Lota sedang memegang anggur di tangannya sambil duduk di aula ketika Giselle masuk ke dalam rumah. Dia tampak santai sambil menyesap anggur di tangannya dengan wajah puas. Dia sama sekali tidak menoleh ketika mendengar suara langkah kaki Giselle. Giselle berjalan menghampirinya lalu meletakkan tasnya dan duduk di samping Lota seraya berkata, “Pak Lota.”Lota melirik Giselle dengan tatapan tajamnya yang berhasil membuat Giselle ketakutan. Dia langsung memikirkan tentang kesalahan yang mungkin diperbuatnya. “Pak Lota sudah makan?” tanya Giselle hati-hati. Lota hanya mengangguk ringan lalu bersandar seraya berkata, “Di meja sana ada undangan jamuan makan yang harus kamu hadiri besok malam.”“Aku juga membelikanmu beberapa gaun malam dan beberapa set perhiasan. Kamu lihat saja dulu dan pakailah yang kamu suka,” ujar Lota sambil menatap ke arah sebuah sofa. Giselle mengikuti arah tatapan Lota. Di sana, dia melihat ada beberapa tas kertas dari merek terkenal dan beberapa kotak perhiasan
Giselle berpikir sejenak lalu berkata, “Benar, Rosalina sudah pernah mendengar suaraku. Dia pasti curiga kalau mendengar suaraku yang berbeda ketika kami bertemu lagi, sekalipun kami belum sering bertemu.”Lota menatapnya tajam lalu berkata, “Tapi, daya ingat Olivia sangat baik.”Giselle langsung terdiam. Daya ingat Rosalina juga sangat baik. Bahkan Rosalina hanya bergantung pada daya ingatnya sendiri setelah mengalami kebutaan sejak 10 tahun yang lalu. “Kakakmu yang buta itu ….”“Pak Lota, Rosalina sudah nggak buta lagi. Dia berhasil mendapatkan kembali penglihatannya setelah Calvin meminta bantuan seorang dokter hebat untuk mengobati Rosalina.”Kemudian Giselle berkata dengan penuh amarah, “Nasib perempuan itu benar-benar baik.”Rosalina masih buta ketika Calvin mendekati gadis itu. Namun anehnya, Calvin tidak membencinya. Bahkan kedua tantenya sempat mendatangi Fenny dan mengatakan kalau Rosalina tidak layak untuk Calvin karena gadis itu buta. Namun, Fenny justru mengatakan kalau
Hampir tidak mungkin baginya untuk mewarisi seluruh keluarga Brata kalau dirinya tidak memiliki totem itu. Lota hanya bisa menjadi pemimpin sementara keluarga Brata sampai anak itu kembali membawa totem dan menggeser posisinya. Lota harus menyerahkan semua yang sudah diusahakannya dengan susah payah kalau sampai anak itu tumbuh dewasa dan muncul dengan totem itu. Bahkan semua orang-orang kepercayaan Lota juga akan tunduk kepada bocah itu selama bocah itu memiliki totem di tangannya. Oleh karena itu, dia memanfaatkan waktu ini untuk mengambil totem itu selama anak itu belum bisa mengembangkan kemampuan bela dirinya dan melawan Lota. Dia akan membungkam anak itu dan menjadi pemimpin keluarga Brata yang sesungguhnya. Namun, semua informasi yang dibutuhkannya tiba-tiba terputus setelah dia mencurigai kalau anak angkat dari Mulan adalah anak yang sedang dicarinya. Vila Ferda seakan dilindungi oleh tong-tong besi yang tak terlihat. Lota mungkin bisa memasukkan tangannya ke sana, tapi dia
