Tidak ada yang melihat hasil tesnya, tetapi bisa dibayangkan Rosalina adalah putri kandung ayahnya, atau Johan dan Sinta tentu tidak akan menganiaya Rosalina. Namun dari hasil tes itu jika diketahui rupanya Sinta sudah lama berselingkuh.Kalau dipikir-pikir lagi sekarang, Fenny cukup beruntung karena Sinta dan Johan tidak peduli dengan Rosalina. Di bawah asuhan Rida dan pengasuhnya, cara pandang Rosalina terhadap dunia menjadi lurus. Kalau saja waktu itu Sinta dan Johan baik dan mau mendidik Rosalina, mungkin sekarang Rosalina tidak akan jadi seperti sekarang.“Bukan salah mereka, justru Mama yang jago mendidik anak-anak Mama jadi orang yang unggul. Siapa juga yang nggak suka sama orang hebat? Semua orang tua pasti mau anak perempuan mereka menikah sama cowok yang mapan. Cari menantu juga harus lihat siapa mertuanya. Pernikahan memang bukan urusan satu keluarga saja, tapi dua keluarga. Setelah menikah, suami istri harus bisa membaur ke kedua pihak dan beradaptasi sama gaya hidup mereka
Seraya menekan amarahnya, Regina menjawab, “Tadi Fenny sama Rosalina juga datang ke acaranya Yura. Rebecca kan lumayan dekat sama Lena, jadi Rebecca kenalin Lena ke Rosalina, tapi Lena malah berharap bisa dapat Calvin. Lena ngomong kasar ke Rosalina, akhirnya dia sendiri yang kena siram.”“... kok bisa Lena ngomong begitu. Apa didikan kita cuma dia anggap sebagai angin lalu? Terus apa kamu sudah minta maaf ke Rosalina? Besok kita langsung ke rumah mereka untuk minta maaf secara personal.”Terrence tidak bertanya lagi apa yang sebenarnya Lena ucapkan, tetapi dia tahu kalau istrinya sudah marah, berarti kesalahan yang Lena lakukan sudah di luar batas wajar. Regina dan Terrence merasa mereka sudah mendidik Lena dengan sangat baik. Makanya ketika Lena mengatakan sesuatu yang jahat, Regina merasa sangat marah dan juga bersalah karena merasa telah gagal mendidik anaknya.“Aku sama Lena sudah minta maaf. Untungnya Rosalina juga nggak mempermasalahkannya. Dia baik banget, sih. Tapi kita nggak
“Iya. Sudah, jangan terus menyalahkan diri sendiri. Kalau anak kita salah, sudah tugas kita untuk kasih tahu apa yang benar supaya dia belajar. Anak sebaik apa pun pasti bisa melakukan kesalahan. Setiap orang pasti bisa melakukan kesalahan, jadi jangan terus menyalahkan diri sendiri.“Semoga saja Lena sadar sama kesalahannya. Kalau kulihat dia tahu salah, dan dia sifat aslinya baik, tapi cuma karena cemburu sesaat dan kebetulan lagi mabuk jadinya menyakiti orang lain.”Setelah pelajaran yang berharga kali ini, Terrence yakin anaknya pasti sadar akan kesalahan yang telah dia perbuat. Bahkan Regina juga meminta Lena untuk introspeksi diri dan mengasingkan dirinya ke pegunungan untuk membantu orang yang membutuhkan. Melewati hidup di tempat seperti itu pasti akan membuat Lena berubah banyak. Ketika Lena pulang nantinya, dia pasti sudah menjadi orang yang baru dan bisa lebih menghargai kehidupan dan segala yang dia miliki. Hitung-hitung bisa sekalian mengumpulkan karma baik. ***Di vila m
