada mobil dan harusnya nggak menghabiskan banyak waktu untuk antar mereka berdua pulang.”Ibunya Roni merasa menantunya itu memang sengaja membuat mereka menunggu di luar rumah.“Dia pasti sengaja buat kita tunggu di luar sini,” ujar Shella sependapat.“Dulu Mama pernah coba lupa bawa kunci, tinggal telepon ke Odelina saja maka dia akan langsung pulang buat bukain pintu. Nggak seperti kali ini yang membiarkan kita tunggu di luar. Ma, aku merasa sikap Odelina berubah setelah dia ribut besar dengan Roni.”“Bisa jadi,” ujar ibunya.“Waktu Odelina pukul Roni sampai luka, dia nggak mau jemput Ro