“Aku tenang kalau Pak Lota sudah bilang begitu.”Giselle juga tahu kalau Olivia tidak akan bisa menemukan celah dalam penyamarannya sekalipun perempuan itu sudah mencurigainya sejak pertama kali bertemu. Namun, Rosalina pasti bisa menemukan celah dalam penyamarannya. Bagaimanapun juga, mereka berdua adalah saudara satu ibu. Rosalina juga sangat mengenalnya, sedangkan Giselle kurang mengenal Rosalina. Oleh karena itu, Rosalina bisa menginjak Giselle dengan mudahnya. Hal yang paling ditakuti oleh Giselle adalah ketika adik laki-lakinya tidak lagi bersedia membantunya. Dia juga tidak tahu apa yang dipikirkan Jordan saat ini tentangnya. Adik laki-lakinya tidak bersedia untuk membantunya dan kedua tante serta semua sepupunya sudah pergi meninggalkan Mambera. Giselle tidak lagi memiliki siapa pun yang bisa diandalkannya sekarang. Oleh karena itu, dia tertarik dengan tawaran Pak Lota untuk memanfaatkannya dan menjadikannya sebagai seorang simpanan. Lota mengeluarkan dua lembar kertas dari
Namun, Giselle sudah memikirkan jalan keluar baginya setelah hidup dalam kemiskinan. Dia terus menyimpan uang pemberian Lota agar dirinya memiliki uang yang cukup untuk menopang kehidupannya setelah putus dari Lota kelak. Dengan begitu, dia tidak perlu lagi meminta uang kepada Jordan yang hanya bisa memberikannya beberapa juta setiap bulannya. “Pak Lota, apa tuan rumah jamuan makan ini tahu tentangku?” “Mereka tidak tahu identitasmu yang sebenarnya. Aku sudah memerintahkan seorang sosialita kelas atas untuk membawamu ke acara itu. Ingat sekali lagi, kamu bukan anggota keluarga Siahaan sekarang, melainkan istri dari kepala keluarga Brata. Keluarga suamimu tidak suka dengan pusat perhatian. Selain itu, kamu tidak mengenal semua tamu yang hadir besok malam.”“Kamu juga harus berpura-pura tidak mengenal orang-orang di sana, sekalipun kamu mengenal mereka dengan sangat baik.”Giselle hanya bisa mengangguk tanpa daya. Pak Lota pun melepaskan tangannya dari dagu Giselle.“Sekarang, ikut aku
Kemudian Daniel berkata dengan penuh kasih sayang, “Aku melakukan terapi untukmu. Aku juga hanya mengurus masalah-masalah penting saja di perusahaan.”“Kakak-kakakku selalu membantuku dan nggak akan membiarkanku kelelahan.”“Odelina, aku mungkin nggak akan mau terapi dan nggak akan bisa berdiri lagi kalau bukan karenamu.”“Dasar bodoh.”“Aku nggak bodoh. Aku sangat menyayangimu dan Russel. Orang-orang bilang kalau kamu hanyalah seorang janda gemuk ketika aku bertemu denganmu pertama kali. Jadi, bagaimana mungkin aku bisa jatuh cinta padamu?”“Tapi, cinta nggak butuh alasan dan aku pun nggak perlu mencarinya.”“Bisa jadi, aku menyukaimu karena kamu sudah meningkatkan dirimu menjadi lebih baik. Hal itu yang mungkin membuatku menyukaimu.”“Selain itu, aku juga sangat menyayangi Russel. Padahal aku biasanya nggak suka sama anak kecil. Aku selalu menganggap mereka berisik. Tapi entah mengapa, aku langsung menyukai Russel ketika melihatnya pertama kali.”Odelina langsung tertawa seraya berka
“Ma, izinkan aku membeli satu mainan saja, ya?” tawar Russel. “Nggak boleh! Nanti, mainanmu akan menumpuk semakin banyak. Lagi pula, kamu kadang nggak membereskan mainanmu setelah kamu mainkan dan Mama terpaksa membantumu membereskannya.”“Ma, aku janji akan membereskan mainanku sendiri,” ucap Russel yang terkadang lupa untuk membereskan mainannya. “Bukannya kamu bawa mainan ke sini?”Odelina tidak akan mengizinkan anaknya untuk membeli terlalu banyak mainan. Karena mainan Russel memang sudah sangat banyak. Russel langsung cemberut lalu berkata, “Pokoknya aku mau beli mainan baru agar aku bisa memainkannya sama adikku.”“Adikmu itu masih bayi, jadi dia belum bisa main mainan.”“Kalau begitu, aku mau beli buku saja agar aku bisa menulis dan menggambar, boleh kan?”Russel berusaha mencari benda lainnya yang bisa dia beli. Di dalam toko mainan, juga terdapat banyak sekali alat tulis dan buku yang dijual di sana. Russel sudah mengunjungi toko mainan itu terlebih dahulu sebelum dia kemba