Menyadari ekspresi wajah Lota sangat aneh, Giselle mengubah ucapannya, “Ini salahku. Aku masih belum bisa mengubah suaraku, makanya pas tadi dia dengar, dia mulai curiga. Tapi waktu dia dia menguji aku, aku berhasil menahan diri.”“Kontrol diri kamu masih kurang. Kalau mereka nggak suruh kamu pulang, penyamaran kamu bisa langsung ketahuan.”Giselle sudah membuka mulut lebar-lebar berniat untuk membela diri, tetapi dia mengurungkan niatnya saat dihadapkan dengan tatapan dingin Lota. Giselle merasa sangat puas melihat Rosalina dikatai oleh Lena, dan dia juga sangat marah ketika Rosalina mengatakan hal-hal jelek tentangnya. Saat itu Giselle hampir saja memukulnya.“Maaf, Pak Lota. Aku yang lalai melakukan tugasku dengan baik.”“Nggak masalah. Kamu masih muda dan itu memang sudah sifat alami kamu yang terbentuk dari kecil. Sifat asli memang nggak segampang itu diubah apalagi dalam waktu yang singkat. Kamu bisa bertahan sejauh ini saja sudah bagus.”Dalam hati Giselle mengumpat mengapa Lota
“Sini,” kata Lota seraya melambaikan tangannya pada Giselle. Dia sangat menyukai aroma tubuh Giselle yang baru selesai mandi.Giselle pun mendekat dan memanggil namanya dengan manja. Sebenarnya dalam hati dia ingin menusuk dada Lota dengan pisau, tetapi sayangnya dia tidak sanggup melakukan itu dan hanya bisa menurutinya. Selama Lota senang, hari-hari Giselle juga akan lebih menyenangkan. Giselle ingin cepat memuaskan Lota supaya dia segera pergi dari Mambera. Selama Lota tidak ada, hidupnya terasa jauh lebih bebas.Belajar tentang etika masih lebih baik daripada harus setiap hari berhadapan dengan Lota yang susah ditebak. Sekarang Lota mungkin sedang senang, tetapi sedetik kemudian dia bisa saja tiba-tiba mencekik Giselle sampai membuat Giselle hampir saja bertemu dengan nenek moyangnya di atas sana.Lota menarik Giselle hingga terjatuh di atas tubuhnya, lalu Lota langsung berbalik menekan Giselle dari atas. Saat Lota ingin menerkamnya, Giselle tiba-tiba mendorongnya dengan kuat dan l
“Lain kali, makan obat setiap kali habis berhubungan, atau aku paksa kamu operasi tubektomi. Kalau sudah operasi kamu nggak perlu makan obat lagi. Semua obat pasti berbahaya dan punya efek samping yang serius.”“... aku makan obat saja.”Giselle tidak sudi melakukan tubektomi. Dia masih muda, sebodoh apapun dia, dia tahu tubektomi akan membuatnya tidak bisa menjadi seorang ibu sampai akhir hayatnya. Kenapa tidak Lota saja yang melakukan vasektomi? Kalau saja dia yang berinisiatif menggunakan kontrasepsi, Giselle juga tidak harus makan obat apalagi sampai harus menggugurkan bayinya.“Terserah kamu,” ucap Lota. Dia tidak peduli, toh yang harus menanggung bahaya juga bukan tubuhnya sendiri. Dia tidak akan membiarkan Giselle melahirkan anaknya. Semua anak dari istri-istri terdahulu sudah dewasa, Lota tidak perlu khawatir lagi mencari penerus bisnisnya. Hubungan dia dengan istri pertamanya tidak begitu baik, tetapi Lota memperlakukan anaknya dengan sangat baik. Untuk soal anak dari istrinya
“Dasar buta sial*n. Kalau bukan gara-gara kamu, aku nggak mungkin jadi begini.”Setiap kali Giselle merasa kesulitan, dia selalu menyalahkannya kepada Rosalina dan membuat kebenciannya kian bertambah.Di sisi lain, Rosalina bersin karena Giselle sedang membicarakan dirinya. Calvin yang baru keluar dari kamar mandi melihat istrinya bersin-bersin segera bertanya, “Kamu masuk angin, ya? Habis mandi nggak langsung keringin, sih. Nggak nyalain penghangat ruangan lagi. Kalau dingin harus nyalain penghangat.”“Nggak sedingin itu sampai harus nyalain penghangat ruangan, kok. Lagian jendela juga sudah tertutup rapat. Aku nggak merasa kedinginan, paling Giselle yang lagi ngomongin aku di belakang.”“Sudah malam begini masa dia masih ngomongin kamu di mimpinya.”Calvin mengambilkan mantel dan memakaikannya ke Rosalina. Kemudian dia duduk di samping dan merangkul bahu Rosalina dengan tangannya untuk memberikan rasa hangat.“Tapi suhu udara di vila ini lumayan dingin dibandingkan di kota,” kata Cal