Odelina langsung menyentil dahi anaknya seraya berkata, “Russel, kamu ngomong apa, sih?”Russel menyentuh dahinya lalu berkata kepada Daniel, “Om, dahiku sakit karena disentil Mama. Tolong tiupin!”Daniel langsung meniup dan membelainya lembut lalu berkata kepada Odelina, “Odelina, jangan menyentil dahi Russel begitu. Kamu bisa membuat anak pintar ini bodoh kalau begitu terus.”“Sentilan itu nggak ada hubungannya dengan bodoh atau pintar. Dia akan tetap bodoh kalau dasarnya memang sudah bodoh.”“Russel itu pintar dan nggak bodoh!” seru Russel sambil menatap Odelina kesal lalu membenamkan kepalanya dalam pelukan Daniel. Akhirnya, Daniel membawa Russel masuk ke dalam toko mainan. Anak itu langsung turun setibanya di toko mainan lalu mengambil beberapa buku belajar menulis.Kemudian dia kembali menghampiri Odelina seraya berkata, “Ma, aku sudah memilih buku menulisnya. Apa sekarang aku boleh memilih mainan?”Walaupun Om Daniel bilang kalau dia akan membelikan mainan untuk Russel, anak it
“Nenek bilang begitu, lalu bagaimana dengan kami? Kalau Stefan dan yang lainnya hanya dianggap biasa saja, berarti kami ini benar-benar nggak ada apa-apanya.” Aksa tertawa sambil menggoda Nenek Sarah. Jonas juga mengangguk setuju. Nenek tertawa makin bahagia. Hal yang paling dia banggakan dalam hidupnya adalah kesembilan cucunya.Tatapan Setya kembali tertuju pada Russel. Bocah itu bersembunyi di pelukan bibinya, menatap semua orang dengan rasa ingin tahu. Dia hanya bisa mendengarkan para kakek berbicara, tetapi tidak mengerti apa yang mereka bicarakan. "Mirip, benar-benar mirip," gumam Setya. "Dia sangat mirip dengan Bu Reni saat kecil. Kalau dia diikat dua kuncir dan mengenakan gaun, dia akan persis seperti Bu Reni." Setya menatap Russel seakan tenggelam dalam kenangan. Dulu, anak itu selalu bersuara manja ketika bertemu dengannya dan berkata, "Kakek Setya, gendong aku, aku mau digendong." Dia tidak pernah bisa menolak permintaan si gadis kecil. Setiap kali, dia pasti akan menga
Stefan hanya terdiam mendengar ucapan neneknya, sedangkan Olivia tersenyum tipis.Nana melirik Samuel sekilas ketika semua orang tidak memperhatikannya. Saat nenek datang, dia segera memberi tahu beberapa cucunya yang masih berada di Mambera untuk datang ke kediaman keluarga Sanjaya untuk bertemu dengan para tetua. Meskipun para tetua telah menerima undangan Nenek Sarah dan berjanji untuk berkunjung ke Vila Permai, Nenek Sarah tetap khawatir mereka akan mengingkari janji dan tiba-tiba pergi. Jika begitu, di mana dia bisa menemukan mereka nanti? Meskipun mereka berasal dari generasi yang sama, Nenek Sarah sebenarnya tidak terlalu akrab dengan mereka. Selama ini dia hanya mendengar namanya tanpa pernah benar-benar bertemu. Dia pun tidak bisa menjamin apakah mereka benar-benar akan memberinya muka dan datang ke Vila Permai. Rubah Perak menatap muridnya setelah mendengar ucapan Nenek Sarah dan bercanda,"Kamu nggak perlu keliling dunia lagi. Menurutmu, bagaimana dengan muridku? Nana su
Karena dia bahkan tidak mau mengatakan nama aslinya, Olivia dan yang lainnya pun tidak bertanya lebih jauh tentang asal-usulnya. Saat mendengar Yuna sesekali mengingatkan Setya agar turun tangga dengan hati-hati, semua orang yang sedang bercanda dan tertawa pun terdiam, lalu menoleh ke arah tangga. Beberapa generasi muda ingin membantu memapah Setya, tetapi dia tersenyum dan berkata, "Nggak perlu, saya belum sampai pada tahap harus dipapah saat berjalan." Anak-anak muda ini hampir semuanya adalah keturunan Reni. Di dalam hatinya, Setya merasa sangat bersyukur. Dulu, dia mengira keluarga Reni telah hancur lebur, tetapi untungnya, kedua putri Reni berhasil ditemukan dan mereka juga memiliki keturunan. Dengan demikian, garis keturunan kepala keluarga tidak benar-benar punah. Russel belum pernah bertemu dengan Setya sebelumnya. Saat melihatnya, dia langsung bersembunyi di pelukan bibinya. Olivia berkata dengan lembut, "Russel, ini adalah kakek buyut yang sering disebut oleh Tante." R
Setya merasa lega dan berkata, "Saya tahu, suami Olivia adalah pria yang baik. Dia menikah dengan keluarga Adhitama, jadi kita nggak perlu mengkhawatirkannya. Masa depannya pasti akan lebih baik. Nyonya Sarah juga wanita yang cerdas." "Hanya saja, saya dengar Odelina sudah cerai. Hak asuh anak jatuh padanya. Sebelum saya datang ke sini, saya juga menyelidiki mantan suaminya. Keluarga mantan suaminya benar-benar keluarga yang buruk dan nggak tahu malu.""Dia masih sangat muda, baru berusia awal 30-an. Kelak, dia tetap harus mencari pria yang bersedia tinggal di rumahnya. Para kepala keluarga Gatara selalu mencari suami yang mau masuk ke dalam keluarga, bukan menikah dan keluar dari keluarga." Karena Yuna telah mengatur agar Odelina pergi ke Cianter, Setya pun memahami bahwa Yuna tidak akan bersaing untuk menjadi kepala keluarga Gatara, tetapi dia ingin generasi berikutnya yang melakukannya. Olivia adalah menantu sulung keluarga Adhitama, sehingga dia tidak cocok menjadi kepala keluar
Karena dia melahirkan dua putra dan satu putri, akhirnya ibu mertuanya benar-benar menerimanya. Sejak saat itu, dia benar-benar merasa dalam dunia bisnis, semuanya lancar. Ibu mertuanya sangat menyayangi Amelia, karena kepribadian gadis itu cukup mirip dengan neneknya. "Bu Yuna terlalu rendah hati. Anda benar-benar mewarisi kemampuan Bu Reni. Di mana pun Anda berada, Anda pasti bisa bersinar," kata Setya dengan nada penuh kebanggaan. Itu adalah kebanggaan seorang yang menganggap "anaknya" sebagai yang terbaik. Yuna membantu Setya keluar dari kamar. Perempuan itu tersenyum dan berkata, "Saya tidak ada status sebagai penerus keluarga Gatara. Kalau saya nggak memulai bisnis sendiri, maka di mana pun saya bekerja, saya tetap membutuhkan seseorang yang bisa mengenali bakat saya. Seorang pekerja nggak bisa menentukan nasibnya sendiri." Selanjutnya, dia juga memiliki perusahaan sendiri. Setelah putranya mengambil alih bisnis keluarga, dia juga menyerahkan perusahaannya kepada putranya un
Setya berbicara tentang masa lalu Sarah, lalu melirik ke arah Rudy. "Om Setya, saya juga selalu mendengarkan istri saya," kata Rudy dengan segera, memahami makna dari tatapan Setya. Dia ingin menunjukkan bahwa dirinya juga adalah pria yang mencintai istrinya. Lelaki itu tersenyum puas dan menjawab, "Terlihat jelas bahwa kamu sangat memanjakan Bu Yuna." Di dalam hati Yuna terasa hangat. Setya seperti keluarga dari pihak ibunya. Jika kedua orang tuanya masih hidup, dengan status serta kasih sayang Setya terhadap dia dan adiknya, dia benar-benar bisa dianggap sebagai keluarga dari pihak ibunya. Baik ayah maupun ibunya selalu berkata bahwa Setya adalah orang yang paling setia, tidak perlu khawatir bahwa dia akan berkhianat. Setya sering membantu ibunya menyelesaikan berbagai urusan. Terkadang mereka berdiskusi berdua, dan ayahnya tidak pernah merasa cemburu atau khawatir. Dalam ingatan Yuna, ibunya memiliki kesehatan yang buruk dan sering beristirahat di tempat tidur. Ayahnya adalah o