“… Sayang, aku nggak main-main sama cewek lain.”“Iya, aku tahu. Aku nggak bilang begitu, kok. Aku bilang kamu ganteng, makanya nggak heran banyak cewek yang tergila-gila sama kamu. Cowok kalau ketemu cewek cantik pasti bakal melirik terus, bahkan bisa langsung jatuh cinta pada pandangan pertama. Sama, cewek kalau lihat cowok ganteng juga pasti bakal melirik terus. Di acara tadi, Rebecca ngajak aku kenalan sama beberapa teman dia. Aku baru pertama kali ketemu sama cewek itu, tapi dia malah ngata-ngatain aku. Waktu itu aku saja heran. Kayaknya aku nggak pernah bikin dia tersinggung. Belakangan aku baru tahu ternyata dia suka sama kamu.”“Sayang, cewek itu siapa memangnya?” tanya Calvin dengan wajah masam.Padahal sudah bagus Rosalina mau menyapanya, tetapi dia malah kurang ajar.“Kamu jangan langsung marah cuma dengar hal-hal yang nggak mengenakkan. Biasanya kamu lemah lembut. Kalau mukamu kayak begitu, kamu jadi sama kayak kakakmu. Aku nggak suka kamu begitu.”Sewaktu Rosalina masih be
"Kapan Pak Stefan datang?" Felicia bertanya. "Baru saja tiba. Setelah mendengar bahwa kamu dirawat di rumah sakit, dia ikut bersama kami untuk menjengukmu." Stefan berbohong kepada istrinya, mengatakan bahwa dia harus pergi dalam perjalanan bisnis, padahal dia sebenarnya datang ke Cianter. Dia ingin melihat situasi di Cianter dan berdiskusi dengan kakak iparnya sebelum kembali ke Mambera. Lelaki itu hanya memiliki waktu dua hingga tiga hari di sini, tidak bisa tinggal terlalu lama, agar Olivia tidak mengetahuinya. Felicia tersenyum dan berkata, "Pak Stefan benar-benar perhatian." Secara teknis, meskipun Felicia lebih muda beberapa tahun dari Stefan, dia adalah seniornya, karena dia adalah bibi nenek dari Olivia. Seharusnya, Stefan memanggilnya "Bibi Nenek". Seorang junior menjenguk seniornya sebagai bentuk hormat dan perhatian adalah hal yang wajar. Meskipun semua orang tahu alasan sebenarnya di balik kunjungan ini. Jika bukan karena Felicia memberi tahu Odelina sebelumnya, orang
Vandi khawatir Felicia akan merasa pusing saat baru bangun, jadi dia membantunya berdiri dengan hati-hati. Felicia duduk di sofa dan melihat hidangan yang tersaji penuh di meja. Dia berkata, "Hanya kita berdua yang makan, kita nggak akan bisa menghabiskan sebanyak ini. Nggak perlu memasak terlalu banyak." "Nggak banyak, porsinya hanya untuk dua orang." Vandi mengambil semangkuk sup dan meletakkannya di depan Felicia, kemudian menyuruhnya minum sup terlebih dahulu. "Kamu juga makan." "Iya." Vandi tidak menolak. Dia sudah menyiapkan makanan ini sebelumnya dan membawanya dengan termos makanan. Dia sendiri belum makan. Dia suka makan bersama Felicia. Gadis itu memiliki nafsu makan yang baik, tidak seperti para putri konglomerat lainnya yang makan lebih sedikit daripada kucing hanya demi menjaga bentuk tubuh. Felicia selalu makan sesuai selera dan kebutuhannya, tidak pernah menelantarkan perutnya sendiri. Ponsel Felicia berbunyi di dalam kamar rawatnya. "Aku ambilkan untukmu." Van
Menjadi seorang aktris, tidak ada yang tidak berharap suatu hari nanti bisa menjadi pemeran utama berkat kecantikan dan aktingnya. Sayangnya, semua wanita yang mencoba peruntungan memiliki wajah yang cantik. Dengan penampilannya, dia hanya bisa dikatakan lumayan, bukan seorang calon bintang sejati. Menjadi pengganti Giselle sudah memberinya bayaran yang cukup tinggi. Jika mendapat tamparan, masih ada kompensasi tambahan. Jauh lebih menguntungkan daripada menjadi figuran. "Mudah sekali mendapatkan uang ini. Kalau lain kali kamu mau mencari masalah dengan kakakmu lagi, aku bisa sengaja membuatnya marah dan membiarkan dia menamparku beberapa kali lagi, jadi aku bisa mendapatkan lebih banyak uang." Giselle tertawa sinis, "Hanya beberapa juta saja, apakah itu sepadan?" "Bu Giselle, Anda berasal dari keluarga kaya, tumbuh dalam kemewahan, sejak kecil nggak pernah kekurangan apa pun, dan memiliki uang yang nggak akan habis digunakan. Anda nggak akan pernah memahami kesulitan orang biasa s
Semua ini salah bibinya yang terlalu ikut campur. Jika tida, si buta pasti sudah mati sejak lama. Rosalina sudah buta selama sepuluh tahun, siapa sangka suatu hari nanti dia bisa kembali melihat? Benar-benar manusia berencana, tetapi takdir yang menentukan. Pengganti itu terdiam saat ditanya oleh Giselle seperti ini. Dia hanyalah seorang pengganti, bahkan Giselle yang asli pun tidak bisa menikah masuk ke keluarga Adhitama sebagai nyonya muda. Selain itu, Giselle sudah menyinggung Calvin, jadi tidak ada lagi kesempatan baginya untuk masuk ke keluarga Adhitama. Dengan sedikit penyesalan, dia berkata,"Aku masih berharap bisa mendapatkan keberuntungan seperti Olivia, masuk ke keluarga Adhitama dan menjadi nyonya muda. Tapi sepertinya itu hanya harapanku yang berlebihan." Giselle tertawa, "Nggak heran kamu punya pemikiran seperti itu. Setiap gadis yang pernah melihat salah satu anak dari keluarga Adhitama, terlepas dari latar belakang mereka, pasti akan tergoda. Sayangnya, nggak ada sat
Pengganti itu menatap Giselle dengan penuh harapan dan bertanya, "Berapa banyak anak lelaki keluarga Adhitama yang masih lajang?" Dari pertanyaan itu, Giselle langsung tahu apa yang ada di dalam pikirannya. Dengan nada sarkastik, Giselle berkata, "Kenapa? Kamu juga bermimpi menikah masuk ke keluarga Adhitama?""Keluarga Adhitama bukanlah tempat yang bisa dimasuki oleh sembarang orang. Lihat aku, aku ini putri kedua dari keluarga Siahaan yang asli. Saat papa dan mamaku masih mengurus keluarga, aset kami ada triliunan. Tapi tetap saja, kami nggak bisa bergaul dekat dengan keluarga Adhitama." "Di acara perjamuan, saat mamaku menyapa para nyonya dari keluarga Adhitama, mereka hanya mengangguk dan tersenyum sebagai balasan. Kalau mau berbincang akrab dengan mereka, itu hal yang mustahil." "Para nyonya keluarga Adhitama jarang menghadiri pesta. Kalau mereka datang ke suatu acara, itu pasti undangan dari orang-orang yang memiliki status dan kedudukan yang sangat tinggi di Kota Mambera, bar
Penggantinya sudah tiba lebih dulu, tetapi dia tidak memiliki kunci untuk masuk, sehingga hanya bisa menunggu di depan vila. Setelah Giselle masuk, barulah pengganti itu mengendarai mobilnya dan mengikuti masuk ke dalam. Beberapa menit kemudian. Di ruang tamu yang megah, hanya ada dua wanita duduk di sofa mewah. Mereka saling menatap, mengamati satu sama lain. "Apakah wajahku terlihat sangat jelek sekarang? Rasanya wajahku bengkak seperti roti kukus yang mengembang." Orang pengganti itu meraba pipinya yang merah dan bengkak, terasa sangat sakit. Para pengawal keluarga Adhitama benar-benar kejam dalam menghukum orang. Giselle tidak bisa menahan tawanya, "Memang sangat jelek, hahaha, wajahmu bengkak sekali." Pengganti itu melotot padanya. "Kamu masih bisa tertawa? Aku ini menggantikanmu untuk menanggung hukuman! Cepat ambilkan es untukku, biar aku bisa mengompres wajahku. Ini sakit sekali!" "Kamu menyuruhku mengambilkan es untukmu?" Giselle membelalakkan matanya. "Aku ini nyonya