Ingatan tentang Yuna yang dulu masih kecil, kini sudah menjadi seorang nenek. Sudah tua, semuanya sudah tua. Cucu-cucu dari Reni pun sudah menikah dan memiliki anak. Jika kepala keluarga masih hidup, pasti akan sangat bahagia melihat tiga cucu perempuannya yang luar biasa. Tidak perlu khawatir tentang penerus keluarga. Siapa pun dari cucu perempuan itu yang dipilih untuk memikul tanggung jawab, tidak akan ada yang perlu dikhawatirkan. Sayangnya, kepala keluarga tidak bisa melihat pencapaian keturunannya. Saat Setya terbangun dan menyadari bahwa ini bukan mimpi, bahwa semuanya nyata, bahwa dia benar-benar bertemu dengan Yuna, air matanya pun jatuh. Dia teringat pada kepala keluarga dan merasa tidak adil untuknya. Kakak perempuan Patricia membesarkannya dengan penuh kasih saying selayaknya seperti seorang ibu. Namun, pada akhirnya justru hancur di tangan Patricia. Reni menganggap Patricia sebagai adik, bahkan seperti putrinya sendiri, sangat mencintai dan sangat memercayainya. Satu-
Cakra menatap tajam putra sulungnya dan berkata, "Kalau kalian kasih tahu mamamu, lalu dia melarang kalian kasih uang saku ke aku, apakah kalian benar-benar nggak akan kasih lagi?" "Tentu saja nggak. Kami akan berusaha mendapatkan sejumlah uang saku untuk Papa, asalkan Papa bisa menjamin nggak akan..." Ivan tiba-tiba teringat bahwa ayahnya sudah tidak bisa lagi melakukan hal itu, jadi dia tidak melanjutkan kata-katanya. Wajah Cakra menjadi muram. Dia tahu bahwa putra sulungnya berkata yang sebenarnya. Setelah menghela napas, dia pun berkata, "Terserah kalian, kalau mau bilang, silakan. Aku ini papa kalian. Sekarang aku sudah tua dan nggak punya penghasilan, apa salahnya kalian kasih aku uang saku? Apakah Patricia masih berniat untuk melarangnya?" Karena kesal terhadap Patricia, Cakra kini langsung menyebut nama istrinya begitu saja tanpa embel-embel. "Papa, aku yakin Mama nggak akan melarangnya." "Papa, sudahlah, jangan membahas hal ini lagi. Ayo, kita makan. Malam ini, kita haru
Lelaki yang benar-benar dicintai oleh Patricia lebih tua darinya sekitar belasan hingga dua puluh tahun, dan dia adalah asisten dari kakak perempuannya. Namun, lelaki itu hanya setia kepada majikannya saja, sementara perasaan Patricia hanyalah cinta sepihak. Mungkin karena cinta yang bertepuk sebelah tangan itulah, Patricia akhirnya membunuh kakaknya karena rasa benci yang lahir dari cinta. Cakra memang tidak memiliki bukti bahwa Patricia membunuh kakaknya, tetapi sebagai suaminya selama puluhan tahun, dia sangat memahami sifat kejam perempuan itu. Ditambah lagi, dia pernah mendengar bisik-bisik orang-orang di dalam keluarga besar mereka. Seperti kata pepatah, tidak ada asap jika tidak ada api. Bisa jadi, Patricia memang naik ke posisi penguasa dengan cara membunuh kakaknya. Dengan karakter seperti itu, apalagi yang tidak bisa dia lakukan? Kalau pria yang benar-benar dicintai oleh Patricia masih hidup sampai sekarang, pasti dia sudah menemukannya. Namun, besar kemungkinan pria itu