Hanya saja, waktunya sudah tidak cukup. Lotajuga tahu bahwa tidak bisa terburu-buru. Olivia dan yang lainnya terlalu waspada. Sebelumnya, Giselle sudah lebih awal menciptakan "pertemuan kebetulan" agar bisa mengenal Olivia dan orang-orang di sekitarnya. Namun, Olivia tetap waspada terhadapnya. Masalah utamanya adalah Giselle tidak belajar mengubah suaranya, sehingga Olivia curiga bahwa dia adalah Giselle. Karena itu, Olivia terus berjaga-jaga, membuat rencana mereka tidak mengalami kemajuan. Lota juga sempat kesal pada Giselle, merasa bahwa dia tidak berguna. Namun, setelah dipikirkan lagi, ini bukan sepenuhnya salahnya. Memang sejak awal, Giselle tidak memiliki banyak kemampuan. Perempuan itu hanyalah anak manja yang dimanja oleh orang tuanya sejak kecil. Ketidaktahuannya terhadap dunia luar membuatnya melakukan kesalahan besar yang menyeret orang tuanya ke dalam masalah, hingga akhirnya bisnis keluarga Siahaan kembali jatuh ke tangan Rosalina. Bahkan, dia sendiri sempat masuk pe
Giselle mengeluarkan suara manja saat berbicara. Lota tertawa di telepon, "Dari suaramu, aku bisa mendengar kegembiraanmu. Sepertinya saranmu berhasil digunakan dengan baik." "Ya, memang berhasil. Sangat efektif. Si Buta itu sekarang seharusnya sudah percaya bahwa Lisa itu bukan Giselle. Tentu saja, ini juga berkat kehebatan Pak Lota yang begitu cepat menemukan pengganti yang sangat mirip denganku." "Melihat pengganti itu, aku sendiri hampir mengira dia adalah saudara kembarku. Bentuk tubuh, wajah, suara dan semuanya sangat mirip." Sekarang Giselle percaya bahwa dua orang yang tidak memiliki hubungan darah pun bisa memiliki kemiripan yang luar biasa. Sama seperti dia dan penggantinya. Mereka tidak memiliki hubungan darah. Sebelum pengganti itu muncul, mereka bahkan belum pernah bertemu. Saat pertama kali bertemu, pengganti itu juga terkejut. Keduanya sempat berpikir bahwa orang tua mereka memiliki anak lain di luar nikah. Karena hal ini, Giselle semakin takut pada Lota. Lelaki itu
Calvin tampak serius dan berkata, "Kamu paling tahu bagaimana sifat adik perempuanmu. Bahkan ayah dan ibunya nggak bisa mendidiknya dengan baik, tapi sekarang orang itu bisa membuatnya berubah menjadi seorang wanita terhormat. Meskipun masih kurang sedikit, itu sudah sangat luar biasa." "Nanti aku akan bicara dengan Kakak." Rosalina berkata, "Sepertinya mereka datang untuk mencari Olivia, hanya saja aku tidak tahu alasannya." Lelaki itu menenangkannya dan berkata, "Jangan terlalu banyak berpikir, nanti juga akan terungkap. Setelah karyawanmu kembali, kita pergi makan." "Kita makan di rumah lama atau di hotel?" "Di hotel saja, rumah lama terlalu jauh." Meskipun para tetua masih berada di Vila Permai dan akan segera pergi, Calvin dan yang lainnya telah kembali ke kehidupan normal mereka. Mereka yang harus bekerja kembali bekerja, sementara yang masih sekolah tetap melanjutkan sekolahnya. Saat ini liburan baru saja dimulai. Sebagian besar siswa sudah libur, tetapi Sandy yang merupa